You are on page 1of 25

PERKEMBANGAN UKM DAN KEMITRAAN USAHA Dosen Pengampu : M.

Buswari, SE

Anggota Kelompok : Adi Kurnia Wicahyo (125120302111007) Bagas Naradika Yoga (125120307111014) Raras Kurniasari ( 125120302111001) Beby Ashari (125120302111012) Aprilia Andriani ( Amanda

MAKALAH DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH SISTEM EKONOMI INONESIA

KELAS: B PSI 2 PRODI: PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada TUHAN Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Kelompok mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan tema PERKEMBANGAN UKM DAN KEMITRAAN USAHA, dalam makalah ini penulis akan membahas bagaimana perkembangan UKM dan kemitraan usaha di negara Indonesia. Makalah ini dibuat sebagaimana mestinya dan tentunya masih memiliki banyak kekurangan. Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak M. Buswari, SE selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada kelompok kami untuk membuat makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu dan memberi manfaat bagi kita semua khususnya dalam mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia.

Malang, 4 Maret 2013

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii DAFTAR ISI ................................................................................................... .................. iii BAB I PEMBAHASAN DAN ANALISIS...................................................... ..................... 1 1.1 Usaha Kecil Menengah........................................................................................

1.1.1 Pengertian UKM.................................................................................................. 1.1.2 Karakteristik UKM.............................................................................................. 1.1.3 Jenis-Jenis UKM.................................................................................................. 1.2 Perkembangan UKM di Indonesia....................................................................

1.2.1 Kondisi secara umum UKM di Indonesia........................................................... 1.2.1 Pengembangan Sektor UKM............................................................................. 1.2.3 Permasalahan UKM.......................................................................................... 1.2.4 Upaya Pemecahan UKM................................................................................. 1.3 Kemitraan Usaha.............................................................................................

1.3.1 Pengertian Kemitraan Usaha............................................................................... 1.3.2 Tujuan Kemitraan Usaha.................................................................................... 1.3.3 Proses Pengembangan Kemitraan Usaha............................................................. 1.3.4 Pola Kemitraan Usaha.......................................................................................... 1.3.5 Manfaat Kemitraan Usaha Di tinjau dari beberapa aspek.....................................

ii

BAB II PENUTUP.................................................................................................................. 2.1 Kesimpulan................................................................................................................ 2.2 Pendapat Kelompok.................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................

iii

1.1 Usaha Kecil Menengah

Usaha kecil menengah memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tidak hanya dalam pertumbuhan ekonomi saja, namun UKM ini pun memiliki peran yang sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja. 1.1.1 Pengertian UKM Undang-Undang memberikan definisi Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS), Keputusan Menteri Keuangan No 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, dan UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. UKM sendiri adalah singkatan dari Usaha Kecil Menengah yang berperan aktif dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia dan dalam penyerapan tenaga kerja. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tidak sedikit dari masyarakat tersebut yang perekonomiannya dibawah ratarata. Lewat UKM inilah banyak terbentuk lapangan-lapangan kerja baru dan tenagatenaga kerja yang baru dan unik. Dalam hal ini UKM sangat berperan dalam membantu perekonomian masyarakat menengah kebawah. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di beberapa negara termasuk Indonesia, UKM ini terbukati mampu bertahan dan lebih tangguh menghadapi krisis, Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri, mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi. Padahal banyak sector usaha berskala besar yang bahkan berhenti aktivitasnya karena krisis tersebut. Namun kiranya tidaklah berlebihan apabila pengembangan sector swasta lebih difokuskan pada UKM , terlebih karena unit usaha ini sering terabaikan karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya. Bukan hanya itu UKM juga tidak berpengaruh pada naik dan turunnya dolar, karena sektor UKM tidak menggunkan dollar.

