You are on page 1of 152

Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab.

Malang SKRIPSI

Oleh: Titus Iis Krisdianawati 03110022

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007

Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang
SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

Oleh: Titus Iis Krisdianawati 03110022

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007

ii

HALAMAN PERSETUJUAN Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang
SKRIPSI

Oleh: Titus Iis Krisdianawati 03110022

Telah disetujui pada tanggal Oleh Dosen Pembimbing:

Amin Prasojo, S.Ag NIP. 150 301 115

Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M.PdI NIP. 150 27 235

iii

PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk orang-orang yang telah memberikan motivasi dan arti bagi hidupku dengan pengorbanan, kasih sayang dan ketulusannya. Dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati skripsi ini kupersembahkan untuk: Sepasang mutiara hati yang memancarkan sinar cinta dan kasih sayang yang tak pernah usai, yang telah mengayomi dan mengasihiku setulus hati, sebening cinta dan sesuci doa, mereka adalah Ayahanda Parminadi dan Ibunda Sri Praptini. Terima kasih atas keikhlasan dan ketulusan bapak lan ibu, kalian telah banyak mengajarkan nanda akan makna sebuah perjuangan, nanda kan berusaha untuk menjadi yang terbaik. Adinda tersayang Wahyu Achirul Chrisditianto, kamulah motivasi dan harapanku, semoga kamu lebih baik dari mbakmu ini, contohlah yang baik dan jangan diambil yang buruk. Mbakmu yakin kamu kan berhasil dalam hidup jika kamu berusaha dengan tekun. Guru-guruku, dosen-dosenku yang telah mendidikku dengan ikhlas sehingga penulis bisa menjadi manusia dewasa dan selalu menjadi pelita dalam studiku sehingga penulis dapat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berarti . Kakakqu terkasih (Kak Zan saq onyonx, saq sholah, saq gagah) yang semoga menjadi pendampingku kelak, kau adalah perisai hidupku, belahan jiwaku, nafas semangatku. Doaku smoga engkau kelak dapat menjadi imam bagi sholatku, pemimpin keluargaku, tauladan dan kebanggaan dari anak-anakku. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, bimbingan, serta motivasi yang tak pernah berhenti mengalir darimu. Karnamu ariq mampu berubah menjadi lebih dewasa, lebih bijaksana dan lebih baik dari sebelumnya. Jangan lelah untuk menyayangi dan membimbingku kakak Sahabat-sahabatku in five girls, mbak ery klo punya masalah jangan terlalu dipikirkan, qu tunggu undangannya. Churin centil maafin aq ya dah lama gak kasih info, jadikan si kecil yg masih dalam perutmu sebagai motivasi dalam menyelesaikan skripsimu. En2 jo guyon ae lan jo terlalu nyantai cepetan dimarekno skripsine,l@2 chayanx tu badan mbok ya digemukin dikit biar agak segeran gechu Kalian adalah sahabat-sahabat terbaik yang pernah aq punya, terima kasih karna kalian hidupku jadi lebih berwarna, smoga Allah menjaga ukhuwah kita sampai hari pembalasan. Teman-teman Kos Wisma Kurnia (nuri, nia, isna, me2,ida, niken, Iim, fi2, ifa cipluk, reni, n semuanya aja) kalian adalah teman yang lucu n konyol tapi kalian juga teman yang sangat perhatian. Terima kasih tlah menjadi kawan seperjuangan dari mulai pertama kos di WK, berlanjut ke Kos Putri Ayu sampai kembali ke WK lagi. Lanjutkan perjalanan hidup kalian dengan senyum keoptimisan, guyon sah-sah aja pren.tapi ojo kebangetan ya. Seseorang yang pernah muncul dalam hidupku (my @ngel), karna sikap dan keputusanmu. aq lebih bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih tlah mengajarkan aq rasa kecewa dan sakit Smoga seseorang yg lebih baik kan dapat menjadi penggantiku..

iv

MOTTO

Amin Prasojo, S.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Titus Iis Krisdianawati Lamp. : 4 (empat) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di Malang Assalamualaikum Wr. Wb Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama NIM Jurusan Judul Skripsi : Titus Iis Krisdianawati : 03110022 : Pendidikan Agama Islam : Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang Malang,

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr. Wb

Pembimbing

Amin Prasojo, S.Ag NIP. 150 301 115

vi

SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya mengatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang,

Titus Iis Krisdianawati

vii

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan keharibaan Sang Penguasa Hari Akhir, atas Rahmah, Hidayah serta Inayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: Manajemen Sarana dan Prasarana dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada baginda Rosulullah wa Nabiullah Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang yakni zaman kejayaan Ad-Dinul Islam. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, semoga amal baik tersebut dibalas oleh Allah SWT. Untuk itu penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Ayahanda Parminadi, ibunda Sri Praptini dan adinda tersayang Wahyu Achirul Crisditianto, serta segenap keluarga besar di Turen yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan studi di UIN Malang. 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Malang. 3. Bapak Prof . Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang. 4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.PdI, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Malang. 5. Bapak Amin Prasojo, S.Ag, selaku dosen pembimbing yang sangat perhatian dan selalu membimbing penulis dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini 6. Bapak Drs. Hari Wahyudi, selaku Kepala SMP Negeri 02 Turen yang telah memberikan izin dan kesempatan pada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpin. 7. Segenap guru, karyawan beserta siswa-siswi SMP Negeri 02 Turen atas bantuan dan kerjasamanya dalam pembuatan skripsi ini. 8. Kak Zan, yang dengan setia menemani dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih telah menjadi kakak yang baik bagi penulis, sehingga penulis menjadi lebih tegar dalam menjalani hidup.

viii

9. Sahabat-sahabatku (mbak eri, churin, lala, en2) yang telah menjadi bagian dari keseharian penulis dalam menjalani studi di UIN Malang, semoga Allah menjaga ukhuwah kita hingga akhir zaman. 10. Segenap rekan-rekan penulis angkatan 2003, semoga ilmu yang telah diperoleh dapat bermanfaat dunia dan akhirat. Amin. Kendati demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik konstruktif sangat diharapkan dari pembaca yang budiman. Akhirnya, penulis berharap agar skripsi ini dapat mendatangkan manfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya, baik di dunia maupun di akhirat kelak, Amiin.

Malang,

Penulis

ix

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN 1. Pedoman Interview 2. Pedoman Observasi dan Pedoman Dokumentasi 3. Daftar Hadir Guru SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang 4. Data Siswa SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang 5. Struktur Organisasi SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang 6. Struktur Organisasi Tata Usaha SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang 7. Jadwal Pelajaran SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang 8. Surat Pengantar Penelitian 9. Bukti Konsultasi 10. Surat Keterangan Penelitian

xii

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL .................................................................................... HALAMAN JUDUL........................................................................................ HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... HALAMAN MOTTO ...................................................................................... HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................ HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... KATA PENGANTAR ..................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................................ DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................... ABSTRAK ....................................................................................................... BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................ C. Tujuan Penelitian ................................................................................. D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ E. Ruang Lingkup dan Pembatasan Penelitian......................................... F. Definisi Operasional ........................................................................... G. Sistematika Pembahasan ...................................................................... BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan....................... 1. Pengertian manajemen sarana dan prasarana pendidikan ............... 2. Macam-Macam Sarana dan Prasarana Pendidikan ......................... 3. Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ................... 4. Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan...... 5. Proses Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan ...................

xiii

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam............................................... 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .............................................. 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ................................. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI ................. C. Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI ............................................. 1. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI............................ 2. Upaya-upaya dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI.... 3. Implikasi Manajemen Sarana dan Prasarana pendidikan terhadap peningkatan kualitas pembelajaran PAI ...........................

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................... B. Kehadiran Peneliti................................................................................ C. Lokasi Penelitian.................................................................................. D. Sumber Data......................................................................................... E. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ F. Analisis Data ........................................................................................ G. Pengecekan Keabsahan Data................................................................ H. Tahap-Tahap Penelitian .......................................................................

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Obyek Penelitian......................................................... 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 2. Keadaan Guru dan Karyawan SMP Negeri 02 Turen..................... 3. Keadaan Siswa SMP Negeri 02 Turen............................................ 4. Sarana dan Prasarana yang ada di SMP Negeri 02 Turen............... 5. Kurikulum yang dipakai di SMP Negeri 02 Turen ......................... 6. Struktur Organisasi SMP Negeri 02 Turen ..................................... B. Penyajian dan Analisa Data .................................................................

xiv

1. Sarana dan Prasarana Pendidikan yang Dibutuhkan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI Di SMP Negeri 02 Turen ............................................................................. 2. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen .............................................................................. 3. Hasil Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen melalui Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ....................................................................

BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Sarana dan Prasarana Pendidikan yang Dibutuhkan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen .................................................................................................... B. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen .................................................................................................... C. Hasil Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen melalui Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan............................................................................................

BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

xv

ABSTRAK Titus Iis Krisdianawati, 2007, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Amin Prasojo, S.Ag. Ada dua persoalan pokok yang dihadapi oleh umat beragama pada umumnya. Di satu sisi kita dihadapkan pada persoalan ekonomi, politik, hukum dan lain sebagainya sebagai dampak dari krisis nasional di bidang tersebut. Di satu sisi lain, kita juga dihadapkan pada persoalan-persoalan antar komunitas agama bahkan antar intern pemeluk agama itu sendiri yang belum menunjukkan hubungan yang akrab, kompak dan harmonis. Jika kedua persoalan ini tidak bisa segera dipecahkan agaknya krisis nasional akan bertambah parah dan merambah ke berbagai sektor kehidupan. Dalam rangka mengantisipasi berbagai persoalan itulah, maka pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah harus menujukkan kontribusinya. Karena PAI di sekolah masih seringkali mendapatkan kritik dari para ahli, maka perlu ditingkatkan kualitas pembelajarannya. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di sekolah ada banyak faktor yang mempengaruhinya salah satunya adalah faktor sarana dan prasarana pendidikan. Karena tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai maka pembelajaran tidak akan berjalan efektif dan efisien. Tujuan pembelajaran yang telah ditentukan pun akan sulit tercapai. Berpijak dari hal inilah penulis tertarik mengambil judul: Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang. Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin diangkat adalah Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, bagaimana proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, dan bagaimana hasil peningkatan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam permasalahan tersebut adalah Untuk mengetahui sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, untuk mengetahui proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, dan untuk mengetahui hasil peningkatan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, karena dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang apa adanya di lokasi penelitian. Dan agar hasil penelitian dapat tersusun sistematis, maka langkah peneliti dalam menganalisis data adalah; pertama, dengan mereduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Kedua, mendisplay data

xvi

yaitu menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tabel dan sejenisnya. Dan ketiga melalui verifikasi/ penarikan kesimpulan, yaitu kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang bersifat kredibel dan dapat menjawab rumusan masalah yang dikemukakan sejak awal. Dengan rancangan penelitian seperti dijelaskan di atas, peneliti memperoleh hasil bahwa; Pertama SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI, membutuhkan sarana pendidikan berupa; kapur tulis, spidol, papan tulis, penghapus papan tulis, meja, bangku, kursi, almari, dan media pendidikan seperti OHP, LCD, kaset, CD, VCD, dan TV. Dan prasarana yang dibutuhkan diantaranya; ruang kelas, perpustakaan, masjid dan laboratorium agama. Kedua proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang meliputi perencanaan pengadaan barang, pengadaan barang, pemeliharaan, inventarisasi, dan penghapusan. Dan yang ketiga Melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan SMP Negeri 02 Turen menuai hasil yang tidak mengecewakan, diantaranya SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang mampu mencatat sebagai 8 besar SMP Negeri terbaik sekabupaten Malang. Adapun hasil yang dipeoleh siswa dan guru dengan adanya manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah konsentrasi siswa dalam belajar dapat lebih besar, daya ingat siswa lebih kuat sehingga hasil belajar siswa pada akhir semester pun semakin meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bagi guru karena waktu yang dialokasikan pada mata pelajaran PAI di sekolah umum sangat sempit maka guru dapat lebih mudah dan lebih maksimal dalam menjelaskan sebuah materi. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI menggunakan sarana dan prasarana yang telah tersedian dan siap pakai. Hal ini dikarenakan adanya manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang bagus oleh komponen-komponen sekolah. Dan hasilnya pun cukup memuaskan, baik siswa, guru maupun sekolah dapat merasakan hasilnya dengan manajemen tersebut

Kata kunci: Manajemen, Sarana dan Prasarana Pendidikan, Kualitas Pembelajaran, PAI

xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 1 Banyak indikator yang dapat dijadikan tolak ukur bagi keunggulan dan mutu suatu sekolah. Indikator-indikator tersebut antara lain adalah proses belajar mengajar yang ada di sekolah, kelengkapan sarana dan prasarananya, profesionalitas tenaga kependidikan atau sumber daya manusianya, prestasi akademik peserta didik dan kualitas manajemen sekolah.2 Proses Belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru sebagai pemeran utama. Para pakar pendidikan seringkali menegaskan bahwa guru merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan program pendidikan. Guru yang kompeten dan professional akan lebih mampu dalam menyampaikan materi pelajaran. Sehingga
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm. 3 Ali Imran, Manajemen Peserta Didik di SD: Masalah, Penyebab dan Alternatif Pemecahannya. Jurnal Ilmu Pendidikan, 1998, hlm. 15
2 1

hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Dari pemaparan tersebut dapat kita simpulkan bahwasannya guru merupakan faktor penting dalam proses belajar mengajar, namun bukan berarti keberadaan unsur-unsur lain tidak begitu penting. Keberhasilan seorang guru dipengaruhi banyak faktor, terutama

pengadaan alat-alat sekolah yang akan mendukung kelangsungan proses belajar mengajar. Melalui proses belajar mengajar diharapkan pendidikan agama Islam dapat merubah diri anak didik baik aspek cognitive, affective maupun psychomotor. Dan dengan adanya perubahan dalam tiga aspek tersebut diharapkan akan berpengaruh terhadap tingkah laku anak didik, di mana pada akhirnya cara berpikir, merasa dan melakukan sesuatu itu akan menjadi relatif menetap dan membentuk kebiasaan bertingkah laku pada dirinya. Agar perubahan-perubahan dalam diri anak didik sebagai hasil dari suatu proses belajar mengajar sampai pada tujuan yang diharapkan, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini:3

Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm. 76

Gambar 1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PBM Pendidikan Agama

Instrumental

Kurikulum Program Pedoman Belajar Pengajar Sarana/Fasilitas

LUAR

FAKTOR

Environmental

Alami Fisik Sosial & Budaya Kondisi Fisik Kondisi Indera Minat, Kecerdasan Motivasi, Ingatan Perhatian,Tanggapan Sikap

Fisiologis

DALAM

Psikologis

Oemar Hamalik menjelaskan Dengan demikian sudah jelas bahwa demi mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, maka peran dan fungsi sistem dan proses pembelajaran atau pengajaran ternyata sangat penting. Di samping dibutuhkannya guru-guru yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih memadai, juga diperlukan cara-cara bekerja dan sikap yang baru, peralatan yang lebih lengkap, dan sistem administrasi yang lebih teratur. 4 Sekolah yang kurang pemeliharaan kadang-kadang kelihatan kumuh dan kotor, ini akan berpengaruh pada proses belajar mengajar, karena suasana atau lingkungan belajar tidak mendukung. Sedangkan sekolah yang benar-benar memenuhi syarat kebersihan, keindahan, kesehatan dan ketertiban dan keamanan

Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), hlm. 3

akan mempunyai pengaruh positif terhadap proses pendidikan. Keadaan itu sendiri akan memberikan pengaruh yang positif kepada peserta didik. Alat-alat pembelajaran seperti peralatan laboratorium, yang beranekaragam harga serta bentuknya, ada yang mahal serta langka dan juga ada yang murah serta mudah sekali dijumpai di pasaran perlu mendapatkan penanganan yang serius. Tapi sayangnya alat-alat ini kurang mendapat perhatian. Seperti misalnya ada spidol yang tintanya sudah hampir habis dan belum ada yang mau mengisi atau membelikan tinta, sehingga siswa sulit membaca tulisan dari guru yang ada di papan tulis. Hal sepele tersebut sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar, begitu pula dengan pembelajaran PAI. Melihat fenomena seperti tersebut di atas dapat ditarik benang merah bahwasanya perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolahsekolah kita saat ini masih kurang baik. Padahal sebenarnya pengadaan alat-alat belajar itu tidak sulit, tetapi kadangkala pihak sekolah kurang memperhatikan unsur-unsur perencanaan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa mayoritas orang Islam Indonesia biasanya kurang teliti dalam memelihara alat-alat sekolah tersebut. Kelemahan dalam perencanaan serta kelemahan dalam pemeliharaan pasti akan menjadi hambatan bagi kelangsungan proses belajar mengajar di sekolah. Kalau dianalisis ulang memang benar kalau orang Islam Indonesia masih dianggap konservatif dalam memanage (mengatur) sarana dan prasarana pendidikan. Dalam arti manajemen sarana dan prasarana yang di dalamnya

tercakup unsur pengadaan (perencanaan), pemeliharaan dan penghapusan, itu kurang diperhatikan. Para ahli pendidikan mengungkapkan bahwa pendidikan Agama Islam dikatakan bermutu (berkualitas) jika faktor pendukungnya juga berkualitas. Jadi cukup jelas bahwa alat pendidikan merupakan faktor pendukung dalam mencapai tujuan pendidikan selain faktor-faktor lain. Karena dengan alat pendidikan yang termanage dengan baik akan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan. Pendidikan akan lebih dinamis, pengajaran lebih mantap dalam menyajikan pendidikan yang lebih luas. Ada dua persoalan pokok yang dihadapi oleh umat beragama pada umumnya. Di satu sisi kita dihadapkan pada persoalan ekonomi, politik, hukum dan lain sebagainya sebagai dampak dari krisis nasional di bidang tersebut. Di satu sisi lain, kita juga dihadapkan pada persoalan-persoalan antar komunitas agama bahkan antar intern pemeluk agama itu sendiri yang belum menunjukkan hubungan yang akrab, kompak dan harmonis. Jika kedua persoalan ini tidak bisa segera dipecahkan agaknya krisis nasional akan bertambah parah dan merambah ke berbagai sektor kehidupan. Dalam rangka mengantisipasi berbagai persoalan itulah, maka pembelajaran pendidikan agama di sekolah harus menujukkan kontribusinya. Hanya saja perlu disadari bahwa selama ini terdapat berbagai kritik terhadap pelaksanaan pendidikan agama yang sedang berlangsung di sekolah. Mochtar Buchori (1992) misalnya menilai kegagalan pendidikan disebabkan karena praktik pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata daripada pertumbuhan kesadaran

nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volutif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya, terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara gnosis dan praxis dalam kehidupan nilai agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi islami. Towaf (1996) juga telah mengamati adanya kelemahan-kelemahan PAI di sekolah, antara lain sebagai berikut: 1. pendekatan cenderung masih normativ, dalam arti pendidikan agama menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. 2. Kurikulum PAI yang dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi, tetapi pihak guru PAI seringkali terpaku padanya. Sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh. 3. Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut di atas maka guru PAI kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk pendidikan agama sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.

4. Keterbatasan sarana/prasarana, mengakibatkan pengelolaan cenderung seadanya. Pendidikan agama yang diklaim sebagai aspek yang penting, seringkali kurang diberi prioritas dalam urusan fasilitas.5 Secara konseptual-teoritis, kritik-kritik tersebut telah dijadikan

pertimbangan dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama di sekolah atau madrasah tahun 1994. Dalam GBPP PAI kurikulum SD/MI, SLTP/MTs dan SMU/MA tahun 1994 misalnya, telah dijelaskan bahwa pendidikan agama harus dilaksanakan secara terpadu. Yakni keterpaduan pembinaan antara tiga lingkungan pendidikan, yaitu Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Serta keterpaduan antara pendidikan agama dan perkembangan IPTEK. Karena itu, pelaksanaan pembelajaran PAI di sekolah/madrasah harus memenuhi tuntutan tersebut. Tumbuhnya berbagai kasus dekadensi moral dan degradasi nilai-nilai religius pada saat ini menuntut adanya kearifan para guru, terutama guru PAI untuk memfungsikan PAI secara optimal, guna mencegah timbulnya, mengatasi dan mengantisipasi berbagai kasus amoral tersebut. Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah sebenarnya berfungsi sebagai pengembangan, penyaluran, perbaikan, pencegahan, penyesuaian, sumber nilai, dan pengajaran.6 Untuk mewujudkan fungsi serta tujuan PAI di sekolah, maka para guru beserta seluruh civitas akademik di sekolah tersebut harus meningkatkan kualitas

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam:Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 88
6

Muhaimin, dkk. op.cit.,hlm.10

pembelajaran PAI. Salah satunya dengan memperbaiki manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang selama ini masih kurang mendapat perhatian. SMP Negeri 02 Turen merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Formal yang ada di Kecamatan Turen. Keberadaan SMP Negeri 02 Turen menjadikan warga sekitar bangga, karena seiring dengan waktu sekolah tersebut telah memberi kontribusi yang cukup berarti bagi masyarakat. Fasilitas sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 02 Turen cukup memadai. Jumlah yang cukup tersebut dimanage/dikelola dengan baik sehingga SMP Negeri 02 Turen dapat menyajikan pembelajaran PAI yang berkualitas. Berpedoman pada fenomena serta kajian penelitian yang terdahulu maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di lokasi ini dengan judul Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang.

