Professional Documents
Culture Documents
MIKROBIOLOGI
OLEH
NECEL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2009
FKUNMUL ♥♥♥
1
BAB I
PENDAHULUAN
utama infeksi adalah lesi manusia, benda yang terkontaminasi bakteri dari lesi itu,
dan saluran pernafasan serta kulit manusia. Penyebaran infeksi melalui kontak
langsung bertambah penting di rumah sakit, karena sebagian besar karyawan dan
atau kulit mereka. Kebersihan, higiene, dan penanganan lesi secara aseptik dapat
mengendalikan penyebaran bakteri dari lesi, tetapi hanya ada sedikit cara untuk
glikol) dan penyinaran ultraungu terhadap udara tidak banyak berguna (Jawetz et
al,1996).
stafilokokus adalah kamar perawatan bayi baru lahir, unit perawatan intensif (ICU),
kamar bedah, dan bagian kemoterapi kanker. S.aureus patogen ―epidemik‖ masuk
yang berbahaya. Karyawan dengan lesi stafilokokus aktif dan pembawa bakteri
mungkin harus dilarang memasuki daerah ini. Pada orang-orang ini, pemakaian
antiseptik topikal (misalnya krim klorheksidin atau basitrasin) di hidung atau daerah
perineal dapat mengurangi penyebaran organisme yang berbahaya ini. Rifampin yang
2
diberikan bersama obat antistafilokokus oral lain kadang-kadang dapat menekan
pembawa bakteri di hidung; bentuk terapi ini biasanya dicadangkan untuk pembawa
stafilokokus yang sulit diatasi dengan cara lain, karena stafilokokus cepat menjadi
pada kulit bayi baru lahir untuk menghilangkan pembentukan koloni stafilokokus,
tetapi sifat toksisitasnya membuat antiseptik ini tidak digunakan secara luas (Jawetz
et al,1996).
3
BAB II
Infeksi oleh jenis kuman ini yang terutama menimbulkan penyakit pada
manusia. Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi olehnya dan
nekrosis, dan pembentukan abses. Infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan pada
kulit sampai berupa suatu piemia yang fatal. Kecuali impetigo, umumnya kuman ini
menimbulkan penyakit yang bersifat sporadik bukan epidemic (Arif et al, 2000).
Kuman ini berbentuk sferis, bila menggerombol dalam susunan yang tidak
teratur mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Diameter kuman anatara 0,8-1,0
mikron. Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri,
Susunan gerombolan yang tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat
4
dari pembenihan padat, sedangkan dari pembenihan kalbu biasanya ditemukan
Kuman ini tidak bergerak, tidak berspora dan positif Gram. Hanya kadang-
kadang yang negatif Gram dapat ditemukan pada bagian tengah gerombolan kuman,
pada kuman yang telah difagositosis dan pada biakan tua yang hampir mati (Arif et
al, 2000).
kaldu biasa pada suhu 37oC. Batas-batas suhu untuk pertumbuhannya ialah 15oC dan
40oC, sedangkan suhu pertumbuhan optimum ialah 35oC. Pertumbuhan terbaik dan
khas ialah pada suasana aerob; kuman ini pun bersifat anaerob fakultatif dan dapat
tumbuh dalam udara yang hanya mengandung hidrogen dan pH optimum untuk
pertumbuhannya ialah 7,4. Pada lempeng agar, koloninya berbentuk bulat, diameter
1-2 mm, cembung, buram, mengkilat, dan konsistensinya lunak. Warna khas ialah
kuning keemasan, hanya intensitas warnanya dapat bervariasi. Pada lempeng agar
darah umumnya koloni lebih besar dan pada varietas tertentu koloninya dikelilingi
oleh zona hemolisis. Untuk mengasingkan kuman dari tinja, dipergunakan lempeng
agar yang mengandung NaCl sampai 10% sebagai penghambat terhadap kuman jenis
lain dan manitol untuk dapat mengetahui patogenitasnya (Arif et al, 2000).