1.1.2 Karakteristik UKM Kareteriktik UKM di beberapa negara pun berbeda hal itu karena UKM memiliki peran yang cukup besar bagi perekonomian suatu negara. Pengembangan UKM tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Fillipina yang merupakan negara tetangga Indonesia. Di negara-negara tersebut UKM memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan Indonesia. Hal inilah yang memnyebabkan UKM di Indonesia belum bisa bersaing di pasar internasional. Berikut adalah perbandingan UKM di Jepang, korea selatan, Taiwan, Filipina dan Indonesia.

A. karakteristik dasar UKM di Jepang: 1. Sebagai subkontraktor yang efisien dan handal bagi perusahaan yang besar. 2. Hasil learning process sebagai subkontraktor diperoleh kemampuan teknis dalam proses produksi 3. Mempunyai efisiensi dan daya saing ekspor 4. Dikembangkan IKM yang sangat efisien dan berdaya saing tinggi B. Karakteristik dasar UKM di Korea Selatan: 1. UKM dijadikan sebagai subkontraktor chaebol (konglomerat raksasa) sebagai kebijakan pemerintah 2. Mempunyai orientasi ekspor 3. Adanya persaingan internal C. Karakteristik dasar UKM di Taiwan: 1. 2. Pertumbuhan UKM disebabkan oleh kebijakan finansial melalui kredit yang disalurkan Mempunyai orientasi ekspor

D. Karakteristik dasar UKM di Filipina: 1. 2. 3. 4. 5. Mempunyai export zone Mempunyai orientasi ekspor Bahan baku local Perubahan pola subkontrak menjadi original equipment manufacturing (OEM). Menuju industi yang high technology

E. Karakteristik dasar UKM di Indonesia: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia Masih lemahnya struktur kemitraan dengan Usaha Besar Lemahnya quality control terhadap produk Belum ada kejelasan standardisasi produk yang sesuai dengan keinginan konsumen Kesulitan dalam akses permodalan terutama dari sumber-sumber keuangan yang formal Pengetahuan tentang ekspor masih lemah Lemahnya akses pemasaran Keterbatasan teknologi, akibatnya produktivitas rendah dan rendahnya kualitas produk Keterbatasan bahan baku

1.1.3 Jenis Jenis UKM Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu : 1. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima 2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan 3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor 4. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)

1.1 Pengembangan UKM di Indonesia Perekonomian Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sektor UKM yang berperan cukup besar dalam kehidupan perekonomian. 1.2.1 Kondisi Secara Umum UKM di Indonesia Menurut berbagai data, jumlah UKM sekitar 99 persen dari total jumlah usaha yang ada di Indonesia. Dan menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, pada 2007 jumlah UKM (termasuk usaha mikro) mencapai 49,82 juta unit. Angka ini naik signifikan pada tahun 2008 menjadi 51,26 juta unit. Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri adalah suatu badan usaha yang sangat membantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Telah kita ketahui, sebelumnya Indonesia pernah mengalami krisis moneter pada tahun 1997-1998 yang mengakibatkan ketidakstabilan perekonomian. Banyak pengusaha-pengusaha yang kolaps bahkan bangkrut dan sektor perbankan yang menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi nasional turut ambruk, khususnya bank-bank swasta nasional kecil. Sedangkan UMKM tetap bisa bertahan bahkan bisa menembus pasar yang selama ini dikuasai perusahaan besar Sektor ekonomi UKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar berdasarkan statistik UKM tahun 2004-2005 adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Industri Pengolahan; (4) Pengangkutan dan Komunikasi; serta (5) Jasa Sedangkan sektor ekonomi yang memiliki proporsi unit usaha terkecil secara berturut-turut adalah sektor (1) Pertambangan dan Penggalian; (2) Bangunan; (3) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; serta (4) Listrik, Gas dan Air Bersih.Secara kuantitas, UKM memang unggul, hal ini didasarkan pada fakta bahwa sebagian besar usaha di Indonesia (lebih dari 99 %) berbentuk usaha skala kecil dan menengah (UKM). Namun secara jumlah omset dan aset, apabila keseluruhan omset dan aset UKM di Indonesia digabungkan, belum tentu jumlahnya dapat menyaingi satu perusahaan berskala nasional. Data-data tersebut menunjukkan bahwa UKM berada di sebagian besar sektor usaha yang ada di Indonesia. Apabila mau dicermati lebih jauh, pengembangan sektor swasta, khususnya UKM, perlu untuk dilakukan mengingat sektor ini memiliki potensi untuk menjaga kestabilan perekonomian, peningkatan tenaga kerja, meningkatkan PDB, mengembangkan dunia usaha, dan penambahan APBN dan APBD melalui perpajakan.