B. Rumusan Masalah 1. Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang? 2. Bagaimana proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang? 3. Bagaimana hasil peningkatan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan?

C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang. 2. Untuk mengetahui proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang. 3. Untuk mengetahui hasil peningkatan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan.

D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Lembaga Pendidikan Sebagai contoh/tauladan yang baik dalam melaksanakan proses belajar mengajar PAI melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan. 2. Bagi Almamater a Sebagai bahan komparasi dalam rangka pelaksanaan proses belajar mengajar PAI b Sebagai salah satu masukan bagi pelaksana pendidikan dalam rangka mensukseskan tujuan pendidikan nasional. 3. Bagi Peneliti

10

Sebagai latihan atau aplikasi teori yang diperoleh dari bangku kuliah tentang manajemen pendidikan khususnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan.

Sebagai

penambah

khazanah

keilmuan

sehingga

dapat

mengembangkan wawasan baik secara teori maupun praktek.

E. Ruang Lingkup dan Pembatasan Penelitian Guna memberikan arah pembahasan pada tujuan yang telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian akan diarahkan pada sekitar manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI, yang meliputi: 1. Sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, yang meliputi: a) Sarana yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang. b) Prasarana yang ikut menunjang peningkatan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang. 2. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, yang meliputi: a) Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan b) Pemakaian dan pemeliharaan sarana dan prasana pendidikan

11

c) Penghapusan dan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan 3. Hasil peningkatan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan.

F. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahfahaman pengertian tentang arti yang terkandung dalam pembahasan, maka perlu ada penegasan istilah yang terdapat dalam penelitian ini. Adapun istilah yang perlu dijelaskan ialah pengertian sarana dan prasarana pendidikan, kualitas pembelajaran PAI, serta manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua peralatan serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Contoh: gedung sekolah, ruangan, meja, kursi, alat peraga dan lain-lain. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua komponen yang secara tidak langsung menunjang proses belajar mengajar atau proses pendidikan di sekolah. Contoh: jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan lain-lain. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah proses

pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sekolah secara efektif dan efisien. Kualitas pembelajaran PAI adalah mutu atau kualitas yang terdapat pada pelaksanaan pembelajaran PAI di suatu lembaga dalam mencapai keberhasilan memenuhi tuntutan pelanggan dan standar yang telah ditentukan.

12

G. Sistematika Pembahasan Bab I :Pendahuluan, yang berisi pokok-pokok pemikiran yang

melatarbelakangi penulisan skripsi ini, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan pembatasan penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan. Bab II : Kajian Pustaka, berisi tinjauan pustaka mengenai manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI, dan pembahasan ini dibagi menjadi 3 bagian besar. Pertama berisi tentang konsep manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang meliputi; pengertian manajemen sarana dan prasarana pendidikan, macam-macam sarana dan prasarana pendidikan, tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan, prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana pendidikan, dan proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Kedua berisi tentang pembelajaran PAI yang meliputi; pengertian, tujuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran PAI. Ketiga berisi tentang peningkatan kualitas pembelajaran PAI, pada pembaasan ini dibagi menjadi 3 sub pembahasan yakni faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI, upayaupaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam, dan implikasi manajemen sarana dan prasarana pendidikan terhadap peningkatan kualitas pembelajaran PAI.

13

Bab III : Metode Penelitian, yang meliputi; pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap penelitian. Bab IV : Laporan Hasil Penelitian, yakni memaparkan data-data yang akurat berkaitan dengan Sejarah Berdirinya SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran PAI, Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, dan hasil peningkatan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Bab V :Pembahasan Hasil Penelitian. Pada bab ini semua hasil penelitian dipadukan dengan teoi-teori yang sudah dipaparkan pada Bab II, dalam penelitian ini pembahasan penelitian dibagi menjadi tiga bagian yakni Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran PAI, Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, dan Hasil Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang melalui Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Bab VI : Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan 1. Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Manajemen berasal dari kata To Manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan karena manajemen diartikan mengatur maka timbul beberapa pertanyaan bagi kita, seperti apa yang diatur? Kenapa harus diatur? Siapa yang mengatur? Bagaimana mengaturnya? Di mana harus diatur? Menurut Malayu Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu. G.R. Terry menyatakan bahwa manajemen adalah satu proses yang khas yang terdiri dari tindakantindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.1 Ada kaitan yang erat antara organisasi, administrasi dan manajemen. Pengertian organisasi yaitu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih

Malayu Hasibuan, Manajemen:Dasar, Pengertian, dan Masalah Aksara, 2001), hlm.1

(Jakarta: Bumi

15

bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu nampak sudah ada kesepakatan dari para ahli. Tetapi pengertian administrasi dengan pengertian manajemen masih kelihatan tidak terpisah secara jelas.2 Seringkali kata administrasi dikaitkan dengan kata manajemen. Administrasi dan manajemen tidak dapat dipisahkan dan harus merupakan suatu kesatuan, hanya saja kegiatannya yang dapat dibedakan sesuai dengan perbedaan kedua wawasan. Administrasi lebih luas daripada manajemen, administrasi bersifat menentukan tujuan dan kebijakan umum yang mengikat seluruh atau departemental. Akhirnya tanpa manajemen tak mungkin administrasi mencapai tujuannya.3 Akhir-akhir ini ada beberapa penulis yang membedakan antara manajemen dan administrasi walaupn kadang-kadang pembedaan itu tidak konsisten. Kalaupun ada perbedaan, perbedaan itu nampaknya tidak fundamental. Ketidaksamaan pendapat yang ada dapat difahami sebab dalam praktek ada tiga pendapat tentang hubungan antara administrasi dan manajemen, yakni: a. Administrasi lebih luas dari manajemen atau administrasi mencakup manajemen. Pendapat itu sesuai dengan pendapat: 1. Drs. Sukarno K. mengatakan Administrasi adalah kulit luar manajemen atau dengan kata lain manajemen adalah inti daripada administrasi.

2 3

Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Bina Aksara,1988), hlm.1

Burhanuddin, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpianan Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 20

16

2. Oliver Sheldon dalam bukunya. The Phylosophy of Management mengatakan: administrasi menentukan tujuan (goal) sedangkan manajemen berusaha ke arah situ. Bagi mereka yang menganut faham ini, administrasi diartikan sebagai penetapan dan penentuan tujuan, sedang manajemen adalah upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Pemahaman demikian timbul sebab manajemen atau pelaksanaan tugas merupakan salah satu fungsi dari administrasi yakni, perencanaan, pelaksanaan (manajemen) dan pengawasan atau pengendalian. b. Administrasi identik dengan manajemen, dengan alasan: 1. Dilihat dari pengertiannya, baik administrasi maupun manajemen adalah merupakan proses, kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Dalam Websters Dictionary New Collegiats maupun dalam Advanced Learners Dictionary Of Current English, administrasi diberi arti sama dengan manajemen. c. Administrasi lebih sempit dari manajemen, dalam administrasi tercakup dalam manajemen. Secara spesifik administrasi merupakan satu bidang dari manajemen sebab manajemen terdiri dari enam bidang, yakni production, marketing, financial, personal, human relation dan

administrative management.4

Harbangan Siagian, Administrasi Pendidikan (Semarang: Setya Wacana, 1989), hlm. 54

17

Yang dimaksud dengan sarana sekolah yakni meliputi semua peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Contoh: gedung sekolah (school building), ruangan, meja, kursi, alat peraga dan lain-lain. Sedangkan prasarana merupakan semua komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses belajar mengajar atau pendidikan di sekolah. Sebagai contoh: jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan sebagainya.5 Menurut Suharsimi Arikunto sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar. Sedangkan menurut rumusan Tim Penyusun Pedoman Pembukuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien. Arti sarana seringkali disamakan dengan kata fasilitas. Lebih luas fasilitas diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan sesuatu usaha. Usaha ini dapat berupa benda-benda maupun uang. Jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana.6 Perlengkapan sekolah, atau juga sering disebut dengan fasilitas sekolah, dapat dikelompokkan menjadi: (1) sarana pendidikan; dan (2) Prasarana pendidikan. Jadi, makna atau definisi manajemen sarana dan
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan (Malang: IKIP,1989), hlm.135 Suharsimi Arikunto. Organisasi dan Administrasi: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 82
6 5

18

prasarana

pendidikan

dapat

disamakan

dengan

makna

manajemen

perlengkapan sekolah. Secara sederhana, manajemen perlengkapan sekolah dapat

didefinisikan sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien.7 Berdasarkan definisi sederhana tersebut maka pada hakikatnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah itu merupakan proses pendayagunaan semua sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Sedangkan definisi lain diungkapkan oleh Ary H Gunawan, beliau mengatakan bahwa administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara continue terhadap benda-benda pendidikan, agar senantiasa siap pakai (ready for use) dalam proses belajar mengajar sehingga PBM semakin efektif dan efesien guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.8 Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa administrasi sarana sering juga disebut administrasi materiil, atau administrasi peralatan, adalah segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan pengadaan, pendayagunaan dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.9

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Ary H Gunawan, Administrasi Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 114 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 81

hlm.2
8 9

19

2. Macam-Macam Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam hubungannya dengan sarana pendidikan, Nawawi (1987) mengklasifikasikannya menjadi beberapa macam sarana pendidikan, yaitu: 1. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu: a. Sarana pendidikan yang habis dipakai. Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai contohnya adalah kapur tulis yang biasanya digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran, besi, kayu, dan kertas karton yang seringkali digunakan oleh guru dalam mengajar materi pelajaran keterampilan. Semua contoh tersebut merupakan sarana pendidikan yang apabila dipakai satu kali pakai atau beberapa kali bisa habis dipakai atau berubah sifatnya. b. Sarana pendidikan yang tahan lama. Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Beberapa contohnya adalah bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe dan beberapa peralatan olah raga. 2. Ditinjau dari bergerak tidaknya pada saat digunakan. a. Sarana pendidikan yang bergerak

20

Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya. Lemari arsip sekolah misalnya, merupakan sarana pendidikan yang bisa dipindahkan kemana-mana bila diinginkan. Demikian pula bangku sekolah termasuk sarana pendidikan yang bisa digunakan atau dipindahkan kemana saja. b. Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan. Misalnya saja suatu sekolah yang sudah memiliki saluran dari PDAM. Semua peralatan yang berkaitan dengan itu, seperti pipanya, relative tidak mudah untuk dipindahkan ke tempat-tempat tertentu. 3. Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar. Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung dignakan dalam proses belajar mengajar, contohnya kapur tulis, atlas, dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar. Kedua, sarana pendidikan yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti lemari arsip di kantor sekolah merupakan sarana pendidikan yang tidak secara langsung digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam.

21

a. Prasarana yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan dan ruang laboratorium. b. Prasarana yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar. Contohnya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah dan tempat parker kendaraan.10 Suharsimi mengungkapkan, fasilitas atau sarana secara garis besar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: a. Fasilitas Fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan

melancarkan sesuatu usaha. Fasilitas fisik juga disebut fasilitas materiil. Contoh: kendaraan, alat tulis menulis, alat komunikasi, penampil dan sebagainya. Di dalam kegiatan pendidikan yang tergolong dalam fasilitas fisik atau fasilitas materiil antara lain: perabot ruang kelas, peralatan kantor tata usaha, perabot dan peralatan laboratorium, perlengkapan perpustakaan, perlengkapan ruang praktik, dan sebagainya. b. Fasilitas Uang, yakni segala sesuatu yang dapat mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang. Kalau akan diperluas lagi sebenarnya masih bisa. Pemberian pinjaman kendaraan, kesempatan menggunakan waktu untuk berekreasi itupun fasilitas

10

Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm.2

22

tetapi tidak nyata sebagai benda yang dimiliki oleh sekolah. Yang disebutkan belakangan juga memudahkan proses atau kegiatan pencapaian tujuan. Ada tiga pengertian yang biasanya dicampuradukkan, yaitu: alat pelajaran, alat peraga dan media pendidikan. Alat pelajaran adalah semua benda yang dapat dipergunakan secara langsung oleh guru maupun murid dalam proses belajar mengajar. Buku tulis, gambar-gambar, alat-alat tulis menulis, seperti kapur, penghapus dan papan tulis maupn alat-alat praktek, semanya termasuk ke dalam lingkup alat pelajaran. Alat peraga mempunyai arti yang luas. Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang tingkatannya paling kongkrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat mempermudah pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada murid. Dengan pengertian ini maka alat pelajaran dapat termasuk ke dalam lingkup alat peraga, tetapi belum tentu semua alat peraga merupakan alat pelajaran. Media pendidikan mempunyai peranan yang lain dari alat peraga. Media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara di dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efisiensi, tetapi dapat pula sebagai pengganti peran guru. Media dapat dibedakan menjadi; media audio, media visual dan media audio visual.11 Hal senada diungkapkan oleh Ary H Gunawan, beliau menyatakan bahwa fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari:

11

Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 82

23

1. Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM, prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan), contoh: tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah, jaringan jalan, air, listrik, telepon, serta perabot/mebiler. Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM, seperti alat pelajaran, atau alat peraga, alat praktek dan media pendidikan. 2. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi: Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu sebagai sesuatu yang berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan suatu usaha. Seperti; kendaraan, mesin tulis, computer, perabot, media dan lain-lain. Fasilitas non fisik yakni sesuatu yang bukan benda mati atau tidak dapat dibendakan yang mempunyai peranan untuk memudahkan sesuatu usaha seperti, manusia, jasa dan uang. 3. Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi: Barang bergerak atau barang berpindah atau dipindahkan, dikelompokkan menjadi (a) barang habis pakai, contonya: kapur tulis, tinta, kertas, spidol, penghapus dan lain-lain. (b) barang tak habis pakai, contohnya mesin tulis, komputer, kendaraan, perabot dan sebagainya.

24

Barang tidak bergerak ialah barang yang tidak berpindah-pindah letaknya atau tidak bisa dipindahkan, seperti tanah, bangunan atau gedung, sumur, menara air dan lain sebagainya.12 3. Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Secara umum, tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan pelayanan secara professional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Secara rinci, tujuannya adalah sebagai berikut: a. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. Dengan perkataan ini, melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan diharapkan semua perlengkapan yang didapatkan oleh sekolah adalah sarana dan prasarana yang berkualitas tinggi, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien. b. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan efisien. c. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personel sekolah.13 4. Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Agar tujuan-tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan, sebagaimana diuraikan di atas bisa tercapai, menurut Ali Imron, dkk. dalam
12 13

Ary H Gunawan, op.cit., hlm. 115 Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 5

25

Nur Masriyah, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah: a. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu bahwa sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus selalu dalam kondisi siap pakai bilamana akan didayagunakan oleh personel sekolah dalam rangka pencapaian tujuan proses belajar mengajar. b. Prinsip efisiensi, yaitu bahwa pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah hars dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan sarana dan prasarana pendidikan yang baik dengan harga yang murah. Dan pemakaiannya pun harus dengan hati-hati sehingga mengurangi pemborosan. c. Prinsip Administratif, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekola harus selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi dan petunjuk teknis yang diberlakukan oleh yang berwenang. d. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus di delegasikan kepada personel sekolah yang mampu bertanggungjawab. Apabila melibatkan banyak personel sekolah dalam manajemennya maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggungjawab yang jelas untuk setiap personel sekolah.

26

e. Prinsip Kekohesifan, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah iu harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja yang sangat kompak.14 5. Proses Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Seperti kita ketahui bersama, bahwa sarana dan prasarana merpakan penunjang tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Untuk

merealisasikan pendidikan yang merupakan uaaha sadar dan yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa, maka sekolah

hendaknya membina potensi lahir dan batin secara maksimal. Dengan demikian sekolah merupakan salah satu tempat untuk mewujudkan pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, sesuai tujuan pendidikan dalam GBHN. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka sekolah perlu meningkatkan mutu pendidikan, melalui pengembangan program pendidikan dan pengajaran dengan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar siswa. Untuk melaksanakan hal tersebut, maka pengelolaan sarana dan prasarana perlu dikelola dengan sebaik-baiknya. Hal yang perlu diperhatikan adalah masalah pemeliharaan dan pengawasan tentang sarana dan prasarana tersebut. Bilamana hal-hal di atas dilakukan dengan baik, maka sarana dan prasarana dapat dipakai dan digunakan dengan perasaan yang menyenangkan oleh para pemakainya.

Nur Masriyah, Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di MAN I Malang, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2006, hlm.30

14

27

Tujuan pemeliharaan agar kekayaan yang besar nilainya itu memperoleh pengamanan yang baik. Pengamanan itu hendaknya secara menyeluruh, yaitu pengamanan perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan penghapusan.15 Ibrahim Bafadal menyatakan bahwa kegiatan manajemen sarana dan prasarana pendidikan itu meliputi: pengadaan, pendistribusian, pemakaian dan pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan. Kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 16 Gambar 2.1 Proses Manajemen Sarana dan Prasarana

1. Pengadaan Analisis kebutuhan Analisis anggaran Seleksi Keputusan Pemerolehan 5. Penghapusan 2. Pendistribusian Pengalokasian Pengiriman 3. Penggunaan dan Pemeliharaan

4. Inventarisasi

15 16

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, op.cit., hlm.152 Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm.7

28

1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Aktifitas pertama dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah pengadaan sarana dan prasarana. Kegiatan ini biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan pendidikan di sekolah, menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, dihapuskan atau sebab-sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga

memerlukan pergantian, dan untuk menjaga tingkat persediaan barang setiap tahun anggaran mendatang. Berkenaan dengan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah ada beberapa hal yang perlu difahami, di antaranya yakni: a. Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Suatu kegiatan administrasi/manajemen/pengelolaan yang baik dan tidak gegabah (sembrono) tentu diawali dengan suatu perencanaan (planning/programming) yang matang dan baik dilaksanakan demi menghindari diinginkan. Perencanaan yang baik dan teliti akan berdasarkan analisis kebutuhan, dan penentuan skala priorotas bagi kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan urutan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya untuk dilaksanakan yang disesuaikan dengan tersedianya dana dan tingkat kepentinagannya. R. Freedman dan kawan-kawannya mengatakan, bahwa terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak

perencanaan atau rencana (planning/programming) adalah pengetrapan

29

secara sistematik daripada pengetahuan yang tepat guna untuk mengontrol dan menentukan arah kecendrungan perubahan, kepada tujuan yang telah ditetapkan.17 Akhir-akhir ini telah banyak teoritisi yang mendeskripsikan langkah-langkah perencanaan pengadaan perlengkapan (sarana dan prasarana) pendidikan di sekolah, di antaranya adalah seorang teoretisi administrasi pendidikan, yaitu Jame J. Jones (1969). Jones menegaskan bahwa langkah-langkah perencanaan pengadaan

perlengkapan pendidikan di sekolah adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis kebutuhan pendidikan suatu masyarakat dan

menetapkan program untk masa yang akan datang sebagai dasar untuk mengevaluasi keberadaan fasilitas dan membuat model perecanaan perlengkapan yang akan datang. 2. Melakukan survey ke seluruh unit sekolah untuk menyusun master plan untuk jangka waktu tertentu. 3. Memilih kebutuhan utama berdasarkan hasil survey. 4. Mengembangkan Educational Specification untuk setiap proyek yang terpisah-pisah dalam usulan master plan. 5. Merancang setiap proses yang terpisah-pisah sesuai dengan spesifikasi pendidikan yang diusulkan. 6. Mengembangkan atau menguatkan tawaran atau kontrak dengan melaksanakan sesuai dengan gambaran kerja yang diusulkan.