5
Koloni yang masih sangat muda tidak berwarna, tetapi dalam
pertumbuhannya berbentuk pigmen yang larut dalam alkohol, eter, khloroform, dan
benzol. Pigmen ini termasuk dalam golongan lipokhrom dan akan tetap dalam koloni,
tidak meresap ke dalam pembenihan, tepai larut dalam eksudat jaringan sehingga
nanah berwarna sedikit kuning keemasan yang dapat merupakan petunjuk tentang
adanya infeksi oleh kuman ini. Atas dasar pigmen yang dibuatnya, Stafilokokus
Staphylococcus aureus, yang putih Staphylococcus albus dan yang kuning dinamakan
Staphylococcus citreus. Dalam suasana anaerob pada lempeng agar biasa pada suhu
37oC tidak dibentuk pigmen, pada lempeng agar darah pada suhu 37oC pembentukan
pigmennya kurang subur. Tetapi bila koloni tersebut dipindahkan pada agar biasa
atau pembenihan Loeffler, dieram pada suhu kamar, maka pembentukan pigmennya
koagulosa tetapi tidak bertalian dengan warna koloni (Arif et al, 2000).
aureus termasuk jenis kuman yang paling kuat daya tahannya. Pada agar miring dapat
tetap hidup sampai berbulan-bulan, baik dalam lemari es maupun pada suhu kamar.
Dalam keadaan kering pada benang, kertas, kain, dan dalam nanah dapat tetap hidup
6
Dalam berbagai zat kimia daya tahannya adalah sebagai berikut :
Suatu jenis Staphylococcus aureus yang tahan selama 5 menit tetapi mati
dalam waktu 10 menit dalam fenol 1/90, oleh Food and Drug Administration (FDA)
USA, dipakai sebagai kuman tes standar untuk menilai antiseptikum lainnya, di
STRUKTUR ANTIGEN
antigenik. Bahan-bahan ekstraseluler yang dibuat oleh kuman ini kebanyakan juga
yang ditemukan pada jenis yang tidak patogen disebut polisakarida B. Polisakarida A
merupakan komponen dinding sel yang dapat dipindahkan dengan memakai asam
7
Antigen protein A terletak di luar antigen polisakarida, kedua-duanya
TIP BAKTERIOFAGA
Faga dapat diasingkan dari alam. Sebagian besar jenis Stafilokokus bersifat
lisogenik, yang berarti bahwa mereka mengandung faga yang tidak berpengaruh
terhadap diri mereka sendiri, tetapi dapat menyebabkan lisis pada beberapa anggota
ari spesies yang sama. Parker membagi Stafilokokus dalam 4 grup litik dan satu grup
tambahan:
I 29 52 52A 79 80
II 3A 3B 3C 55 71
IV 42D
Lain-lain 81 187
Jenis yang hanya dilisis oleh faga 81 dan 187 tidak dapat dimasukkan ke
dalam salah satu dari 4 grup terdahulu. Jenis yang hanya dilisis oleh faga 42D sering
ditemukan di dalam susu tetapi jarang ditemukan pada manusia dan hubungannya
8
dengan keracunan makanan menguatkan dugaan bahwa jenis ini primer berasal dari
hewan. Enterotoksin terutama dibuat oleh grup litik III dan IV (Arif et al, 2000).
Infeksi di rumah sakit terutama disebabkan oleh grup litik I, yaitu jenis yang
dilisis oleh faga 52, 52A, 80 dan 81. Dalam grup litik II terdapat jenis yang hanya
dilisis oleh faga 71, jenis ini secara khas berhubungan dengan penyakit kulit yang
bersifat vesikel, misalnya impetigo oleh Stafilokokus dan pemphigus pada neonates
METABOLIT KUMAN
yang bersifat :
1. Nontoksin
2. Eksotoksin
3. Enterotoksin
katalasa.
9
a. Antigen permukaan
Antigen ini berfungsi antara lain mencegah serangan oleh faga, mencegah reaksi
b. Koagulasa (Stafilokoagulosa)
Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat karena faktor
terjadi deposit fibrin pada permukaan sel kuman yang dapat menghambat
fagositosis.