1.2.2 Pengembangan Sektor UKM Pengembangan terhadap sektor swasta merupakan suatu hal yang tidak diragukan lagi perlu untuk dilakukan. UKM memiliki peran penting dalam pengembangan usaha di Indonesia. UKM juga merupakan cikal bakal dari tumbuhnya usaha besar. "Hampir semua usaha besar berawal dari UKM.[7] Usaha kecil menengah (UKM) harus terus ditingkatkan (up grade) dan aktif agar dapat maju dan bersaing dengan perusahaan besar. Jika tidak, UKM di Indonesia yang merupakan jantung perekonomian Indonesia tidak akan bisa maju dan berkembang. Satu hal yang perlu diingat dalam pengembangan UKM adalah bahwa langkah ini tidak sematamata merupakan langkah yang harus diambil oleh Pemerintah dan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah. Pihak UKM sendiri sebagai pihak yang dikembangkan, dapat mengayunkan langkah bersama-sama dengan Pemerintah. Selain Pemerintah dan UKM, peran dari sektor Perbankan juga sangat penting terkait dengan segala hal mengenai pendanaan, terutama dari sisi pemberian pinjaman atau penetapan kebijakan perbankan. Lebih jauh lagi, terkait dengan ketersediaan dana atau modal, peran dari para investor baik itu dari dalam maupun luar negeri, tidak dapat pula kita kesampingkan. Pemerintah pada intinya memiliki kewajiban untuk turut memecahkan tiga hal masalah klasik yang kerap kali menerpa UKM, yakni akses pasar, modal, dan teknologi yang selama ini kerap menjadi pembicaraan di seminar atau konferensi. Secara keseluruhan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengembangan terhadap unit usaha UKM, antara lain kondisi kerja, promosi usaha baru, akses informasi, akses pembiayaan, akses pasar, peningkatan kualitas produk dan SDM, ketersediaan layanan pengembangan usaha, pengembangan cluster, jaringan bisnis, dan kompetisi. Perlu disadari, UKM berada dalam suatu lingkungan yang kompleks dan dinamis. Jadi, upaya mengembangkan UKM tidak banyak berarti bila tidak mempertimbangkan pembangunan (khususnya ekonomi) lebih luas. Konsep pembangunan yang dilaksanakan akan membentuk aturan main bagi pelaku usaha (termasuk UKM) sehingga upaya pengembangan UKM tidak hanya bisa dilaksanakan secara parsial, melainkan harus terintegrasi dengan pembangunan ekonomi nasional dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Kebijakan ekonomi (terutama pengembangan dunia usaha) yang ditempuh selama ini belum menjadikan ikatan kuat bagi terciptanya keterkaitan antara usaha besar dan UKM. Saat ini, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah berencana untuk menciptakan 20 juta usaha kecil menengah baru tahun 2020. Tahun 2020 adalah masa yang menjanjikan begitu banyak peluang karena di tahun tersebut akan terwujud apa yang dimimpikan para pemimpin ASEAN yang tertuang dalam Bali Concord II. Suatu komunitas ekonomi ASEAN, yang peredaran produk-produk barang dan jasanya tidak lagi dibatasi batas negara, akan terwujud. Kondisi ini membawa sisi positif sekaligus negatif bagi UKM. Menjadi positif apabila produk dan jasa UKM mampu bersaing dengan produk dan jasa dari negara-negara ASEAN lainnya, namun akan menjadi negatif apabila sebaliknya. Untuk itu, kiranya penting bila pemerintah mendesain program yang jelas dan tepat sasaran serta mencanangkan penciptaan 20 juta UKM sebagai program nasional. 5

