You are on page 1of 101

PEDOMAN

OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA DASAR DESA

Jl. Melati No. 173A Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok Sleman Telp : (0274) 433 2012, Fax : (0274) 433 2467 E-mail : Pengaduanjrf_nmc@yahoo.com www.rekompakjrf.com

KATA PENGANTAR

Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman berbasis masyarakat Java Reconstruction Fund (REKOMPAK-JRF) telah berhasil membangun 21.633 rumah dalam waktu 14 bulan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah serta melakukan rehabilitasi dan pembangunan kembali prasarana dan sarana dasar desa/kelurahan melalui penyusunan Rencana Penataan Permukiman (RPP)/Community Settlement Plan (CSP) yang berorientasi pada pengurangan risiko bencana secara partisipatif. Prasarana dan sarana dasar tersebut diharapkan akan memberikan manfaat jangka panjang dan oleh karena itu, masyarakat perlu diberi kemampuan dalam mengoperasikan dan memelihara prasarana dan sarana dasar yang telah dibangun. Faktor yang mempengaruhi berfungsinya prasarana dan sarana dasar selain kualitas konstruksi adalah pengelolaannya, yang mencakup; organisasi pengelola, operasi dan pemeliharaan serta pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan. Pengelolaan yang baik, tepat guna dan efisien akan berpengaruh pada kualitas layanan dan umur pengoperasian yang akhirnya mampu memberikan dampak langsung pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara berkesinambungan pada 265 desa/kelurahan sasaran REKOMPAK-JRF. Melalui proses pemberdayaan REKOMPAK-JRF diharapkan dapat menumbuhkan rasa memiliki dan memunculkan kesadaran dan tanggungjawab untuk memelihara serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana dasar yang telah dibangun secara benar dan efisien agar dapat bermanfaat untuk jangka waktu yang lama dan lestari. Untuk itu, diperlukan adanya informasi dan panduan operasi dan pemeliharaan yang tepat dan efisien. Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar (PPPPSD) ini diharapkan dapat memberikan informasi dan panduan tersebut. Akhir kata, semoga pedoman ini dapat menjadi acuan dalam mengelola prasarana dan sarana dasar yang telah dibangun. Jakarta, Oktober 2010 Direktur Jenderal Cipta Karya

Budi Yuwono NIP. 110020173

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN DAFTAR TABEL DAN BAGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum 1.3. Acuan Implementasi 1.4. Ruang Lingkup 1.5. Maksud dan Tujuan 1.6. Sasaran 1.7. Batasan dan Pengertian TEKNIS OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA DASAR DESA/KELURAHAN 2.1. Teknis Operasi dan Pemeliharaan A. Jenis Prasarana B. Tahap-tahap Pemeliharaan C. Prasarana Non Air Bersih dan Sanitasi D. Prasarana Air Bersih dan Sanitasi 2.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Pengoperasian A. Tahap Perencanaan B. Tahap Konstruksi C. Tahap Pasca Konstruksi 2.3 Ukuran Keberhasilan ORGANISASI PENGELOLA 3.1. Organisasi Pengelola O dan P 3.2. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga 3.3. Pembentukan Tim Pengelola A. Persiapan B. Pelaksanaan Rembug Warga C. Pengesahan dan Peresmian 3.4. Struktur Pengelola dan Tata Peran A. Struktur Organisasi B. Tugas dan Fungsi C. Kegiatan Rapat D. Pelaporan E. Pelatihan 3.5. Ukuran Keberhasilan

ii i v vii viii

1 2 3 3 3 4 4

BAB II

7 7 8 10 23 43 43 44 44 44

BAB III

45 46 48 48 48 49 50 50 52 53 53 54 53

BAB IV

PEMBIAYAAN 4.1. Klasifikasi Prasarana dan Pembiayaan untuk O dan P 4.2. Penganggaran Operasi dan Pemeliharaan A. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan B. Perhitungan Anggaran Pendapatan C. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya D. Pencatatan Transaksi dan Pertanggungjawaban Keuangan 4.4. Ukuran Keberhasilan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

55 56 56 64 64 65 67

LAMPIRAN Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Tata Cara Penetapan Restribusi/Tarif Penerimaan Tarif Komponen Pelayanan Air Bersih Penerimaan Penyambungan Baru-Pelayanan Air Bersih Penerimaan Tarif Komponen Pelayanan Persampahan Penerimaan Tarif Komponen Pelayanan MCK Buku Bank Buku Kas Buku Administarsi dan Umum Buku BOP Air Bersih Buku BOP Persampahan Buku BOP Sanitasi/MCK Laporan Laba (Rugi) Laporan Keuangan Aliran Kas (Cash Flow) Formulir Survei Kondisi Jalan - Perkerasan Formulir Survei Kondisi Jalan Drainase dan Bahu Jalan Lampiran 16 Formulir Survei Kondisi Jembatan Lampiran 17 Formulir Survei Kondisi Prasarana

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

ATK AD/ART BAPPD BBM BKM BPMA DMC DPRD DTPL EWS IPLT JR F KPP KSM KU/HU LPMD/K MCK NMC O dan P PJOK PLN PMU PP PPK Rekompak RPP RT/RW SAH SAL TIP TPK TPS UPL

Alat Tulis Kantor Anggaran Dasar /Anggaran Rumah Tangga Berita Acara Pencairan/Penggunaan Dana Bahan Bakar Minyak Badan Keswadayaan Masyarakat Bangunan Penangkap Mata Air District Management Consultant Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dokumen Teknis Pembangunan Lingkungan Early Warning System Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Java Reconstruction Fund Kelompok Pengguna Prasarana Kelompok Swadaya Masyarakat Kran Umum / Hidrant Umum Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan Mandi Cuci Kakus National Management Consultant Operasi dan Pemeliharaan Penanggung Jawab Operasional Kecamatan Perusahaan Listrik Negara Project Management Unit Panitia Pelaksana Pejabat Pembuat Komitmen Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas Rencana Penataan Permukiman Rukun Tetangga / Rukun Warga Saluran Air Hujan Saluran Air Limbah Tim Inti Perencana Tim Pengelola Kegiatan Tempat Pembuangan Sampah Unit Pengelola Lingkungan

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20

Tanda-tanda Kerusakan Konstruksi Prasarana Jalan Tanda-tanda Kerusakan Konstruksi Prasarana Jembatan Tanda-tanda Kerusakan Konstruksi Talud Tembok Penahan Tanah Perbaikan Pekerjaan Beton Perbaikan Pekerjaan Pasangan Batu Kali Perbaikan Pekerjaan Kayu Rincian Kebutuhan O dan P BPMA Pelaku dan Keterampilan O dan P Rincian Kebutuhan O dan P Sumur Bor Dalam Pelaku dan Keterampilan O dan P Rincian Kebutuhan O dan P Mesin Diesel Pelaku dan Keterampilan O dan P Rincian Kebutuhan O dan P KU/HU Pelaku dan Keterampilan O dan P Rincian Kebutuhan O dan P Tangki Septik MCK Pelaku dan Keterampilan O dan P Rincian Kebutuhan O dan P Bidang Resapan Pelaku dan Keterampilan O dan P Identifikasi Jenis Sampah Kemungkinan Kemudahan Penarikan Retribusi Berdasar Jenis Prasarana

14 16 18 20 21 22 25 25 27 28 31 31 33 34 36 37 40 40 42 55

Bagan 1 Bagan 2 Bagan 3 Bagan 4 Bagan 5

Tahapan Pemeliharaan Pewadahan Sampah Bagan Organisasi Pengelolaan O dan P Prasarana dibawah BKM/TPK Struktur Tim Pengelola O dan P dengan Beberapa Prasarana Struktur Organisasi Tim Pengelola O dan P dengan Satu Prasarana

8 41 46 51 51

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana lingkungan permukiman pasca bencana di wilayah desa/kelurahan sasaran REKOMPAK-JRF diharapkan memberikan dampak langsung terhadap kehidupan sosial ekonomi warga desa secara berkesinambungan. Prasarana yang telah dibangun atau diperbaiki diharapkan tidak hanya memberikan manfaat jangka panjang bagi warga tetapi juga dapat lestari dan terus tumbuh dan berkembang. Selain faktor kualitas konstruksi yang dihasilkan, faktor-faktor penting yang mempengaruhi berfungsinya suatu prasarana adalah pengelolaannya, yang mencakup organisasi pengelola, operasi dan pemeliharaan serta pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan. Bila salah satu hal tersebut tidak dipenuhi maka akan berpengaruh kepada kualitas pelayanan dan umur pengoperasian yang akhirnya akan mengakibatkan tidak tercapainya harapan dan tujuan dibangunnya prasarana tersebut. Keberlanjutan suatu kegiatan pengelolaan prasarana sangat tergantung pada efisiensi dan efektifitas dari operasi dan pemeliharaannya. Sementara itu efisiensi dan efektifitas operasi dan pemeliharaan (O dan P) sebagai sistem sangat dipengaruhi oleh banyak faktor dan proses yang muncul dan berlangsung dari tahapan ide atau program sampai sistem tersebut terbangun dan beroperasi. Ciri ciri suatu sistem dikatakan berkelanjutan jika: (1) Berfungsi dengan baik dan menghasilkan manfaat dalam tingkat yang memadai dari sisi (kualitas, kuantitas, kontinyuitas, kenyamanan, terjangkau, efisiensi, kehandalan, kesehatan dan keamanan) (2) Beroperasi dalam jangka waktu yang lama (minimal sesuai dengan usia pakai) (3) Manajemennya dilembagakan (manajemen berbasiskan masyarakat, perspektif gender, kemitraan dengan lembaga-lembaga pemerintah, keterlibatan sektor formal dan informal) (4) Biaya operasi dan pemeliharaan dan administrasi bisa dipenuhi masyarakat pengguna sendiri (minimal cost recovery terhadap biaya O dan P) (5) Perbaikan kerusakan dan penggantian suku cadang bisa dipenuhi di tingkat lokal. (6) Bisa dioperasikan dan dipelihara di tingkat lokal dengan hanya dukungan terbatas dari pihak luar ( bantuan teknis, pelatihan, pemantauan) (7) Tidak mempengaruhi lingkungan secara negatif. Mempertimbangkan kondisi tersebut, maka rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana lingkungan permukiman desa melalui proyek REKOMPAK-JRF yang mengedepankan aspek pemberdayaan masyarakat dan berorientasi pengurangan risiko bencana mengupayakan langkah pengembangan dan penguatan peran serta masyarakat mulai dari tahap perencanaan, penyusunan rencana teknis, tahap pelaksanaan dan akhirnya pada

tahap pemanfaatan prasarana yang harus dioperasikan dan dipelihara dengan baik secara mandiri agar selalu siap digunakan. Dari mekanisme peran serta tersebut, maka rasa membutuhkan prasarana (tahap perencanaan) dan rasa memiliki prasarana (tahap pelaksanaan) diharapkan memunculkan kesadaran dan rasa tanggungjawab untuk memelihara prasarana yang telah dibangun sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari. Melaksanakan operasi dan pemeliharaan secara benar akan mendukung keberlanjutan dari sistem pada masa pasca konstruksi, yang juga tergantung dari rangkaian faktor dan proses yang dikembangkan dalam tahap perencanaan dan konstruksi. Bisa dikatakan bahwa sustainabilitas operasi dan pemeliharaan suatu sistem dimulai dari tahap perencanaan dan bahkan yang lebih dini yaitu ditahap pengembangan gagasan atau penyusunan usulan.

1.2. Landasan Hukum


Peraturan perundangan yang menjadi landasan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana desa adalah : (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 tentang Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (RENAS-PB) Tahun 20102014.

(16) Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun 2010-1012.

1.3. Acuan Implementasi


(1) Grant Agreement Nr. TF 090014IND Java Reconstruction Fund (JRF) For Community Based Settlement Rehabilitation and Reconstruction Project for Central and West Java and Yogyakarta Special Region, beserta perubahannya. Pedoman Operasional Umum (POU) Untuk Desa/kelurahanDalam Rekompak JRF, 2007. Pedoman Operasional Teknis (POT) Untuk Desa/kelurahanDalam Rekompak JRF, 2007.

(2) (3)

1.4. Ruang Lingkup


Buku ini disusun sebagai pedoman bagi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana desa, khususnya prasarana pengurangan risiko bencana yang telah dibangun selama program REKOMPAK-JRF, tetapi tidak termasuk prasarana dan sarana bangunan pusaka. Untuk bangunan pusaka sudah disusun pedoman pelestarian pusaka dalam buku terpisah. Muatan dari pedoman ini adalah khusus memberikan arahan teknis, pengorganisasian dan pembiayaan bagi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan (O dan P). Hal-hal yang tidak diatur dalam pedoman ini, harus tetap merujuk pedoman standar yang bersifat umum dan baku. Selain itu, untuk hal-hal yang bersifat operasional dalam pelaksanaan lapangan tetap harus merujuk pedoman operasional umum dan teknis serta SOP REKOMPAK-JRF yang berlaku.

1.5. Maksud dan Tujuan


Maksud disusunnya pedoman O dan P ini adalah : (1) Memberikan panduan kepada masyarakat warga dalam mengorganisasikan dan melaksanakan O dan P prasarana desa, (2) Memberikan panduan kepada konsultan pendamping REKOMPAK-JRF dalam memfasilitasi pengorganisasian dan pelaksanaan O dan P prasarana desa, (3) Memberikan arahan kepada pemerintahan desa, pemerintahan kabupaten/kota dan pihak-pihak terkait dalam mendukung pengorganisasian dan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana desa, (4) Mendorong terwujudnya fasilitas prasarana pengurangan risiko bencana yang handal dan siaga, (5) Mendorong terwujudnya kemandirian dalam pengelolaan (teknis, organisasi, pembiayaan) prasarana desa yang berkelanjutan.