17

Ary H. Gunawan, op.cit. hlm.117

30

7. Melengkapi perlengkapan gedung dan meletakkannya sehingga siap untuk digunakan Dua orang teoritisi administrasi lainnya yang menjelaskan tentang prosedur perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah adalah Emery Stoops dan Russel E. Johnson (1969). Pasangan penulis tersebut menegaskan bahwa prosedur perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah adalah: 1. Pembentukan panitia pengadaan barang atau perlengkapan 2. Penetapan kebutuhan perlengkapan 3. Penetapan spesifikasi 4. Penetapan harga satuan perlengkapan 5. Pengujian segala kemungkinan 6. Rekomendasi 7. Penilaian kembali Berdasarkan uraian tentang prosedur perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah sebagaimana dikemukakan di atas, dapat ditegaskan bahwa proses perencanaan pengadaan sarana dan prasarana di sekolah tidak mudah. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan bukanlah sekadar sebagai upaya pencarian ilham, melainkan upaya memikirkan perlengkapan yang diperlukan di masa yang akan datang dan bagaimana pengadaannya secara sistematis, rinci dan teliti berdasarkan informasi yang realistis tentang kondisi sekolah. Agar prinsip-prinsip tersebut betul-betul terpenuhi,

31

semua pihak yang dilibatkan atau ditunjuk sebagai panitia perencanaan pengadaan perlengkapan di sekolah perlu mengetahui dan

mempertimbangkan program pendidikan, perlengkapan yang sudah dimiliki, dana yang tersedia dan harga pasar.18 b. Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya merupakan upaya merealisasikan rencana pengadaan sarana dan prasarana yang telah disusun sebelumnya. Seringkali sekolah mendapatkan bantuan sarana dan prasarana pendidikan dari pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Nasional Provinsi, dan Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten. Namun bantuan tersebut dalam jumlah terbatas dan tidak selalu ada, sehingga sekolah dituntut untuk selalu berusaha juga melakukan pengadaan perlengkapan dengan cara lain. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pengelola perlengkapan sekolah untuk mendapatkan perlengkapan yang

dibutuhkan sekolah, antara lain dengan cara: 1. Pembelian, untuk membeli sarana dan prasarana di sekolah dapat ditempuh dengan cara membeli di pabrik, membeli di toko dan memesan. 2. Hadiah atau sumbangan, selain dengan cara membeli,

perlengkapan sekolah juga bisa diperoleh dari hadiah atau

18

Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 27

32

sumbangan perorangan maupun organisasi, badan-badan atau lembaga-lembaga tertentu. 3. Tukar menukar, untuk memperoleh tambahan sarana dan prasarana, pengelola sarana dan prasarana sekolah bisa

mengadakan hubungan kerjasama dengan pengelola sarana dan prasarana sekolah lainnya. Hubungan kerjasama tersebut berupa saling menukar perlengkapan sekolah. 4. Meminjam, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah bisa dilakukan dengan cara meminjam kepada pihak-pihak tertentu. Pihak-pihak yang dapat dipinjam adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru ataupun orang tua murid.19 2. Pendistribusian Sarana dan Prasarana Sekolah Barang-barang perlengkapan sekolah (sarana dan prasarana) yang telah diadakan dapat didistribusikan. Pendistribusian atau penyaluran perlengkapan merupakan kegiatan pemindahan barang dan tanggungjawab dari seorang penanggungjawab penyimpanan kepada unit-unit atau orangorang yang membutuhkan barang itu. Dalam rangka itu, ada tiga langkah yang sebaiknya ditempuh oleh bagian penanggungjawab penyimpanan atau penyaluran, yaitu: (1) penyusunan alokasi barang; (2) pengiriman barang; (3) penyerahan barang.20 Daryanto menyatakan, ada beberapa prinsip administrasi

penyimpanan peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah:


19 20

Ibrahim Bafadal, Ibid., hlm. 32 Ibrahim Bafadal, Ibid., hlm. 38

33

a. Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat yang bebas dari faktor-faktor perusak, seperti: panas, lembab, lapuk dan serangga. b. Harus mudah dikerjakan baik untuk menyimpan maupun yang keluar alat. c. Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan. d. Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan bahwa persediaan lama harus lebih dulu digunakan. e. Harus diadakan inventarisasi secara berkala. f. Tanggungjawab untuk pelaksanaan yang tepat dari tiap-tiap penyimpanan harus dirumuskan secara terperinci dan difahami dengan jelas oleh semua pihak yang berkepentingan. Pendistribusian peralatan dan perlengkapan pengajaran ini harus berada dalam tanggung jawab salah seorang anggota staf yang ditunjuk. Karena pelaksanaan tanggungjawab ini hanya bersifat ketatausahaan maka kurang tepat jika kepala atau guru sendiri yang langsung melaksanakannya yang paling tepat adalah pegawai tata usaha. Kebijaksanaan

pendistribusian ini hendaklah ditekankan kepada efisien dan fleksibilitas, maksudnya bila diperlukan sewaktu-waktu segera dapat disediakan.21 Sedangkan Ary H. Gunawan, berpendapat bahwa dalam lingkungan yang sempit seperti di lingkungan sekolah/fakultas, maka kegiatan penyaluran dapat berwujud pendistribusian atau kegiatan

21

Daryanto. Administrasi pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 52

34

membagi/mengeluarkan barang sesuai kebutuhan guru/dosen/seksi bagian dalam instansi/sekolah/fakultas tesebut utnuk keperluan kegiatan belajar mengajar serta perkantoran. Kegiatan penyaluran barang yang baik melipputi penyusunan alokasi, pengiriman barang (untuk pusat-pusat penyalur) dan penyerahan barang.22 3. Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan a. Penggunaan/Pemakaian Sarana dan Prasarana Pendidikan Begitu barang-barang yang telah diadakan itu didistribusikan kepada bagian-bagian kelas, perpustakaan, laboratorium, tata usaha atau personel sekolah berarti barang-barang tersebut sudah berada dalam tanggungjawab bagian-bagian atau personel sekolah tersebut. Atas pelimpahan itu pula pihak-pihak tersebut berhak memakainya utnuk kepentingan proses pendidikan di sekolahnya. Dalam kaitan dengan pemakaian perlengkapan pendidikan itu, ada dua prinsip yang harus selalu diperhatikan yaitu prinsip efektifitas dan prinsip efisiensi. Dengan prinsip efektifitas berarti semua pemakaian sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus digunakan semata-mata dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsng maupun tidak langsung. Sedangkan dengan prinsip efisisiensi berarti pemakaian semua sarana dan prasarana pendidikan di sekolah secara hemat dan dengan hati-hati

22

Ary H. Gunawan, op.cit., hlm.144

35

sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak atau hilang.23 b. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Agar setiap barang yang kita miliki senantiasa dapat berfungsi dan digunakan dengan lancar tanpa banyak menimbulkan gangguan/hambatan maka barang-barang tersebut perlu dirawat secara baik dan kontinu untuk menghindari adanya unsur-unsur pengganggu/perusaknya. Dengan

demikian kegiatan rutin untuk mengusahakan agar barang tetap dalam keadaan baik dan berfungsi baik pula (running well) disebut pemeliharaan atau perawatan (service). Kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan menurut ukuran waktu dan menurut ukuran keadaan barang. Pemeliharaan menurut ukuran waktu dapat dilakukan setiap hari (setiap akan/sesudah memakai) dan secara berkala atau dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk penggunaan (manual), misalnya 2 atau 3 bulan sekali (seperti mesin tulis) atau jam pakai tertentu (mesin statis). Pemeliharaan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh pemegangnya/penanggungjawabnya, atau memanggil tukang/ahli servis untuk melakukannya, atau membawanya ke bengkel servis. Pemeliharaan yang dilakukan menurut keadaan barangnya dilakukan terhadap barang habis pakai dan barang tak habis pakai, seperti pemeliharaan terhadap kertas, kapur dan sebagainya dengan penyimpanan yang baik (aman, tidak lembab, bebas hama dan sebagainya), sebelum

23

Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm.42

36

barang tersebut dipakai atau dalam penyimpanan. Terhadap barang tak habis pakai seperti mesin tlis, kendaraan dan sebagainya dilakukan servis bila keadaan pemakaiannya ternyata sudah kurang enak atau kurang lancar, secara rutin berkala. Pemeliharaan terhadap tanah dan gedung, dilakukan pembersihan, pengecatan, menyapu, mengepel dan lain sebagainya. Pada prinsipnya kegiatan pemeliharaan dilakukan agar setiap sarana dan prasarana itu senantiasa siap pakai dalam proses/kegiatan belajar mengajar. Aktifitas, kreatifitas serta rasa tanggung jawab dan rasa handar beni adalah kunci dari keberhasilan kegiatan pemeliharaan demi optimalisasi daya pakai dan daya guna setiap barang kita.24 4. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Sekolah Salah satu aktifitas dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan di sekolah adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki oleh sekolah. Lazimnya, kegiatan pencatatan semua perlengkapan itu disebut dengan istilah inventarisasi suatu perlengkapan proses yang pendidikan. berkelanjutan. Kegiatan Secata tersebut definitive,

merupakan

inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib dan teratur berdasarkan ketentan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku. Menurut keputusan Menteri Keuangan RI Nomor kep.

225/MK/V/4/1971 barang milik Negara adalah berupa semua barang yang

24

Ary H. Gunawan, op.cit., hlm. 146

37

berasal atau dibeli dengan dana yang bersumber baik secara keseluruhan atau sebagainya, dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang barang-barangnya di bawah penguasaan pemerintah, baik pusat, provinsi, maupun daerah otonom, baik yang berada di dalam maupun luar negeri. Ada beberapa landasan hukum yang mendasari kegiatan inventarisasi perlengkapan sekolah, yaitu: 1. Instruksi Presiden RI Nomor 3 tahun 1971, tertanggal 30 Maret 1991. 2. Surat keputusan Menteri Keuangan Nomor kep. 225/MK/V/4/1971, tertanggal 13 April 1971 3. Surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9 tahun 1971, tertanggal 23 Oktober 1971. 4. Intruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4/M/1980, tertanggal 24 Mei 1980. Melalui inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan akan tercipta ketertiban administrasi barang, penghematan keuangan,

mempermudah dalam pemeliharaan dan pengawasan. Lebih lanjut, inventarisasi mampu menyediakan data dan informasi untuk perencanaan. Berdasarkan edaran surat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tanggal 16 Januari 1997 No. 2/MPK/1979, pengurusan barang-barang di sekolah dasar dilakukan oleh kepala sekolah sendiri. Sebagaimana yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal, Stoop dan Jhonson menyatakan bahwa dalam pelaksanaan sehari-hari kepala sekolah selaku administrator dapat

38

menunjuk stafnya atau guru-guru untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab tersebut. Kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan meliputi dua kegiatan, yaitu: 1. Kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang perlengkapan Barang-barang perlengkapan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu barang inventaris dan barang bukan inventaris. Barang inventaris adalah keseluruhan perlengkapan sekolah yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama, seperti meja, bangku, papan tulis, buku perpustakaan sekolah dan perabot-perabot lainnya. Sedangkan barang-barang bukan inventaris adalah semua barang habis pakai, seperti kapur tulis, karbon, kertas, pita mesin tulis dan barang-barang yang statusnya tidak jelas. Baik barang inventaris maupun barang bukan inventaris yang diterima sekolah harus dicatat di dalam buku penerimaan. Setelah itu, khusus barang-barang inventaris dicatat di dalam buku induk inventaris dan buku golongan inventaris. Sedangkan khusus barangbarang bukan inventaris dicatat di dalam buku induk bukan inventaris dan kartu (bisa berupa buku) stok barang. Dengan demikian, pencatatan perlengkapan pendidikan di sekolah yang tertib dan teratur dapat digambarkan sebagai berikut:25

25

Ibrahim Bafadal, op.cit,. hlm.57

39

Gambar 2.2 Tata Cara Pencatatan Perlengkapan Sekolah

Ada barang baru Pencatatan di dalam buku penerimaan Pengelompokan barang baru Inventaris Bukan inventaris

Pencatatan di dalam buku penerimaan

Pencatatan di dalam buku penerimaan

Pencatatan di dalam buku penerimaan

Pencatatan di dalam buku penerimaan

Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan inventaris perlengkapan pendidikan di sekolah adalah membuat kode barang dan

menuliskannya pada badan perlengkapan pendidikan di sekolah, terutama yang tergolong sebagai barang inventaris. Kode barang adalah sebuah tanda yang menunjukkan kepemilikan barang. Kode tersebut ditulis pada barang yang sekiranya mudah dilihat dan dibaca. Tujuan pembuatan dan penulisan kode adalah untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan pendidikan

40

di sekolah, baik ditinjau dari kepemilikan, penanggungjawab maupun jenis dan golongannya. Biasanya kode barang itu berbentuk angka atau numerik. Ukurannya disesuaikan dengan besar kecelnya barang perlengkapan yang akan diberi kode, dengan warna yang berbeda dari warna dasar barang sehingga mudah dibaca. Biasanya warna kode tersebut adalah putih atau hitam.26 2. Kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan. Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau barang inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk perlengkapan baru kepada pemerintah, yaitu departemennya. Sekolah-sekolah swasta wajib melaporkannya kepada yayasannya. Laporan tersebut seringkali disebut dengan istilah laporan mutasi barang. Pelaporan tersebut dilakukan sekali dalam setiap triwulan. Misalnya, pada setiap bulan Juli, Oktober, Januari dan April tahun berikutnya. Biasanya di sekolah itu ada barang rutin dan barang proyek. Bilamana demikian halnya, maka pelaporannya pun harus dibedakan. Dengan demikian, ada laporan barang rutin dan laporan barang proyek.27 5. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan Barang-barang yang ada di sekolah adalah barang milik Negara. Oleh karena itu, barang-barang tersebut harus selalu dijaga agar tidak hilang
26 27

Ibrahim Bafadal, Ibid., hlm.59 Ibrahim Bafadal, Ibid., hlm.61

41

atau lekas rusak. Walaupun demikian apabila barang-barang tersebut sudah dimanfaatkan terlalu lama akan sampai pulalah pada saat memudar daya gunanya. Daripada mendatangkan kerugian yang besar bagi pihak sekolah maka barang tersebut lebih baik disingkirkan/dihapus saja. Yang dimaksud dengan penghapusan adalah kegiatan yang mempunyai tujuan untuk menghapuskan barang-barang milik Negara dari daftar inventaris Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai salah satu fungsi dari pengelolaan perlengkapan, penghapusan mempunyai arti: 1. mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian yang lebih besar, yang disebabkan oleh: a. Pengeluaran yang semakin besar untuk pemeliharaan/perbaikan barang-barang yang kondisinya semakin buruk. b. Pemborosan biaya untuk pengamanan barang-barang kelebihan atau barang-barang lain yang karena beberapa sebab tidak dipergunakan lagi. 2. meringankan beban kerja inventarisasi 3. membebaskan barang dari tanggung jawab satuan organisasi yang mengurusnya menurut peraturan dan ketentuan yang berlaku.28 Walaupun penghapusan barang-barang ada keuntungannya tetapi tidaklah gampang bagi suatu instansi untuk mengadakan penghapusan.

28

Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi (Surabaya: Usaha Nasional,1994), hlm. 198

42

Barang-barang yang dapat dihapuskan dari daftar inventaris harus memenuhi salah satu atau lebih dari syarat-syarat di bawah ini: 1. Dalam keadan rusak berat sehingga tidak dapat diperbaiki atau dipergunakan lagi 2. Perbaikan akan menelan biaya yang besar sekali sehingga merupakan pemborosan uang Negara. 3. secara teknis dan ekonomis kegunaan tidak seimbang dengan biaya pemeliharaan. 4. Penyusutannya berada di luar kekuasaan pengurus barang (misalnya bahan-bahan kimia). 5. Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini, misalnya mesin hitung yang sudah diganti dengan kalkulator, arau mesin tulis biasa yang sudah harus diganti dengan IBM. 6. Barang kelebihan yang jika disimpan lebih lama, akan rusak dan tidak dapat dipakai lagi. 7. Ada penurunan efektifitas kerja, misalnya dengan mesin tulis baru sebuah konsep dapat diselesaikan dalam waktu lima hari, tetapi dengan mesin tulis yang hampir rusak harus diselesaikan dalam waktu 10 hari. 8. Dicuri, terbakar, diselewengkan, musnah akibat bencana alam, dan sebagainya. Untuk melakukan penghapusan atau penyingkiran (afkeur) pelaksana harus memperhatikan tahap-tahap sebagai berikut:

43

1. Pemilihan barang yang akan dihapuskan dilakukan setiap tahun bersamaan dengan waktu memperkirakan kebutuhan. 2. Memperhitungkan faktor-faktor penyingkiran dan penghapusan

ditinjau dari segi nilai uang. 3. Membuat surat pemberitahuan kepada atasan bahwa akan diadakan penyingkiran dengan menyebutkan barang-barang yang hendak disingkirkan. 4. Melaksanakan penyingkiran dengan cara-cara mengadakan lelangan, menghibahkan kepada badan/orang lain atau membakar. Proses penghapusan/penyingkiran harus disaksikan oleh atasan 5. Membuat berita acara tentang pelaksanaan penyingkiran.29 Sebagaimana disampaikan oleh Ary H. Gunawan, dalam pelaksanaan penghapusan dikenal dua jenis cara, yaitu: 1. Menghapus dengan menjual barang-barang melalui kantor lelang Negara. Prosedurnya adalah sebagai berikut: a. Pembentukan Panitia Penjualan oleh Pimpinan Unit Utama (Rektor, Kopertis, dsb) yang bersangkutan. b. Melaksanakan sesuai prosedur lelang. c. Mengikuti cara pelanggan yang berlaku. d. Pembuatan risalah lelang oleh kantor lelang, yang menyebutkan banyaknya nama barang, keadaan barang yang dilelang serta nama dan alamat pelelang serta harga jualnya.

29

Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 89

44

e. Pembayaran uang lelang yang disetorkan pada kas Negara, selambat-lambatnya tiga hari kerja setelah hari lelang. f. Biaya lelang dan biaya lainnya (dana sosial, MPO, dsb) yang dibebankan pada pembeli/pemenang lelang. 2. Pemusnahan Terhadap barang barang yang diusulkan untuk dihapus sesuai surat keputusan untuk/harus dimusnahkan, maka pemusnahannya dilakukan unit kerja yang bersangkutan dengan disaksikan oleh pejabat pemerintah daerah setempat (minimal Lurah/Kades) dan atau kepolisian Negara, serta mengikuti segala tata cara pemusnahan yang berlaku (dibakar, dikubur, dsb).30

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata arab karena ajaran Islam diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata pendidikan yang umum kita gunakan sekarang dalam bahasa arabnya adalah tarbiyah, dengan kata kerja rabba. Kata pengajaran dalam bahasa arabnya adalah talim dengan kata kerjanya allama. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya tarbiyah wa talim

30

Ary Gunawan, op.cit., hlm. 151

45

sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa arabnya adalah tarbiyah Islamiyah.31 Kata Tarbiyah, kita mendapatkannya di dalam al-Quran seperti pada ayat:

(:)
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Tuhankui, kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil . (QS. 17 Al-Isra:24) 32

(: )
Firaun menjawab: Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu?(QS. 25 As-Syuara:18)33 Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tarbiyah adalah proses persiapan dan pengasuhan pada fase pertama pertumbuhan manusia, atau menurut istilah yang kita gunakan dewasa ini adalah pada fase bayi dan kanak-kanak. Penggunaan kata-kata tarbiyah pada ayat pertama menunjukkan bahwa pendidikan pada fase ini menjadi tanggungjawab

31 32 33

Zakiyah Daradjat,dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Angkasa,1996), hlm.25 Al-Quranul Al-Karim dan Terjemahnya (Semarang: Karya Toha Putra, 1996), hlm.227 Al-Quranul Al-Karim dan Terjemahnya, Ibid., hlm. 293

46

keluarga. Ibu dan ayah bertanggungjawab mengasuh dan mengasihi anak yang masih kecil dan berada dalam situasi ketergantungan. Dalam ayat kedua, Firaun menyebut-nyebutkan kebaikannya tehadap Musa a.s bahwa ia telah mendidiknya semasa kecil dan tidak memasukkannya ke dalam golongan anak-anak yang dibunuh ketika itu. Firaun juga mengingatkan Musa a.s bahwa ia telah berada dalam naungan keluarga untuk beberapa tahun lamanya. Demikianlah, bahwa istilah tarbiyah di dalam dua ayat di atas berkaitan erat dengan proses persiapan dan pemeliharaan pada masa kanak-kanak di dalam keluarga.34 Kata lain yang mengandung arti pendidikan itu ialah sabda Rasul SAW:

seperti

( )
Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku. Kata talim dengan kata kerjanya allama juga sudah digunakan pada zaman Nabi. Baik dalam Al-Quran, Hadits atau pemakaian sehari-hari. Kata ini lebih banyak digunakan daripada kata tarbiyah tadi. Dari segi bahasa, perbedaan arti dari kedua kata itu cukup jelas. Bandingkanlah penggunaan dan arti kata berikut ini dengan kata rabba, addaba, nasyaa dan lain-lain. Firman Allah:


(: )

34

Abdul Fattah Jalal, Azas-Azas Pendidikan Islam (Bandung: Diponegoro,1988), hlm.28

47

Dan dia

mengajarkan kepada Adam nama-nama(benda-benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar. (Q.S. Al-Baqarah: 31) 35 Firmannya lagi:

(: )PP
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata. (Q.S. An-Naml: 16) 36 Kata allama pada kedua ayat tadi mengandung pengertian sekedar memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian Nabi Sulaiman melalui burung, atau membina kepribadian Nabi Adam melalui nama benda-benda. Lain halnya dengan pengertian rabba, addaba dan sebangsanya.37 Sedangkan pengertian pendidikan agama Islam secara istilah seperti yang telah diungkapkan oleh beberapa pakar pendidikan: menurut Zakiyah Daradjat pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara

35 36 37

Al-Quranul Al-Karim dan Terjemahnya, op.cit., hlm.6 Al-Quranul Al-Karim dan Terjemahnya, Ibid., hlm 301 Zakiyah Daradjat,dkk. op.cit., hlm.2

48

menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertaqwa kepada Allah swt. Sedangkan menurut A. Tafsir Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai ajaran Islam.38 Di dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami dan menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.39 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm.130 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 75
39