1.2.3 Permasalahan UKM UKM itu sendiri memiliki masalah-masalah. Masalah yang ada dalam UKM itu antara lain adalah sebagia berikut: Faktor Internal 1.Kurangnya modal dan akses pembiayaan Modal merupakan factor utama yang diperlukan dalam membangun atau untuk mengembangkan suatau badan usaha. Umumnya UKM adalah usaha perorangan atau merupakan perusahaan tertutup yang hanya mengandalkan modal seorang yang terbata. Pinjaman dari bank dirasa tidak dapat dilakukan kebanyakan orang karenan persyaratan administrasi dari bank yang tidak dapat dipenuhi. 2. Kualitas Sumber Daya Manusia Umumnya UKM merupakan unit usaha kecil yang tumbuh secara tradisional dan turun-temurun dari ayah kepada anak-anaknya. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keteramilan yang sederhana bahkan kurang sangat berpengaruh dalam manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. 3. Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah lagi produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik. 4. Mentalitas pengusaha UKM Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap pembahasan mengenai UKM, yaitu semangat entrepreneurship para pengusaha UKM itu sendiri. Semangat yang dimaksud disini, antara lain kesediaan terus berinovasi, ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta semangat ingin mengambil risiko. Suasana pedesaan yang menjadi latar belakang dari UKM seringkali memiliki andil juga dalam membentuk kinerja. Sebagai contoh, ritme kerja UKM di daerah berjalan dengan santai dan kurang aktif sehingga seringkali menjadi penyebab hilangnya kesempatankesempatan yang ada.

5. Kurangnya transparansi Kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UKM tersebut terhadap generasi selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan kesulitan bagi generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.

Faktor Eksternal 1. Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan UKM, meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dan menengah dengan pengusaha-pengusaha besar. 2. Terbatasnya sarana dan prasarana usaha Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, tak jarang UKM kesulitan dalam memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang disebabkan karena mahalnya harga sewa atau tempat yang ada kurang strategis.

3. Terbatasnya akses pasar Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional. 4. Terbatasnya akses informasi Selain akses pembiayaan, UKM juga menemui kesulitan dalam hal akses terhadap informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UKM, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit usaha UKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Efek dari hal ini adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari UKM untuk menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang berpotensial untuk bertarung di pasar internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap pasar tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik.

Dari berbagai masalah di atas UKM juga memiliki kelihan dan kekurangan, di bawah ini adalah kelebihan dan kekurangan UKM secara umum : Kelebihan Memiliki kebebasan untuk bertindak karena merupakan unit kerja perseorangan atau keluarga. Dapat menyesuaikan pada kebutuhan setempat Peran serta dalam melakukan usaha atau tindakan. Kekurangan Modal untuk mengembangkan usaha terbatas.

Agak sulit mendapatkan karyawan Relative lemah dalam spesialisasi

1.2.4 Upaya Pemecahan Permasalahan UKM Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UKM dan langkah-langkah yang selama ini telah ditempuh, maka kedepannya, perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut:

1. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.

2. Bantuan Permodalan Pemerintah perlu memperluas skema kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal ventura. Pembiayaan untuk UKM sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada maupun non bank. Lembaga Keuangan Mikro bank antara Lain: BRI unit Desa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sampai saat ini, BRI memiliki sekitar 4.000 unit yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari kedua LKM ini sudah tercatat sebanyak 8.500 unit yang melayani UKM. Untuk itu perlu mendorong pengembangan LKM agar dapat berjalan dengan baik, karena selama ini LKM non koperasi memilki kesulitan dalam legitimasi operasionalnya.

3. Perlindungan Usaha Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undangundang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan (win-win solution).

