You are on page 1of 7

METODE UKUR BEBAN KERJA FISIK (PHYSIC WORK LOAD) DAN SKALA BORG (THE BORG SCALE) (Untuk

Memenuhi Tugas Matakuliah Ergonomi)

DISUSUN OLEH: NILAMSARI GOBANO PUTRI E2A009186/REG 209

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

Metode pengukuran beban kerja fisik (physic work load) secara subyektif meliputi: A. RWL Sebuah lembaga yang menangani masalah kesehatan dan keselamatan kerja di Amerika, NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health) melakukan analisis terhadap kekuatan manusia dalam mengangkat atau memindahkan beban, serta merekomendasikan batas maksimum beban yang masih boleh diangkat oleh pekerja yaitu Action Limit (AL) dan MPL (Maximal Permissible Limit) pada tahun 1981. Kemudian lifting equation tersebut direvisi sehingga dapat mengevaluasi dan menyediakan pedoman untuk range yang lebih luas dari manual lifting. Revisi tersebut menghasilkan RWL (1991), yaitu batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dalam durasi kerja tertentu (misal 8 jam sehari) dan dalam jangka waktu yang cukup lama. RWL didefinisikan dengan persamaan berikut: RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM Keterangan : RWL : Batas beban yang direkomendasikan LC HM DM AM FM CM VM : Konstanta pembebanan : Faktor pengali horizontal Ket: H dalam cm : Faktor pengali perpindahan = 0.82 + 4.5/D Ket: D dalam cm : Faktor pengali asimetrik Ket: A in degree : Faktor pengali frekuensi : Faktor pengali kopling (handle) : Faktor pengali vertikal Ket: V dalam cm = (1-(0.003[V-75])) = 1 (0.0032 A) = 23 kg = 25/H

Horizontal Location (H) Vertical Location (V)

: jarak telapak tangan dari titik tengah antara 2 tumit, diproyeksikan pada lantai. : jarak antara kedua tangan dengan lantai. origin dari pengangkatan.

Vertical Travel Distance (D) : jarak perbedaan ketinggian vertikal antara destination dan Lifting Frequency (F) : angka rata-rata pengangkatan/ menit selama periode 15 menit A merupakan sudut asimetrik yang merupakan sudut yang dibentuk antara garis asimetrik dan pertengahan garis sagital. B. Konsumsi Oksigen Penelitian yang dilakukan oleh Widyasmara [2007] menunjukkan bahwa dengan menggunakan regresi dapat diketahui hubungan antara denyut jantung, tinggi badan, berat badan, dan usia dengan energi. Regresi antara denyut jantung dengan konsumsi oksigen dapat dilihat pada persamaan berikut: VO2 = 0,019 HR-0,024h+0,016w+0,045a+1,15 Keterangan: VO : Konsumsi oksigen (liter/menit) HR : Denyut jantung (denyut / menit) h w a : Tinggi badan (cm) : berat badan (kg) : usia (tahun)

Pelaksanaan pengukuran konsumsi oksigen (O2 Uptake ) sangat ridak praktis. Pekerja menggunakan masker untuk memantau konsumsi oksigen selama aktivitas fisik sehingga volume udara inspirasi per satuan waktu dapat diukur. Udara pernafasan mengandung kira-kira 21% O2, maka kandungan O2 inspirasi dapat dihitung. Dilakukan pengukuran volume udara ekspirasi, selain itu diambil sampel udaraekspirasi untuk menganalisis kandungan O2 nya. Pengukuran konsumsi oksigen merupakan jenis

pengukuran paling akurat untuk menentukan intensitas kerja otot untuk jenis pekerjaan ringan. C. Curah Jantung Pada saat aktivitas kerja otot, untuk memenuhi kebutuhan lebih banyak O2 dan glukosa sehingga harus lebih banyak darah yang mengalir ke otot. Dalam keadaan istirahat, 97% darah telah meninggalkan paru-paru disaturasi dengan O2, maka dengan bernafas lebih dalam tidak akan menambah jumlah O2 yang mengalir ke otot. Untuk menggatasi hal ini, jantung harus mampu memompa lebih banyak darah per menit, berarti curah jantung (Cardiac Output) harus ditambah dengan cara meningkatkan kecepatan denyut jantung atau menambah volume sekuncup(stroke volume). Volume sekuncup adalah volume darah yang di pompakan tiap denyut jantung. Rumus perhitungan: Curah Jantung (liter/menit) = Vcard x Vol stroke keterangan: Vcard : kecepatan denyut jantung (denyut/menit) 5 L/menit, sedangkan pada saat Vol stroke : volume sekuncup (liter/ kuncup) Pada saat istirahat, curah jantung kira-kira melakukan kerja berat dapat mencapai 25L/menit. Teknik pengukuran konsumsi oksigen tidak dapat digunakan untuk pengukuran kerja otot statis, tetapi hanya terbatas untuk pengukuran berat intensitasnya kerja otot dinamis. Ada hubungan linier antara konsumsi oksigen dengan kecepatan denyut jantung. Maka kecepatan denyut jantung juga dapat digunakan untuk mengukur beratnya stress kerja. Perhitungan kecepatan denyut jantung maksimal yaitu Kecepatan Denyut Jantung Maksimal = 220 - umur