c. Hialuronidasa
Enzim ini tertuma dihasilkan oleh jenis koagulasa positif. Penyebaran kuman
dipermudah dengan adanya enzim ini, oleh karena itu enzim ini juga disebut
Enzim ini dapat melisiskan bekuan darah dalam pembuluh darah yang sedang
meradang, sehingga bagian-bagian dari bekuan yang penuh kuman terlepas dan
Gelatinasa adalah suatu enzim yang dapat mencairkan gelatin. Protease dapat
10
f. Lipasa dan tributirinasa
Lipasa terutama dihasilkan oleh jenis koagulasa positif, tetapi tidak mempunyai
peranan yang khas. Tributirinasa atau egg-yolk factor merupakan suatu lipase-like
Ada korelasi antara aktivitas asam fosfatase, patogenitas kuman dan pembentukan
koagulasa, tetapi pemeriksaan asam fosfatase jauh lebih sulit untuk dilakukan dan
kurang khas jika hendak dipakai sebagai petunjuk virulensi. Lisosim dibuat oleh
sebagian besar jenis koagulasa positif dan penting untuk menentukan patogenitas
kuman. Penisilinasa dibuat oleh beberapa jenis Stafilokokus, terutama dari grup.
h. Katalasa
dan Streptokokus tidak. Adanya enzim ini dapat diketahui jika koloni
gelembung udara.
EKSOTOKSIN
Terdiri dari :
a. Alfa hemolisin
11
b. Beta hemolisin
c. Delta hemolisin
d. Leukosidin
e. Sitotoksin
f. Toksin eksfoliatif
a. Alfa hemolisin
Toksin ini dibuat oleh Stafilokokus virulen dari jenis human dan bersifat :
- Dalam dosis yang cukup besar dapat membunuh manusia dan hewan.
Semua sifat tersebut di atas dapat dinetralkan oleh IgG, tetapi tidak oleh IgA atau
IgM. Semua efek tersebut diatas terjadi karena pelepasan anion dengan fospolipid
yang terdapat dalam membran sel kuman. Setelah diolah dengan formalin toksin
12
Kemampuan untuk membuat toksin ini dapat dipindahkan dengan bakteriofaga
L2043, namun jenis yang menerimanya tidak selalu menghasilkan toksin yang
sama kuatnya seperti yang dihasilkan oleh jenis asalnya (Arif et al, 2000).
b. Beta hemolisin
Toksin ini terutama dihasilkan oleh jenis yang berasal dari hewan. Dapat
menyebabkan terjadinya hot-cold lysis pada sel darah merah domba dan sapi.
Dalam hal ini lisis baru terjadi setelah pengeraman 1 jam pada suhu 10oC. Toksin
c. Delta hemolisin
Toksin ini dapat melisiskan sel darah merah manusia dan kelinci, tetapi efeknya
terhadap sel darah merah domba kurang. Jika toksin pekat disuntikkan pada
kelinci secara intravena, maka akan terjadi kerusakan ginjal yang akut berakibat
fatal.
d. Leukosidin
Toksin ini dapat merusak sel darah putih beberapa macam binatang dan ada 3 tipe
yang berbeda :
- Alfa hemolisin
perubahan morfologik sel darah putih dari semua tipe kecuali yang berasal
dari domba.
13
- Yang terdapat pada 40-50% jenis Stafilokokus dan hanya merusak sel darah
e. Sitotoksin
Toksin ini mempengaruhi arah gerak sel darah putih dan bersifat termostabil.
ditemukan sebagai penyebabnya kuman Stafilokokus dan pada penyakit ini sel
kumannya.
f. Toksin eksfoliatif
Toksin ini dihasilkan oleh Stafilokokus grup II dan merupakan suatu protein
ekstraseluler yang tahan panas tetapi tidak tahan asam. Toksin ini dianggap
sebagai penyebab Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSS), yang antara lain
dewasa.
14
BAKTERIOSIN
Toksin ini dihasilkan oleh Stafilokokus grup II dan merupakan suatu protein
ekstraseluler yang dapat membunuh kuman positif Gram, yaitu dengan cara
menghambat sintesis protein dan DNA tanpa menyebabkan lisis kuman (Arif et al,
2000).
ENTEROTOKSIN
Toksin ini dibuat jika kuman ditanam dalam perbenihan semisolid dengan
konsentrasi CO2 30%. Toksin ini terdiri dari protein yang bersifat :
- Nonhemolitik
- Nondermonekrotik
- Nonparalitik
Toksin ini penyebab keracunan mekanan, terutama terdiri dari hidrat arang
dan protein. Masa tunas antara 2-6 jam dengan gejala yang timbul secara mendadak,
yaitu mual, muntah-muntah dan diare. Kadang-kadang dapat terjadi kolaps sehingga
Penyembuhan biasanya terjadi setelah 24-48 jam dan jarang berakibat fatal.