4. Pengembangan Kemitraan Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antar UKM, atau antara UKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Selain itu, juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian, UKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.

5. Pelatihan Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UKM baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya dalam pengembangan usahanya. Selain itu, juga perlu diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.

6. Membentuk Lembaga Khusus Perlu dibangun suatu lembaga yang khusus bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya penumbuhkembangan UKM dan juga berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka mengatasi permasalahan baik internal maupun eksternal yang dihadapi oleh UKM.

7. Memantapkan Asosiasi Asosiasi yang telah ada perlu diperkuat, untuk meningkatkan perannya antara lain dalam pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan usaha bagi anggotanya.

8. Mengembangkan Promosi Guna lebih mempercepat proses kemitraan antara UKM dengan usaha besar diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan produk-produk yang dihasilkan. Disamping itu, perlu juga diadakan talk show antara asosiasi dengan mitra usahanya.

9. Mengembangkan Kerjasama yang Setara Perlu adanya kerjasama atau koordinasi yang serasi antara pemerintah dengan dunia usaha (UKM) untuk menginventarisir berbagai isu-isu mutakhir yang terkait dengan perkembangan usaha.

10. Mengembangkan Sarana dan Prasarana Perlu adanya pengalokasian tempat usaha bagi UKM di tempat-tempat yang strategis sehingga dapat menambah potensi berkembang bagi UKM tersebut

10

1.3 Kemitraan Usaha 1.3.1Pengertian Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah : Kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar disertai pembinaan dan pengembangan dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling Menguntungkan Konsep Kemitraan adalah Kerjasama antara usaha kecil (termasuk petani) dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip - prinsip sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Saling memerlukan, saling ada ketergantungan Saling menguntungkan Saling menghargai dan saling menghormati satu sama lain Saling mematuhi kesepakatan yang ditetapkan bersama Saling mempercayai Saling membangun, saling menumbuhkan dan saling mengembangkan Berorientasi mencari keuntungan jangka panjang dan berkelanjutan Memiliki kedudukan dan posisi yang sama dan setara

1.3.2 Tujuan Kemitraan Usaha Kemitraan usaha bertujuan untuk : (a) untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha (b) meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra (c) peningkatan skala usaha dalam rangka menumbuhkan dan (d) meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra Sedangkan manfaat yang akan diperoleh dalam kegiatan kemitraan adalah merupakan upaya bersama untuk memperkuat kemampuan bersaing dan untuk membangun tatanan dunia usaha yang kuat dengan tulang punggung usaha menengah yang tangguh saling mendukung dengan usaha kecil dan usaha menengah atau usaha besar melalui ikatan-ikatan kerjasama. Kemitraan tidak boleh diartikan sebagai penguasaan yang satu atas yang lain. Kemitraan harus menjamin kemandirian masing masing pihak sehingga prakarsa dan daya kreasi akan berkembang, karena kemitraan tidak menghilangkan persaingan. Dalam suasana persaingan yang sehat, kemitraan justru akan tumbuh lebih subur. Kemitraan mendukung efisiensi ekonomi karena pihak - pihak yang bermitra masing - masing menawarkan sisi - sisi unggulnya. Melalui kemitraan, kecenderungan monopoli dapat dihindarkan. Monopoli menyebabkan distorsi dalam pasar, sedangkan kemitraan memperkuat mekanisme pasar dan sekaligus menghindari persaingan yang tidak sehat.
11

1.3.3 Proses Pengembangan Kemitraan Usaha Proses pengembangan kemitraan melalui tahapan-tahapan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Memulai membangun hubungan dengan calon mitra Mengerti kondisi bisnis pihak yang bermitra Mengembangkan strategi dan menilai detail bisnis Mengembangkan program Memulai pelaksanaan Memonitor dan mengevaluai Perkembangan