Tujuan dari pedoman O dan P ini adalah: (1) Terwujudnya suatu sistem O dan P prasarana desa berbasis komunitas yang berorientasi pada pengurangan risiko bencana, (2) Terwujudnya kemandirian dan keberlanjutan pengelolaan (teknis, organisasi, pembiayaan) prasarana desa, (3) Terwujudnya fasilitas prasarana desa yang handal dan siaga untuk mendukung kesiapsiagaan menghadapi risiko bencana di wilayah desa dan sekitarnya.

1.6. Sasaran
Sasaran operasional pedoman O dan P ini adalah: (1) Terlaksananya langkah-langkah pengorganisasian warga desa dalam pelaksanaan O dan P prasarana desa yang handal, siaga dan mandiri, (2) Terlaksananya kegiatan fasilitasi pengorganisasian dan penyiapan pelaksanaan O dan P prasarana desa oleh konsultan pendamping REKOMPAK-JRF, (3) Meningkatnya peran aktif pemerintah kabupaten/kota dalam memfasilitasi proses pengorganisasian warga dalam pengembangan pelaksanaan O dan P prasarana desa. Kelompok sasaran utama tata-cara operasi dan pemeliharaan ini adalah: (1) Konsultan pendamping tingkat desa, yaitu para fasilitator pendamping masyarakat desa/kelurahan; (2) Komunitas, yaitu seluruh warga (pemakai prasarana), khususnya BKM/TPK, Tim Inti Perencana (TIP), Panitia Pelaksana (PP) dan calon pengelola O dan P; (3) Pemerintah desa/kelurahan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (LPMD/K) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD); (4) Pemerintah Kecamatan, Penanggung Jawab Operasional Kecamatan (PJOK), (5) Walikota/Bupati, Dinas/Instansi Terkait, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kabupaten/Kota, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten/Kota; (6) Gubernur, Dinas/Instansi Terkait, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi, Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Provinsi, DPRD Provinsi; (7) Konsultan REKOMPAK-JRF; National Management Consultant (NMC), District Management Consultant (DMC); (8) Serta pihak-pihak lain yang peduli atau memanfaatkan pedoman O dan P ini.

1.7. Batasan dan Pengertian


Pengertian dan pemahaman yang dipakai dalam pedoman ini merujuk pada sejumlah sumber adalah sebagai berikut: (1) Operasi dan pemeliharaan adalah serangkaian kegiatan terencana dan sistematis, yang dilakukan secara rutin, berkala maupun perbaikan sewaktu-waktu (insidentil)

untuk menjaga agar prasarana yang telah dibangun tetap dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai rencana. (2) Pemeliharaan secara umum dapat dikategorikan dalam tiga jenis, sebagai berikut : a. Pemeliharaan Rutin (preventive maintenance). Pemeliharaan rutin ini dilakukan dengan mengontrol dan merawat prasaranasarana secara rutin/periodik sehingga tidak terjadi kerusakan atau berubah fungsinya. Pemelihraa rutin sifatnya preventif, ringan dan dijadwalkan teratur dalam satu tahun. Bagian penting dari pemeliharaan rutin antara lain adalah pencegahan atau menjaga penggunaan prasarana yang tidak semestinya atau penggunaan diluar fungsinya agar prasarana tidak cepat rusak. b. Pemeliharaan Sesudah Rusak (breakdown maintenance) Pemeliharaan Sesudah Rusak meliputi perbaikan atau modifikasi dari prasarana/sarana yang dilakukan setelah terjadi kerusakan saat digunakan. c. Pemeliharaan Ulang (corrective maintenance). Pemeliharaan ulang meliputi perbaikan rehabilitasi dari prasarana-sarana yang dilakukan untuk mengembalikan seperti fungsinya semula sesuai desain atau standar awal. Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan selang waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari satu tahun. Pemeliharaan ulang kadang disebut juga perbaikan besar. (3) Tim Pengelola O dan P prasarana-sarana desa adalah sekelompok orang yang dipilih dan disepakati secara bersama-sama oleh masyarakat/komunitas desa, yang telah diberi wewenang dan tanggung jawab mengelola prasarana-sarana yang ditetapkan. Pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana-sarana desa ditujukan untuk mengupayakan dan menjamin ketersediaan dana bagi pengelolaan O dan P prasarana oleh tim pengelola prasarana desa, sehingga tidak muncul hambatan dan kendala dari ketersediaan dana.

(4)

BAB II TEKNIS OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA DASAR DESA/KELURAHAN

2.1. Teknis Operasi dan Pemeliharaan


A. Jenis Prasarana Jenis-jenis prasarana dasar desa yang telah dibangun melalui program REKOMPAK-JRF antara lain adalah: (1) Jenis prasarana Non Air Bersih dan Sanitasi a. Jalan 1) Jalan aspal 2) Jalan makadam 3) Jalan beton 4) Jalan paving 5) Jalan telasah 6) Jalan sirtu 7) Jalan tanah b. Jembatan 1) Jembatan beton 2) Jembatan komposit 3) Jembatan gantung 4) Jembatan kayu 5) Plat decker c. Saluran Drainase / Saluran air hujan (SAH) 1) Saluran dengan pasangan 2) Saluran dengan buis beton 3) Saluran tanah 4) Gorong-gorong 5) Syphon d. Sumur Resapan untuk Drainase/SAH 1) Sumur resapan buis beton 2) Sumur resapan pasangan batu bata e. Bangunan penahan tanah 1) Talud pasangan batu kali 2) Bronjong 3) Beton bertulang 4) Revetment

f. Bendung Bendung pasangan batu g. Embung/ Waduk 1) Tembok/talud pasangan batu kali 2) Tanggul tanah h. Lapangan Evakuasi i. Hidran Pemadam Kebakaran (Fire Hidrant) j. Peralatan Pendukung Peringatan Dini (EWS/ Early Warning System) (2) Jenis prasarana Air Bersih dan Sanitasi a. Air Bersih 1) Bangunan Penangkap Mata Air/BPMA 2) Sumur bor dalam 3) Bak Penampung Air Bersih (Reservoir) 4) Pipa Transmisi & Distribusi, dan Katup (valve) 5) Mesin Diesel Pembangkit Listrik (Genset) b. Sanitasi/MCK (Mandi Cuci Kakus) 1) Bilik MCK 2) Tangki Septik 3) Resapan c. Persampahan 1) Pengumpulan & pemilahan sampah 2) Komposting

B. Tahap-Tahap Pemeliharaan
Tahap-tahap proses pemeliharaan prasarana desa yang dilaksanakan oleh Tim Pengelola O dan P prasarana dasar desa secara umum melalui proses yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan 1 Tahapan Pemeliharaan
Inventarisasi, Identifikasi Evaluasi & Perhitungan Prioritisasi & Penjadwalan Pembiayaan

Pelaksanaan Pemeliharaan & Pelaporan

(1) Inventarisasi dan Identifikasi Tahap ini adalah menginventarisasi prasarana yang akan dipelihara serta mengidentifikasi masing-masing kondisi prasarana-sarana, dilakukan melalui survey menggunakan formulir kondisi prasarana sebagai terlampir. Sebaiknya dalam pendataan ini meminta juga informasi dari komunitas warga di sekitar lokasi atau pengguna prasarana, karena mereka cukup tahu kondisi prasarana tersebut. Dalam pendataan tersebut harus dicatat dengan lengkap kondisi bagian/komponen prasaranasarana yang akan dipelihara atau yang mengalami kerusakan. Sebagai acuan pencatatan dapat dilihat Tabel1,2,3 Tanda-tanda kerusakan konstruksi prasaranasarana dan uraian prasarana dalam pedoman ini. Pada tahap ini masalah kepemilikan/kewenangan atas prasarana dasar desa harus sudah jelas, jika belum jelas perlu dicari informasi dan dikonfirmasi sesuai data pada saat awal pembangunan prasarana. Prasarana yang bukan milik desa/lingkungan atau diluar kewenangan desa maka operasi & pemeliharaannya, termasuk pembiayaannya harus dikordinasikan dengan dinas/instansi terkait. (2) Evaluasi dan Perhitungan Pada tahap ini hasil invetarisasi dan identifikasi yang sudah disusun akan dievaluasi untuk penentuan metoda dan cara pemeliharaan, perhitungan bahan, peralatan, tenaga kerja/tenaga trampil dan biaya yang dibutuhkan. Sebagai acuan evaluasi dan perhitungan dapat dilihat Tabel-4,5,6 (Prosedur) Perbaikan Pekerjaan. Disini dievaluasi dan ditambahkan juga catatan jumlah yang memanfaatkan prasarana tersebut serta kondisi sosial pemakai serta cakupan pelayanan. Pada tahap ini juga perlu diseleksi prasarana mana yang akan dilakukan pemeliharaan rutin, pemeliharaan perbaikan karena rusak atau masuk kategori rehabilitasi jika kondisinya sudah sangat rusak. Untuk kategori rehabilitasi proses dilakukan terpisah seperti membangun prasarana baru. (3) Prioritisasi dan Penjadwalan Prioritisasi dan penjadwalan secara keseluruhan dari semua prasarana dan komponen yang sudah diinventarisasi, dapat dilakukan dengan melihat aspek-aspek seperti : a. b. c. Kemendesakan, yaitu: kondisi kerusakan prasarana dan kemendesakan karena merupakan prasarana mitigasi bencana yang harus segera dipelihara, Manfaat, yaitu semakin banyak jumlah orang yang menggunakan, semakin prioritas; Kapasitas desa, yaitu: kemampuan desa untuk melaksanaka pemeliharaan sendiri, karena jika tidak mampu ditangani oleh tingkat desa maka perbaikannya perlu diusulkan ke pemerintah kab/kota dan dinas/instansi lainnya, sehingga prosesnya perlu waktu lebih lama, Urutan logis, yaitu: urutan logis secara teknis tahap-tahap pemeliharaan atau perbaikan, Sosial, yaitu : pertimbangan kondisi sosial warga pengguna prasarana (misal kaum jompo, difabel, kelompok perempuan)

d. e.

(4) Pembiayaan Setelah tahap perencanaan diatas diselesaikan oleh petugas teknis maka hasil perencanaan O dan P tersebut harus dirembug bersama oleh seluruh pengurus untuk diputuskan besaran biaya yang disediakan dan akan digunakan untuk pemeliharaan. Pada kondisi karena dana terbatas, dapat dilakukan evaluasi dan perhitungan ulang metoda pemeliharaan yang dipilih. Untuk kondisi keputusan-keputusan tertentu (misal: honor/tunjangan/upah petugas pemeliharaan) maka keputusan perlu diambil melalui rembug warga dan/atau persetujuan pemerintah desa sesuai peraturan yang dibuat sebelumnya dalam AD/ART Tim Pengelola atau aturan pemerintahan yang berlaku. (5) Pelaksanaan Pemeliharaan dan Pelaporan Pelaksanaa pemeliharaan dapat dilaksanakan sendiri oleh tim pengelola O dan P, secara kerja bakti, gotong royong atau menyewa tenaga dari luar. Sebelum pemeliharaan dilaksanakan, rencana pemeliharaan perlu ditempel di papan pengumuman untuk dapat diketahui warga. Selama dan sesudah pemeliharaan tim pengelola/petugas harus membuat laporan pelaksanaan pemeliharaan (pelaksanaan kegiatan dan keuangan) untuk disampaikan kepada masyarakat dan ditempel pada papan pengumuman. (6) Pengawasan dan Evaluasi Pengawasan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana dilakukan oleh BKM/TPK melalui UPL (unit pengelola lingkungan) dan oleh masyarakat komunitas warga. Evaluasi atas hasil pelaksanaan O dan P dilakukan setelah prasarana digunakan kembali atau sedikitnya dalam satu tahun sekali. Evaluasi dilakukan oleh Tim Pengelola bersama komunitas warga dan perlu mengundang pihak luar untuk memberi masukan ahli.

C. Prasarana Non Air Bersih dan Sanitasi


(1) Pemeliharaan Rutin Prasarana dan Sarana Pemeliharaan rutin bertujuan mengontrol dan merawat prasarana/sarana serta menjaga fasilitas tetap dalam kondisi baik untuk mencegah kegagalan (prasarana tidak berfungsi secara tiba-tiba). Selain hal itu dengan pemeliharaan rutin kerusakan kecil cepat diketahui, dapat segera diperbaiki dan tidak menjadi kerusakan besar atau kegagalan fungsi. Pemeliharaan Rutin pada dasarnya menjaga prasarana dalam keadaan seperti semula dan mencakup beberapa pekerjaan yang berulang, yang secara teknis cukup sederhana. Pemeliharaan rutin harus dimulai pada waktu prasaranasarana selesai dibangun (masih dalam keadaan baru) dan dilanjutkan seumur prasarana tersebut.

Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin/berkala prasarana adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pembersihan secara umum Membuang tumbuhan liar dan sampah Pembersihan dan melancarkan fungsi prasarana. Penanganan kerusakan-kerusakan ringan Pengecatan sederhana Pemeliharaan permukaan konstruksi bangunan dan lantai kendaraan Penggantian spare-part/suku cadang Pemberian pelumas/oli

Dalam pemeliharaan rutin, ada hal penting yang harus dilakukan untuk menjaga agar prasarana desa tidak cepat rusak yaitu melaksanakan pencegahan penggunaan prasarana yang tidak semestinya atau penggunaan diluar fungsinya. Pencegahan penggunaan prasarana diluar fungsi, antara lain: a. Jalan 1. Mencegah dan melarang penggunaan jalan, untuk dilewati oleh kendaraan dengan total berat melebihi klas jalan (jalan desa: Klas III beban < 8 ton, jalan cor-beton swadaya beban maksimal sampai dengan 3 ton). Tidak boleh membuat talud yang lebih tinggi dari berm/bahu jalan tanpa dilengkapi saluran drainase sehingga terjadi genangan di jalan. Tidak boleh memanfaatkan jalan menjadi tempat mencuci kendaraan atau barang-barang. Tidak boleh menanam pohon di berm/bahu jalan, selain rumput pelindung bahu jalan.

