You are on page 1of 1

[ Minggu, 22 Februari 2009 ]

Laporkan Keuangan, Isi Surat Pemberitahuan Tahunan


Sudah mengantongi nomor pokok wajib pajak (NPWP)? Jika iya, dalam waktu dekat bersiap-
siaplah menyambut kedatangan surat pemberitahuan tahunan (SPT). Apa itu? Siswo Pranoto,
konsultan pajak dari Pranoto dan Rekan menjelaskan, SPT adalah surat yang digunakan wajib
pajak (WP), baik pribadi maupun badan, untuk melaporkan penghasilan, menghitung pajak
terutang, serta melaporkan harta (aktiva) dan kewajiban selama setahun.

SPT terbit berkala tiap akhir tahun. Untuk mendapatkannya, WP bisa mengambil sendiri di
kantor pelayanan pajak (KPP) atau mengunduh di situs resmi pajak. "Namun, praktiknya, SPT
lebih sering langsung dikirim ke rumah WP," papar Siswo. Pengirimannya mulai Desember
hingga Februari tahun berikutnya. SPT diterbitkan dalam beberapa jenis. Yaitu, SPT 1771,
1770, 1770S, dan 1770SS. Masing-masing diperuntukkan WP berbeda. SPT 1771 merupakan
SPT untuk segala sesuatu yang berbadan hukum, seperti PT, CV, atau yayasan. SPT 1770
merupakan surat pemberitahuan untuk pribadi yang bekerja bebas. Misalnya profesi lawyer,
akuntan, dokter, atau mereka yang bekerja secara individu. Bisa juga individu yang berstatus
karyawan, tapi juga mempunyai penghasilan sampingan.

Sementara itu, SPT 1770S khusus untuk individu yang bekerja pada satu pemberi kerja. Yang
masuk dalam golongan tersebut, di antaranya, orang pribadi, pegawai negeri, pegawai swasta,
atau individu yang bekerja di sebuah badan usaha. Sedangkan SPT 1770SS diperuntukkan
individu yang bekerja pada satu pemberi kerja dengan penghasilan maksimal Rp 60 juta per
tahun.

Masing-masing jenis SPT mempunyai lampiran berbeda. Pada SPT 1771, lampiran paling
utama adalah laporan keuangan yang di dalamnya terdapat neraca rugi laba, daftar penyusutan,
daftar perhitungan kompensasi kerugian, dan daftar penyusutan aktiva tetap.

Sementara itu, pada SPT 1770 terdapat dua lampiran, yaitu penghitungan pembukuan atau
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto. Lampiran itu tinggal dipilih salah satu
saja untuk diisi. Kalau bekerja sendiri, individu tersebut bisa menggunakan pembukuan atau
norma.

Namun, bila bekerja pada pemberi kerja, yang bersangkutan harus melampirkan bukti
pemotongan PPH pasal 21 (formulir 1721A-1). Formulir itu diberikan oleh pemberi kerja.
Sementara itu, untuk SPT 1770S dan 1770 SS, yang penting adalah melampirkan bukti
pemotongan PPH pasal 21 dari pemberi kerja (formulir 1721A-1). "Untuk 1770, 1770S
dan1770 SS, ada lampiran kewajiban dan harta yang juga harus diisi," tegas Siswo.

Bila bingung mengisi SPT, cara paling mudah adalah bertandang ke KPP setempat. Di sana
terdapat account representative (AR) yang bertugas memberikan penyuluhan atau bimbingan
kepada WP. SPT memiliki batas waktu. Penyampaian paling lambat untuk 1771 adalah akhir
bulan keempat setelah berakhirnya tahun pajak. Sedangkan SPT 1770, 1770S, dan 1770SS
paling telat akhir bulan ketiga sesudah berakhirnya tahun pajak. "Kalau telat, ada denda," tegas
Siswo. Untuk badan, denda telat Rp 1 juta. Sedangkan denda untuk 1770, 1770S, dan1770 SS
Rp 100 ribu. (ign/ayi)

You might also like