SKALA BORG (THE BORG SCALE) Skala BORG merupakan suatu skala ordinal dengan nilai-nilai dari 0 sampai dengan 10. Skala BORG digunakan untuk mengukur sesak napas selama melaksanakan kegiatan/pekerjaan. Pemantauan sesak napas dapat membantu dalam menyesuaikan aktivitas dengan mempercepat atau memperlambat gerakan. Hal ini juga dapat memberikan informasi penting kepada dokter. Skala BORG ini disediakan untuk menstandarisasikan suatu perbandingan-perbandingan antar individu dalam melaksanakan tugas yang sama. Indikasi nilai pada skala yang digunakan adalah besarnya perasaan kelelahan, kesakitan, ataupun kadar berkurangnya kemampuan tubuh dalam melakukan pekerjaanya. Semakin besar perasaan sakit yang dirasakan pada otot maka semakin besar nilai BORG yang digunakan. Skala ini dapat dilakukan pada pengukuranpengukuran fisiologis seperti intensitas latihan meningkat (laju deyut jantung), juga ada korelasi yang tinggi untuk pengukuran lainnya seperti respirasi yang meningkat, CO2 produksi, akumulasi laktat dan suhu tubuh, keringat sampai dengan kelelahan otot. Skala ini memiliki keterbatasan yaitu pengukuran dilakukan secara subyektif, sehingga penilaian yang digunakan oleh seorang tersebut dilakukan secara menaksir secara wajar baik dari denyut jantung selama kerja fisik. Korelasi antara nilai Skala BORG dengan laju denyut jantung adalah dengan menggunakan nilai Skala BORG, laju denyut jantung dapat diketahui dengan cara mengalikan nilai ordinal dari Skala BORG dengan nilai 10, seperti contoh jika nilai seorang pekerja terhadap kelelahan yang dirasa (Skala BORG) adalah 12, lalu untuk menghitung laju denyut jantung adalah 12 x 10 = 120; sehingga laju denyut jantung harus kira-kira 120 denyut per menit. Namun, perhitungan seperti yang telah dijelaskan, merupakan suatu perkiraan awal saja, pada faktanya laju denyut jantung seseorang akan berbeda tergantung pada usia dan kondisi badan. Prinsip dasar penggunaan atau pengisian data Skala BORG adalah pada saat melakukan pekerjaan, peneliti akan menanyakan presepsi tingkat keluhan yang dirasakan operator pada otot yang bekerja atau otot yang diteliti. Presepsi tingkat keluhan dapat mencerminkan seberapa besar beban kerja yang dirasakan, karena semakin besar beban kerja maka semakin maksimal otot akan berkontraksi. Persepsi tingkat keluhan dilakukan

secara terfokus pada otot yang diteliti, karena pada saat pekerjaan berlangsung banyak otot yang bekerja ataupun perasaan sakit yang bukan berasal dari otot yang akan diteliti. Penilaian tingkat keluhan dilakukan secara jujur, tanpa berfikir untuk menjadi yang terbaik antara individu lain atau menyamakan nilainya dengan individu lain. Perhatikan presepsi tingkat keluhan yang dirasa kemudian diubah menjadi satuan nilai.

SCALE 0 0.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9

SEVERITY Tidak ada Sesak napas sama sekali Sangat Sangat Sedikit (Hanya Terlihat) sangat Sedikit sedikit Sesak napas sedang agak berat Sesak napas parah Sesak napas sangat parah Sangat Sangat parah (Hampir

Maksimum) 10 Maximum (Sumber:Borg.BORG RPE-Scale, 1998) Nilai 0 merupakan nilai terendah yang dapat diberikan, nilai ini memiliki arti tidak dirasakan sakit sama sekali. Nilai ini menunjukkan bahwa otot operator tidak merasakan sakit sama sekali. Biasanya nilai ini merupakan nilai awal sebelum melakukan pekerjaan ataupun baru melakukan pekerjaan. Nilai 1 memiliki arti rasa sakit yang sangat lemah sekali. Nilai ini diperuntukkan bagi operator yang baru melakukan kerja dalam beberapa menit. Nilai 3 memiliki arti sakit yang dirasakan adalah sedang. Dalam hal ini operator menilai bahwa rasa sakit pada ototnya kadang terasa kadang tidak. Biasanya perasaan ini timbul pada waktu 5-7 menit setelah memulai pekerjaan. Nilai 4, operator sudah merasakan rasa sakit pada ototnya. Hal ini dapat terjadi apabila operator sudah melakukan pekerjaan yang cukup lama. Nilai 7 merupakan nilai kritis, karena rasa sakit yang dirasakan sudah mulai mengganggu

kinerja otot pada khususnya dan mengganggu pekerjaan pada umumnya. Pekerjaan dapat diteruskan apabila operator terus bersemangat dalam bekerja.

You might also like