1.3.4 Pola Kemitraan Usaha Banyak program pemerintah dan pola-pola kemitraan yang dibuat demi usaha kecil. Hal ini bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan usaha kecil tangguh dan modern. Usaha kecil sebagai kekuatan ekonomi rakyat dan berakar pada masyarakat dan usaha kecil yang mampu memperkokoh struktur perekonomian nasional yang lebih efisien. Pola-pola kemitraan tersebut antara lain: 1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir 2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu 3. Kerjasama dalam pemilik usaha 4. Kerjasama dalam bentuk bapak-anak angkat 5. Kerjasama dalam bentuk bapak angkat sebagai modal ventura 6. Intiplasma 7. Subkontrak 8. Dagang umum 9. Waralaba 10. Keagenan

1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir (forward linkage) Pembangunan industri dasar dengan skala besar yang dilakukan untuk mengolah langsung sumber daya alam termasuk sumber energi yang terdapat di suatu daerah, perlu dimanfaatkan untuk mendorong pembangunan cabang-cabang dan jenis-jenis industri yang saling mempunyai kaitan, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi kawasan-kawasan industri. Rangkaian kegiatan pembangunan industri tersebut pada gilirannya akan memacu kegiatan pembangunan sektor-sektor ekonomi lainnya beserta prasarananya antara lain yang penting adalah terminal-terminal pelayanan jasa, daerah pemukiman baru dan daerah pertanian baru. Wilayah yang dikembangkan dengan berpangkal tolak pada pembangunan industri dalam rangkaian yang dipadukan dengan kondisi

12

daerah dalam rangka mewujudkan kesatuan ekonomi nasional, merupakan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri. Kerjasama keterkaitan hulu hilir harus berlangsung dalam iklim yang positif dan konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling menguntungkan. Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah memanfaatkan peranan koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta asosiasi/federasi perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan pengembangan bidang usaha industri.

2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu (backward linkage) Pertumbuhan ataupun pemerataan ekonomi dengan penerapan kerjasama keterkaitan hilir hulu yang tepat guna sejauh mungkin dapat menggunakan bahan-bahan dalam negeri adalah untuk meningkatkan nilai tambah, memelihara keseimbangan antara peningkatan produksi dan kesempatan kerja, serta pemerataan pendapatan, dalam rangka usaha memperbesar nilai tambah sebanyakbanyaknya, maka pembangunan industri harus dilaksanakan dengan mengembangkan keterkaitan yang berantai ke segala jurusan secara seluas-luasnya yang saling menguntungkan kelompok industri hilir, keterkaitan antara kelompok industri hulu/dasar. Kerjasama keterkaitan hilir hulu harus berlangsung dalam iklim yang positif dan konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling menguntungkan. Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah memanfaatkan peranan koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta asosiasi/federasi perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan pengembangan bidang usaha industri. 3. Kerjasama dalam Pemilik Usaha Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan kerjasama yang dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Ini berarti bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil mempunyai kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling mengekspoitasi satu sama lain dan tumbuh berkembangnya rasa saling percaya di antara para pihak dalam mengembangkan usahanya. Adapun bentuk kerjasama usaha yang lakukan, ada beberapa rambu-rambu yang perlu Di perhatikan dalam melakukan kerjasama dengan pihak lain. Diantaranya sebagai berikut : a. Perjanjian Tertulis Penting sekali bagi siapa pun untuk melakukan perjanjian tertulis atas kerjasama usaha yang dilakukan, sehingga menghindari perselisihan dan kerugian di belakang hari. Semakin detail isi perjanjian, maka semakin memperjelas konsep kerjasama yang dibangun. Pastikan perjanjian ini memiliki kekuatan hukum, dengan tdi tangan pihak-pihak yang terkait di atas materai.