2. 3. 4.

b.

Jembatan 1. Mencegah dan melarang dilewati kendaraan dengan total berat melebihi klas jembatan yang direncanakan (lihat catatan no:1a) 2. Tidak boleh menambang material batu dan/atau pasir (galian C) pada 500 M dari hulu dan hilir jembatan. 3. Tidak boleh memanfaatkan jembatan menjadi tempat mencuci kendaraan/barang. 4. Tidak boleh memanfaatkan ruang bawah jembatan, diluar tujuan untuk perlindungan jembatan tersebut.

c. Talud 1. Mencegah dan melarang penanaman tanaman keras dan/atau tanaman semusim sepanjang talud yang akarnya dapat mendorong ketidakstabilan talud dan/atau merusak talud. 2. Tidak boleh memanfaatkan tanah yang ditalud sebagai pondasi dari bangunan rumah atau bangunan lainnya 3. Dilarang mendirikan bangunan diatas atau dibawah talud sejauh 1,5 kali tinggi talud dari talud.

4. Dilarang menggali tanah disekitar pondasi talud yang dapat melemahkan konstruksi talud. d. Tanggul Tanah 1. Mencegah dan melarang penanaman tanaman keras dan/atau tanaman semusim sepanjang puncak tanggul sehingga mengurangi kepadatan, porositas dan kestabilan tanggul. Tidak boleh memanfaatkan tanggul sebagai pondasi dari bangunan rumah atau bangunan lainnya Tidak boleh mengambil material badan tanggul dan kaki tanggul. Tidak boleh menghilangkan rumput tanggul sebagai penahan longsor. Tidak boleh mengambil material batuan, pasir atau sedimen di sekitar tanggul (akan mengurangi kestabilan konstruksi tanggul dan menyebabkan longsor).

2. 3. 4. 5.

e.

Saluran drainase 1. 2. 3. 4. Mencegah dan melarang saluran drainase sebagai tempat memandikan dan minum ternak yang bukan/tidak di tempat-tempat yang sudah disediakan. Tidak boleh memanfaatkan dinding saluran sebagai tempat mendirikan bangunan. Tidak boleh membendung aliran air serta membongkar dinding talud saluran drainase untuk pengambilan air. Tidak boleh membuang sampah di saluran drainase.

f.

Bendung 1. 2. 3. 4. Mencegah dan melarang pengambilan/penambangan material batuan, pasir atau sedimen (galian C) di sekitar bendung. Tidak boleh mendirikan bangunan disekitar bendung. Pada bangunan rumah atau pelindung pintu air tidak boleh untuk tempat pemeliharaan ternak, warung, tempat tinggal sementara/bedeng. Melarang penggunaan dari bagian-bagian bangunan bendung, seperti: talud, saluran drainase/irigasi, tanggul, jembatan, jalan, dll. diluar fungsinya, lihat panduan nomor sebelumnya.

g.

Waduk/embung 1. 2. 3. Mencegah dan melarang waduk/embung sebagai tempat memandikan dan minum ternak yang bukan/tidak ditempat-tempat yang sudah disediakan. Tidak boleh memanfaatkan waduk/embung sebagai tempat pemeliharaan ternak. Melarang penggunaan dari bagian-bagian bangunan waduk/embung, seperti: talud, saluran drainase/irigasi, tanggul, jembatan, jalan, pintu air, dll. diluar fungsinya, lihat panduan nomor sebelumnya.

h.

Lapangan Evakuasi 1. 2. Mencegah dan melarang pemanfaatan lapangan evakuasi untuk lahan pertanian. Tidak boleh mendirikan bangunan warung/toko di lapangan evakuasi.

i.

Hidran Pemadam Kebakaran (Fire Hidrant) : 1. 2. 3. Mencegah dan melarang penggunaan hidran untuk mencuci kendaraan atau barang-barang. Mencegah dan melarang penggunaan hidran untuk menyiram tanaman. Tidak boleh mendirikan bangunan atau meletakan barang-barang disekitar hidran, ini dapat menghambat akses petugas pemadam dalam memanfaatkan hidran.

(2) Pemeliharaan Prasarana Sesudah Rusak Pemeliharaan Sesudah Rusak adalah pemeliharaan atau perbaikan yang dilakukan karena prasarana mengalami kerusakan. Pemeliharaan perbaikan pada prinsipnya harus segera dilakukan jika prasarana mengalami kerusakan, karena kerusakan yang tidak segera diperbaiki akan semakin bertambah kerusakannya dan pada akhirnya prasarana rusak tidak bisa digunakan (gagal berfungsi). Namun dalam beberapa situasi sering perbaikan tidak dapat segera dilakukan (misal: anggaran yang belum siap), untuk kondisi ini diharapkan warga bisa mengadakan kerja bakti untuk melakukan pemeliharaan melindungi dan perbaikan ringan atas bagian yang rusak agar tidak semakin rusak. Pada bagian berikut ditampilkan beberapa prosedur perbaikan jika suatu konstruksi prasarana mengalami kerusakan (lihat tabel 4; 5 dan 6), antara lain pekerjaanpekerjaan perbaikan untuk: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Konstruksi beton Konstruksi pasangan batu kali Konstruksi pasangan bata Konstruksi aspal Konstruksi paving Konstruksi kayu

(3) Pemeliharaan Ulang dan Rehabilitasi Pemeliharaan Ulang dan Rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikan prasarana seperti fungsinya semula (sesuai desain standar awal), ini termasuk pekerjaan perbaikan besar tidak akan dibahas dalam pedoman ini. Rehabilitasi atau pekerjaan perbaikan besar prosesnya hampir sama dengan prosedur tata laksana untuk pembangunan infrastruktur baru.

Tabel 1 Tanda-Tanda Kerusakan Konstruksi Prasarana Jalan


NO INFRASTRUKTUR Jalan JENIS KONSTRUKSI Aspal PENAMPAKAN VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN) Retak garis dipermukaan Terkelupas Retak sarang laba-laba Beton Terbongkar Melendut (banyak) Permukaan Berlumut Paving Block Terbongkar Melendut (banyak) Pecah Berlumut Tumbuh rumput Makadam Melendut melintang ataupun memanjang Batuannya terlepas KERUSAKAN Stabilitas melemah Stabilitas melemah lapisan lapisan permukaan permukaan mulai mulai PENYEBAB UTAMA KERUSAKAN Umur Traffic (over load) Umur Traffic (over load) Umur Traffic (over load) Sistem drainase tidak baik Umur Traffic (over load) Sistem drainase tidak baik Umur Traffic (over load) Sistem drainase tidak baik Umur Traffic (over load) Sistem drainase tidak baik Umur Traffic (over load) Sistem drainase tidak baik Umur Traffic (over load) Sistem drainase tidak baik Umur Traffic (over load) Sistem drainase tidak baik Umur Traffic (over load) Sistem drainase tidak baik Tidak dirawat (tumbuh rumput) Umur Traffic (over load) Sistem drainase tidak baik Tidak dirawat (tumbuh rumput) Umur Traffic management (load) Drainase samping Berm/bahu jalan PENCEGAHAN KERUSAKAN PERAWATAN & PERHATIAN Konstruksi jalan harus dilakukan : - Pembersihan vegetasi yang tidak perlu dan sampahsampah. - Perawatan sistem drainase/peturasan samping dan permukaan jalan - Secara berkala konstruksi jalan harus dirawat.

Stabilitas lapisan permukaan dan base course melemah Stabilitas lapisan permukaan dan base course melemah Stabilitas tanah melemah Peturasan tidak baik Stabilitas lapisan permukaan dan base course melemah Stabilitas lapisan permukaan dan sub grade melemah Lapisan permukaan Peturasan tidak baik Filler Stabilitas lapisan permukaan dan sub grade melemah Stabilitas lapisan permukaan dan sub grade melemah dasar (sub grade

Traffic management (load) Drainase samping Batu pengunci/ batu kancing ( kanstin) Berm/bahu jalan

Traffic management (load) Drainase samping Berm/bahu jalan Vegetasi (rumput dll)

Jalan

Telasah

Melendut melintang ataupun

Stabilitas lapisan permukaan dan sub

NO

INFRASTRUKTUR

JENIS KONSTRUKSI

PENAMPAKAN VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN) memanjang Batuannya terlepas

KERUSAKAN grade melemah Stabilitas lapisan permukaan dan sub grade melemah Batu pengunci (kanstin) rusak atau lepas Stabilitas lapisan permukaan dan sub grade melemah Peturasan tidak baik

PENYEBAB UTAMA KERUSAKAN Traffic (over load) Sistem drainase tidak baik Tidak dirawat (tumbuh rumput) Umur Traffic (over load) Sistem drainase tidak baik Tidak dirawat (tumbuh rumput) Umur Traffic (over load) Sistem drainase tidak baik Tidak dirawat (tumbuh rumput) Umur Traffic (over load) Sistem drainase tidak baik Tidak dirawat (tumbuh rumput)

PENCEGAHAN KERUSAKAN PERAWATAN Drainase samping Batu pengunci/ batu kancing ( kanstin) Berm/bahu jalan Traffic management (load) Drainase samping Vegetasi (rumput dll) Traffic management (load) Drainase samping Vegetasi (rumput dll)

&

PERHATIAN

Sirtu

Melendut melintang ataupun memanjang Rumput tumbuh ditengah badan jalan. Melendut melintang ataupun memanjang Rumput tumbuh ditengah badan jalan.

Perkerasan tanah

Stabilitas lapisan permukaan dan sub grade melemah Peturasan tidak baik

Tabel 2 Tanda-Tanda Kerusakan Konstruksi Prasarana Jembatan


NO INFRASTRUKTUR Jembatan Beton dengan Pondasi Pasangan Batu KOMPONEN KONSTRUKSI Guard rail, Guard post/safety post (patok pengarah), tembok sedada (buuk) PENAMPAKAN VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN) Tiang/patok/buuk retak atau hancur KERUSAKAN Stabilitas konstruksi melemah PENYEBAB UTAMA KERUSAKAN Umur Berubah fungsi atau load atau benturan (beban berlebihan) Daya rekat plesteran berkurang (plesteran lapuk) Umur Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Umur Berubah fungsi atau load atau benturan (beban berlebihan) Umur Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Umur Berubah fungsi atau load atau benturan (beban berlebihan). Umur Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Umur Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Umur Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Umur Terkena gangguan kemis/kimia Umur Berubah fungsi atau beban berlebih Baja berkarat banyak Umur Berubah fungsi atau beban berlebih Umur Berubah fungsi atau load (beban PENCEGAHAN KERUSAKAN & PERAWATAN Mempertahankan fungsi sesuai desain. Mengatur / pengendalian lalu-lintas lewat jembatan Pengaturan drainase dan pembersihan lumut dan tumbuhan. PERHATIAN Konstruksi jembatan harus dilakukan : - Pembersihan vegetasi yang tidak perlu dan sampah-sampah. - Perawatan sistem drainase/peturasan sekitar konstruksi. - Pengecatan baja & besi (rail) berkala Mempertahankan fungsi sesuai desain. Mengatur / pengendalian lalu-lintas lewat jembatan. Mempertahankan fungsi sesuai desain. Pengaturan drainase dan pembersihan lumut dan tumbuhan. Mempertahankan fungsi sesuai desain. Perawatan sistem peturasan sekitar konstruksi Secara berkala konstruksi baja harus dirawat. Mempertahankan fungsi - Secara berkala konstruksi baja harus dirawat dari gangguan-gangguan kemis (air laut, limbah, air hujan, kencing binatang), dan dari gangguan biologis (jamur, lumut, semak, perdu).

Tiang/patok/buuk - Collaps, condong, miring Pipa atau besi rail melendut atau lepas.

Stabilitas pondasi melemah Atau Stabilitas tanah dasar melemah Pasangan konstruksi melemah Stabilitas konstruksi melemah Pasangan konstruksi melemah Stabilitas konstruksi melemah Stabilitas konstruksi melemah Stabilitas konstruksi melemah Baja berubah, lapisan mengelupas Stabilitas konstruksi melemah Konstruksi beton melemah

Hand Rail

Tiang/patok - pecah, retak, patah. Pipa atau besi rail melendut

Gelagar beton

Retak Melendut (banyak) Pecah, hancur Terlihat besi tulangan

Gelagar beton komposit (baja beton); gelagar baja I dan lantai beton bertulang

Baja berkarat Melendut (banyak) Beton retak di bagian komposit

Lantai beton Jembatan

Retak

Stabilitas konstruksi melemah

NO

INFRASTRUKTUR

KOMPONEN KONSTRUKSI

PENAMPAKAN VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN) Melendut (banyak) Pecah, hancur Terlihat besi tulangan

KERUSAKAN Stabilitas konstruksi melemah Stabilitas konstruksi melemah Stabilitas konstruksi melemah Stabilitas pondasi melemah Atau Stabilitas tanah dasar melemah

PENYEBAB UTAMA KERUSAKAN berlebihan) Umur Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Umur Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Umur Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Umur Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Umur Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Daya rekat plesteran berkurang (plesteran lapuk) Sistem drainase tidak baik, Daya rekat plesteran / siaran melemah.

PENCEGAHAN KERUSAKAN & PERAWATAN sesuai desain. Pengaturan drainase dan pembersihan lumut dan tumbuhan.

PERHATIAN

Pas batu kali: - Kepala jembatan (abutment) dan pilar (pier). - Pondasi untuk kepala jembatan dan pilar - Perkuatan lereng dan apron pada dasar sungai.