38

49

Dari tujuan itu dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pendidikan agama Islam, yaitu: (1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam, (2) dimensi pemahaman atau pelajaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam, (3) dimensi penghayatan atau pangalaman bathin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam, dan (4) dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, difahami dan dihayati oleh peserta didik itu mampu diamalkan dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. dan berakhlak mulia, serta diaktualisasikan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.40 Adapun tujuan pendidikan agama Islam menurut beberapa ahli atau tokoh pendidikan Islam sebagai berikut: Imam al-Ghozali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang hendak dicapai adalah; pertama, kesempurnaan manusia, yang puncaknya adalah dekat dengan Allah. Kedua, kesempatan manusia, yang puncaknya kebahagiaan di dunia dan akhirat. Karena itu, pendidikan tersebut berusaha mengajar manusia agar mampu menggapai tujuan-tujuan yang dirumuskan tadi. Jadi, menurut al-Ghozali ada dua tujuan pendidikan yang ingin dicapai sekaligus, pertama, kesempurnaan manusia yang bertujuan mendekatkan diri, dalam arti kualitatif kepada Allah swt., kedua, kesempurnaan manusia yang dimaksud adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Untuk menjadikan insan
Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar: Penerapannya Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm.2
40

50

kamil (manusia paripurna) tidaklah tercipta dalam sekejap mata, tetapi mengalami proses yang panjang dan ada prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi diantaranya mempelajari berbagai ilmu, mengamalkannya dan menghadapi berbagai cobaan yang mungkin terjadi dalam proses pendidikan itu. Muhammad Athiyah al-Abrasi berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam secara umum sebagai berikut: (a) membantu pembentukan akhlak mulia; (b) persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat; (c) persiapan mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan; (d) menumbuhkan semangat ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memuaskan keinginan dalam arti untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu; dan (e) menyiapkan pelajar dari segi professional, teknis, supaya dapat menguasai profesi, dan keterampilan tertentu agar ia dapat mencapai rezeki dalam hidup di samping memelihara segi kerohanian. Menurut Marimba tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim. Dari beberapa pendapat tersebut di atas maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu mencapai keseimbangan pertumbuhan diri pribadi manusia muslim secara menyeluruh melalui latihan kejiwaan, akal fikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indera sehingga memiliki kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia baik spiritual, intelektual, imajinasi (fantasi), jasmani, keilmiahan, bahasa, serta mendorong aspek-aspek itu ke arah kebaikan atau kesempurnaan hidup. Dengan uraian singkat, dapat

51

difahami bahwa tujuan pendidikan Islam adalah meningkatkan taraf kehidupan manusia melalui seluruh aspek yang ada sehingga sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan proses tahap demi tahap. Manusia akan dapat mencapai kematangan hidup setelah mendapatkan bimbingan dan usaha melalui proses pendidikan.41 Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut: 1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. 2. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik

Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pmebelajaran Pendidikan Agama Islam (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004), hlm.8

41

52

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. 4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangankekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari. 5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 6. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya. 7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. Feisal berpendapat bahwa terdapat beberapa pendekatan yang digunakan dalam memainkan fungsi agama Islam di sekolah: a. Pendekatan nilai universal (makro) yaitu suatu program yang dijabarkan dalam kurikulum. b. Pendekatan Meso, artinya pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk memudidayakan nilai agama Islam.

53

c. Pendekatan Ekso, artinya program pendidikan yang memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk membudidayakan nilai agama Islam. d. Pendekatana Makro, artinya pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kecukupan keterampilan seseorang sebagai professional yang mampu mengemukakan ilmu teori, informasi, yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.42 3. Faktor-Faktor Agama Islam. Pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang Yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan

teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) siswa. Karena itu, pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan agama yang terkandung di dalam kurikulum, yang menurut Sudjana disebut kurikulum ideal/potensial. Selanjutnya, dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan cara-cara (strategi) pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai kondisi yang ada agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar terwujud dalam diri peserta didik.

42

Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm.134

54

Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh dalam proses pembelajaran pendidikan agama. Ketiga komponen tersebut adalah (a) kondisi pembelajaran pendidikan agama, (b) metode pembelajaran pendidikan agama, dan (c) hasil pembelajaran pendidikan agama. Ketiga komponen tersebut memiliki interalisasi sebagaimana tergambar berikut: 43 Gambar 2.3 Interelasi Variabel Pembelajaran

Kondisi pembelajaran

1 2

Hasil pembelajaran

Metode Pembelajaran

a. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pengguanaan metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran PAI. Faktor kondisi ini berinteraksi dengan pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode pembelajaran
43

PAI.

Karena

itu,

perhatian

kita

adalah

berusaha

Muhaimin, op.cit., hlm.146

55

mengidentifikasi dan mendeskripsikan faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran PAI, karakteristik bidang studi PAI, karakteristik peserta didik dan kendala pembelajaran PAI. b. Metode Pembelajaran PAI Metode pembelajaran PAI didefinisikan sebagai cara-cara tertentu yang paling cocok untuk dapat digunakan dalam mencapai hasil-hasil pembelajaran PAI yang berada dalam kondisi pembelajaran tertentu. Karena itu, metode pembelajaran PAI dapat berbeda-beda menyesuaikan dengan hasil pembelajaran dan kondisi pembelajaran yang berbeda-beda pula. Semua metode pembelajaran tersebut dapat dipilih, ditetapkan dan dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik bidang studi PAI, sumber belajar PAI yang tersedia, dan tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Pada dasarnya, semua cara dapat dimanipulasi oleh perancang atau pengembang pembelajaran. Akan tetapi, jika dalam suatu situasi, metode pembelajaran tidak dapat dimanipulasi maka metode atau cara tersebut berubah menjadi kondisi pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu kondisi pembelajaran PAI dalam suatu situasi dapat dimanipulasi maka kondisi tersebut berubah menjadi metode pembelajaran PAI. Dalam kegiatan penetapan metode pembelajaran PAI diperlukan perencanaan pembelajaran yang profesional. Rancangan metode

pembelajaran PAI dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu strategi

56

penataan organisasi isi pembelajaran PAI, strategi penyampaian pembelajaran PAI, dan strategi pengelolaan pembelajaran PAI. c. Hasil Pembelajaran PAI Hasil pembelajaran PAI adalah mencakup semua akibat yang dapat dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran PAI di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran PAI dapat berupa hasil nyata (actual out-comes) dan hasil yang diinginkan (desired out-comes). Actual out-comes adalah hasil belajar PAI yang dicapai peserta didik secara nyata karena digunaknnya suatu metode pembelajaran PAI tertentu yang dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada. Sedangkan desired out-comes merupakan tujuan yang ingin dicapai yang biasanya sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran PAI dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang paling baik untuk digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada. Indikator keberhasilan pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu tingkat keefektifan, efisiensi, dan kemenarikan pembelajaran PAI yang dikembangkan. Klasifikasi dan hubungan antar komponen yang mempengaruhi pembelajaran PAI tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut:44

44

Muhaimin, op.cit., hlm.149

57

Gambar 2.4 Pembagian Komponen Pembelajaran PAI

kondisi

Tujuan dan karakteristik bidang studi PAI

Kendala sumber belajar dan karakteristik bidang studi Strategi penyampaian pendidikan agama

Karakteristik peserta didik

metode

Strategi pengorganisasian pendidikan agama

Strategi pengelolaan pendidikan agama

hasil

Keefektifan, efesiensi, dan daya tarik pembelajaran PAI

C. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam kamus besar bahasa Indonesia kualitas didefinisikan sebagai tingkat baik buruknya sesuatu, kadar atau mutu atau dapat juga dikatakan sebagai derajat atau taraf (kepandaian atau kecakapan, dan sebagainya).45 Sedangkan pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien. Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Tingkah laku dapat bersifat

45

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1989)

hlm. 467

58

jasmaniah (kelihatan), dapat juga bersifat intelektual atau merupakan suatu sikap sehingga tidak mudah dilihat.46 Konsep pembelajaran menurut Corey dalam Syaiful Sagala adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan proses terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Secara sederhana pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.47 Dengan demikian kualitas pembelajaran adalah kualitas seorang guru baik kemampuan maupun pemahamannya terhadap interaksi belajar mengajar yang indikatornya dapat dilihat dari hasil prestasi belajar siswa, baik itu prestasi dalam menempuh ujian semester atau prestasi dalam menempuh ujian akhir. Dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pembelajaran PAI, maka tidak terlepas dari adanya beberapa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. 1. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI Yang dimaksud faktor pendukung adalah sesuatu yang dapat menjadikan pendidikan itu maju dan berhasil dengan baik sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan dapat dicapai. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor

46 47

Muhaimin, dkk., op.cit., hlm. 44 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 61

59

penghambat adalah segala sesuatu yang dapat mengganggu jalannya pendidikan sehingga pendidikan tidak terwujud dengan baik.48 a. Faktor Pendukung 1. Faktor Peserta Didik Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah setiap manusia yang sepanjang hayatnya selalu berada dalam perkembangan. Jadi, bukan hanya anak-anak yang sedang dalam pengasuhan dan pengasihan orang tuanya, bukan pula hanya anak-anak dalam usia sekolah. Pengertian ini didasarkan atas tujuan pendidikan yaitu manusia sempurna secara utuh, yang untuk mencapainya manusia berusaha terus menerus hingga akhir hayatnya.49 Kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam akan berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien serta dapat mencapai tujuan pendidikan apabila peserta didik mengikuti pelajaran dengan tenang, memperhatikan penjelasan guru dengan seksama, belajar dengan rajin, mampu mengembangkan potensinya melalui diskusi-diskusi dengan temannya serta disiplin waktu. 2. Faktor Pendidik Pendidik tidak sama dengan pengajar sebab pengajar hanya sekadar menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pada bab XI pasal 39 ayat 2 disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas
Hidayatul Fitriyah, Hubungan Kompetensi Guru Agama dengan Peningkatan Mutu pembelajaran di MAN Pasuran pada Mata Pelajaran PAI, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang 2005, hlm.36
49 48

Heri Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 113

60

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tertama bagi pendidik perguruan tinggi. Sedangkan pada pasal 42 ayat 1 disebutkan: pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Bagi guru Agama, disamping harus memiliki syarat-syarat tersebut, masih harus ditambah dengan syarat yang lain, yang oleh Direktorat Pendidikan Agama telah ditetapkan sebagai berikut: (1) memiliki pribadi mukmin, muslim dan muhsin; (2) taat untuk menjalankan agama (menjalankan syariat agama Islam, dapat memberi contoh teladan yang baik kepada peserta didik); (3) memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak didiknya dan ikhlas jiwanya; (4) mengetahui tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang keguruan, terutama didaktik dan metodik; (5) menguasai ilmu pengetahuan agama dan (6) tidak memiliki cacat rohaniah dan jasmaniyah dalam dirinya.50 3. Faktor Alat Pendidikan Alat pendidikan adalah segala sesatu yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan. Sutari Imam Barnadib,

mengemukakan bahwa alat pendidikan adalah suatu tindakan atau

50

Zuhairini dan Abdul Ghofir, op.cit., hlm.18

61

perbuatan atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.51 Alat pendidikan sangat menunjang proses pembelajaran PAI, untuk itu pihak sekolah/madrasah harus menyediakan alat-alat pendidikan tersebut. Di mana alat pendidikan tersebut di antaranya adalah: a. Gedung sekolah yang memadai b. Perpustakaan sekolah yang lengkap isinya, sehingga siswa dapat belajar secara mandiri dengan cara membaca buku. c. Alat peraga dan media pendidikan yang lengkap, sehingga penyampaian materi dari guru dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien d. Sarana dan prasarana untuk ibadah. 4. Faktor Kurikulum Kurikulum merupakan suatu program bagi unit periodisasi sekolah dalam rangka mengantar anak-anak kepada taraf pendidikan, tingkah laku dan pola pikir yang diharapkan serta berusaha pula mengangkat derajat hidup masyarakat mereka dan merealisasikan tujuan akhirnya. Sistem pendidikan Islam menuntut pengkajian kurikulum yang Islami pula yang tercermin dari sifat dan karakteristiknya. Kurikulum seperti itu hanya mungkin, apabila bertopang dan mengacu pada dasar pemikiran yang Islami pula, serta bertolak dari pandangan hidup serta

51

Hery Noer Aly, op.cit., hlm.139

62

pandangan tentang manusia (pandangan antropologis) serta diarahkan kepada tujuan pendidikan yang dilandasi kaidah-kaidah Islami. Untuk memenuhi kriteria tersebut, suatu kurikulum yang Islami perlu memperhatikan hal-hal di bawah ini: a. Perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah insani sehingga memiliki peluang untuk menyucikannya dan menjaganya dari penyimpangan. Mengenai fitrah insani ini diisyaratkan dalam hadits qudsi:

( .....)
Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif, akan tetapi kemudian syaitan-syaitan membelokkan mereka,.... (al-hadis) b. Kurikulum hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taat dan beribadah kepada Allah. c. Pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya

memperhatikan periodisasi perkembangan peserta didik. d. Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikulum hendaknya tidak bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan, bahkan sebaliknya; dan terarah kepada pola hidup Islami.52 5. Faktor Lingkungan

Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metoda pendidikan Islam (Bandung: Diponegoro, 1992), hlm 273

52

63

Lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil tidaknya pendidikan agama, karena perkembangan jiwa peserta didik itu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Lingkungan akan dapat memberikan pengaruh yang positif maupun negatif terhadap pertumbuhan jiwa, akhlak maupun perasaan agamanya. Pengaruh tersebut di antaranya datang dari teman-teman sebayanya atau masyarakat sekitarnya.53 Faktor lingkungan yang mendorong peningkatan kualitas

pembelajaran PAI di sekolah, di antaranya yakni: a. Lingkungan sosial di sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas, yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik. b. Kondisi masyarakat dan tetangga serta teman sepermainan yang baik, suka tolong menolong (gotong royong), ramah tamah dan menganut asa kekeluargaan. c. Keluarga dan orang tua yang perhatian, penuh kasih sayang, dan pola pendidikan yang diterapkan oleh orang tua dan keluarga yang demokratis tetapi terkendali. b. Faktor Penghambat 1. Faktor Pendidik Karakteristik seorang guru yang menjadi penghambat bagi peningkatan kualitas pembelajaran, di antaranya adalah:

53

Zuhairini dan Abdul Ghofir, op.cit., hlm.28

64

a. Guru yang tidak ikhlas dalam menyampaikan ilmu yang dia miliki dan semata-mata bersifat materialis. b. Guru yang tidak mempunyai sifat penyabar dan pemaaf. c. Guru yang tidak berakhlak mulia dan tidak dapat memberikan contoh teladan kepada murid-muridnya. d. Guru yang tidak menguasai bahan pelajaran yang akan diberikan. e. Guru yang tidak bersikap dinamis, tidak mau menambah wawasan dan pengetahuannya. 2. Faktor Peserta Didik Kondisi peserta didik yang dapat menjadi penghambat adalah: a. Pemahaman dan kemampuan anak didik yang cenderung tidak sama. Jadi ada yang berkemampuan tinggi dan ada yang lemah. Kondisi ini akan menghambat pembelajaran PAI. b. Peserta didik yang bermasalah (kurang disiplin, nakal, suka mengganggu temannya, dsb.) c. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. (disebabkan oleh permasalahan kecerdasannya). d. Anak didik yang kurang bersungguh-sungguh dalam belajar agama. 3. Faktor Alat Pendidikan Sedangkan alat pendidikan/fasilitas/sarana yang dapat menghambat peningkatan kualitas pembelajaran PAI adalah: dalam keluarganya atau karena IQ serta

65

a. Gedung sekolah yang kurang terawat b. Kurangnya manajemen sarana dan prasarana, sehingga kurang mendukung tercapainya tujuan pendidikan agama. c. Minimnya sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran PAI. d. Minimnya dana pendidikan sehingga menyebabkan sulitnya pengadaan sarana pendidikan agama yang dibutuhkan. 4. Faktor Kurikulum Mayoritas kurikulum yang seringkali menjadi penghambat bagi peningkatan kualitas pembelajaran PAI adalah kurikulum yang

mempunyai sifat: a. Kurikulum tidak realistis, dalam arti bahwa ia tidak dapat dilaksanakan sesuai situasi dan kondisi yang terdapat di sekolah tersebut. b. Metode pendidikan/pengajaran dalam kurikulum kurang bersifat luwes, sehingga tidak dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi dan situasi setempat. c. Kurikulum kurang memperhatikan tingkat perkembangan siswa yang bersangkutan. d. Kurikulum tidak memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah Islami, seperti pendidikan untuk berjihad dan menyebarkan dakwah Islamiyah, sehingga tidak bisa membangun masyarakat muslim di lingkungan sekolah. Dengan kondisi seperti itu maka

66

akan sulit mewujudkan seluruh rukun, syiar, metode pendidikan, ajaran dan adab Islami, baik dalam kehidupan individual para pelajar maupun dalam hubungan sosial mereka dan perlawatan mereka dalam rangka berdakwah kepada Allah SWT. 5. Faktor Lingkungan Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan peningkatan kualitas pembelajaran PAI adalah : (1) masyarakat sekolah yang tidak mencerminkan lingkungan pendidikan, serta sikap seorang guru yang tidak memberikan contoh tauladan yang baik; (2) Orang tua dan keluarga yang tidak menjalankan ajaran agama dengan baik serta kurang kasih sayang terhadap anak-anaknya; (3) Adanya lingkungan sekitar, masyarakat dan tetangga yang acuh tak acuh terhadap ajaran agama; dan (4) masyarakat sekitar yang cenderung individualis dan tidak mau gotong royong. 2. Upaya-upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI a. Peningkatan Materi Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam, maka peningkatan materi perlu mendapatkan perhatian karena dengan lengkapnya materi yang diberikan tentu akan menambah lebih luas pengetahuan. Materi pelajaran tidak boleh menyimpang dari tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Sifat, isi dan bobot materi pelajaran yang akan

67

diajarkan harus disesuaikan dengan tingkat kematangan anak dan kemampuannya untuk menerima bahan atau materi tersebut.54 Sebagaimana seorang pemain sandiwara menarik perhatian

penonton, demikian pula seorang guru harus mampu menarik perhatian dalam kelas. Bukan dalam arti menarik perhatian karena pakaiannya yang seronok, akan tetapi karena penguasaannya terhadap bahan atau materi pelajaran yang ia sajikan, metode yang digunakan, keterampilan memanfaatkan media sampai kepada penggunaan bahasa yang baik dan benar. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran (1) materi pelajaran hendaknya sesuai dengan atau dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional; (2) materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa pada umumnya; (3) materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan; dan (4) materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual. Materi dan bahan pengajaran ditetapkan dengan mengacu pada tujuan-tujuan instruksional yang ingin dicapai. Materi yang diberikan bermakna bagi para siswa, dan merupakan bahan yang betul-betul penting, baik dilihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya.55 b. Pemanfaatan Metode yang Bervariasi
54 55

Zuhairini dan Abdul Ghofir, op.cit., hlm 58 Syaiful Sagala, op.cit., hlm. 162

68

Menyampaikan bahan pelajaran berarti melaksanakan beberapa kegiatan, tetapi kegiatan itu tidak akan ada gunanya jika tidak mengarah kepada tujuan tertentu. Artinya seorang pengajar harus mempunyai tujuan dalam kegiatan pengajarannya, karena itu setiap pengajar menginginkan pengajarannya dapat diterima sejelas-jelasnya oleh para peserta didiknya. Untuk mencapai tujuan tersebut pengajar harus menggunakan beberapa metode mengajar yang bervariasi. Belajar mengajar merupakan kegiatan yang komplek. Mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegitan yang komplek maka hampir tidak mungkin untuk menunjukkan dan menyimpulkan salah satu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul daripada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua tujuan, oleh semua guru, untuk semua murid, untuk semua mata pelajaran, dalam semua situasi dan kondisi, dan untuk selamanya.56 Dalam al-Quran dan Sunnah Nabi saw dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa dan membangkitkan semangat. Metode tersebut mampu menggugah puluhan ribu kaum muminin untuk membuka hati umat manusia agar dapat menerima petunjuk dari ilahi dan kebudayaan Islami, suatu kedudukan yang belum pernah dirasakan oleh umat-umat lain di muka bumi. Di antara metode-metode itu, yang paling penting dan paling menonjol adalah:

56

Muhaimin, dkk., op.cit., hlm.81

69

1. Metode hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi 2. Mendidik dengan kisah-kisah Qurani dan Nabawi 3. Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi 4. Mendidik dengan memberi teladan 5. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengamalan 6. Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mauidhah (peringatan) 7. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut).57 c. Pemanfaatan Fasilitas (Sarana dan Prasarana) Setiap proyek yang hendak dilaksanakan mempunyai sarana-sarana yang sesuai dengannya dan akan mewujudkan tujuannya. Mendirikan sebuah bangunan besar umpamanya, membutuhkan mesin-mesin, para arsitektur, bahan-bahan bangunan dan para pekerja. Demikian pula pendidikan merupakan satu proyek yang bertujuan mengarahkan dan memelihara perkembangan generasi manusia, guna merealisasikan tujuan akhir umat, yaitu tujuan yang diserukan oleh Allah swt, agar kita menjadi sebaik-baik umat yang dikeluarkan demi kepentingan manusia. Pendidikan mempunyai berbagai sarana material atau manusiawi yang mempunyai dampak maknawi, seperti masjid, pendidik, keluarga dan sekolah. Sarana-sarana ini disebut alat pendidikan. Ada pula saranasarana maknawi dan psikhis, seperti mendidik melalui cerita, dialog,