Efek muntah terjadi karena toksin merangsang pusat muntah di susunan syaraf pusat.
15
Salmonella dan clotsridium dapat menimbulkan keracunan makanan dengan gejala
Belum ditemukan suatu cara yang mudah yang dapat menyatakan bahwa
positif , tetapi tidak semua jenis koagulosa positif dapat membentuk enterotoksin.
Jika dari setiap gram makanan yang tersangka dapat ditemukan ratusan, ribuan
kuman Stafilokokus atau lebih, maka hal ini dapat merupakan suatu bukti dari dugaan
tersangka telah dipanaskan mungkin tidak dapat ditemukan kuman lagi, meskipun di
16
BAB III
PATOGENESIS
di pakaian, kasur, dan benda lainnya yang biasa dipakai manusia. Kemampuan
toksin-toksin, serta sifat-sifat invasif strain itu. Pada satu akhir spektrum penyakit
sudah terbentuk; sedangkan bentuk akhir lainnya adalah bakteremia stafilokokus dan
abses yang tersebar di seluruh organ. Peran serta potensial berbagai zat ekstraseluler
pada patogenesis ternyata dari sifat kerja masing-masing faktor. (Jawetz, 1995)
koagulase dan pigmen kuning, dan bersifat hemolitik. Stafilokokus yang non patogen
negatif dan tidak hemolitik. Organisme ini jarang menyebabkan pus tetapi dapat
17
sekitar lesi dan di dalam pembuluh limfe, mengakibatkan pembentukan dinding yang
membatasi proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan
hipersensivitas tipe lambat) dan abses ―mengarah‖ pada daerah yang daya tahannya
paling kecil. Setelah cairan di tengah jaringan nekrotik mengalir keluar, rongga secara
pelan-pelan diisi dengan jaringan granulasi dan akhirnya sembuh. (Jawetz, 1995)
Pernanahan foka (abses) adalah sifat khas infeksi stafilokokus. Dari setiap
fokus, organisme menyebar melalui saluran limfe dan aliran darah ke bagian tubuh
lainnya. Pernanahan dalam vena, yang disertai trombosis, sering terjadi pada
pernanahan pada bagian tubuh mana saja. Stafilokokus yang daya invasinya rendah
berperan pada banyak infeksi kulit (misalnya acne, epiderma, atau impitigo). Kokus
toksin eksoliatif. Sindroma syok toksin berhubungan dengan toksin sindroma syok
18
BAB IV
DIAGNOSIS LABORATORIUM
A. Bahan Pemeriksaan :
Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan cara swabbing, atau langsung
dari darah, pus, sputum, atau liquor serebrospinalis (Arif et al, 2000).
B. Pemeriksaan Langsung :
Biasanya kuman dapat terlihat jelas, terutama jika bahan pemeriksaan berasal dari
pus sputum. Dari sediaan langsung kita tidak dapat membedakan apakah yang
bergerombol dan bahkan dapat tersusun seperti rantai pendek (Arif et al, 2000).
C. Perbenihan :
Bahan yang ditanam pada lempeng agar darah akan menghasilkan koloni yang
khas setelah pengeraman selama 18 jam pada suhu 37°C, tetapi hemolisis dan
pembentukan pigmen baru terlihat setelah beberapa hari dibiarkan pada suhu
Stafilokokus yang berasal dari manusia tidak patogen terhadap hewan. Pada suatu
19
perbenihan yang mengandung telurit, Stafilokokus koagulasi positif membentuk
koloni yang berwarna hitam karena dapat mereduksi telurit (Arif et al, 2000).
D. Tes Koagulasi :
Ada 2 cara tes koagulasi yaitu cara slide test dan cara tube test. Pada slide test
yang dicari ialah bound coagulase atau clumping factor. Cara ini tidak dianjurkan
antara lain diperlukan plasma manusia yang masih segar. Pemakaiannya terutama
screening test. Pada tube test yang dicari ialah adanya koagulasi bebas dan cukup
dipergunakan plasma kelinci. Hasilnya positif kuat jika tabung tes dibalik,
gumpalan plasma tidak terlepas dan tetap melekat pada dinding tabung (Arif et al,
2000).