13

b. Berdasarkan Asas Manfaat Ketika melakukan kerjasama usaha, sebisa mungkin menguntungkan kedua belah pihak. Jika salah satu merasa terugikan, maka kerjasama ini tidak bisa diteruskan. Ini perlu, jika Di ingin berinvestasi, maka Di perlu tahu berapa bagi hasil yang akan Di dapatkan, selama berapa lama, dan apa resiko yang akan Di hadapi. Uang tidak bisa didapatkan begitu saja, tanpa mengetahui dengan pasti imbal balik yang akan di dapatkan. c. Berdasarkan Asas Adil Apapun yang tercantum dalam perjanjian, hendaknya disepakati. Tidak boleh ada yang berbuat curang, dengan tidak menjalankan kewajibannya. Karenanya, perlu dibuat rincian hak dan tanggung jawab, maupun job description secara mendetail, sehingga masing-masing memahami dan menjalankannya dengan baik. Jika ada yang berbuat curang, maka semuanya bisa diproses melalui jalur hukum, atau kerjasama usaha tidak bisa dilanjutkan. d. Tidak Ada Unsur Paksaan Kerjasama usaha harus berdasarkan keinginan pribadi, tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Jika Di merasa tidak cocok untuk bekerjasama dengan orang lain, Di tidak perlu memaksakannya. Di bisa memilih kerja sendiri sesuai kemampuan. 4. Kerjasama dalam bentuk bapak dan anak-angkat Pada dasarnya pola bapak angkiat adalah refleksi kesediaan pihak yg mampu atau besar untuk membantu pihak lainyang kurang mampu atau kecil pihak yang memang memerlukan pembinaan. Oleh karena itu pada hakikatnya pola pendekatan tersebut adalh cermin atau wujud rasa kepedulian pihak yang esar terhadap yang kecil Pola bapak angkat dalam pola pengembangan UMK umumnya banyak dilakukan BUMN dengan usaha mikro dan kecil.

5. Kerjasama dalam bentuk bapak angkat sebagai pemodal ventura Merupakan bentuk kerjasama dalam bentuk suatu investasi melaui pembiayaan berupa penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta (anak perusahaan) sebagai pasangan usaha (investee company) untuk jangka waktu tertentu. 6. Pola inti plasma Adalah merupakan hubungan kemitraan antara Usaha Kecik Menengah dan Usaha Besar sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Kecil Menegah yang menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, Usaha Besar mempunyai tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) untuk membina dan mengembangkan UKM sebagai mitra usaha untuk jangka panjang.

14

Pola Kemitraan Inti Plasma Perusahaan Mitra membina Kelompok Mitra dalam hal: Penyediaan dan penyiapan lahan Pemberian saprodi. Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi. Pembiayaan. Bantuan lain seperti efesiensi dan produktifitas usaha.

a. b. c. d. e. f.

7. Subkontrak Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (b) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995 bahwa pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya. Atau bisa juga dikatakan, subkontrak sebagai suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara Usaha Besar dan Usaha Kecil Menegah, di mana Usaha Besar sebagai perusahaan induk (parent firma) meminta kepada UKM selaku subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Selain itu, dalam pola ini Usaha Besar memberikan bantuan berupa kesempatan perolehan bahan baku, bimbingan dan kemampuan teknis produksi, penguasaan teknologi, dan pembiayaan. Model kemitraan ini menyerupai pola kemitraan contract farming tetapi pada pola ini kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung dengan perusahaan pengolah (processor) tetapi melalui agen atau pedagang. 3.1.5 Manfaat Kemitraan Usaha ditinjau dari beberapa aspek: Produktivitas Peningkatan produktivitas diharapkan dapat dirasakan oleh pihak pihak yang bermitra. Bagi perusahaan yang lebih besar, peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : (a) menekan biaya produksi (input) (b) meningkatkan produksi (output). Secara kelompok pihak petani dapat pula meningkatkan produktivitasnya dengan cara, mengurangi input yang dapat digunakan secara bersama - sama, misalnya ; penggunaan traktor milik kelompok ; memberantas hama dan penyakit ;biaya pemeliharaan irigasi ; biaya pengangkutan sarana produksi ; pergudangan ; menjual secara bersama - sama ; dan lain - lain.