Retak Collaps, condong, miring

Mempertahankan fungsi sesuai desain. Menjaga sekeliling pondasi tidak terjadi gerusan dasar sungai (a.l. : tidak ada penggalian material sungai di sekitar jembatan) Membersihkan vegetasi yang tidak perlu dan membersihan sampah di bawah jembatan. Pengaturan drainase dan pembersihan lumut dan tumbuhan.

Pecah, hancur, batu-batu lepas

Pasangan melemah

konstruksi

Berlumut, ada tumbuhan

Peturasan tidak baik dan plesteran/ siaran lepas

Tabel 3 Tanda-Tanda Kerusakan Konstruksi Talud Tembok Penahan Tanah


NO INFRASTRUKTUR Talud, Tembok Penahan Tanah JENIS KONSTRUKSI Timbunan Tanah (Tanggul) PENAMPAKAN VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN) Melendut Bekas tergerus Retak memanjang KERUSAKAN Stabilitas berkurang Kepadatan tanah berkurang Kepadatan tanah berkurang Terjadi sliding Longsor (Stabilitas berkurang) Stabilitas konstruksi melemah Stabilitas konstruksi melemah Stabilitas konstruksi melemah Stabilitas konstruksi melemah Stabilitas konstruksi melemah Atau Stabilitas tanah dasar melemah Stabilitas konstruksi melemah Atau Stabilitas tanah dsar melemah Peturasan tidak baik Stabilitas konstruksi melemah Kawat berkarat atau ikatan lepas PENYEBAB UTAMA KERUSAKAN Umur Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Sistem drainase tidak baik, Aliran air deras, Rumput pelindung hilang/mati. Pemadatan tidak sempurna Rembesan air Sistem drainase tidak baik, Aliran air rembesan dibawah/ di dalam timbunan, Rumput pelindung hilang/mati. Umur Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Sistem drainase tidak baik Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Umur Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Sistem drainase tidak baik PENCEGAHAN KERUSAKAN & PERAWATAN Mempertahankan Fungsi sesuai Design Membersihkan Vegetasi yang tidak perlu Pengaturan Drainase PERHATIAN Konstruksi talud harus dilakukan : - Pembersihan vegetasi yang tidak perlu dan sampahsampah. - Perawatan sistem drainase/peturasan sekitar dan samping konstruksi talud. - Secara berkala konstruksi talud harus dirawat.

Pohon, tiang pada tebing condong Beton Retak Melendut (banyak) Pecah, hancur Pasangan Batu Kali Retak Melendut (banyak)

Mempertahankan Fungsi sesuai Design Membersihkan Vegetasi yang tidak perlu Pengaturan Drainase Mempertahankan Fungsi sesuai Design Membersihkan Vegetasi yang tidak perlu Pengaturan Drainase

Pecah, hancur

Berubah fungsi atau load (beban berlebihan) Sistem drainase tidak baik Sistem drainase tidak baik, aliran air rembesan dibawah bronjong menggerus pondasi tanah Umur Berubah fungsi atau load atau Mempertahankan Fungsi sesuai Design Membersihkan vegetasi yang tidak perlu dan

Berlumut Bronjong kawat Melendut/melengkung Kawat putus / rusak

NO

INFRASTRUKTUR

JENIS KONSTRUKSI

PENAMPAKAN VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN) Hancur, batu lepas

KERUSAKAN Kawat putus, batu longsor (stabilitas berkurang)

PENYEBAB UTAMA KERUSAKAN benturan/timbunan sampah. Umur Berubah fungsi atau load benturan/timbunan sampah. Pondasi tanah tergerus.

PENCEGAHAN KERUSAKAN & PERAWATAN sampah-sampah. atau Penguatan ikatan kawat Pengaturan Drainase

PERHATIAN

Tabel 4 Perbaikan Pekerjaan Beton


KOMPONEN KONSTRUKSI Beton Rabat (Blind Concrete) PENCEGAHAN AGAR TIDAK TERJADI RUSAK - Pengaturan batasan pembebanan. - Jika digunakan untuk jalan harus ada pengaturan lalu lintas untuk membatasi pembebanan. - Perawatan sistem drainase sekitar konstruksi. - Perawatan dari gangguan kemis dan biologis. INDIKASI KERUSAKAN Retak

NO 1

PENGGUNAAN Perkerasaan jalan, car port. Perkerasan landasan Perkerasan lantai

PROSEDUR PERBAIKAN - Jika kategori retak rambut tidak perlu diperbaiki - Jika retak konstruksi harus diperbaiki dengan memperbesar retak hingga ukuran lebih besar kerikil beton perbaikkan sedalam retaknya >setengah tebal beton. - Jika retak tidak dalam < setegah tebal isi dengan mortar (campuran cemen pasir komposisi setara betonnya) Beton di kupas sampai lapisan tanah Tanah dipadatkan kembali dan dibersihkan Siram tanah dengan air Isi lubang tersebut dengan beton dengan campuran setara beton lama.

PERHATIAN - Teknik pencampuran material beton - Kebersihan beton yang diperbaiki - Beton lama disiram air bersih dulu sebelum dilakukan pembetonan baru.

Permukaan aus ( kerikil lepas ) 2 Beton Bertulang (Reinforced Concrete) Beton struktur: - Balok Jembatan - Lantai jembatan - Rangka rumah - Lantai landasan berat - Pondasi berat - Dinding penahan tanah, dll. Gelagar jembatan (gelagar baja I dan lantai beton bertulang) - Pengaturan batasan pembebanan. - Jika digunakan untuk jalan harus ada pengaturan lalu lintas untuk membatasi pembebanan. - Perawatan sistem drainase sekitar konstruksi - Perawatan dari gangguan kemis dan biologis. - Pengaturan batasan pembebanan. - Pembersihan vegetasi yg tidak perlu dan sampah. - Perawatan sistem drainse peturasan sekitar konstruksi - Pengecatan baja berkala - Secara berkala konstruksi baja harus dirawat dari gangguan kemis/kimia (air laut, limbah, air hujan, kencing) dan dari gangguan biologis (jamur, lumut). Hancur Patah/penurunan

- Retak - Permukaan aus kerikil lepas Hancur Patah - Sehingga terlihat tulangannya

Idem di atas. Jika terjadi rusak tulangan tidak banyak, bengkok atau putus satu dua buah cukup dilakukan penyambungan dengan cara overlap. Kemudian ditutup dengan beton berkomposisi setara beton aslinya.

Beton Komposit (baja beton)

Baja berkarat Melendut (banyak)

Pembersihan bagian-bagian yang berkarat dan baja dicat ulang. Jika melendut banyak atau lendutan bertambah dari periode sebelumnya. Konstruksi jembatan harus di periksa oleh ahli dan jembatan tidak boleh digunakan. Jika bagian beton komposit retak banyak atau ada yang pecah lepas. Konstruksi jembatan harus di periksa oleh ahli dan jembatan tidak boleh digunakan.

Karena konstruksi beton komposit memerlukan keahlian khusus, sebaiknya perbaikan diserahkan kepada tenaga trampil dan tukang ahli di bidangnya. Jika jembatan kondisi rusak menunggu perbaikan terpaksa tetap digunakan maka harus diberi pilar-pilar penopang pada bagian gelagarnya.

Beton retak

Tabel 5 Perbaikan Pekerjaan Pasangan Batu Kali


KOMPONEN KONSTRUKSI
Pasangan batu kali

NO
1

PENGGUNAAN
Pondasi struktur Tembok Penahan Tanah Dinding drainase Dinding Bendung Pondasi Jembatan Dll.

PENCEGAHAN AGAR TIDAK TERJADI RUSAK


Mempertahankan fungsi sesuai desain Membersihkan vegetasi/tumbuhan yang tidak perlu Pengaturan aliran drainase

INDIKASI KERUSAKAN
- Retak

PROSEDUR PERBAIKAN
- Retak diperbesar sampai kedalaman retak. - Kemudian lubang diisi dengan adukan/spesi baru sepenuhnya. - Dilakukan finishing sebagaimana bagian lainnya .

PERHATIAN
- Teknik pencampuran material adukan/spesi - Kebersihan pasangan yang diperbaiki (termasuk dari adukan/spesi lama) - Pasangan lama disiram air bersih dulu sebelum dilakukan pemasangan baru. - Keselamatan kerja.

- Patah

Jika terjadi penurunan disisi lain maka konstruksi pasangan dibagian turun dibongkar untuk diganti dengan yang baru (berlaku untuk tembok pelindung bahaya). Konstruksi dibongkar dan diganti dengan yang baru. Perlu dilakukan redesign. - Jika tanah dasar adalah tanah keras maka dilakukan suntikan beton pada bagian yang tergerus. - Jika tanah dasar adalah tanah lunak (bukan keras) maka dilakukan penggalian tanah dibagian bawah yang aman kemudian disuntik dengan beton atau pasangan batu baru. - Jika kondisi tidak aman maka lebih baik dibuat pasangan baru dengan kedalaman pondasi yang memperhitungkan adanya gerusan.

- Collaps, Condong - Pondasi tergerus air

Tabel 6 Perbaikan Pekerjaan Kayu


KOMPONEN KONSTRUKSI Konstruksi Kayu menahan beban PENCEGAHAN AGAR TIDAK TERJADI RUSAK - Pembatasan pembebanan sesuai dengan beban rencana atau gangguan mekanis. - Perawatan terhadap perubahan kekencangan baut yang dapat terjadi karena gaya mekanis. - Secara berkala konstruksi bangunan kayu harus dirawat dari gangguangangguan kemis (air laut, limbah, air hujan, kencing binatang) , dan dari gangguan biologis (jamur, lumut, semak, perdu) INDIKASI KERUSAKAN Retak/Pecah

NO 1

PENGGUNAAN Kuda-kuda Kolom Balok Kusen

PROSEDUR PERBAIKAN Sambung atau tembel kayu dengan lem kayu

PERHATIAN Secara umum dikenal dua macam mutu kayu dalam konstruksi, yaitu : Kayu bermutu A, kayu yang mempunyai syarat : Kayu harus kering udara Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 lebar balok atau < 3,5 cm. Balok tidak mengandung wanvlak > 1/10 tinggi balok. Miring arah serat kayu Tgn < 1/10 Reta dalam arah radial <1/4 tebal kayu Retak menurut lingkaran tumbuh (kayu tahun) < 1/5 tebal kayu. Kayu bermutu B, ialah kayu yang tidak termasuk dalam mutu di atas tetapi memenuhi syarat : Kadar lengas kayu < 30 %. Besar mata kayu tidak melebihi 1/4 lebar balok atau < 5 cm. Balok tidak mengandung wanvlak > 1/10 tinggi balok. Miring arah serat kayu Tgn < 1/7 Retak dalam arah radial <1/3 tebal kayu Retak menurut lingkaran tumbuh (kayu tahun) < 1/4 tebal kayu.

Lapuk - Bagian kayu yang rusak harus diganti kayu dengan mutu yang sama (kualitas dan jenis kayu) - Sebelum penggantian kayu, harus dipersiapkan penyangga atau kontruksi sementara untuk penahan beban terhadap bangunan. - Pada saat perbaikan berlangsung, prasarana tidak boleh digunakan.

Melengkung (berubah bentuk)

- Pada titik titik yang sirkulasi udaranya tidak bagus (sudut sudut bangunan) secara berkala diberikan sirkulasi agar material kayu terhindar Patah dari pengaruh kelembaban. Kelembaban akan menaikkan kadar air dalam kayu yang dapat menurunkan kekuatan kayu. 2 Kayu untuk Bangunan Daun pintu Daun jendela Idem - Retak/Pecah - Lapuk - Melengkung(berubah bentuk) - Patah

- Kayu retak/pecah : Sambung atau tembel kayu dengan lem kayu - Kayu lapuk, melengkung, patah: Bagian kayu yang rusak harus diganti kayu dengan mutu yang sama (kualitas dan jenis kayu)

D. Prasarana Air Bersih dan Sanitasi


(1) Bangunan Penangkap Mata Air (BPMA) a. Gambaran Singkat BPMA (broncaptering) berfungsi untuk mengumpulkan dan melindungi air tanah yang keluar di permukaan (mata air) untuk kemudahan pemanfaatannya. Bangunan tersebut terdiri dari bagian bagian utama sebagai berikut: 1) Pipa berlobang (porus) yang berfungsi untuk pengambilan air yang dipasang di bawah muka air terendah mata air. Pipa tersebut ditempatkan dalam lapisan kerikil yang diatas lapisan kerikil diberi lapisan pasir. Pipa tersebut mengalirkan air ke reservoir/penampungan. 2) Bangunan pelindung, yang bisa terbuat dari beton, pasangan batu kali atau batu bata serta lapisan kedap air yang biasanya terbuat dari lempung atau plastik atau geo-membran. Bangunan pelindung berfungsi untuk memberikan perlindungan dari sisi stabilitas struktur dan kekedapan yang diperlukan agar bebas dari kontaminasi air permukaan. 3) Pipa pelimpah yang berfungsi untuk menjaga agar air mata air mengalir bebas setiap saat. 4) Saluran drainase interseptor, yang berfungsi mencegah pencemaran oleh air limpasan permukaan dengan cara mencegat dan membelokkan agar tidak melimpas ke bangunan penangkap mata air. 5) Pagar keliling untuk mencegah hewan berkeliaran di sekeliling lokasi mata air. Terdapat banyak jenis bangunan penangkap mata air dari yang paling sederhana berupa dinding keliling disertai dengan timbunan sampai dengan struktur yang lebih rumit menggunakan jaringan perpipaan untuk mengumpulkan air dari areal yang lebih luas. Contoh dan gambar berbagai jenis BPMA bisa dilihat pada Pedoman Perencanaan Pengadaan Air Bersih untuk Proyek REKOMPAK-JRF.

b.