Cara ini penting untuk menetukan tipe Stafilokokus yang diasingkan dari
rumah sakit tahan terhadap penisilin. Selain itu, dengan lisotopi dapat pula
ditentukan apakah suatu jenis berasal dari hewan atau dari manusia (Arif et al,
2000).
F. Tes Kepekaan :
Tes pengenceran mikro kaldu atau tes kepekaan lempeng difusi sebaiknya
dilakukan secara rutin pada isolat stafilokokus dari infeksi yang bermakna secara
klinik. Resistensi terhadap penisilin G dapat diperkirakan melalui tes positif untuk
20
β-laktamase; kurang lebih 90% S aureus menghasilkan β-laktamase. Resistensi
terhadap nafsilin (dan oksasilin san metisilin) terjadi pada 10-20% S aureus dan
adanya mecA, suatu gen yang menyandi protein terikat penisilin yang tidak
dipengaruhi obat ini. Gen dapat dideteksi dengan menggunakan reaksi rantai
polimerase, tetapi hal ini tidak berguna karena stafilokokus yang tumbuh pada
21
BAB V
Sebagan besar orang memiliki stafilokokus pada kulit dan dan hidung atau
eksema), dengan cepat akan terjadi reinfeksi melalui droplet. Organisme patogen
sering menyebar dari satu lesi (seperti furunkel) dan menyebar ke daerah kulit lainnya
melalui jari dan pakaian. Oleh karenanya, antisepsis lokal yang cermat sangat penting
Infeksi ganda yang berat pada kulit (jerawat, furunkulosis) paling sering
terjadi pada para remaja. Infeksi kulit yang serupa terjadi pada penderita yang
hormon dalam patogenesis infeksi kulit oleh stafilokokus. Pada jerawat, enzim lipase
1995)
Abses dan lesi bernanah diobati dengan drainase, yaitu tindakan yang sangat
22
orang-orang yang terinfeksi bakteri ini, karena organisme ini cepat menjadi resisten
terhadap kebanyakan obat antimikroba, dan obat-obat itu tidak dapat bekerja pada
disebabkan oleh S aureus memerlukan terapi intravena yang lama dengan penisilin
stafilokokus yang resisten terhadap nafsilin. Jika infeksi disebabkan oleh S aureus
hanya sedikit strain S aureus yang peka terhadap penisilin G. (Jawetz, 1995)
Pada infeksi klinis, strain S aureus yang resisten terhadap penisilin G selalu
dalam masyarakat USA. Bakteri ini biasanya peka terhadap penisilin yang resisten
bervariasi di berbagai negara dan pada waktu yang berbeda. Pengaruh seleksi obat
satunya faktor yang menentukan timbulnya resistensi terhadap obat ini. (Jawetz,
1995)
Karena sering timbul strain yang resisten terhadap obat, isolat stafilokokus
yang penting sebaiknya di periksa kepekaannya terhadap obat anti mikroba untuk
cenderung timbul demikian cepat sehingga obat ini sebaiknya tidak digunakan
23
sebagai obat tunggal dalam infeksi menahun. Resistensi obat (terhadap penisilin,
penisilinase dan karena itu harus diobati dengan penisilin yang tahan penisilinase.
sensitif terhadap penisilin G, juga sudah banyak yang resisten, obat terpilih sekarang
24
II. Kardiovaskular
IV. SSP
V. Sepsis
Anak > 5 tahun dan Kuman enterik gram negatif, Kloksasilin/ sefalosporin
dewasa S. aureus, streptokokus generasi I + aminoglikosida
atau sefalosporon generasi
III/ampisilin-sulbaktam
dengan atau tanpa
aminoglikosida
25
DAFTAR PUSTAKA
Gaya Baru.
Jawetz, M. A. (1995). Mikrobiologi Kedokteran (20 ed.). (I. Setiawan, Ed., & R. M.
Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III Jilid 2. Jakarta :
26
Trims 4 downloading.
See the next chapter of necel publication
27