57

Abdurrahman an-Nahlawi,op.cit., hlm.283

70

berdebat dengan cara terbaik, membuat perumpamaan dengan bendabenda terindera, atau melalui pemberian teladan. Sarana-sarana maknawi ini disebut metode pendidikan.58 d. Mengadakan Evaluasi Yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan agama ialah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan agama. Evaluasi adalah alat untuk mengukur sampai di mana penguasaan murid terhadap pendidikan yang telah diberikan. Ruang lingkup pendidikan agama mencakup penilaian terhadap kemajuan belajar (hasil belajar) murid dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap sesudah mengikuti program pengajaran.59 Evaluasi adalah suatu proses yang berlangsung secara

berkesinambungan. Evaluasi dilakukan sebelum, selama dan sesudah suatu proses pembelajaran. Evaluasi sebelum proses pembelajaran, misalnya karakteristik siswa, kemampuan siswa, metode dan materi pembelajaran yang digunakan. Evaluasi selama proses pembelajaran adalah evaluasi yang digunakan untuk melacak dan memperbaiki masalah belajar mengajar serta kesulitannya, baik dalam penyampaian materi maupun strategi pendekatan yang digunakan. Feed back atau umpan balik

58 59

Abdurrahman an-Nahlawi, ibid, hlm.189 Zuhairini dan Abdul Ghofir, op.cit., hlm.122

71

diberikan melalui tes-tes formatif. Evaluasi pencapaian hasil belajar siswa, dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.60 Dalam memberikan evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar pendidikan agama harus didasarkan prinsip pelaksanaan. Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan evaluasi itu adalah: (1) komprehensif, (2) kontinuitas, dan (3) objektifitas. Macam-macam jenis evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar pendidikan agama di sekolah dapat dibedakan ke dalam : (1) formatif, (2) sumatif, (3) placement, dan (4) diagnostis.61 3. Implikasi manajemen sarana dan prasarana pendidikan terhadap peningkatan kualitas pembelajaran PAI Meledaknya jumlah pengangguran sebagai akibat dari PHK dan terbatasnya jumlah lapangan kerja. Penanganan yang serba lamban terhadap persoalan-persoalan tersebut ternyata dapat menyebabkan kerawanankerawanan sosial. Timbulnya kerusuhan sosial, semakin menjamurnya tindakan kriminal, unjuk rasa yang dibarengi dengan tindakan brutalisme dan sebagainya adalah akibat dari kelambanan dalam mengantisipasi berbagai krisis tersebut. Dalam kondisi semacam itu, masyarakat rupanya masih berharap besar sekaligus menunggu-nunggu jasa dan peran yang disumbangkan oleh agama.62 Terutama khususnya pembelajaran pendidikan agama di sekolah. Kenapa
60 61 62

Syaiful Sagala, op.cit., hlm.164 Zuhairini dan Abdul Ghofir, op.cit., hlm.125 Muhaimin, op.cit., hlm.86

72

agama, karena di dalam agama sarat akan dimensi moralitas dan spiritualitas, baik secara konseptual maupun aktualitasnya, dan atau normatifitasnya maupun historisitasnya. Dalam rangka mengantisipasi berbagai persoalan yang ada dalam dunia pendidikan saat ini, maka pembelajaran pendidikan agama di sekolah harus menunjukkan kontribusinya. Hanya saja perlu disadari bahwa selama ini terdapat berbagai kritik terhadap pelaksanaan pendidikan agama yang sedang berlangsung di sekolah.63 Karena pembelajaran pendidikan agama masih mendapat kritik pedas dari para ahli pendidikan itu berarti kualitas pembelajaran pendidikan agama harus ditingkatkan. Banyak faktor yang menjadi pendukung adanya peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam di antaranya adalah faktor sarana dan prasarana. Karena tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai maka pembelajaran tidak akan berjalan efektif dan efisien. Tujuan pembelajaran yang telah ditentukan pun akan sulit tercapai. Di dalam pengelolaan sarana dan prasarana maka dibutuhkan sebuah proses manajemen yang baik. Karena dengan adanya manajemen sarana dan prasarana maka sarana dan prasarana yang ada di suatu lembaga diusahakan dalam keadaan siap pakai (ready for use) walaupun dalam jumlah yang minim. Pengadaan sarana dan prasarana juga dapat diupayakan melalui sistem perencanaan yang hati-hati dan seksama. Lain daripada itu melalui manajemen sarana dan prasarana diharapkan semua perlengkapan yang didapatkan oleh

63

Muhaimin, Ibid., hlm.88

73

sekolah adalah sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas tinggi, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya besar sekali manfaat dari manajemen sarana dan prasarana. Walaupun perlengkapan di sebuah lembaga pendidikan tidak begitu lengkap tetapi jika manajemennya bagus maka pembelajaran pendidikan agama akan berjalan dengan lancar. Sangat jelas bahwasannya manajemen sarana dan prasarana mempunyai peranan dalam proses peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam.

74

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong L.J. (2002) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.1 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif, karena dengan pendekatan deskriptif akan dihasilkan data yang berupa kata-kata, sebagaimana ciri-ciri yang ada dalam penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Ada beberapa jenis penelitian

L.J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),

hlm 3

75

yang dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif yaitu : penelitian survai (survey studies), studi kasus (case studies), penelitian perkembangan

(developmental studies), penelitian tindak lanjut (follow-up studies), analisis dokumen (documentary analyses) dan penelitian konvensional (correlation studies). 2 Dan penelitian ini termasuk dalam kategori studi kasus (case studies).

B. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Sebagaimana diungkapkan oleh L.J Moleong Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mancakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya, dan memanfaatkan kesempatan untuk

mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim atau idiosinkratik.3

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm.309 L.J Moleong, op.cit., hlm. 121

76

C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah lembaga pendidikan milik negara yaitu SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, yang terletak di Jln. Raya 8A Kedok, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Sekolah ini merupakan sekolah unggulan ke-2 setelah SMP Negeri 01 di Kecamatan Turen, walau menduduki peringkat kedua namun sekolah ini tetap menjadi favorit bagi masyarakat di wilayah kecamatan Turen dan sekitarnya. Karena setiap tahunnya SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang mampu mencetak out-put yang berkualitas. Alasan peneliti mengambil lokasi di sekolah ini dikarenakan dari tahun ke tahun SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang terus mengalami kemajuan yang berarti, dimulai dari perbaikan jalan menuju ke sekolah, penambahan kelas-kelas sebagai ruang belajar mengajar dan perlengkapan sarana pendidikan. Kualitas pembelajaran yang ditawarkan juga mengalami peningkatan, terutama pendidikan agama Islam. Walaupun guru agama sebenarnya hanya 1 orang dan dibantu oleh 1 orang guru BP, namun kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang dapat dikatakan cukup baik. Salah satu faktor penunjangnya yakni sarana dan prasarana yang sudah memadai, tempat ibadah yang awalnya hanya setaraf musholla seiring dengan kemajuan SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang sekarang sudah menjadi Masjid.

D. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau

77

wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data. 4 Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data maka sumber data dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 dengan huruf depan P, singkatan dari bahasa Inggris, yaitu: Person : sumber data berupa orang, yaitu sumber data yang dapat memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Dalam penelitian ini sumber data yang berupa person adalah; Kepala Sekolah, Urusan Sarana dan Prasarana, Urusan kurikulum, dan Guru PAI Place : sumber data berupa tempat, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Dalam penelitian ini yang berperan sebagai sumber data berupa place adalah gedung sekolah, kantor kepsek, ruang guru, kantor staff sekolah, kantor TU, Masjid, dan kelas-kelas untuk pelaksanaan proses belajar mengajar Paper : sumber data berupa simbol, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol yang lain. Peneliti mengambil data dari file-file yang berada di
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 107
4

78

dokumentasi sekolah dan dijadikan sebagai sumber data. Seperti dokumentasi mengenai data para guru dan karyawan, data siswa, dan data inventaris sarana dan prasarana pendidikan yang ada di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang.

E. Prosedur Pengumpulan Data Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya. Kalau alat pengambil datanya cukup reliabel dan valid, maka datanya juga akan cukup reliabel dan valid. Selain itu metode serta cara dalam pengambilan data juga harus diperhatikan.5 Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan 3 metode yang sudah lazim di gunakan dalam penelitian kualitatif deskriptif, diantaranya adalah: a. Metode Observasi / Pengamatan Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan tertentu yang diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat. Yang dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1990), hlm. 92

79

mekanik. Dalam pelaksanaannya digunakan alat Bantu seperti checklist, skala penilaian atau alat mekanik seperti tape recorder dan lainnya.6 Metode ini digunakan peneliti untuk mengamati kondisi fisik dan non fisik yang berupa gedung, sarana dan prasarana penunjang pendidikan Agama Islam dan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, serta sarana kerja kepala sekolah dan tenaga edukatif dalam rangka mengembangkan lembaga sekolah selanjutnya. b. Metode interview/wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti. Wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.7 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode interview dalam bentuk interview bebas terpimpin. Suharsimi Arikunto (2002) menjelaskan bahwasannya interview bebas terpimpin yaitu kombinasi dari interview bebas dan interview terpimpin.8 Dalam melaksanakan interview,

pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.

Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Mardalis, Ibid, hlm. 64 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 132

hlm 63
7 8

80

Data yang diperoleh dengan metode interview ini mengenai informasi tentang sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang , bagaimana proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

pendidikan agama Islam di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, serta bagaimana hasil peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan. c. Metode Dokumentasi Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan peneliti menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan lain sebagainya.9 Dengan metode ini peneliti mendapatkan data-data mengenai kondisi obyektif SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, data karyawan, data guru serta data siswa SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang. Dan juga berbagai kegiatan ekstrakulikuler yang dilaksanakan di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang.

L.J Moleong, op.cit., hlm. 135

81

F. Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.10 Tujuan analisa di dalam penelitian adalah menyempitkan dan membatasi penemuanpenemuan hingga menjadi suatu data yang teratur, serta tersusun dan lebih berarti.11 Proses analisis data dianjurkan agar secepatnya dilakukan oleh peneliti, jangan menunggu sampai data itu menjadi dingin bahkan membeku atau malah menjadi kadaluwarsa. Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga fisik dan fikiran peneliti. Agar hasil penelitian dapat tersusun sistematis, maka langkah peneliti dalam menganalisis data adalah; pertama, dengan mereduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Kedua, mendisplay data yaitu menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tabel dan sejenisnya. Dan ketiga melalui verifikasi/ penarikan kesimpulan, yaitu kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang bersifat kredibel dan dapat menjawab rumusan masalah yang dikemukakan sejak awal.

10

L.J Moleong, ibid., hlm. 103 Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: FE UII, 1983), hlm. 87

11

82

G. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data/validitas dalam suatu penelitian sangat penting dan harus dilakukan, karena kegiatan ini merupakan pembuktian bahwa apa yang telah diamati/data yang diperoleh sesuai dengan apa yang sesungguhnya menjadi kenyataan. Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).12 Pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang tentunya akan berimbas terhadap hasil akhir dari suatu penelitian. Maka dari itu, dalam proses pengecekan keabsahan data pada penelitian ini harus melalui beberapa teknik pengujian data. Adapun teknik pengecekan keabsahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Perpanjangan Keikutsertaan Dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti dapat menguji

ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari responden, dan membangun kepercayaan subyek. Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke dalam lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data. Distorsi dapat berasal dari responden, banyak di antaranya terjadi tanpa

12

L.J Moleong, ibid., hlm. 173

83

sengaja. Di pihak lain perpanjangan keikutsertaan juga dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para subyek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri. 2. Ketekunan Pengamatan Maksud ketekunan pengamatan adalah untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian ia menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Kekurangtekunan pengamatan terletak pada pengamatan terhadap pokok persoalan yang dilakukan secara terlalu awal. Hal itu mungkin dapat disebabkan oleh tekanan subyek atau sponsor atau barangkali juga ketidaktoleransian subyek, atau sebaliknya peneliti terlalu cepat

mengarahkan fokus penelitiannya walaupun tampaknya belum patut dilakukan demikian. 3. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.

84

Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.13

H. Tahap-Tahap Penelitian Tahap Persiapan 1. observasi pendahuluan 2. mengurus surat izin penelitian 3. membuat rancangan/desain penelitian 4. mencari beberapa buku untuk dijadikan sebagai referensi agar penelitian lebih fokus dan terarah. 5. membuat pedoman interview, sehingga data yang diperoleh lebih sistematis dan mendalam.

Tahap Pelaksanaan a. Peneliti melaksanakan wawancara kepada para guru guna memperoleh data awal tentang pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen. Bersamaan dengan itu peneliti melaksanakan observasi langsung terhadap pembelajaran PAI di kelas VII dan kelas VIII, agar penelitian lebih efisien maka peneliti hanya mengamati kelas VII A dan kelas VIII C. Serta mengadakan pengamatan langsung terhadap ujian praktek agama kelas 3 guna mengetahui tentang hasil pembelajaran PAI.

13

L.J Moleong, ibid., hlm. 175

85

b. Peneliti melakukan wawancara yang lebih terarah dan mendalam, wawancara ini ditujukan kepada Kepala SMP Negeri 02 Turen, untuk mengetahui kualitas pembelajaran PAI serta hambatan yang sering dikeluhkan oleh guru PAI. Wawancara dilanjutkan kepada Urusan Kurikulum, wawancara ini dilakukan untuk mengetahui upaya yang akan dan sedang dilakukan guna meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen. Wawancara juga dilakukan kepada Urusan sarana dan prasarana guna mengetahui proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang ada di SMP Negeri 02 Turen. Wawancara yang terakhir ditujukan kepada guru PAI guna mengetahui metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, hambatanhambatan yang dialami selama proses belajar mengajar serta untuk mengetahui sarana yang digunakan dalam pembelajaran PAI dan prasarana yang ikut mendukung pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen. c. Peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data yang diperoleh dari penelitian agar dapat diketahui hal-hal yang masih belum terungkap atau masih terloncati. d. Peneliti melakukan perpanjangan penelitian guna melengkapi data yang kurang hingga memenuhi target dan lebih valid data yang diperoleh.

86

Tahap Penyelesaian Pada tahap akhir atau tahap penyelesaian peneliti menyusun data yang telah dianalisis dan disimpulkan dalam bentuk karya ilmiah yaitu berupa laporan penelitian dengan mengacu pada peraturan penulisan karya ilmiah yang berlaku di UIN.

87

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Obyek Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMP Negeri 02 Turen berlokasi di Desa Kedok Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Didirikan pada tanggal 22 November 1985 berdasarkan SK Menteri No.5094/0/1985 dan beroperasi pada tahun yang sama. Karena SMP Negeri 02 Turen ini di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional maka status kepemilikan tanahnya adalah milik pemerintah, yakni seluas 12.600 m2 . Begitu pula dengan status bangunannya adalah milik pemerintah dan bukan milik yayasan atau pribadi dengan memakai surat ijin bangunan No. 2683 Tahun 1994 (Petikan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kab. Malang), luas seluruh bangunan SMP Negeri 02 Turen adalah 1.476 m2. Di kecamatan Turen pada tahun 1985 hanya terdapat satu buah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berstatus negeri yakni SMP Negeri 01 Turen yang terletak di Jln. Panglima Sudirman Turen. Seiring dengan kemajuan zaman jumlah penduduk di Indonesia makin meningkat, begitu pula dengan jumlah penduduk di Kecamatan Turen makin meningkat pula. SMP Negeri 01 Turen tidak mampu menampung begitu banyaknya siswa baru yang berdatangan dari seluruh pelosok Kecamatan Turen, maka dari itu didirikan SMP Negeri 02 Turen, agar siswa yang tidak lolos Test masuk di SMPN 01 dapat bersekolah di SMP Negeri juga.

88

Selama perjalanannya SMP Negeri 02 Turen dipimpin oleh: 1. Ibu Wulan Cahyani (1985-1991) 2. Bapak Walujo, BA (1991-1994) 3. Bapak Drs. Purwanto Adji (1994-2001) 4. Bapak Drs. Hari Wahyudi (2001- Sekarang) Dalam menjalankan proses belajar, SMP Negeri 02 Turen berpegang teguh pada visi dan misi yang telah ditetapkan pada awal beroperasinya sekolah ini. a. VISI SMP Negeri 02 Turen Terwujudnya insan yang berkualitas, terampil, berdaya kreasi tinggi, berbudi pekerti luhur berdasarkan iman dan taqwa . INDIKATOR: 1. Unggul dalam prestasi akademik 2. Unggul dalam imtaq 3. Terampil dalam ilmu pengetahuan dan teknologi 4. Budaya membaca dan membuat karya tulis 5. Terampil dalam apresiasi seni dan olahraga 6. Aktif dalam kegiatan kebersihan lingkungan b. Misi SMP Negeri 02 Turen 1. Meningkatkan profesional seluruh warga sekolah yang berkepribadian luhur dan rajin sehingga dapat memperbaiki prestasi akademik. 2. Meningkatkan pemberdayaan siswa agar lebih aktif dalam kegiatan Iman dan Taqwa

89

3. Mengembangkan potensi siswa agar lebih terampil untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi 4. Mengembangkan pelayanan perpustakaan untuk meningkatkan minat baca dan gemar membuat karya tulis 5. Mengembangkan potensi siswa yang memiliki persepsi, apresiasi, dan daya kreasi seni dan olahraga. 6. Membudayakan hidup sehat, tertib dan disiplin sehingga diperoleh budi pekerti luhur.1

2. Keadaan Guru dan Karyawan SMP Negeri 02 Turen Guru atau pendidik dalam dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sehingga seringkali dijadikan tolak ukur berhasil tidaknya pendidikan di suatu sekolah. Sampai berakhirnya masa penelitian ini guru yang tertulis sebagai pengajar di SMP Negeri 02 Turen sebanyak 31 orang. Yang terdiri dari laki-laki sebanyak 14 orang dan perempuan 17 orang. Sedangkan jumlah karyawan atau Tenaga Tata Usaha terdiri dari 6 orang, yaitu 5 orang tenaga tetap dan 1 orang tenaga tidak tetap (honorer). Tenaga tata usaha tidak tetap tersebut dengan maksud untuk mengatasi dan membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang besar supaya dapat teratasi dengan baik. Jadi tenaga tata usaha tidak tetap tersebut sifatnya sebagai tenaga serabutan atau pembantu umum, selain itu diperuntukkan untuk menjaga perpustakaan.