Operasi dan pemeliharaan 1) Pengoperasian Air harus dijaga mengalir bebas setiap saat sehingga air tidak mencari jalan lain yang berakibat mata air menghilang dan muncul di tempat lain. Pengoperasian BPMA meliputi kegiatan seperti buka tutup katup yang digunakan untuk mengalirkan air ke reservoir, lokasi sekitar BPMA harus dijaga tetap bersih. 2) Pemeliharaan Meliputi kegiatan sebagai berikut: Pencegahan pencemaran dari kegiatan buang air besar maupun kecil, kotoran ternak, perstisida, serta bahan bahan kimia berbahaya lainnya di daerah tangkapan mata air (jika mungkin) atau setidaknya daerah dalam radius 300 m dari mata air. Memeriksa drainase interseptor/pencegat, pagar keliling dan memperbaikinya jika terdapat kerusakan. Membersihkan sekeliling mata air dari tanaman yang akarnya mungkin merusak struktur bangunan BPMA atau mengakibatkan penyumbatan mata air. Memeriksa kekeruhan air yang keluar dari mata air setelah hujan. Jika terjadi kenaikan kekeruhan air setelah terjadi hujan maka perlindungan mata air harus diperbaiki. Memeriksa debit/kuantitas air baku. Jika terjadi penurunan yang tidak biasanya maka perlu diperiksa kemungkinan adanya penyumbatan di sistim pengumpulannya. Jika perlu bongkar lapisan kerikil dan ganti dengan yang baru atau jika pipa pengumpul yang tersumbat maka bersihkan dengan cara menyemprot air balik. Pengambilan sampel/ contoh air berkala (sebulan sekali) untuk dianalisa kandungan e.coli untuk pemeriksaan ada tidaknya pencemaran kotoran manusia atau hewan. Apabila ditemukan kandungan e.coli maka diperlukan penambahan chlor (kaporit) secukupnya sesuai dengan dosis rata-rata 1 mg/l. Lakukan penggelontoran setahun sekali untuk membuang lumpur. Setelah selesai melakukan penggelontoran tutup kembali katup penggelontor. Periksa semua saringan, bersihkan dari kotoran yang menyumbat, jika rusak atau berkarat ganti dengan material baru yang tidak berkarat. Setelah melakukan penggelontoran, pembersihan ataupun penggantian saringan, pastikan untuk menutup kembali lubang pemeriksaan (manhole). Periksa adanya erosi terhadap tanah disekitar BPMA, jika terjadi erosi ataupun penurunan tanah lakukan perbaikan dengan menimbun untuk mengganti tanah yang hilang atau turun.

3) Rincian kebutuhan O dan P serta pelaku dan keterampilan yang dibutuhkan dalam O dan P dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Tabel 7 Rincian Kebutuhan O dan P BPMA
Kegiatan Membersihkan sekitar BPMA Pemeriksaan kekeruhan Pemeriksaan debit air Perbaikan pagar dan pembersihan saluran drainase. Pemeriksaan kualitas air Perbaikan perpipaan dan katup Perbaikan retak retak Frekuensi Mingguan Setelah terjadi hujan lebat Jika terjadi penurunan yg tidak biasa Saat terjadi kerusakan Teratur Saat terjadi kerusakan Tahunan Sumber Daya Manusia Lokal/desa Lokal/desa Lokal/desa Lokal/desa Dinas Kesehatan Lokal/desa atau kecamatan atau kabupaten Lokal/desa Bahan dan Suku Cadang Kayu, tambang, kabel Bahan kimia untuk analisa laboratorium Pipa, katup, semen, pasir, kerikil Semen, pasir, kerikil dan lempung Alat dan Perlengkapan Sapu lidi, keranjang, cangkul, sabit Bak air, jam tangan/stop watch sabit,kapak, pisau, cangkul, cetok, sapu lidi Peralatan laboratorium keranjang, kunci pipa, cetok, timba plastik keranjang, cangkul, cetok, timba plastik

Tabel 8 Pelaku dan Keterampilan O dan P BPMA


Pelaku Pengguna / Konsumen Pelaksana harian Pengelola Air Tukang Batu Pendukung dari pihak luar Peranan Memanfaatkan air, Melapor jika terjadi kerusakan, menjaga kebersihan lokasi, membantu saat terjadi perbaikan besar Menjaga kebersihan, memeriksa adanya kerusakan, melaksanakan perbaikan kecil Mengorganisir perbaikan yg lebih besar. Perbaikan pasangan batu kali atau bata atau beton Memeriksa kualitas air bersih, membimbing dan menstimulasi organisasi pedesaan. Keterampilan Tidak memerlukan Keterampilan khusus Keterampilan dasar/ rendah Kemampuan mengorganisir Pertukangan Analisa mikrobiologis, Pekerjaan perluasan

c.

Permasalahan, Keterbatasan dan Catatan Penting 1) Permasalahan yang Sering Terjadi. Erosi, runtuhnya BPMA, akibat desain maupun pelaksanaan yang kurang baik, banjir dan kerusakan yang disebabkan oleh manusia atau hewan Pencemaran mata air akibat bocor dan karena kesalahan pemasangan, atau perilaku manusia. Kerusakan pipa akibat korosi (untuk pipa baja), kesalahan pemasangan atau dirusak atau penyumbatan pipa akibat lumpur atau akar tanaman. Akses air yang kurang baik bagi pengguna/pemanfaat air.

2) Keterbatasan. Kuantitas dan kualitas air berfluktuasi dengan berubahnya musim. Tidak semua mata air menghasilkan air yang mempunyai rasa yang bisa diterima masyarakat. Mata air biasanya berlokasi jauh dari pemukiman. Atau berada dalam tanah milik pribadi. 3) Catatan Penting. Biasanya air mata air memiliki kualitas yang baik, namun perlu dilakukan pemeriksaan kualitas karena tidak tertutup kemungkinan jika air mata air berasal dari daerah tangkapan yang tercemar atau dari sungai yang tercemar berat dan meresap ke dalam tanah lalu muncul kembali kepermukaan tanah sebagai mata air. Pada umumnya mata air bukan milik pribadi. Pengelolaan yang baik akan bisa mencegah konflik atas satu atau lain hal yang mungkin terjadi. Untuk pelaksanaan tugas O dan P di lokasi BPMA, bisa ditunjuk orang yang tinggal atau sering beraktifitas di dekat lokasi BPMA. Orang tersebut juga bisa diberi tugas tanggung jawab untuk pembagian air ke pengguna yang tinggal di dekat lokasi BPMA serta tanggung jawab pelaksanaan kegiatan monitoring. Tugas dan tanggung jawab dari orang tersebut harus jelas dan bisa diterima oleh kelompok pengguna prasarana.

(2) Sumur Bor Dalam a. Gambaran Singkat Sumur bor merupakan prasarana pengambilan air tanah yang berada dalam akuifer. Pembuatan sumur ini bisa dilakukan dengan mesin atau peralatan yang dioperasikan dengan tangan. Sumur bor dilengkapi dengan selubung yang berdiameter antara 10 cm s/d 25 cm dan biasanya terdiri dari 3 bagian utama: 1) 2) Di permukaan tanah, pelat beton sekeliling lubang bor yang melindungi air limpasan permukaan tanah meresap kedalam lubang bor. Di bawah permukaan tanah namun tidak sampai ke lapisan akuifer yang dituju, bagian ini biasanya diberi selubung (casing) yang terbuat dari PVC atau pipa GIP atau baja, untuk menjaga agar tanah tidak runtuh. Di bawah permukaan air, didalam akuifer, terdapat bagian pipa yang bercelah (screen) untuk masuknya air tanah ke dalam sumur. Di sekeliling screen ditempatkan material kerikil yang berfungsi sebagai filter untuk mencegah material tanah memasuki sumur.

3)

Perpaduan yang baik antara ukuran celah pipa saringan (screen), kerikil filter dan material pembentuk akuifer serta pemompaan yang intensif untuk membersihkan pompa sebelum pompa berproduksi, akan menjamin kelangsungan operasinya dalam jangka panjang.

b.

Operasi dan pemeliharaan 1) Pengoperasian Pengoperasian sumur itu sendiri biasanya tidak diperlukan. Jika kapasitas produksi menurun sampai dibawah kebutuhan, maka petugas perlu memantau tinggi permukaan air sumur. Pengambilan (ekstraksi) air dilakukan dengan menggunakan pompa sumur dalam yang dioperasikan oleh petugas dari organisasi pengelola. 2) Pemeliharaan Aktifitas pemeliharaan yang diperlukan hanyalah pembersihan lantai sekeliling sumur dan drainase serta perbaikan pagar jika terjadi kerusakan. Kegiatan pemeliharaan besar yang mungkin terjadi walau sangat langka adalah pengurasan lumpur atau rehabilitasi sumur dan perbaikan pompa, dimana semua perlengkapan sumur harus dibongkar dan pekerjaan ini harus dilakukan oleh pihak yang memang mempunyai spesialisasi dan kompetensi tinggi dibidang pekerjaan ini. Banyak jenis dan cara rehabilitasi salah satunya adalah penyemprotan air dan udara. Hal yang sangat sulit dilakukan adalah memperdalam sumur yang telah ada. 3) Rincian kebutuhan O dan P serta pelaku dan Keterampilan yang dibutuhkan dalam O dan P dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.
Tabel 9 Rincian Kebutuhan O dan P Sumur Bor Dalam

Kegiatan Pembersihan lokasi sumur Pembersihan Drainase Perbaikan pagar Perbaikan lantai sumur Rehabilitasi sumur dalam

Frekuensi Harian Saat kotor Saat terjadi kerusakan tahunan Sangat jarang

Sumber Daya Manusia Lokal Lokal Lokal Local Regional

Bahan dan Suku Cadang

Alat dan Perlengkapan Sapu lidi, cangkul, sabit dll Sekop, cetok, sapu lidi, gerobak dorong Gergaji, cangkul, palu, catut. dll. Timba plastik, cetok, cangkul,dll Peralatan lengkap rehabilitasi sumur dalam

Kayu , paku, kawat, dll Semen, pasir, kerikil Kerikil, pipa, dll

Tabel 10 Pelaku dan Keterampilan O dan P


Pelaku Pengguna Air Pelaksana Harian Organisasi Pengelola Perusahaan Pembor Sumur Dalam (spesialis) Dukungan pihak luar (puskesmas, himpunan pengelola air pedesaan, PDAM dll) Peranan Memakai air, menjaga lokasi tetap bersih, bergotong royong saat terjadi pekerjaan perbaikan besar. Mencatat penggunaan air, melaksanakan pekerjaan pembersihan Mengawasi pelaksana harian, mengorganisir pekerjaan perbaikan besar, mengumpulkan retribusi Rehabilitasi sumur Pemeriksaan kualitas air, membina dan menstimulasi organisasi pengelola Keterampilan Tidak perlu Keterampilan khusus Keterampilan dasar Keterampilan Berorganisasi Keterampilan khusus Analisa mikrobiologis, pekerjaan perluasan

c.

Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting 1) Permasalahan yang Sering Terjadi. Kualitas air menurun atau dinding runtuh akibat selubung pipa baja terkorosi. Debit air menurun karena pembersihan sumur yang kurang baik, partikel tanah masuk ke dalam sumur karena screen yang kurang baik demikian juga pembersihan sumur. Air sumur tercemar karena kurang baiknya lantai pelindung atau kurangnya pemeliharaan. Dinding sumur runtuh karena tidak diberi selubung atau selubung kurang kuat. Kerusakan pompa yang diakibatkan tegangan listriknya tidak stabil.

2)

Keterbatasan. Pembuatan sumur tergantung pada kondisi geohidrologi, seperti besarnya aliran didalam akuifer dan adanya batuan kedap air diatasnya. Sumur yang dibangun dilokasi yang jauh dari pemukiman pengguna air atau terlalu sulit dijangkau, akan sulit dipelihara dan dimanfaatkan. Lokasi sumur tidak boleh berdekatan dengan cubluk dan atau kandang ternak dan sebaliknya.

3)

Catatan Penting. a) Ada kemungkinan bahwa penggunaan sumur bor tidak hanya untuk keperluan air bersih namun juga untuk irigasi. Mengingat hal tersebut maka saat melaksanakan kajian potensi sumur bor bersama dengan masyarakat maka perlu memikirkannya dalam konteks yang lebih luas, termasuk semua kebutuhan air dan tentunya pengaruh terhadap ketersediaan air baku.

b) Seandainya titik sumur bor yang harus dibangun berdekatan dengan kandang ternak (sesuai rekomendasi geo-hidrologis) maka kandang tersebut harus dipindahkan. c) Tim pengelola perlu selalu memantau pencatatan penggunaan air, pencegahan pencemaran air, pemantauan kualitas air. d) Berdasarkan pengalaman, meskipun kegiatan O dan P sudah dilakukan optimal, tidak tertutup kemungkinan ada sumur yang rusak disebabkan oleh kejadian gempa atau akibat lain. Oleh sebab itu dalam pembiayaan O dan P perlu dicadangkan dana yang cukup untuk mengantisipasi hal tsb.