15

Ekonomi (Efisiensi) Efisiensi erat kaitannya dengan penggunaan input yang minimum dan efektivitas dengan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan. Penerapannya dalam kemitraan, misalnya : a. Perusahaan besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh petani atau perusahaan kecil. Sebaliknya petani atau perusahaan kecil umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi dan sarana produksi dibandingkan teknologi dan sarana produksi yang dimiliki oleh perusahaan besar. b. Mekanisme pertanian dalam penyiapan lahan yang dimiliki oleh petani plasma dimana perusahaan inti menyediakan alat mesin pertanian sehingga petani dapat mempercepat dan memperluas areal tanam dengan tenaga yang tersedia. Pada gilirannya, hasil produksi dari petani plasma dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan kapasitas produksi yang ditargetkan oleh perusahaan. Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Indikator diterimanya suatu produk oleh pasar adalah adanya kesesuaian mutu yang diinginkan oleh konsumen. Loyalitas konsumen hanya dapat dicapai apabila ada jaminan mutu dari suatu produk, hal ini akan semakin terasa apabila produk akan di ekspor. Kualitas, kuantitas dan kontinuitas, sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan produktivitas yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan pada gilirannya menjamin keuntungan perusahaan mitra. Resiko Usaha Dengan kemitraan usaha, diharapkan resiko yang besar dapat ditanggung bersama, dimana pihak - pihak yang bermitra akanmenanggung resiko secara proporsional sesuai dengan besarnya modal dan keuntungan yang akan diperoleh. Bagi petani yang memperoleh mitra usaha yang betul-betul mampu menjamin penyerapan hasil produksi, maka resiko kerugian akibat kelebihan hasil dan penurunan harga dapat dihindari. Sosial Kemitraan usaha bukan hanya memberikan dampak positif dengan saling menguntungkan melainkan dapat memberikan dampak sosial yang cukup tinggi sehingga terhindar dari kecemburuan sosial akibat ketimpangan. Disamping itu, melalui kemitraan dapat menghasilkan persaudaraan antar pelaku ekonomi yang berbeda status. Berdasarkan uraian dari kelima aspek tersebut di atas, maka manfaat kemitraan untuk masingmasing pelaku usaha agribisnis dapat dikelompokkan sebagai berikut :

16

a.Petani a. Petani dapat terbantu dari segi permodalan, sarana produksi dan teknologi, guna mengembangkan usaha taninya yang berdampak pada peningkatan pendapatannya b. Jaminan pemasaran dan harga yang layak sesuai dengan ca. kesepakatan. d. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan b.Perusahaan a. Tersedianya bahan baku yang relatif cukup dari petani sebagai kelompok mitra b. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya sehingga efisiensi usaha dapat ditingkatkan c.Pemerintah a. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja di pedesaan dengan berkembangnya usaha tani dan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis, baik usaha budidaya maupun agroindustry b. Meningkatnya penerimaan negara sebagai dampak dari peningkatan produksi dan pendapatan baik dari usaha tani maupun dari perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis. Usaha kecil (petani/kelompoktani) dalam melaksanakan kegiatan usahatani, kerjasama atau kemitraan antara perusahaan baik menengah maupun besar sangat diperlukan, baik dalam penanganan aspek teknis, modal, tenaga kerja maupun aspek pemasaran dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

KEMITRAAN YANG IDEAL Adalah kemitraan kemitraan antara usaha menengah dan usaha besar yang kuat di elasnya dengan pengusaha kecil yang kuat dibidangnyadidasari kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama bagi kedua pihak yang bermitra, tidak ada pihak yang dirugikan dalam kemitraan dengan tujuan bersama untuk meningkatkan keuntungan dan pendapatan melalui pengembangan usahanya, tanpa saling mengeksplotasi satu sama lain serta tumbuh berkembangnya rasa saling percaya diantara mereka

17

BAB II PENUTUP

2. 1 Kesimpulan

2. 2 Pendapat Kelompok

18

DAFTAR PUSTAKA

19

You might also like