Dokumen SMP Negeri 02 Turen, 2006

90

Tenaga pesuruh tetap yang berstatus PNS tidak ada, yang ada hanya pesuruh tidak tetap berjumlah 2 orang. Mengingat tugas dan tanggung jawabnya begitu banyak maka sekolah perlu menambah 1 orang tenaga pesuruh untuk membantu menyelesaikan beban tugas yang ada. Untuk lebih lengkap mengenai data guru dan karyawan serta tenaga pesuruh SMP Negeri 02 Turen maka dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Data Guru SMP Negeri 02 Turen STATUS JABATAN TETAP Kepala Sekolah TETAP Guru Jumlah L 1 13 14 P 17 17 JUMLAH 1 30 31

(Sumber Data: Arsip SMP Negeri 02 Turen, 2006)

Tabel 4.2 Data nama Tata Usaha SMP Negeri 02 Turen NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. NAMA EDY SUHARSONO LAMINEM WAHYUDI SYAHRUL HADI SUGIANTO SULIJANI L/P L P L L L P STATUS TETAP TETAP TETAP TETAP TETAP TIDAK TETAP JABATAN TUGAS Ka.TU / Bendahara Kesiswaan Kepegawaian Bendahara BP3 Inventaris Umum

(Sumber Data: Arsip SMP Negeri 02 Turen, 2006)

91

Tabel 4.3 Data Pesuruh SMP Negeri 02 Turen beserta tugasnya NO NAMA 1. HARIAMIN 2. 3. SUPRIYADI M. ABIDIN L/P L L L STATUS TIDAK TETAP TIDAK TETAP TIDAK TETAP JABATAN TUGAS Pesuruh Pesuruh Pesuruh

(Sumber Data: Arsip SMP Negeri 02 Turen, 2006)

3. Keadaan Siswa SMP Negeri 02 Turen Siswa merupakan salah satu faktor yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Karena tanpa adanya faktor tersebut pendidikan/pembelajaran di kelas tidak akan berlangsung. Sedangkan jumlah siswa pada tahun 2006/2007 yaitu sebanyak 564 orang. Untuk perinciannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.4 Data Siswa SMP Negeri 02 Turen Tahun Pelajaran 2006-2007 KELAS
VII VIII III JUMLAH

L 89 89 92 270

P 123 88 83 294

JUMLAH 212 177 178 564

(Sumber Data: Arsip SMP Negeri 02 Turen, 2006)

Tabel 4.5 Data Siswa Berdasarkan Agama Yang Dianut AGAMA KELAS VII VIII IX
ISLAM KRISTEN LAIN-LAIN

L 86 85 91

P 121 86 81

L 3 4 1

P 2 2 2

L -

P -

JUMLAH L/P 212 177 175

92

JUMLAH

262

288

262

288

564

(Sumber Data: Arsip SMP Negeri 02 Turen, 2006)

4. Sarana dan Prasarana yang ada di SMP Negeri 02 Turen Sarana dan prasarana merupakan suatu alat atau media yang menunjang keberhasilan dalam suatu lembaga. Demikian pula pada lembaga pendidikan. Selain menjadi daya tarik bagi masyarakat juga menjadi motivasi bagi siswa serta seluruh civitas akademik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Adapun kondisi sarana dan prasarana secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Daftar Sarana SMP Negeri 02 Turen NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. NAMA BARANG Meja belajar siswa Meja guru dan Kepala Sekolah Kursi siswa dan guru TV 21 inci Komputer Meja komputer Mesin Ketik Almari besar Bola basket Bola Voly Lembing Net Mukenah Sajadah Al-Quran Iqra Karpet Boneka Kabah tiruan Rak buku Papan tulis Penghapus papan tulis JUMLAH 282 buah 50 buah 600 buah 1 buah 30 buah 2 buah 10 buah 10 buah 10 buah 20 buah 5 buah 3 buah 25 buah 15 buah 50 buah 150 buah 5 buah 3 buah 1 buah 15 buah 20 buah 20 buah KETERANGAN baik baik baik baik baik rusak ringan rusak ringan baik baik baik baik kurang baik baik baik baik baik baik baik rusak ringan rusak ringan baik baik

(Sumber Data: Arsip SMP Negeri 02 Turen, 2006)

93

SMP Negeri 02 Turen berdiri di atas tanah yang luasnya mencapai 12.600 m2 , dengan rincian bangunan serta ruangan sebagai berikut: Tabel 4.7 Daftar Prasarana SMP Negeri 02 Turen NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. NAMA RUANGAN Ruang Kelas Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang Operasional Ruang BP/BK Ruang Gudang Ruang Tamu Ruang Perpustakaan Ruang Laboratorium IPA Ruang Laboratorium Komputer Koperasi Siswa Ruang Foto Copy Kantin Sekolah Ruang Pramuka Ruang Keterampilan Masjid Ruang Kantor dan Tata Usaha Ruang Usaha Kesehatan Kamar mandi Guru dan Karyawan Kamar Mandi Siswa Tempat Parkir Kendaraan Guru Tempat Parkir Kendaraan Siswa Lapangan Basket Lapangan Bola Volly JUMLAH 13 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 3 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 17 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah KET baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik dalam pembangunan baik baik baik rusak ringan baik baik baik baik

(Sumber Data: Arsip SMP Negeri 02 Turen, 2006)

Sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 02 Turen dipelihara dan dirawat bersama-sama. Namun kebersihan sekolah dikoordinasi oleh pesuruh sekolah sedangkan kebersihan kelas masing-masing di serahkan pada seluruh anggota kelas dan dikoordinasi oleh ketua kelas.

94

Alat pendidikan atau media yang digunakan dalam pembelajaran di kelas ada yang belum tercantum pada daftar sarana di atas, hal ini dikarenakan pada saat peneliti mengadakan observasi ke ruang gudang yakni tempat penyimpanan alat pendidikan tersebut, barang-barangnya sebagian masih digunakan untuk pembelajaran di kelas dan data-data mengenai inventaris belum dirapikan dalam artian masih dalam proses pengerjaan.

5. Kurikulum yang dipakai di SMP Negeri 02 Turen Eksistensi kurikulum dalam sebuah lembaga mempunyai fungsi yang sangat penting, karena merupakan operasionalisasi yang dicita-citakan. Bahkan tujuan pendidikan tidak akan tercapai tanpa keterlibatan kurikulum pendidikan nasional. Untuk kelas VII dan VIII SMP 02 Turen memberlakukan kurikulum 2004 yakni kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Sedangkan untuk kelas 3 menggunakan kurikulum 1994. Hal ini sesuai dengan keputusan dari Depdiknas UPTD Turen yang menunjuk SMP 02 Turen untuk melaksanakan kurikulum 1994 bagi kelas 3 maka dari itu penamaan kelasnya pun berbeda karena menyesuaikan kurikulum yang dipakai pada kelas masing-masing. SMP 02 Turen akan mempersiapkan dalam menghadapi kurikulum yang akan diberlakukan pada tahun ajaran baru yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Beberapa guru ditunjuk oleh bapak kepala sekolah untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tau seminar-seminar mengenai KTSP. Dalam wawancara yang dilakukan peneliti oleh salah satu guru pendidikan agama Islam di SMP Negeri 02 Turen, beliau menyatakan:

95

walaupun kelas VII sudah memakai kurikulum 2004 dalam penulisan hasil belajarnya (nilai rapor) namun buku-buku yang dipakai masih buku lama dengan kurikulum 1994, hal ini karena sebentar lagi kurikulum juga akan berubah jadi menurut kebijaksanaan bapak Kepala Sekolah lebih baik menunggu kurikulum yang baru dan bukubuku akan dipenuhi sepenuhnya. Pergantian kurikulum yang terlalu dekat jaraknya kadang kala menjadi factor penghambat bagi peningkatan kualitas pembelajaran PAI.2

6. Struktur Organisasi SMP Negeri 02 Turen Organisasi di SMP Negeri 02 Turen terstruktur mulai dari jabatan paling atas ditempati oleh bapak kepala sekolah dan selanjutnya ditempati oleh para staff dan guru mata pelajaran berada di bawah para staff. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Wawawancara dengan Iftina Hidayati, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 02 Turen, Tanggal 14 Mei 2007

96

Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 02 Turen


KEPALA SEKOLAH Drs. HARI WAHYUDI

WAKA SEKOLAH SUTANLIK, S.Pd

URUSAN KURIKULUM MASKUR, A.Md

URUSAN KESISWAAN NOTO PRIYADI

URUSAN SARPRAS EKO YULI A, S.Pd

URUSAN HUMAS Drs. EDI SUNARTO

GURU MATA PELAJARAN

TATA USAHA

AGAMA IFTINA H, S.Ag A. KHOLIK, S.Pd

PPKN Drs. HARTONO Dra. WIWIK H

B.INDONESIA MASKUR ETTY P, S.Pd ENDANG SRI

MATEMATIKA RIRIN TRI, S.Pd JOKO S, S.Pd SUKRO T, S.Pd IFNA I, S.Pd

IPA TUKIYAT, S.Pd RIANA H, S.Pd SANTI S, S.Pd Dra. SATIPAH

IPS Dra. SRI SUYATMI Hj. UMI HASANAH

B. INGGRIS EKO YULI A, MASYHADI, SRI SULAMI

M. LOKAL Hj. UMI H. Drs. EDI S. DARMANU SUTANLIK, SPd

KTK YURI SISWATI

PEND. JAS NOTO PRIYADI HARIYANTO EDI SUNARTO

BP/BK A. KHOLIQ, S.Pd Dra. YAYUK E SUTANLIK, S.Pd

SISWA
(Sumber Data: Arsip SMP Negeri 02 Turen, 2006)

97

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Tata Usaha SMP Negeri 02 Turen


KEPALA TATA USAHA EDY SUHARSONO

KESISWAAN LAMINEM

KEPEGAWAIAN WAHYUDI

INVENTARIS S U G I AN T O

BENDAHARA BP3 SYAHRUL HADI

PERPUSTAKAAN SULIANI

PENJAGA SEKOLAH 1. HARI AMIN 2. SUPRIYADI 3. MOH. ABIDIN

(Sumber Data: Arsip SMP Negeri 02 Turen, 2006)

98

B. Penyajian Dan Analisa Data 1. Sarana Dan Prasarana Pendidikan Yang Dibutuhkan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI Di SMP Negeri 02 Turen Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan, variatif, efektif, efisiensi, dan inovatif. Pembelajaran dapat dikatakan berkualitas jika sarana dan prasarananya bisa membawa ke arah tercapainya tujuan pendidikan sesuai dengan standar kurikulum yang dipakai di sekolah tersebut. Sedangkan menurut waka SMP Negeri 02 Turen, beliau mengatakan bahwa: Pembelajaran yang berkualitas adalah jika persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dari pembelajaran itu juga berkualitas. Artinya persiapan yang dilakukan guru serta siswa di dalam kelas harus berkualitas, yakni guru membuat perencanaan sebelum mengajar begitu pula siswa belajar mandiri di rumah sebelum dating ke sekolah. Di dalam pelaksanaannya pembelajaran harus berkualitas, tidak boleh monoton dan membosankan. Pada akhir proses pembelajaran evaluasi yang dilakukan guru harus berkualitas. Untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, tanpa sarana dan prasarana yang lengkap maka pembelajaran tidak bisa dikatakan berkualitas.3 Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu faktor yang mendukung peningkatan kualitas pembelajaran PAI adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap. Dari mulai alat peraga, media pendidikan, perabot, dan gedung / bangunan sekolah. Hal di atas secara langsung maupun tidak langsung sangat menunjang tercapainya kualitas pembelajaran PAI yang diharapkan oleh sekolah tersebut.
3

Wawancara dengan Sutanlik, Wakil Kepala SMP Negeri 02 Turen, Tanggal 29 Mei

2007

99

Sarana yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI dalam proses belajar mengajar contohnya: alat pelajaran seperti buku tulis, gambar-gambar, kapur tulis, spidol, penghapus dan papan tulis. Alat peraga seperti kabah tiruan untuk berthawaf, alat praktek seperti boneka untuk praktek materi mengenai memandikan jenazah dan mensholati jenazah. Dan Media pendidikan baik yang audio, visual dan audiovisual. Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan seorang guru yang diberi kepercayaan di bidang urusan sarana dan prasarana, beliau mengatakan: Sarana yang dibutuhkan guru dalam mengajar adalah seperti kapur tulis, spidol, papan tulis, penghapus papan tulis, meja, bangku, kursi, almari, dan media pendidikan seperti OHP, LCD, kaset, CD, VCD, dan TV. SMP Negeri 02 Turen belum memiliki media ausio visual yang lengkap hanya beberapa saja yang kami punya, bulan ini kami mendapatkan bantuan dari DEPDIKNAS berupa 2 buah multimedia yang akan kami gunakan pada tahun ajaran 2007-2008. Sedangkan prasarana yang menunjang peningkatan kualitas pembelajaran PAI adalah masjid, ruang kelas dan perpustakaan. Karena untuk laboratorium agama kami belum punya. Selain ruang kelas yang digunakan untuk penyampaian materi yang berupa teori maka perpustakaan adalah tempat yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran PAI. Di perpustakaan siswa dapat beljar mandiri dengan membaca serta menganalisa buku-buku yang ada di perpustakaan kemudian diserap untuk dijadikan tambahan ilmu pengetahuan. Sedangkan masjid adalah prasarana yang utama dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam, di masjid siswa dapat belajar mempraktekan materi bab shalat. Selain itu siswa dan guru biasanya mengerjakan sholat dhuha pada jam pertama dan menunaikan jamaah shalat dhuhur pada istirahat kedua atau sepulang sekolah.4 Setiap guru membutuhkan alat yang berbeda dalam mengajar sesuai dengan materi pelajaran yang akan diberikan pada siswa. Demikian juga guru pendidikan agama Islam selain ruang kelas juga memerlukan sarana dan

Wawancara dengan Eko Yuliastutik Ch, Urusan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 02 Turen, Tanggal 15 Mei 2007

100

prasarana serta media pendidikan yang beragam sesuai dengan materi yang akan diberikan. Seperti yang telah kita ketahui bahwasannya materi pendidikan agama Islam seringkali membingungkan karena kadangkala materi-materi yang disajikan di luar batas pikiran manusia, jadi hal-hal yang tidak masuk akal itu sering terjadi. Maka dari itu tugas seorang guru agama adalah dengan mengarahkan siswanya agar menggunakan sisi yang lain untuk menerima materi pelajaran tersebut yakni menggunakan wahyu. Akal dan wahyu harus sama-sama digunakan, tidak boleh menggunakan hanya akal saja atau pun sebaliknya. Dalam menjelaskan materi yang sedemikian rumit seorang guru pendidikan agama Islam akan membutuhkan sarana dan prasarana yang beragam bentuk dan jenisnya. Hal senada diungkapkan oleh salah satu guru PAI SMP Negeri 02 Turen Ibu Iftina Hidayati, S.Ag beliau menyatakan: Saya mengajar di SMP Negeri 02 Turen selama kurang lebih 10 tahun, metode yang telah saya gunakan sangat beragam begitu juga dengan media serta sarana yang saya gunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Contohnya dalam materi yang berhubungan dengan fiqih, saya menjelaskan terlebih dahulu materi yang telah ada di buku panduan. Lalu pada pertemuan berikutnya saya memberikan CD untuk ditayangkan pada TV berukuran 21 inci agar siswa dapat melihat dengan jelas. Kemudian siswa mempraktekan di depan guru, selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk bertanya bagi yang belum paham. Jadi intinya sebelum pembelajaran dimulai seorang guru harus mempersiapkan media serta sarana yang akan membantu dalam pembelajaran.5

Wawawancara dengan Iftina Hidayati, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 02 Turen, Tanggal 14 Mei 2007

101

Prasarana yang ikut menunjang pembelajaran PAI memang sangat beragam. Contohnya dalam bab wudlu sorang guru PAI memerlukan prasarana berupa kran atau kamar mandi untuk mengajarkan cara-cara berwudlu yang benar menurut hukum Islam. Karena dengan menyaksikan secara langsung serta dapat mempraktekkan sendiri siswa akan lebih paham, dari pada sekedar mendengarkan penjelasn dari guru di dalam kelas. Selain itu guru juga dapat menilai ketuntasan belajar siswa dalam bab wudlu tersebut. Dari beberapa hasil wawancara tersebut di atas cukup jelas bahwa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam dibutuhkan sarana dan prasarana yang siap pakai dan memadai. 2. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Keberadaan sarana dan prasarana yang dimiliki sebuah sekolah tidak langsung ada begitu saja. Sarana dan prasarana itu ada karena direncanakan secara sengaja dan diusahakan secara sungguh-sungguh serta dibina secara kontinyu, hal ini kita kenal dengan istilah proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Proses manajemen merupakan kegiatan yang sangat rumit dan harus dikerjakan oleh orang-orang profesional. Begitu pula pada proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan harus dikerjakan oleh orang-orang yang sudah terlatih dan berpengalaman. Sesuai dengan hasil wawancara peneliti ibu Eko Yuliastutik Ch, S.Pd selaku penanggung jawab urusan sarana dan prasarana pendidikan di SMP Negeri 02 Turen, beliau menegaskan:

102

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI dilaksanakan pada waktu mengadakan rapat kerja (raker) yang diikuti oleh kepala sekolah, waka sekolah, para staff dan karyawan serta seluruh bapak/ibu guru SMP Negeri 02 Turen. Di dalam rapat ini guru bidang studi mengajukan sarana atau media apa yang dibutuhkan dalam jangka waktu satu tahun ke depan. Setelah itu direncanakan dengan matang mulai dari perencanaan pengadaan sampai pengadaan sarana pendidikan. Setelah disetujui oleh bapak kepala sekolah kami akan mengalokasikan dana, dana tersebut didapat dari Depdiknas, kalau dana tersebut tidak turun kami mengajukan proposal pada komite sekolah. Dana kami berikan pada guru bidang studi agar mereka dapat mencari media yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diberikan.6 Pemeliharan dan perawatan sarana dan prasarana sebaiknya dilakukan bersama-sama, jadi seharusnya semua civitas akademik merasa memiliki barang-barang tersebut. Begitu pula di SMP Negeri 02 Turen sarananya benarbenar dijaga dan dirawat sebaik-baiknya begitu juga dengan prasarananya, dijaga bersama walaupun ada petugas yang setiap hari membersihkan prasarana yang ada di SMP Negeri 02 Turen. Pemeliharaan sarana yang tergolong sebagai alat peraga atau media pendidikan yang seringkali digunakan dalam pembelajaran, tanggung jawabnya diberikan pada guru bidang studi. Karena mereka yang tahu bagaimana cara merawat barang tersebut dengan baik dan bila sewaktu-waktu diperlukan mereka tidak bingung mencari barang-barang tersebut. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh urusan sarana dan prasarana SMP Negeri 02 Turen yang menyatakan: Setelah barang-barang tersebut didapatkan selanjutnya tanggung jawab media dan sarana diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing guru bidang studi mulai dari perawatan dan pemeliaran sampai pada
Wawancara dengan Eko Yuliastutik Ch, Urusan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 02 Turen, Tanggal 15 Mei 2007
6

103

penghapusan. Hal ini ditujukan agar sarana dan prasarana yang ada dapat siap pakai sewaktu-waktu dan dapat sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan. Namun untuk proses penghapusan kami jarang melakukannya karena prosesnya yang sangat panjang dan rumit, makanya bapak kepala sekolah tidak pernah mengijinkan untuk melakukan penghapusan terhadap barang-barang milik Negara. Tiap akhir tahun urusan bidang sarana dan prasarana meminta catatan mengenai inventarisasi dari barang-barang tersebut karena akan dilaporkan ke KANWIL di tingkat provinsi.7 Sedangkan proses penghapusan sarana dan prasarana di SMP Negeri 02 Turen sebenarnya jarang sekali dilakukan. Barang-barang yang sudah lama dan sudah tidak terpakai lagi tetap disimpan rapi di gudang sekolah. Bukubuku yang sudah tidak relevan dengan kurikulum sekolah masih tetap ditata rapi di perpustakaan untuk dijadikan referensi para guru maupun para siswa. Namun, kalau barang tersebut masih bisa dijual guna mendapatkan yang lebih baru, maka hal tersebut akan dilaksanakan. Seperti contohnya monitor komputer yang sudah lama maka bisa ditukar tambah dengan yang lebih baru. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan agama Islam di SMP Negeri 02 Turen sama halnya dengan manajemen sarana dan prasarana mata pelajaran yang lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan ibu Eko Yuliastutik Ch, S.Pd pada waktu menanggapi pertanyaan peneliti, beliau menegaskan bahwa: Proses manajemen sarana dan prasarana mata pelajaran PAI kami samakan dengan proses manajemen sarana dan prasarana mata pelajaran yang lainnya. Hal ini dikarenakan jumlah sarana dan prasarana yang ada di sekolah kami masih minim jadi proses manajemennya kami samakan. Tanggung jawab akan sarana dan media

Wawancara dengan Eko Yuliastutik Ch, Urusan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 02 Turen, Tanggal 15 Mei 2007

104

pendidikan juga kami serahkan sepenuhnya pada guru pendidikan agama Islam.8 Adapun upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran PAI

melalui manajemen sarana dan

prasarana adalah sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan bapak Edi Sunarto, S.Pd yang menjabat sebagai Humas SMP Negeri 02 Turen dan merangkap sebagai Urusan Kurikulum kelas 3, beliau menyatakan: Dalam perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah kami, bapak kepala sekolah mengalokasikan dana secara benar untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Dana tersebut diperoleh dari kucuran dan dari APBD, DIKNAS, serta beberapa dari komite sekolah. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan gedung sekolah dan pengadaan peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.9 Selain kepala sekolah, Urusan Bidang Sarana dan Prasarana, serta para guru bidang studi. Bagian Tata Usaha juga ikut terlibat dalam proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Hal ini sesuai dengan perbincangan peneliti bersama Bapak Edy Suharsono selaku kepala Tata Usaha dan bendahara SMP Negeri 02 Turen, beliau mengatakan bahwa dalam proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan beliau bersama staff TU yang lain sangat berperan sekali. Tugas bagian Tata Usaha dalam proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan lazimnya disebut dengan istilah inventarisasi.

Wawancara dengan Eko Yuliastutik Ch, Urusan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 02 Turen, Tanggal 17 Mei 2007
9

Wawancara dengan Edi Sunarto, Humas SMP Negeri 02 Turen, Tanggal 14 Mei 2007

105

Dari pegawai perpustakaan, Ibu Suliani peneliti mendapatkan informasi lain tentang keterlibatan guru dan kepala sekolah dalam proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Beliau mengatakan bahwa dalam proses manajemen sarana dan prasarana pihak sekolah juga melibatkan guru, siswa dan orang tua wali murid. Contohnya dalam proses pengadaan buku-buku pelajaran, guru, siswa dan keluarga siswa diberi kesempatan untuk memberikan masukan buku apa saja yang perlu ada di SMP Negeri 02 Turen dalam sebuah rapat yang diadakan pada waktu penerimaan siswa baru atau pada saat penerimaan nilai hasil belajar siswa pada orang tua, kemudian diusulkan kepada kepala sekolah, kemudian kepala sekolah

merekomendasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk memberikan dana bagi kebutuhan itu. Cara mendapatkan buku-buku perpustakaan selain dengan cara membeli dengan menggunakan dana dari komite sekolah, pihak sekolah juga mendapatkan bantuan dari pihak Depdiknas. Terkadang juga mendapat hibah dari para guru, siswa, orang tua siswa atau pihak lain yang ingin menghibahkan bukunya pada sekolah ini. Pemeliharaan buku-buku dan ruang perpustakaan di SMP Negeri 02 Turen secara khusus dilakukan oleh pegawai perpustakaan dan secara umum dilakukan oleh semua komponen sekolah. Dengan referensi yang banyak dan tertata dengan rapi serta dengan suasana perpustakaan yang nyaman untuk belajar secara tidak langsung akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen.