(3) Mesin Diesel (Genset) a. Gambaran Singkat Mesin diesel adalah mesin yang biasa digunakan sebagai mesin penggerak pembangkit listrik sumberdaya cadangan atau tunggal, jika dilokasi tidak tersedia sumber listrik dari PLN. Bagian utama mesin ini adalah silinder, piston, katup dan sumbu putaran piston (crankshaft). Jumlah silinder bisa bermacam-macam mulai dari satu (1) sampai dengan 6 (enam). Piston bergerak akibat kompresi ruang silinder dan injeksi bahan bakar ke ruang tersebut menimbulkan ledakan yang terkendali, yang menggerakkan piston. Selanjutnya gerakan piston disalurkan ke sumbunya (crankshaft). Sumbu yang berputar tersebut digunakan antara lain untuk menggerakkan generator listrik atau pompa. Katup dalam silinder mengatur aliran masuknya udara dan bahan bakar serta keluarnya gas buang. Bahan bakar dimasukkan ke ruang silinder oleh pompa yang bertekanan tinggi dengan pengaturan waktu yang tepat. Mesin diesel berbeda dengan mesin bensin dalam hal bahan bakarnya, mesin diesel tidak menggunakan busi dan bekerja dengan tekanan ruang silinder yang jauh lebih tinggi. Efisiensi mesin diesel lebih tinggi daripada mesin bensin dan membutuhkan perawatan lebih rendah daripada mesin bensin. Mesin berbeda beda dalam ukuran, kecepatan putaran, dalam hal jenis putaran (dua tak atau empat tak), sistem pendinginan (udara atau air) dan lain lain. Secara umum mesin dengan kecepatan putaran rendah dan jenis putaran 4 tak, lebih awet, sementara mesin putaran tinggi 2 tak menghasilkan tenaga yang lebih per kg berat mesin. Mesin dengan bahan pendingin air membutuhkan pemeliharaan yang lebih rendah dari pada mesin dengan pendingin udara.

b.

Operasi dan Pemeliharaan Uraian kegiatan O dan P dibawah ini bersifat umum sedangkan detil yang lebih baik bisa didapatkan dari petunjuk (manual) dari fabrikan yang diberikan saat membeli mesin. 1) Pengoperasian Mesin harus dioperasikan oleh pelaksana yang telah dilatih. Setiap mesin memiliki petunjuk pengoperasian yang tipikal mesin tersebut yang berasal dari pabrik pembuatnya. Sebelum dihidupkan, periksa bahan bakar dan level oli mesin serta air pendingin. Jika terlalu rendah maka tambahkan bahan bakar, oli atau air. Saat dioperasikan perhatikan indikator bahan bakar, tekanan oli mesin, juga fungsi pompa, atau generator. Beberapa bagian mesin yang bergerak atau berputar, perlu diberi pelumasan sesuai petunjuk yang ada dalam manual yang diberikan fabrikan pembuat mesin. Jika mesin bekerja pada putaran mesin yang terlalu rendah maka efisiensinya akan rendah dan terjadi pembentukan karbon lebih cepat dari pada biasanya, yang memperpendek periode servis mesin. Semua data mengenai level oli, bahan bakar dan air pendingin serta jam operasi mesin harus dicatat dalam buku catatan pengoperasian mesin. 2) Pemeliharaan Bagian luar mesin harus dibersihkan setiap hari (dengan cara mengelap), dan pada lingkungan yang berdebu, filter udara harus diperiksa dan dibersihkan setiap hari. Di lingkungan yang berdebu dengan tingkatan sedang, filter udara jenis oil bath filter dibersihkan sekali seminggu sekali sementara filter udara yang menggunakan kertas kering (dry paper filter) dibersihkan 2 minggu sekali. Beberapa bagian mesin yang bergerak atau berputar perlu pelumasan manual. Mesin perlu pemeliharaan rutin menurut jumlah jam kerja mesin. Setiap 250 jam bersihkan atau ganti jka perlu semua filter, ganti oli, periksa mur, baut dan pipa pembuangan gas buang. Setiap 1500 jam lakukan servis berkala, dengan melaksanakan pembersihan silinder, mengatur bukaan katup, dll. Jika mesin dihubungkan dengan pompa atau generator melalui V Belt, lakukan penggantian V Belt. Setiap tahun sekali rumah mesin harus dicat dan lakukan perbaikan jika terjadi kerusakan. Untuk generator pembangkit, operasi dan pemeliharaan disesuaikan dengan manual yang diberikan oleh fabrikan pembuatnya. 3) Rincian kebutuhan O dan P serta pelaku dan keterampilan yang dibutuhkan dalam O dan P dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.

Tabel 11 Rincian Kebutuhan O dan P Mesin Diesel


Kegiatan Periksa level bahn bakar, oli, air radiator & tambah- kan jika kurang Hidup dan matikan mesin Mengisi buku catatan pengoperasian Periksa filter udara, bersihkan & ganti jika perlu Periksa kebocoran oli Kencangkan mur dan baut Ganti oli mesin Bersihkan atau ganti mesin Bersihkan silinder, nozzles, atur katup, dll. Ganti belt Ganti suku cadang mesin Ganti dudukan mesin dan perbaiki rumah mesin Frekuensi Harian Sumber Daya Manusia Lokal Bahan dan Suku Cadang Bahan bakar, oli mesin, dan cairan pendingin Alat dan Perlengkapan corong, wadah untuk bahan bakar, oli atau cairan pendingin

Harian Harian Harian atau Mingguan Mingguan Mingguan Tiap 250 jam mingguan Tiap 500 s/d 2000 jam Periodik sesuai petujuk fabrikan Jika terjadi kerusakan Jika getaran & bu -nyi mesin sudah terasa kasar. Jika terdpt kerusakan pd rumah mesin

Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Spesialis Lokal Spesialis Lokal atau Regional Belt mesin Nozzle, injector, gasket, bearings, pompa b.bakar, Semen,pasir, kerikil, mur, baut, paku, atap, kayu dll Oli mesin Filter oli, filter bahan bakar Kertas , ballpoin Filter baru, atau minyak tanah dan oli mesin Kunci pemutar mur baut

Kunci inggris Kunci inggris Kunci inggris, alat khusus Kunci inggris, sikat baja, alat khusus Kunci inggris Tergantung bagian yang diganti cetok, keranjang, paku, tatah, gergaji, Kunci inggris, dll.

Tabel 12 Pelaku dan Keterampilan O dan P


Pelaku Pelaksana harian Pengelola air Bengkel Mesin Dukungan pihak luar Peranan Mengoperasikan mesin, Melakukan pecatatan pengoperasian, melaksanakan servis ringan, melaporkan jika terjadi kejanggalan Mensupervisi pengelola harian, mengumpulkan retribusi, mengorganisir perbaikan besar Melaksanakan sevis & perbaikan besar Melatih pelaksana harian Keterampilan O dan P mesin diesel dasar dari pelatihan Kemampuan mengorganisir Keterampilan khusus Pelatihan dan pengetahuan teknis

c.

Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting 1) Permasalahan yang Sering Terjadi. Rusak parah akibat salah O dan P, pengabaian atau ketidak pahaman. Pembentukan carbon dalam silinder berlangsung cepat dan efisiensi rendah akibat menjalankan mesin jauh dibawah kapasitasnya. belt penggerak putus.

Pada umumnya sering terjadi pada alat pemanas bahan bakar dan nozle bahan bakar sering rusak. 2) Keterbatasan. Kebutuhan mekanik mesin diesel yang harus tersedia setiap saat terjadi perbaikan. Tingginya biaya untuk bahan bakar. Memerlukan pemeliharaan yang cukup sering. 3) Catatan Penting. Mesin diesel paling sesuai sebagai mesin penggerak pembangkit listrik (genset). Jika dipelihara dengan baik maka mesin tersebut bisa menjadi sumber listrik yang bisa diandalkan. Penting untuk memilih mesin diesel dari merek yang terkenal baik dengan suku cadang yang mudah didapat. Mesin diesel butuh banyak pemeliharaan sederhana dan jika hal tersebut dilakukan secara benar maka bisa dijamin mesin akan berusia panjang. Untuk tugas pemeliharaan yang lebih rumit harus dilaksanakan oleh mekanik yang lebih berpengalaman yang mengetahui sumber suku cadang yang diperlukan. Pemelihara harus bisa menjamin bahwa jadwal pemeliharaan dilaksanakan dengan semestinya dan ada tindak perbaikan yang cepat jika terjadi kerusakan.

(4) Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) a. Gambaran Singkat Melalui KU/HU pengguna air bisa mendapatkan air dari satu atau lebih keran air. Karena digunakan oleh banyak orang maka KU/HU ini biasanya kurang terurus. 1) Desain konstruksi KU Desainnya harus lebih kokoh dibanding sambungan rumah. KU terdiri dari dinding atau kolom yang dilengkapi dengan beberapa keran berukuran inchi yang menjulur cukup jauh dari dinding atau kolom untuk memudahkan pengisian timba atau jerigen air. Jenis keran bisa dari jenis globe/ball valve atau stop kran. Kolom atau dinding bisa dari material pasangan batu bata, pasangan batu kali atau beton. Di bawah dinding atau kolom diberi lantai dari pasangan batu bata yang diberi plaster beserta saluran drainase untuk menampung tumpahan air dan mengalirkannya kesaluran drainase terdekat. Tekanan di KU adalah 7 m dan maksimum 20 m. 2) Desain konstruksi HU HU terdiri dari Tangki Fiber atau plastik atau beton atau pasangan dengan kapasitas 2 m3 5m3 didudukkan diatas pondasi dengan ketinggian sekitar 1 m yang dilengkapi dengan beberapa keran berukuran inchi yang menjulur cukup

jauh dari tangki untuk memudahkan pengisian timba atau jerigen air. Kapasitas tangki tersebut tergantung jumlah pengguna yang dilayani. Keran bisa dari jenis globe/ball valve atau stop kran. Disekeliling bagian bawah pondasi diberi lantai dari pasangan batu bata yang diberi plaster beserta saluran drainase untuk menampung tumpahan air dan mengalirkannya kesaluran drainase terdekat. KU/HU harus diberi meter air untuk mengukur pemakaian air melalui KU/HU tersebut. Jika perlu diberi pagar untuk mencegah ternak mendekati KU/HU. Minimum lokasi dan desain KU/HU harus dimusyawarahkan dengan calon pengguna. b. Operasi dan Pemeliharaan 1) Pengoperasian Petugas harian harus memastikan bahwa tangki HU telah penuh atau sekurangkurangnya lebih dari bagian telah terisi namun jangan sampai airnya melimpah (hanya untuk pengoperasian HU). Pengguna/pemakai membersihkan dan mengisi wadah air mereka melalui keran. Mandi dan cuci tidak diperkenankan di KU/HU. Petugas harian harus mencatat penggunaan air yang terukur pada meter air KU/ HU. 2) Pemeliharaan Lokasi sekitar keran termasuk drainasenya harus dibersihkan setiap hari. Perlu dicegah terjadinya genangan. Jika terjadi kerusakan pagar perlu segera diganti. Bangunan yang retak harus segera diperbaiki dan jika ada bagian bangunan dari kayu yang telah lapuk harus segera diganti. Jika terdapat perpipaan atau keran yang bocor harus segera diperbaiki. 3) Rincian kebutuhan O dan P serta pelaku dan Keterampilan yang dibutuhkan dalam O dan P dapat dilihat pada Tabel 13 dan Tabel 14.
Tabel 13 Rincian Kebutuhan O dan P KU/HU
Kegiatan Menguras dan member sihkan Tangki HU Keran air Membersihkan lokasi Membersihkan drainase Memperbaiki atau mengganti keran Memperbaiki pagar Memperbaiki dinding atau kolom atau lantai Memperbaiki pipa Frekuensi 3 bulanan harian harian harian Jika terjadi kerusakan Jika terjadi kerusakan Jika terjadi kerusakan Jika terjadi kerusakan Sumber Daya Manusia Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Seal/washer karet, Teflon, keran cadangan kayu, kawat,paku kayu, paku, semen, pasir, air dll. nipple, connector, elbow dll., Teflon, lem pipa, cat anti karat Bahan dan Suku Cadang Air, kaporit Alat dan Perlengkapan Selang, sikat, sapu lidi, timba air Jerigen, timba dll. Sapu lidi, sikat Sekop, cetok Kunci inggris, obeng, kunci pipa golok,tang, palu palu, gergaji, cetok, keranjang, dll. Kunci pipa, gergaji, mesin pembuat ulir pipa galvanis

Tabel 14 Pelaku dan Keterampilan O dan P


Pelaku Pengguna/pemanfaat Pelaksana harian Organisasi Pengelola Tukang batu Tukang pipa Dukungan Pihak Luar Peranan Keran air, menjaga kebersihan Mebersihkan lokasi, memperbaiki kerusakan kecil, mengumpulkan retribusi Mengorganisir kerusakan besar,mengumpulkan retribusi Memperbaiki dindin atau kolom dan lantai KU Memperbaiki pipa atau keran Memantau kesehatan, melatih anggaota pengelola Keterampilan Tidak perlu Keterampilan Keterampilan dasar Mengorganisir dan pembukuan Memasang pasangan batu bata atau batu kali Perpipaan sederhana Pelatihan dan uji mikrobiologis

c.

Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting 1) Permasalahan yang Sering Terjadi. Kesalahan dalam pengoperasian, kurangnya pemeliharaan, dan konflik karena penempatan KU tanpa melalui proses musyawarah terlebih dahulu diantara calon pengguna. Drainase yang kurang baik. Keran dibiarkan terbuka setelah dipakai atau bahkan secara sengaja dibuka untuk mengairi ladang atau kolam ikan. KU di lokasi terujung dari sistem sering bertekanan sangat rendah. 2) Keterbatasan/Hambatan. Jika masyarakat mau membentuk organisai pengelola dan melaksanakan pemeliharaan sistem maka satu-satunya hambatan hanyalah biaya. 3) Catatan Penting. o o Perhatian khusus perlu diberikan pada cara penanganan air setelah keluar dari KU/HU agar tidak terjadi kontaminasi sampai air tersebut dikonsumsi. Harus ada penanggung jawab harian, yang menjalankan tugas kebersihan KU/HU dan sekelilingnya, menjaga KU tetap berfungsi dan mencatat penggunaan air untuk penarikan retribusi air. Retribusi ditarik berdasarkan pencatatan air KU/HU.