106

Proses penghapusan di SMP Negeri 02 Turen jarang sekali dilakukan bahkan di perpustakaan proses penghapusan itu belum pernah dilakukan sama sekali. Buku-buku lama yang tidak relevan dengan kurikulum yang digunakan tidak dibuang begitu saja dan dijadikan tambahan referensi guru maupun siswa. Adapun inventarisasi buku-buku perpustakaan adalah dengan mencatat jumlah dan jenis buku pada sebuah buku induk.10 Perpustakaan SMP Negeri 02 Turen memang tidak begitu luas dan bangunannya sangat sederhana, terletak disebelah kanan dari koperasi siswa dan sebelah kiri dari ruang keterampilan. Namun buku-bukunya cukup lengkap, dan sekarang banyak buku terbaru yakni berdasarkan kurikulum 2004 (KBK) yang diperoleh dari Depdiknas. Buku-buku disusun secara rapi dan ditata menurut jenisnya, buku fiksi dan bacaan lainnya disusun terpisah dari buku-buku pelajaran. Hal ini sesuai dengan pengamatan peneliti berulang kali ke perpustakaan SMP Negeri 02 Turen. 3. Hasil Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen melalui Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan Urusan sarana dan prasarana pendidikan, beliau mengatakan bahwa dengan manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang telah dilakukan ternyata tidak sia-sia sebab dengan manajemen tersebut SMP Negeri 02 Turen memperoleh hasil yang cukup signifikan diantaranya: a. Sekolah : SMP Negeri 02 Turen mampu mencatat sebagai 8 besar
10

Wawancara dengan Suliani, Pegawai Perpustakaan SMP Negeri 02 Turen, Tanggal 21

Mei 2007

107

b. Siswa

c. Guru

SMP terbaik sekabupaten Malang. : Prestasinya cukup memuaskan, seperti berhasil menjuarai berbagai macam lomba dalam bidang olahraga, seperti pada kejuaraan atletik yakni lari 100 m yang diadakan oleh pihak kabupaten dan mendapat juara 1. Begitu juga dalam bidang keagamaan, hasil belajar siswa pada akhir semester semakin meningkat, begitu juga minat siswa meningkat terhadap kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah. Terbukti dengan banyaknya peserta dalam kegiatan ekstra baca Al-Quran. : Meringankan dan mempermudah guru dalam memaham kan materi yang akan diajarkan pada siswa.11

Sedangkan prestasi ekstrakurikuler tahun ajaran sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Data Prestasi Siswa SMP Negeri 02 Turen tahun 2005/2006 No 1. Ekstrakurikuler Olahraga Prestasi yang Diraih Renang Bulutangkis Lari Lempar lembing Bola Volly Bola Basket Peserta Jembara Pencak Silat Tingkat Prestasi Juara 1 Juara 1 Juara 1 Juara 1 Semi Final Juara 2 Tingkat Daerah Provinsi Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten -

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Pramuka Bela diri Seni Tari Baca Quran PMR Seni Musik

(Sumber Data: Arsip SMP Negeri 02 Turen, 2006)

Hal senada diungkapkan oleh salah satu guru PAI, Ibu Iftina Hidayati, S.Ag beliau menerangkan bahwa sarana dan prasarana itu sangat bermanfaat pada pelaksanaan PAI. Diantaranya dengan manajemen sarana dan prasarana pendidikan maka konsentrasi siswa dalam belajar dapat lebih besar dan guru
11

Arsip SMP Negeri 02 Turen, 2006

108

dapat lebih maksimal dalam menyampaikan materinya. Jadi manajemen sarana dan prasarana itu sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar PAI. Dan sejauh ini sesuai dengan penilaian beliau melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan nilai siswa dapat meningkat menjadi lebih baik dibandingkan tahun kemarin. Bapak Abdul Kholiq, S.Pd guru BP/BK yang juga membantu mengajar mata pelajaran pendidikan agama Islam di kelas VIII menegaskan bahwasannya dengan sarana dan prasarana yang lengkap dan manajemen yang bagus siswa lebih termotivasi untuk belajar (lebih siap menerima pelajaran). Seperti contoh dalam materi wudlu siswa dapat mempraktekkan cara-cara berwudlu yang baik di hadapan guru dan temannya yang lain. Dengan hal ini siswa dapat mengalami sendiri, tidak sekedar mendengar keterangan guru, membaca dan menulis. Dengan mempraktekkan secara langsung daya ingat siswa lebih kuat sehingga dalam ulanganpun hasilnya tidak mengecewakan. Dan tentu saja dalam proses belajar mengajar itu tidak luput dari sarana dan prasarana yang termanage dengan baik. 12 Dikatakan pula oleh Bapak Edi Sunarto, S.Pd selaku Humas SMP Negeri 02 Turen, ketika wawancara dengan peneliti bahwasannya perhatian atasan memang sangat besar terhadap sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI. Ketika guru membutuhkan suatu media secara mendadak karena media itu juga baru keluar, maka kepala

Wawancara dengan Abdul Kholiq, Guru BK/BP dan PAI SMP Negeri 02 Turen, Tanggal 16 Mei 2007

12

109

sekolah akan menunjuk urusan sarana dan prasarana untuk memenuhinya dengan memberikan dana yang dibutuhkan.13 Hal ini dilakukan agar pembelajaran PAI dapat lebih berkualitas dengan sarana dan prasarana yang diinginkan oleh guru. Adapun hasil yang diperoleh dengan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah diantaranya seperti siswa dapat merasakan, memahami dan menghayati sebuah sub materi karena mereka diberi kesempatan melihat tayangan tentang jejak Rosul dari CD Jejak Rosul, kemudian dengan melihat CD tersebut secara perlahan ada kesadaran siswa untuk merubah tingkah laku yang buruk menjadi lebih baik sebagaimana suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW. Perubahan yang ditunjukkan siswa-siswi SMP Negeri 02 Turen dapat dilihat pada nilai rata-rata pada ujian semester dua tahun terakhir, untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9 Nilai Rata-Rata UAS tahun 2004/2005 dan 2005/2006 KELAS VII VIII IX 2004/2005 TAHUN NILAI 7.17 7.89 7.45 2005-2006 TAHUN NILAI 7.59 7.00 8.54

(Sumber Data: Arsip SMP Negeri 02 Turen, 2006)

Tabel 4.9 menunjukkan adanya peningkatan pada nilai ujian siswa. Sebagian besar nilai siswa mengalami peningkatan, salah satu faktor yang mempengaruhi adanya peningkatan ini adalah adanya pengelolaan dan pelayanan yang baik pada bidang sarana dan prasarana pendidikan.
13

Wawancara dengan Edi Sunarto, Humas SMP Negeri 02 Turen, Tanggal 14 Mei 2007

110

Adapun nilai siswa yang sedikit menurun pada kelas VIII menurut ibu Iftina Hidayati, S.Ag nilai siswa itu relativ, terkadang naik dan terkadang menurun, hal ini disebabkan antara lain adanya perbedaan kemampuan dan kecerdasan pada siswa. Soal-soal yang menurut sebagian siswa mudah dikerjakan tapi menurut sebagian siswa yang lain hal itu sangat sulit dikerjakan begitu pula sebaliknya. Sehingga penurunan nilai siswa ini bukan disebabkan oleh kurangnya manajemen sarana dan prasarana dan bukan pula dikarenakan faktor yang lain.14 Dari beberapa hasil wawancara di atas dapat ditarik benang merahmya bahwasannya melalui manajemen sarana dan prasarana dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PAI.

Wawawancara dengan Iftina Hidayati, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 02 Turen, Tanggal 14 Mei 2007

14

111

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Sarana

Dan

Prasarana

Pendidikan

Yang

Dibutuhkan

Dalam

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI Di SMP Negeri 02 Turen Meledaknya jumlah pengangguran sebagai akibat dari PHK dan terbatasnya jumlah lapangan kerja, penanganan yang serba lamban terhadap persoalan-persoalan tersebut ternyata dapat menyebabkan kerawanan sosial. Dalam kondisi semacam itu, masyarakat rupanya masih berharap besar sekaligus menunggu-nunggu jasa dan peran yang disumbangkan oleh agama, yang di dalamnya sarat akan dimensi moralitas dan spiritualitasnya, baik secara konseptual maupun aktualitasnya, dan/atau normativitas maupun historitasnya.1 Pendidikan agama Islam itu berlangsung selama hidup, untuk

menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Maka dari itu orang yang sudah takwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal.2

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 86
2

Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Angkasa, 1996), hlm. 31

112

Tujuan akhir dari pendidikan agama Islam dapat dilihat dalam firman Allah:

:)

(
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa; dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam). (Q.S. 3 Ali Imran: 102)3 Segala sesuatu yang ada dalam dunia ini wajib dipelajari dan di fahami agar kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Untuk mendapatkan sebuah ilmu maka kita harus belajar. Allah akan memberikan derajat yang tinggi bagi orang yang berilmu, sebagaimana firman Allah:

PP ( : )PP
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat(Q.S. al-Mujadalah: 11)4 SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang dalam menjalankan pembelajaran PAI juga tak lepas dari visi yang telah ditentukan pada awal berdirinya sekolah ini. Dengan mengedepankan keunggulan dalam hal iman dan taqwa maka pembelajaran PAI juga mendapatkan perhatian yang serius, walaupun SMP
3 4

Al-Quranul Al-Karim dan Terjemahnya (Semarang: Karya Toha Putra,1996), hlm. 50 Al-Quranul Al-Karim dan Terjemahnya, Ibid., hlm. 434

113

Negeri 02 Turen Kab. Malang bukan merupakan sekolah yang berbasis agama layaknya Madrasah. Visi tersebut ialah: Terwujudnya insan yang berkualitas, terampil, berdaya kreasi tinggi, berbudi pekerti luhur berdasarkan iman dan taqwa. INDIKATOR 1. Unggul dalam prestasi akademik 2. Unggul dalam iman dan taqwa 3. Terampil dalam ilmu pengetahuan dan teknologi 4. Budaya membaca dan membuat karya tulis 5. Terampil dalam apreasi seni dan olahraga 6. Aktif dalam kegiatan kebersihan lingkungan5 Dalam rangka mengatasi berbagai macam persoalan dalam hidup ini maka pembelajaran PAI harus menunjukkan kontribusinya. Dan oleh karena pembelajaran PAI masih seringkali mendapat kritik pedas dari para ahli pendidikan, maka dari itu kualitas pembelajaran PAI harus ditingkatkan.6 Banyak faktor yang menjadi pendukung adanya peningkatan kualitas pembelajaran PAI di antaranya adalah faktor sarana dan prasarana. Karena tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai maka pembelajaran tidak akan berjalan efektif dan efisien. Tujuan pembelajaran yang telah ditentukan pun akan sulit tercapai. Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi yang ada, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan teori yang telah dipaparkan pada BAB II, sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 02 Turen Kab.
5 6

Dokumen SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, 2006 Muhaimin, op.cit., hlm. 88

114

Malang dan sekaligus dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI dapat peneliti paparkan seperti berikut: Tabel 5.1 Sarana yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang No 1. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai Sarana pendidikan yang habis dipakai: a. kapur tulis b. buku tulis c. spidol Ditinjau dari Ditinjau dari hubungannya bergerak tidaknya dengan PBM Sarana yang langsung Sarana yang digunakan dalam PBM: bergerak: a. Alat pelajaran: Kapur a. meja tulis, papan tulis, b. bangku penghapus papan tulis, c. kursi penggaris, buku tulis d. almari dll. b. Alat peraga: boneka untuk peragaan sholat jenazah, kabah tiruan untuk praktek manasik haji. c. Media: tape recorder (audio), TV dan VCD (audio visual). Sarana yang tidak Sarana yang secara tidak langsung digunakan dalam bergerak: PBM: almari buku a. meubelair perpustakaan b. peralatan laboratorium c. saluran PDAM Tabel 5.2 Prasarana yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang No Klasifikasi Prasarana Pendidikan 1. Prasarana yang secara langsung digunakan dalam PBM 2. Prasarana yang secara tidak langsung Contoh Ruang kelas, perpstakaan, laboratorium, dan masjid. Ruang guru, ruang kepala

2.

Sarana pendidikan yang tahan lama: a. meja b. kursi c. papan tulis

(Sumber: Arsip SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, 2006)

115

digunakan dalam PBM tapi juga menunjang PBM

sekolah, ruang staff, ruang TU, kamar mandi, tempat wudlu, halaman sekolah, dan jalan menuju sekolah.

(Sumber: Arsip SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, 2006)

Hal senada diungkapkan oleh Ibu Eko Yuliastutik Ch, S.Pd selaku Urusan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, beliau menegaskan: Sarana yang dibutuhkan guru dalam mengajar adalah seperti kapur tulis, spidol, papan tulis, penghapus papan tulis, meja, bangku, kursi, almari, dan media pendidikan seperti OHP, LCD, kaset, CD, VCD, dan TV. SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang belum memiliki media audio visual yang lengkap hanya beberapa saja yang kami punya, bulan ini kami mendapatkan bantuan dari DEPDIKNAS berupa 2 buah multimedia yang akan kami gunakan pada tahun ajaran 2007-2008. Sedangkan prasarana yang menunjang peningkatan kualitas pembelajaran PAI adalah masjid, ruang kelas dan perpustakaan. Karena untuk laboratorium agama kami belum punya. Selain ruang kelas yang digunakan untuk penyampaian materi yang berupa teori maka perpustakaan adalah tempat yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran PAI. Di perpustakaan siswa dapat belajar mandiri dengan membaca serta menganalisa buku-buku yang ada di perpustakaan kemudian diserap untuk dijadikan tambahan ilmu pengetahuan. Sedangkan masjid adalah prasarana yang utama dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam, di masjid siswa dapat belajar mempraktekan materi bab shalat. Selain itu siswa dan guru biasanya mengerjakan sholat dhuha pada jam pertama dan menunaikan jamaah shalat dhuhur pada istirahat kedua atau sepulang sekolah.7 SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI memerlukan sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap, memadai dan siap pakai. Sama halnya dengan mata pelajaran yang lainnya seperti Biologi, Kimia, Fisika, Bahasa dan lain-lain. Pembelajaran PAI membutuhkan sarana yang beragam sesuai dengan materi dan metode yang akan diberikan, bahkan ada suatu materi yang tidak membutuhkan sarana namun hanya membutuhkan penjelasan dari sang guru saja. Sebagaimana hasil wawancara
Wawancara dengan Eko Yuliastutik Ch, Urusan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, Tanggal 15 Mei 2007
7

116

peneliti dengan salah satu guru PAI SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, beliau menyatakan: Saya mengajar di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang selama kurang lebih 10 tahun, metode yang telah saya gunakan sangat beragam begitu juga dengan media serta sarana yang saya gunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Contohnya dalam materi yang berhubungan dengan fiqih, saya menjelaskan terlebih dahulu materi yang telah ada di buku panduan. Lalu pada pertemuan berikutnya saya memberikan CD untuk ditayangkan pada TV berukuran 21 inci agar siswa dapat melihat dengan jelas. Kemudian siswa mempraktekan di depan guru, selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk bertanya bagi yang belum paham. Jadi intinya sebelum pembelajaran dimulai seorang guru harus mempersiapkan media serta sarana yang akan membantu dalam pembelajaran.8

B. Proses

Manajemen

Sarana

dan

Prasarana

Pendidikan

Dalam

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Secara sederhana, manajemen perlengkapan sekolah dapat didefinisikan sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien.9 Berdasarkan definisi sederhana tersebut maka pada hakikatnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah itu merupakan proses pendayagunaan semua sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Sedangkan definisi lain diungkapkan oleh Ary H Gunawan, beliau mengatakan bahwa administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara continue terhadap benda-benda pendidikan, agar senantiasa siap pakai (ready for use) dalam proses belajar

Wawawancara dengan Iftina Hidayati, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, Tanggal 14 Mei 2007
9

Ibrahim Bafadal, loc. cit.

117

mengajar sehingga PBM semakin efektif dan efesien guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.10 Ibrahim Bafadal menyatakan bahwa kegiatan manajemen sarana dan prasarana pendidikan itu meliputi: pengadaan, pendistribusian, pemakaian dan pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan. 1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Aktifitas pertama dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah pengadaan sarana dan prasarana. Kegiatan ini biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan pendidikan di sekolah, menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, dihapuskan atau sebab-sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga memerlukan pergantian, dan untuk menjaga tingkat persediaan barang setiap tahun anggaran mendatang. a. Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Dua orang teoretisi administrasi lainnya yang menjelaskan tentang prosedur perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah adalah Emery Stoops dan Russel E. Johnson (1969). Pasangan penulis tersebut menegaskan bahwa prosedur perencanaan pengadaan

perlengkapan pendidikan di sekolah adalah: 1. Pembentukan panitia pengadaan barang atau perlengkapan 2. Penetapan kebutuhan perlengkapan 3. Penetapan spesifikasi

10

Ary H Gunawan, Administrasi Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 114

118

4. Penetapan harga satuan perlengkapan 5. Pengujian segala kemungkinan 6. Rekomendasi 7. Penilaian kembali11 b. Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya merupakan upaya merealisasikan rencana pengadaan sarana dan prasarana yang telah disusun sebelumnya. Seringkali sekolah mendapatkan bantuan sarana dan prasarana pendidikan dari pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Nasional Provinsi, dan Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten. Namun bantuan tersebut dalam jumlah terbatas dan tidak selalu ada, sehingga sekolah dituntut untuk selalu berusaha juga melakukan pengadaan perlengkapan dengan cara lain. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pengelola perlengkapan sekolah untuk mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan sekolah, antara lain dengan cara: 1. Pembelian, 2. Hadiah atau sumbangan, 3. Tukar menukar, dan 4. Meminjam 12 SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang dalam melaksanakan proses pengadaan sarana dan prasarana melibatkan semua komponen sekolah.
11 12

Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm.28 Ibrahim Bafadal, Ibid., hlm. 32

119

Kegiatan ini dimulai pada saat sekolah mengadakan rapat kerja (raker) pada awal tahun yang diikuti seluruh civitas akademik SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang. Terlebih dahulu Urusan Sarana dan Prasarana menganalisis sarana atau media yang diperlukan dalam pembelajaran. Dalam hal ini Urusan Sarana dan Prasarana memberikan kesempatan pada masing-masing guru bidang studi untuk mengajukan permintaan alat pendidikan/media yang akan mereka butuhkan dalam PBM. Setelah barang yang akan dibeli ditetapkan, langkah selanjutnya Kepala Sekolah memberikan perintah pada Urusan Sarana dan Prasarana untuk

memberikan dana yang selanjutnya diberikan pada guru bidang studi untuk melaksanakan proses pengadaan barang-barang. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan Urusan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang yang menyatakan: Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI dilaksanakan pada waktu mengadakan rapat kerja (raker) yang diikuti oleh kepala sekolah, waka sekolah, para staff dan karyawan serta seluruh bapak/ibu guru SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang. Di dalam rapat ini guru bidang studi mengajukan sarana atau media apa yang dibutuhkan dalam jangka waktu satu tahun ke depan. Setelah itu direncanakan dengan matang mulai dari perencanaan pengadaan sampai pengadaan sarana pendidikan. Setelah disetujui oleh bapak kepala sekolah kami akan mengalokasikan dana, dana tersebut didapat dari Depdiknas, kalau dana tersebut tidak turun kami mengajukan proposal pada komite sekolah. Dana kami berikan pada guru bidang studi agar mereka dapat mencari media yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diberikan. 13

Wawancara dengan Eko Yuliastutik Ch, Urusan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, Tanggal 15 Mei 2007

13

120

2. Pendistribusian Sarana dan Prasarana Sekolah Barang-barang perlengkapan sekolah (sarana dan prasarana pendidikan) yang telah diadakan dapat didistribusikan. Pendistribusian atau penyaluran perlengkapan merupakan kegiatan pemindahan barang dan tanggungjawab dari seorang penanggungjawab penyimpanan kepada unit-unit atau orangorang yang membutuhkan barang itu. Dalam rangka itu, ada tiga langkah yang sebaiknya ditempuh oleh bagian penanggungjawab penyimpanan atau penyaluran, yaitu: (1) penyusunan alokasi barang; (2) pengiriman barang; (3) penyerahan barang.14 Proses pendistribusian atau penyaluran perlengkapan sekolah

sebagaimana dijelaskan pada teori tersebut di atas tidak dilaksanakan di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, karena tanggung jawab pengadaannya langsung diberikan kepada yang membutuhkan yakni guru bidang studi. Maka dari itu pengalihan tanggung jawab tidak ada di dalam manajemen sarana prasarana pendidikan SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang 3. Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Kegiatan rutin untuk mengusahakan agar barang tetap dalam keadaan baik dan berfungsi baik pula (running well) disebut pemeliharaan atau perawatan (service). Kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan menurut ukuran waktu dan menurut ukuran keadaan barang. Pemeliharaan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh pemegangnya/penanggungjawabnya, atau memanggil tukang/ahli servis untuk melakukannya, atau membawanya ke bengkel servis.

14

Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 38

121

Pada prinsipnya kegiatan pemeliharaan dilakukan agar setiap sarana dan prasarana itu senantiasa siap pakai dalam proses/kegiatan belajar mengajar. Aktifitas, kreatifitas serta rasa tanggung jawab dan rasa handar beni adalah kunci dari keberhasilan kegiatan pemeliharaan demi optimalisasi daya pakai dan daya guna setiap barang kita.15 Di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang pemeliharaan sarana yang tergolong sebagai alat peraga atau media pendidikan yang seringkali digunakan dalam pembelajaran, tanggung jawabnya diberikan pada guru bidang studi. Karena mereka yang tahu bagaimana cara merawat barang tersebut dengan baik dan bila sewaktu-waktu diperlukan mereka tidak bingung mencari barang-barang tersebut. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Urusan Sarana dan Prasarana menyatakan: Setelah barang-barang tersebut didapatkan selanjutnya tanggung jawab media dan sarana diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing guru bidang studi mulai dari perawatan dan pemeliaran sampai pada penghapusan. Hal ini ditujukan agar sarana dan prasarana yang ada dapat siap pakai sewaktu-waktu dan dapat sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan. Namun untuk proses penghapusan kami jarang melakukannya karena prosesnya yang sangat panjang dan rumit, makanya bapak kepala sekolah tidak pernah mengijinkan untuk melakukan penghapusan terhadap barang-barang milik Negara Tiap akhir tahun urusan bidang sarana dan prasarana meminta catatan mengenai inventarisasi dari barang-barang tersebut karena akan dilaporkan ke KANWIL di tingkat provinsi.16 SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang yang

15 16

Ary H. Gunawan, op.cit., hlm. 146

Wawancara dengan Eko Yuliastutik Ch, Urusan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, Tanggal 15 Mei 2007

122

Ketika sarana pendidikan ada yang rusak maka Urusan Sarana dan Prasarana atas izin kepala sekolah memanggil tukang/ahli yang berada di sekitar wilayah SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang untuk memperbaiki barang yang rusak tersebut. Akan tetapi jika biaya untuk memperbaiki lebih banyak dari pada membeli, maka kepala sekolah dalam raker akan memtuskan untuk membeli peralatan yang lebih baru. 4. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Sekolah Salah satu aktifitas dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan di sekolah adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki oleh sekolah. Lazimnya, kegiatan pencatatan semua perlengkapan itu disebut dengan istilah inventarisasi perlengkapan pendidikan. Kegiatan tersebut merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Secata definitive, inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib dan teratur berdasarkan ketentan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku. Menurut keputusan Menteri Keuangan RI Nomor kep.

225/MK/V/4/1971 barang milik Negara adalah berupa semua barang yang berasal atau dibeli dengan dana yang bersumber baik secara keseluruhan atau sebagainya, dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang barang-barangnya di bawah penguasaan pemerintah, baik pusat, provinsi, maupun daerah otonom, baik yang berada di dalam maupun luar negeri. Melalui inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan akan tercipta ketertiban administrasi barang, penghematan keuangan, mempermudah dalam

123

pemeliharaan

dan

pengawasan.

Lebih

lanjut,

inventarisasi

mampu

menyediakan data dan informasi untuk perencanaan. Kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan meliputi dua kegiatan, yaitu: a) Kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang perlengkapan Barang-barang perlengkapan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu barang inventaris dan barang bukan inventaris. Baik barang inventaris maupun barang bukan inventaris yang diterima sekolah harus dicatat di dalam buku penerimaan. Setelah itu, khusus barang-barang inventaris dicatat di dalam buku induk inventaris dan buku golongan inventaris. Sedangkan khusus barang-barang bukan inventaris dicatat di dalam buku induk bukan inventaris dan kartu (bisa berupa buku) stok barang. b) Kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan. Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau barang inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk perlengkapan baru kepada pemerintah, yaitu departemennya. Sekolah-sekolah swasta wajib melaporkannya kepada yayasannya. Laporan tersebut seringkali disebut dengan istilah laporan mutasi barang. Pelaporan tersebut dilakukan sekali dalam setiap triwulan. Misalnya, pada setiap bulan Juli, Oktober, Januari dan April tahun berikutnya. 17

17

Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 55

124

Kegiatan inventarisasi yang dilakukan oleh SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang sesuai sekali dengan teori yang telah dipaparkan di atas. Dalam proses inventarisasi Urusan Sarana dan Prasarana dibantu oleh pegawai TU. Karena kegiatan ini begitu rumit dan perlu ketelitian dari pelaksananya. Mengenai inventarisasi buku-buku yang ada di perpustakaan, Urusan Sarana dan Prasarana menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada pegawai

perpustakaan. Walaupun tanggung jawab pengadaan, pemakaian, perawatan, dan pemeliharaan berada di tangan guru bidang studi, namun tiap akhir tahun Urusan Sarana dan Prasarana meminta catatan mengenai sarana pendidikan yang telah dibeli. Karena hasil dari catatan inventarisasi itu akan dilaporkan ke KANWIL Pusat di Tingkat Provinsi. 5. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan Yang dimaksud dengan penghapusan adalah kegiatan yang mempunyai tujuan untuk menghapuskan barang-barang milik Negara dari daftar inventaris Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.18 Untuk melakukan penghapusan atau penyingkiran (afkeur) pelaksana harus memperhatikan tahap-tahap sebagai berikut: a) Pemilihan barang yang akan dihapuskan dilakukan setiap tahun bersamaan dengan waktu memperkirakan kebutuhan.

18

Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi (Surabaya: Usaha Nasional,1994), hlm. 198

125

b) Memperhitungkan faktor-faktor penyingkiran dan penghapusan ditinjau dari segi nilai uang. c) Membuat surat pemberitahuan kepada atasan bahwa akan diadakan penyingkiran dengan menyebutkan barang-barang yang hendak disingkirkan. d) Melaksanakan penyingkiran dengan cara-cara mengadakan lelangan, menghibahkan kepada badan/orang lain atau membakar. Proses penghapusan/penyingkiran harus disaksikan oleh atasan e) Membuat berita acara tentang pelaksanaan penyingkiran.19 Sedangkan proses penghapusan sarana dan prasarana di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang sebenarnya jarang sekali dilakukan. Barang-barang yang sudah lama dan sudah tidak terpakai lagi tetap disimpan rapi di gudang sekolah. Buku-buku yang sudah tidak relevan dengan kurikulum sekolah masih tetap ditata rapi di perpustakaan untuk dijadikan referensi para guru maupun para siswa. Namun Kalau barang tersebut masih bisa dijual guna mendapatkan yang lebih baru, maka hal tersebut akan dilaksanakan. Seperti contohnya monitor komputer yang sudah lama maka bisa ditukar tambah dengan yang lebih baru. Karena memang proses penghapusan sarana dan prasarana itu cukup rumit makanya di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang jarang sekali dilakukan. Pernah dilakukan tapi itu sudah lama dan kegiatan itu cukup membuat jera para civitas akademik SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang. Jadi untuk
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 89
19

126

melakukan penghapusan terhadap sarana pendidikan, Kepala sekolah bersama para guru dan karyawan harus berpikir dua kali. Bahkan di perpustakaan SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang proses penghapusan itu belum pernah dilakukan sama sekali. Buku-buku lama yang tidak relevan dengan kurikulum yang digunakan tidak dibuang begitu saja dan dijadikan tambahan referensi guru maupun siswa. Adapun inventarisasi bukubuku perpustakaan adalah dengan mencatat jumlah dan jenis buku pada sebuah buku induk.20 Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan agama Islam di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang sama halnya dengan manajemen sarana dan prasarana mata pelajaran yang lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan ibu Eko Yuliastutik Ch, S.Pd pada waktu menanggapi pertanyaan peneliti, beliau menegaskan bahwa: Proses manajemen sarana dan prasarana mata pelajaran pendidikan agama Islam kami samakan dengan proses manajemen sarana dan prasarana mata pelajaran yang lainnya. Hal ini dikarenakan jumlah sarana dan prasarana yang ada di sekolah kami masih minim jadi proses manajemennya kami samakan. Tanggung jawab akan sarana dan media pendidikan juga kami serahkan sepenuhnya pada guru pendidikan agama Islam.21 Adapun upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI melalui manajemen sarana dan prasarana adalah

sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan bapak Edi Sunarto, S.Pd yang

Wawancara dengan Suliani, Pegawai Perpustakaan SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, Tanggal 21 Mei 2007 Wawancara dengan Eko Yuliastutik Ch, Urusan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, Tanggal 17 Mei 2007
21

20

127

menjabat sebagai Humas SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang dan merangkap sebagai urusan kurikulum kelas 3, beliau menyatakan: Dalam perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah kami, bapak kepala sekolah mengalokasikan dana secara benar untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Dana tersebut diperoleh dari kucuran dan dari APBD, DIKNAS, serta beberapa dari komite sekolah. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan gedung sekolah dan pengadaan peralatanperalatan yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.22 Bapak kepala SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang termasuk pemimpin yang bijaksana, beliau tidak asal perintah saja melainkan beliau juga memberikan tauladan yang baik terhadap anak buahnya. Karena beliau mempunyai prinsip bahwasannya orang yang menyuruh melakukan sesuatu harus berbuat hal yang sama, jadi tidak asal ngomong dan tidak melaksanakan. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

(44: )
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca alkitab (Taurat)? Maka Tidakkah kamu berpikir? (Q.S. Al-Baqarah: 44)23 Akibatnya, mereka akan mendapat ancaman dari Allah:

(3: )
Amat besar kebencian di sisi Allah karena kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (Q.S. As-Shaf: 3)24
Wawancara dengan Edi Sunarto, Humas SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, Tanggal 14 Mei 2007
23 22

Al-Quranul Al-Karim dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 7

128

C. Hasil Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang Melalui Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Dalam kamus besar bahasa Indonesia kualitas didefinisikan sebagai tingkat baik buruknya sesuatu, kadar atau mutu atau dapat juga dikatakan sebagai derajat atau taraf (kepandaian atau kecakapan, dan sebagainya).25 Sedangkan. secara sederhana pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.26 Dengan demikian kualitas pembelajaran adalah mutu seorang guru baik kemampuan maupun pemahamannya terhadap interaksi belajar mengajar yang indikatornya dapat dilihat dari hasil prestasi belajar siswa, baik itu prestasi dalam menempuh ujian semester atau prestasi dalam menempuh ujian akhir. Dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pembelajaran PAI, maka tidak terlepas dari adanya beberapa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, dan salah satunya adalah faktor sarana dan prasarana. Faktor ini merupakan faktor yang krusial dalam pembelajaran PAI. Tanpa sarana dan prasarana yang memadai pendidikan tidak akan berjalan dengan maksimal. Demikian juga, meskipun sarana dan prasaran cukup memadai tapi tidak dikelola dengan baik maka pembelajaran pun tidak dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
24 25

Al-Quranul Al-Karim dan Terjemahnya, Ibid., hlm. 440 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1989) Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 61

hlm. 467
26

129

Oleh karena itu agar kualitas pembelajaran PAI di suatu sekolah umum lebih meningkat dari pada sebelumnya dan bisa setara dengan kualitas pembelajaran PAI di sekolah-sekolah berbasis Islam (madrasah) maka sekolah harus memiliki sarana dan prasarana PAI yang lengkap. Tapi tidak cukup itu, sekolah harus memiliki kapabilitas dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan yang sudah tersedia, paham tentang teori-teori manajemen sarana dan prasarana dan mampu mengimplementasikannya dalam realitas di sekolah, sehingga adanya sarana dan prasarana pendidikan yang termanage dengan baik sangat memungkinkan hasil yang diperolehnya pun akan lebih baik. Demikian juga yang terjadi di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dapat di katakana bahwa hasil yang diperoleh pada saat ini dengan tahun sebelumnya lebih banyak mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan adanya pembaharuan pada bidang sarana dan prasarana serta cara mengelolanya berikut data yang menyebutkan adanya peningkatan hasil pada mata pelajaran PAI dibandingkan tahun sebelumnya: Tabel 5.3 Nilai Rata-Rata UAS tahun 2004/2005 dan 2005/2006 KELAS VII VIII IX TAHUN 2004/2005 NILAI 7.17 7.89 7.45 2005-2006 TAHUN NILAI 7.59 7.00 8.54

(Sumber Data: Arsip SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, 2006)

Informasi lain didapatkan peneliti dari hasil wawancara dengan Urusan sarana dan prasarana pendidikan, beliau mengatakan bahwa dengan manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang telah dilakukan ternyata tidak sia-sia sebab

130

dengan manajemen tersebut SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang memperoleh hasil yang cukup signifikan diantaranya: a. Sekolah b. Siswa : SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang mampu mencatat sebagai 8 besar SMP Negeri terbaik sekabupaten Malang. : Prestasinya cukup memuaskan, seperti berhasil menjuarai berbagai macam lomba dalam bidang olahraga, seperti pada kejuaraan atletik yakni lari 100 m yang diadakan oleh pihak kabupaten dan mendapat juara 1. Begitu juga dalam bidang keagamaan, hasil belajar siswa pada akhir semester semakin meningkat, begitu juga minat siswa meningkat terhadap kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah. Terbukti dengan banyaknya peserta dalam kegiatan ekstra baca Al-Quran. : Meringankan dan mempermudah guru dalam memaham kan materi yang akan diajarkan pada siswa.27

c. Guru

Sedangkan prestasi ekstrakurikuler tahun ajaran sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.4 Data Prestasi Ekstrakulikiler SMP Negeri 02 Turen tahun 2005/2006 No 1. Ekstrakurikuler Olahraga Prestasi yang Diraih Renang Bulutangkis Lari Lempar lembing Bola Volly Bola Basket Peserta Jembara Pencak Silat Tingkat Prestasi Juara 1 Juara 1 Juara 1 Juara 1 Semi Final Juara 2 Tingkat Daerah Provinsi Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten -

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Pramuka Bela diri Seni Tari Baca Quran PMR Seni Musik

(Sumber Data: Arsip SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, 2006)

27

Arsip SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, 2006

131

Hal senada diungkapkan oleh salah satu guru PAI, Ibu Iftina Hidayati, S.Ag beliau menerangkan bahwa sarana dan prasarana itu sangat bermanfaat pada pelaksanaan PAI. Diantaranya dengan manajemen sarana dan prasarana pendidikan maka konsentrasi siswa dalam belajar dapat lebih besar dan guru dapat lebih maksimal dalam menyampaikan materinya. Jadi manajemen sarana dan prasarana itu sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar PAI. Dan sejauh ini sesuai dengan penilaian beliau melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan nilai siswa dapat meningkat menjadi lebih baik dibandingkan tahun kemarin. Jadi cukup jelas bahwa dengan sarana dan prasarana yang memadai dan juga dengan proses manajemen yang professional maka hasilnya pun akan maksimal dan memuaskan, proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan kualitas pembelajaran PAI mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Antara lain; kompetensi siswa lebih meningkat, siswa lebih siap dan lebih konsentrasi dalam menerima pelajaran, nilai siswa lebih meningkat dan pengajaran dapat dilakukan kapan dan di mana saja, sehingga tujuan (standar kompetensi) yang telah diformulasikan oleh pakar pendidikan dalam KBK dan dalam KTSP yang akan diberlakukan pada tahun ajaran akan datang dapat tercapai dengan baik.

132

BAB VI PENUTUP

A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI, membutuhkan sarana pendidikan berupa; kapur tulis, spidol, papan tulis, penghapus papan tulis, meja, bangku, kursi, almari, dan media pendidikan seperti OHP, LCD, kaset, CD, VCD, dan TV. Dan prasarana yang dibutuhkan diantaranya; ruang kelas, perpustakaan, masjid dan laboratorium agama. Guru PAI SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang mengajar sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan yakni kurikulum 1994 dan kurikulum 2004. Tetapi mereka tetap berusaha agar kualitas pembelajaran PAI lebih meningkat. Dan salah satu jalan yang ditempuhnya adalah dengan menggunakan sarana dan prasarana pendidikan. Guru PAI selain

membutuhkan ruang kelas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, mereka juga membutuhkan sarana dan prasarana yang beragam sesuai dengan materi yang akan diajarkannya. 2. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang adalah: a. Perencanaan pengadaan barang, kegiatan ini dimulai pada waktu sekolah mengadakan raker di awal tahun ajaran baru. Di dalam rapat itu segala sesuatu yang berhubungan dengan perencanaan di bahas dengan matang.

133

b. Pengadaan barang, pengadaan sarana yang tergolong sebagai media pembelajaran/alat peraga langsung dilakukan oleh guru bidang studi jadi mereka diberi wewenang oleh urusan sarana dan prasarana untuk membeli sendiri peralatan yang dibutuhkan dengan menyerahkan nota pembelian sebagai bukti pembelian. c. Pemeliharaan, Semua sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 02 Turen di rawat dan dipelihara bersama-sama dengan dikoordinatori oleh seorang penanggung jawab. Sarana pendidikan yang bersifat umum seperti meja, kursi dan perabotan meubelair lainnya dikoordinasi oleh Urusan sarana dan prasarana. Sedangkan sarana yang bersifat khusus seperti alatalat laboratorium, alat peraga, alat pendidikan dan lain-lain dikoordinasi oleh guu bidang studi. Dan Prasarana yang ada di SMP Negeri 02 Turen dalam pemeliaraannya dikoordinasi oleh pesuruh sekolah. d. Inventarisasi, kegiatan ini dilaksanakan oleh Urusan sarana dan prasarana dan dibantu oleh Kepala TU beserta staff. e. Penghapusan, proses penghapusan sarana dan prasarana jarang sekali dilakukan di SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang, karena prosesnya yang begitu rumit dan sangat panjang. Bahkan di perpustakaan SMP Negeri 02 Turen proses penghapusan terhadap buku-buku yang telah usang dan sudah tidak relevan dengan kurikulum yang ada belum pernah dilakukan sama sekali, buku-buku lama tetap disimpan dan ditata rapi. 3. Melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan SMP Negeri 02 Turen Kab. Malang menuai hasil yang tidak mengecewakan, diantaranya SMP

134

Negeri 02 Turen Kab. Malang mampu mencatat sebagai 8 besar SMP Negeri terbaik sekabupaten Malang. Adapun hasil yang dipeoleh siswa dan guru dengan adanya manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah: a. Siswa : Prestasinya cukup memuaskan, seperti berhasil menjuarai berbagai macam lomba dalam bidang olahraga, seperti pada kejuaraan atletik yakni lari 100 m yang diadakan oleh pihak kabupaten dan mendapat juara 1. Begitu juga dalam bidang keagamaan, konsentrasi siswa dalam belajar dapat lebih besar , kompetensi siswa dapat lebih meningkat, daya ingat siswa lebih kuat sehingga hasil belajar siswa pada akhir semester pun semakin meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Begitu juga minat siswa meningkat terhadap kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah, terbukti dengan banyaknya peserta dalam kegiatan ekstra baca Al-Quran. b. Guru : karena waktu yang dialokasikan pada mata pelajaran PAI disekolah umum sangat sempit maka guru dapat lebih mudah dan lebih maksimal dalam menjelaskan sebuah materi. Dengan ini semua tentunya akan membawa ke arah tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditentukan, sesuai dengan kurikulum 1994 dan kurikulum 2004. Ketika tujuan dari pendidikan dapat tercapai secara maksimal, maka dapat dikatakan bahwa kualitas pembelajaran PAI dapat meningkat melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan B. SARAN

135

Dari hasil kesimpulan pembahasan di atas, maka ada beberapa hal yang perlu diungkapkan sebagai saran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran PAI melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan: 1. Bagi Kepala Sekolah Hendaknya sarana dan prasarana yang telah usang dan tidak dipakai lagi dihapus saja, meskipun harus dengan prosedur yang rumit. Karena dengan penghapusan barang-barang yang tela usang itu, akan menambah luas sarana dan prasarana yang telah tersedia. Selain itu sekolah akan mendapatkan dana jika barang-barang itu dilelang dan dana itu dapat digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana yang belum tersedia. 2. Bagi Urusan Bidang Sarana dan Prasarana Perlu adanya komunikasi yang intensif dengan kepala sekolah, guru dan karyawan dalam proses manajemen sarana dan prasarana, terutama dalam proses pemeliharaan sarana dan prasarana. 3. Bagi Pustakawan Hendaknya lebih komunikatif dengan Kepala sekolah dan Urusan sarana prasarana dalam mengemukakan pendapatnya untuk menghapus buku-buku yang telah usang di perpustakaan. Sehingga lokasi perpustakaan menjadi lebih luas dan almari serta rak buku bisa diisi dengan buku-buku terbaru.

You might also like