(5) Katup (valve) a. Gambaran Singkat Katup digunakan untuk melakukan penutupan pipa, mengendalikan/mengarahkan aliran dan tekanan atau untuk mencegah aliran balik. Fungsi katup yang paling umum dalam sistem distribusi adalah untuk menutup pipa. Mengingat pentingnya fungsi katup, maka penandaan posisi katup sangat diperlukan agar mudah ditemukan. Katup harus diperiksa dan dipelihara secara berkala dengan cara sebagai berikut: 1. 2. Jenis dan lokasi semua katup tercatat. Semua katup bisa diakses dan bak katup tidak dalam keadaan tertimbun

3. 4. 5. 6. 7.

8.

Bak katup bersih, kering dan tidak ada kebocoran. Katup bisa dioperasikan dengan baik. Katup dalam keadaan sebagaimana yang diinginkan. (tertutup atau terbuka) Arah putaran dan jumlah putaran katup diketahui petugas. Membuka dan menutup katup dilakukan untuk mengikis sedimen atau karat yang ada dibagian dalam katup yang bisa mempengaruhi kualitas air bersih, serta pasir yang mungkin biasa mengganjal katup sehingga katup tidak bisa menutup dengan sempurna Pemeliharaan katup dilakukan secara berkala setiap 2 minggu untuk memastikan bahwa katup masih beroperasi dengan baik

(6) Perpipaan Transmisi dan Distribusi Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan perpipaan transmisi dan distribusi meliputi: 1. 2. 3. 4. Pemeriksaan pipa inlet dan alat ukur debit secara berkala, satu bulan sekali Pemeriksaan katup, pipa penguras secara berkala 3-4 bulan sekali Penggantian komponen Jaringan Distribusi yang rusak sesegera mungkin, agar tidak mengganggu operasi dan pasokan air ke pengguna air. Pembuatan laporan berkala operasi dan pemeliharaan, harian, mingguan dan bulanan.

(7) Bak Penampung Air Bersih (Reservoir) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan reservoir meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. Pengoperasian alat ukur debit Pemeriksaan dan pembersihan lingkungan bak penampung air bersih dari rumput dan kotoran periode harian Pembersihan kelengkapan sarana dan melakukan perbaikan jika ada kebocoran katup dan pipa Pembersihan endapan pasir/lumpur jika ada, bila perlu melakukan pengurasan Pembersihan karat dan pengecetan

(8) MCK (Mandi Cuci Kakus) Komunal a. Gambaran Singkat MCK ini berfungsi untuk melayani para pengungsi yang mengungsi akibat terjadi bencana, lokasinya tidak jauh dari lokasi pengungsian (+/- 50 m dari lapangan evakuasi). MCK juga berfungsi untuk melayani masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki tempat mandi, cuci dan kakus pribadi, sehingga memiliki kebiasaan yang dianggap kurang sehat dalam melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang airnya. Komponen MCK terdiri dari : 1) Bangunan bilik MCK meliputi bilik untuk mandi, cuci dan keperluan buang air besar atau kakus, kadang dilengkapi tempat untuk wudlu. 2) Pengolahan limbah yang terdiri dari: - Tangki Septik - Resapan dan Lahan Basah Buatan

3) Sumber air bersih (termasuk water toren). Sumber air bisa berasal dari jaringan distribusi air bersih atau dari sumur dangkal setempat. 4) Utilitas pelengkap seperti listrik untuk penerangan dan kebutuhan pompa listrik dan drainase air bekas mandi dan cuci. Pemeliharaan bangunan bilik dan sarana MCK harus dilaksanakan dengan baik agar selalu digunakan dengan rutin. MCK yang tidak terpelihara, kotor dan tidak ada air maka akan ditinggalkan pengguna dan akhirnya rusak tidak terpakai. Selain pemeliharaan bilik, pemeliharaan sarana pengolahan limbah (tangki septik, bidang resapan/lahan basah buatan) harus dilakukan secara periodik agar tidak macet dan mencemari lingkungan. b. Operasi dan Pemeliharaan Rincian kebutuhan O dan P serta pelaku dan Keterampilan yang dibutuhkan dalam O dan P dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel 16.

Tabel 15 Rincian Kebutuhan O dan P MCK


Kegiatan Bersihkan lantai, jamban Kuras bak air dan bersihkan Bongkar sumbatan Utrap jika tersumbat Pemeriksaan atas kerusakan bangunan Pebaiki kerusakan bangunan Menguras tangki septic Frekuensi Harian Mingguan Saat terjadi penyumbatan Bulanan Saat terjadi kerusakan Setiap 23 tahun atau jika tinggi lumpur mencapai 2/3 kedalaman cairan tangki septik Sumber Daya Manusia Petugas kebersihan MCK Petugas kebersihan MCK Petugas kebersihan MCK Petugas kebersihan MCK Tukang lokal Petugas penyedot tinja Bahan dan Suku Cadang Air Air Air Alat dan Perlengkapan Sikat, timba, gayung, sapu lidi Sikat, timba, gayung, sapu lidi Sikat dengan pegangan kawat Pengamatan Timba, cetok, cangkul,sekop, gergaji, palu. Truk tangki penyedot tinja

Semen, pasir, air, paku, material bangunan lain. Bahan bakar dan suku cadang truk tinja

Tablel 16 Pelaku dan Keterampilan O dan P


Pelaku Pengguna Pelaksana harian Peranan Menggelontor dan menjaga kebersihan, Memeriksa ventilasi, memeriksa kandungan lumpur tangki septik, melaksanakan pembersihan disekitar lokasi MCK umum, mengumpulkan retribusi, membersihkan lantai dan jamban serta bak air Menghubungi kantor penyedia jasa pelayanan truk tinja, membukukan retribusi yang terkumpul, mengorganisir perbaikan Mengoperasikan truk penyedot tinja Keterampilan Memahami prinsip kebersihan dan kesehatan Tahu bagaimana mengukur kedalaman lumpur dan Keterampilan dasar kebersihan

Organisasi pengelola

Pembukuan dasar dan perngorganisasian

Jasa Layanan Truk Tinja

Mengelola, mengoperasikan dan memelihara truk tinja

c.

Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting 1) Permasalahan yang Sering Terjadi. Kerusakan yang sering terjadi pada bilik MCK a.l. adalah : daun pintu & gerendel, bak air, keran air, penerangan listrik, pompa air. Selain memilih peralatan yang berkualitas dan kuat maka pemasangan pengaman-pengaman dapat menghindari kerusakan/kehilangan peralatan tersebut. Masalah lain yang sering muncul adalah mampet/macetnya lubang kakus, faktor ketersediaan air dan perilaku pengguna sering menyebabkan hal ini. Pemasangan tulisan peringatan dapat sedikit membantu hal tersebut. 2) Keterbatasan/Hambatan. MCK yang digunakan untuk melayani pengungsi pada kondisi bencana sering kapasitasnya tidak mencukupi, untuk keperluan tersebut perlu segera ditambahkan MCK darurat atau MCK portable/mobile. 3) Catatan Penting. Harus ada petugas harian yang menjalankan tugas kebersihan MCK secara bergilir. Petugas tersebut dapat juga melaksanakan pengumpulan retribusi penggunaan MCK umum.

(9) Tangki Septik (untuk MCK) a. Gambaran Singkat Tangki septik adalah tangki pengendapan kedap air yang memiliki satu atau dua ruang. Di dalam ruang tersebut tinja terkumpul setelah digelontor dari jamban melalui pipa masuk ke tangki septik.

Jamban biasanya dilengkapi perangkap bau yang berbentuk leher angsa. Tangki septik merupakan sistem pemisahan buangan yang berupa padatan dan cairan. Sebagian padatan mengapung dipermukaan cairan dan sebagian lainnya tenggelam didasar dimana selanjutnya diurai bakteri dan membentuk tumpukan lumpur didasar tangki. Cairan mengalir keluar dari tangki. Cairan tersebut masih berbahaya sebagaimana limbah yang belum terolah dan harus melalui pengolahan lanjutan atau melalui sistem pembuangan yang aman bagi kesehatan manusia yang biasanya diresapkan kedalam tanah atau ke saluran air limbah kota yang selanjutnya dibawa ke IPLT (instalasi pengolahan lumpur tinja) terpusat tingkat kabupaten/kota. Lumpur yang terkumpul di dasar tangki harus dikuras 2 3 tahun sekali tergantung desain kapasitasnya dan cara perlakuannya. Setiap tangki septik harus dilengkapi ventilasi untuk melepas gas-gas yang terbentuk selama proses penguraian tinja oleh bakteri. b. Operasi dan Pemeliharaan 1) Pengoperasian Tambahkan lumpur dari tangki septik lain kedalam tangki septik baru sebagai starter untuk memasukkan mikroorganime dengan demikian proses penguraian tinja secara an-aerobik bisa segera dimulai. Bahan pembersih lantai/keramik, bahan pembunuh bakteri/antiseptik dan bahan bahan yang bisa menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri sebisa mungkin dihindarkan masuk ke tangki septik. Masuknya bahan bahan tersebut membahayakan proses yang terjadi dalam tangki septik yang menyebabkan tangki septik tidak bekerja baik dan cepat penuh. Dilarang membuang pembalut wanita, filter rokok, barang barang plastik dan barang lain yang tidak bisa membusuk secara alami dalam tangki septik. Buangan yang berasal dari cucian sebaiknya dibuang ke peresapan yang terpisah untuk meringankan beban septik tank atau peresapan, sedangkan air hujan yang berasal dari saluran drainase, talang atap bisa langsung dibuang kesaluran drainase. 2) Pemeliharaan Pemeriksaan secara berkala perlu dilakukan untuk memeriksa apakah sudah saatnya dilakukan pengurasan atau belum demikian juga pemeriksaan adanya penyumbatan di outlet dan inlet. Tangki septik harus dikuras pada saat volume lumpur sudah mencapai 2/3 kedalaman total antara muka air dan dasar tangki septik. Jika septik tank tidak dikuras maka lumpur akan terbawa ke peresapan yang bisa menyebabkan penyumbatan dan selanjutnya peresapan harus dibongkar untuk memperbaikinya.

c. Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting 1) Permasalahan yang Sering Terjadi. Banyak masalah timbul karena kurangnya perhatian terhadap desain aliran masuk ke tangki. Aliran kejutan/berfluktuasi tinggi yang mengalir ke tangki dapat menyebabkan konsentrasi lumpur/padatan meningkat sementara/sebentar pada efluen tangki dan menyebahkan gangguan pada lumpur yang sudah mengendap. Keterbatasan. Tangki septik tidak sesuai untuk daerah yang langka air dan daerah padat. Daerah dimana ketersediaan lahan sangat terbatas sehingga tidak tersedia tempat untuk membangun sumur peresapan atau bidang peresapan. Catatan Penting. - Aditif tangki septik yang banyak dijual untuk membantu proses penguraian oleh bakteri belum terbukti efektif sedangkan harganya relatif mahal.

2)

3)

(10) Bidang Resapan a. Gambaran Singkat Bidang resapan terdiri dari parit resapan, sumur resapan dan lahan basah buatan (tergantung dari lahan yang tersedia, jenis tanah dan kondisi muka air tanah) yang diisi dengan lapisan kerikil di bawah dan lapisan pasir diatasnya sedangkan di dalam lapisan kerikil dipasang pipa PVC yang ber lobang lobang, dimana cairan dari tangki septik mengalir keluar melalui pipa PVC tersebut untuk diresapkan kedalam tanah. Pada awalnya peresapan akan berlangsung cepat namun sejalan dengan waktu pori tanah akan tersumbat sampai pada titik yang disebut keseimbangan peresapan tercapai. Jika aliran yang keluar dari tangki septik melebihi laju kesetimbangan peresapan tanah maka cairan akan melimpah keluar dari bidang peresapan. Untuk itu maka perlu dilakukan perencanaan yang memperhatikan keseimbangan antara air yang meresap dengan luasan bidang resapan, dan disesuaikan dengan jenis tanahnya. Dibanding sumur peresapan, bidang resapan lebih banyak dipakai terutama untuk MCK umum yang memerlukan air dalam jumlah relatif besar dan muka air tanah lebih tinggi. b. Operasi dan Pemeliharaan 1) Pengoperasian Hampir tidak ada aktifitas pengoperasian yang diperlukan, kecuali memantau apakah ada cairan yang melimpah keluar di permukaan bidang peresapan. 2) Pemeliharaan Bersihkan sekitar bidang resapan dari tanaman yang mungkin akarnya masuk kedalam bidang resapan dan pipa peresapan. Jika terdapat tanda bidang resapan atau pipa resapan tersumbat, segera dibongkar dan diperbaiki.

3) Rincian kebutuhan O dan P serta pelaku dan Keterampilan yang dibutuhkan dalam O dan P dapat dilihat pada Tabel 17 dan Tabel 18.
Tabel 17 Rincian Kebutuhan O dan P Bidang Resapan
Kegiatan Pembersihan tanaman Membersihkan bak control Frekuensi mingguan 6 bulan sekali Sumber Daya Manusia Pelaksana harian Pelaksana harian Bahan dan Suku Cadang Batu bata atau material penyumbat lainnya Alat dan Perlengkapan Sekop, keranjang, sabit dan cangkul Linggis untuk membuka bak

Tabel 18 Pelaku dan Keterampilan O dan P


Pelaku Pelaksana harian Tukang Peranan Memeriksa adanya kegagalan bidang resapan dan membersihkan tanaman Memperbaiki bagian bagian yang rusak Keterampilan Memahami fungsi dan cara kerja bidang resapan Pertukangan, perpipaan dan pengetahuan fungsi sitem

c.

Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting 1) Permasalahan yang Sering Terjadi. Melimpahnya air limbah, bau tidak sedap, pencemaran air tanah, protes warga terdekat karena bau yang tidak sedap. Keterbatasan. Tidak sesuai untuk daerah padat, kumuh dan kering (kesulitan air), serta daerah dengan permeabilitas rendah. Catatan Penting. Beban resapan bisa dikurangi dengan memisahkan air bekas dengan air toilet/jamban (hanya air limbah jamban yang masuk ke tangki septik dan berakhir dibidang resapan).

2)

3)

(11) Pengelolaan Persampahan a. Gambaran Singkat Kunci keberhasilan program kebersihan dan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di tingkat desa adalah penerapan prinsip Reduce, Reuse dan Recycle. 1) Reduce - Mengurangi. Kurangilah jumlah sampah dan hematlah pemakaian barang. 2) Reuse - Pakai ulang. Barang yang masih dapat digunakan jangan langsung dibuang, tetapi sebisa mungkin gunakanlah kembali berulang-ulang.

3) Recycle - Daur ulang. Sampah kertas dapat dibuat bahan kardus, dll. Sampah organik dibuat kompos dan digunakan sebagai penyubur tanaman. b. Operasi atau Pengelolaan Sampah 1) Pemilahan/pemisahan sampah Faktor keberhasilan pengelolaan sampah dengan prinsip diatas terletak pada pemilahan sampah. Tanpa pemilahan atau pemisahan jenis-jenis sampah, pengolahan sampah menjadi sulit, mahal dan berisiko tinggi mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan. Minimal pemilahan menjadi dua jenis: sampah organik dan non-organik. Sebab sampah organik yang menginap satu hari saja sudah dapat menimbulkan bau, namun tidak demikian halnya dengan sampah non organik. Pemilahan paling baik dilakukan mulai dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Setiap anggota keluarga baik ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lainnya memiliki tanggung jawab yang sama dalam pemilahan sampah dan di rumah tangga. Berbagai bentuk dan bahan wadah pemilahan dapat digunakan. Setiap pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan. Prinsipnya: disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kemampuan masyarakat yang akan memilah. Umumnya pemilahan adalah sebagai berikut:
Bagan 2 Pewadahan Sampah

Jenis-jenis sampah yang ada di rumah tangga pada umumnya dapat diidentifikasi sebagai tabel dibawah.
Tabel 19 Identifikasi Jenis Sampah (contoh prosentase sampah dalam berat di perdesaan)
No Jenis Sampah 1. Sampah Organik Sisa sayur, daging, ikan, nasi, daun, ranting, potongan rumput, kotoran ternak 2. Sampah Non-organik Plastik, kertas, karton, kardus, kaleng, logam, gelas, kaca 3. Persentase % (dlm berat) *) Sekitar 79% Sekitar 20% (plastik =7%, kertas/koran=7% kain=4%, kaleng=1%, aqua=1%) Sekitar 1-2 %

Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Baterai, cairan kimia pembersih, pestisida, racun serangga /tikus, botol aerosol, obat-obatan 4. Sampah Lainnya Sekitar 1-2 % Duplex, Styrofoam, kain, karet, popok, pembalut, kabel, dll. Total *) Penelitian ITS Th 2009 di Kecamatan Kedungkandang, Malang

Gambar: Pemilahan dengan tong logam terpisah yang dihiasi dengan gambar menarik (lokasi: Sukunan, Sleman, Yogyakarta)

2) Komposting Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang berasal dari jasad hidup, dapat dibuat kompos dan digunakan sebagai penyubur tanaman. Mengingat di daerah perdesaan prosentase jumlah sampah organik dan kotoran ternak cukup tinggi maka pengelolaan sampah melalui komposting sangat tepat. Sistem komposting bermacam-macam begitu pula pengelolaan dapat dilakukan di tingkat rumah tangga atau komunal (RT, RW, dusun, atau desa). Cara membuat kompos dapat mengacu pada panduan-panduan yang ada, a.l.: Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, ESP-USAID.

2.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Pengoperasian


Pada tahap sebelum suatu prasarana dioperasikan ada hal-hal yang perlu diperhatikan dan menjadi pertimbangan sehingga prasarana yang dibangun hasilnya baik dan optimal, sehingga lebih mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaan. A. Tahap Perencanaan (1) Pemilihan opsi teknologi dan komponen sistem yang tepat, efisien dan efektif serta tanggap bencana. a) b) c) d) e) Opsi teknologi yang dipakai harus berorientasi teknologi tepat guna Desain dan opsi teknologi yang dipilih harus berorientasi terhadap tanggap bencana dan dapat berfungsi sebagai prasarana mitigasi bencana. Mampu dioperasikan oleh masyarakat sendiri dengan tingkat Keterampilan dan pengetahuan masyarakat setempat setelah melalui pelatihan. Dipilih dari opsi dengan kebutuhan energi yang rendah untuk menekan biaya operasi. Lebih dipilih opsi dengan biaya investasi tinggi namun biaya operasi dan pemeliharaan rendah, dibanding biaya investasi rendah tapi biaya operasi dan pemeliharaan yang tinggi. Perlu dikaji adanya konflik kepentingan atas penggunaan suatu prasarana.

f)

(2) Perencanaan dimensi dan kapasitas Dimensi dan kapasitas dihitung untuk keperluan/kebutuhan minimal 10 tahun kedepan agar masyarakat yang masih dalam tahap pembelajaran dan penghimpunan dana tidak dibebani dengan biaya perluasan dan penambahan kapasitas sistem dalam memenuhi kebutuhan yang berkembang. (3) Aksesibilitas prasarana Semua prasarana beserta seluruh komponennya harus bisa diakses baik untuk tujuan O dan P maupun pemanfaatannya. (4) Pemilihan material dan peralatan a) b) Dipilih material bahan baku dan peralatan serta yang mudah didapat dipasaran lokal demikian juga pertimbangan layanan purna jualnya. Kualitas yang baik agar tahan lama sehingga masyarakat tidak direpotkan dengan perbaikan atas kerusakan yang terjadi selama masyarakat masih dalam tahap pembelajaran mengelola sistem. Kebutuhan energi peralatan yang minimal untuk menekan biaya operasi serendah rendahnya. Pemilihan material/bahan diprioritaskan dari jenis yang jika terjadi kerusakan, maka perbaikan yang diperlukan bisa dilaksanakan oleh masyarakat sendiri.

c) d)

B. Tahap Konstruksi Diperlukan pengawasan yang baik agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan dengan tetap melibatkan masyarakat untuk memberikan pemahaman pada masyarakat mengenai bagaimana suatu pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kaidahkaidah teknis yang baik (good practices) dan yang terpenting adalah masyarakat bisa memahami secara lebih baik sistem yang akan dikelolanya. C. Tahap Pasca Konstruksi Hal hal penting yang harus dilaksanakan dengan adanya suatu pembangunan prasaranasarana adalah membentuk dan mempersiapkan Tim Pengelola serta pelatihanpelatihannya, hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya. Selain hal itu dengan beroperasinya suatu prasarana perlu diperhatikan dan dipantau masalah konservasi sumber alam serta dampak lingkungan, antara lain : 1) Perlindungan daerah sekitar terhadap polusi, 2) Perlidungan daerah sekitar terhadap kerusakan sumber alam saat masa konstruksi maupun pengoperasian, 3) Menjaga kelestarian vegetasi daerah tangkapan air, 4) Mencegah pemborosan energi, sumber air, kayu, pohon dan material lainnya.

2.3. Ukuran Keberhasilan


Untuk melihat keberhasilan O dan P pada aspek teknis dapat dilihat dari: (1) Jumlah prasarana yang ada (misal : jalan/saluran/pipa dalam meter, jembatan/keran umum/gorong-gorong/MCK dalam unit) (2) Jumlah prasarana yang berfungsi baik. (3) Jumlah prasarana yang rusak/tidak berfungsi, dibandingkan total jumlah prasarana yang ada. (4) Jumlah warga yang terlayani (pengguna/pemanfaat prasarana) dibandingkan total jumlah penduduk desa.

BAB III ORGANISASI PENGELOLA

3.1. Organisasi Pengelolaan O dan P


Di desa/kelurahan yang telah mendapatkan program REKOMPAK-JRF dan melaksanakan pembangunan prasarana BDL disyaratkan harus memiliki kelompok/tim pengelola O dan P prasarana desa. Kelompok/tim pengelola O dan P terorganisasi ini diperlukan untuk memberikan jaminan keberlanjutan fungsi dan manfaat prasarana yang telah dibangun, dalam arti akan terjadi estafet pengelolaan dari PP saat perencanaan dan pelaksanaan fisik ke kelompok ini saat pasca-pembangunan. Pada prinsipnya organisasi pengelola prasarana dasar desa adalah kelompok swadaya masyarakat yang merencanakan, melaksanakan pembangunan dan mengelola sarana dan prasarana itu sendiri. Secara sederhana adalah masyarakat atau suatu komunitas masyarakat yang telah merencanakan kegiatan infrastruktur adalah juga yang melaksanakan pembangunan fisiknya, maka juga harus betanggung jawab melaksanakan operasi dan pemeliharaan prasarana yang telah dibangunnya tersebut. Pendekatan tersebut adalah untuk meletakkan dasar komitmen bagi sebanyak-banyaknya warga masyarakat untuk terlibat dan bertanggungjawab dalam melaksanakan pemeliharaan atas bangunan yang merupakan prioritas kebutuhannya yang telah disepakati bersama dan dibangun sendiri oleh masyarakat. Dalam pendekatan ini maka akan sangat efektif bilamana setiap kelompok pengelola O dan P prasarana yang sudah dibangun dapat berjalan dengan baik. BKM/TPK dan Panitia Pembangunan (PP) wajib memfasilitasi warga masyarakat untuk membentuk kelompok atau tim pengelola pemeliharaan dan pengoperasian prasarana. Kelompok/tim pengelola O dan P dapat menggunakan organisasi pengelola yang sudah ada dan sudah berjalan atau membentuk tim pengelola yang baru. Pada tahap perencanaan pembangunan prasarana atau penyusunan DTPL yang lalu, pada umumnya telah dibentuk dan dipilih calon kelompok pengelola prasarana. Kelompok tersebut jika telah berjalan baik dan lancar sebaiknya terus berfungsi sebagai tim pengelola O dan P dengan penyempurnaan mengacu pada pedoman ini dan jika belum berjalan baik perlu di revitalisasi atau jika diperlukan dapat membentuk yang baru. Lembaga pengelola O dan P prasarana yang terbentuk meskipun merupakan kelompok swadaya masyarakat yang mandiri namun tetap dibawah koordinasi, pembinaan dan pengawasan BKM/TPK dan Pemerintahan Desa/Kelurahan serta masyarakat yang dapat diwakili oleh perwakilan pemakai prasarana. Adapun koordinasi dan pelaporan manajemen rutin pelaksanaan kegiatan O dan P dilakukan Tim Pengelola kepada Unit Pengelola Lingkungan (UPL) dari BKM/TPK.

Hubungan organisasi pengelola O dan P di tingkat desa adalah sebagaimana digambarkan dalam bagan di bawah ini:

Bagan 3 Bagan Organisasi Pengelolaan O dan P Prasarana di bawah BKM/TPK

PEMBINAAN / PENGAWASAN MASYARAKAT (wakil pengguna)


KEPALA DESA (KaDusun/RW)

BKM / TPK

SEKRETARI S

UPL

UPS

UPK

TIM PENGELOLA AIR BERSIH

TIM PENGELOLA JALAN & JEMBATAN

TIM PENGELOLA DRAINASE & TALUD

TIM PENGELOLA MCK & SAMPAH

3.2. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga


Beberapa peraturan yang diperlukan untuk berjalannya suatu organisasi tim pengelola O dan P, antara lain adalah: (1) (2) (3) (4) (5) Visi, Misi, Asas, Tujuan. Anggaran Dasar/AD Anggaran Rumah Tangga/ART Keputusan dan pengesahan susunan Tim pengelola O DAN P Keputusan tarif retribusi/iuran dan sumbangan

Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan program kerja tahunan maupun kebijakan-kebijakan penting terkait lainnya seperti adanya tarif iuran/retribusi, harus dibuat oleh pengelola O dan P dan disepakati secara bersama-sama oleh masyarakat pemanfaat melalui forum musyawarah warga pemanfaat atau rembug warga (bukan ditentukan sendiri oleh tim pengelola). Dalam penyusunan ketentuan organisasi ini dipengaruhi juga oleh

kelompok masyarakat pemanfaat prasarana itu sendiri. Setiap desa/kelurahan dapat mengembangkan peraturan sesuai dengan kondisi sosial-budaya, adat-istiadat pada daerah tersebut. Anggaran Dasar organisasi pengelola O dan P setidaknya meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) Nama Organisasi Pengelola dan Daerah Kerja a. Lokasi organisasi b. Lingkup pelayanan prasarana Asas, Tujuan dan Tugas Organisasi a. Asas dan Prinsip organisasi b. Tujuan organisasi c. Tugas organisasi Ruang Lingkup a. Cakupan penanganan kegiatan Keanggotaan/Pengguna Prasarana a. Persyaratan Keanggotaan b. Kewajiban dan Tanggung Jawab Anggota/Pengguna Prasarana c. Hak Anggota/Pengguna Prasarana Rapat Anggota atau Rembug Masyarakat/Warga Pengguna Prasarana Kepengurusan : a. Syarat-syarat kepengurusan b. Susunan anggota pengurus c. Kewajiban dan tanggung jawab pengurus d. Hak pengurus Pembina dan Pengawas Pengelolaan Usaha Operasi dan Pemeliharaan Pembiayaan O dan P Pelaporan dan Evaluasi Pembubaran Sanksi Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Khusus O dan P Penutup

(2)

(3) (4)

(5) (6)

(7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

Hal-hal penting yang harus diperhatikan : (1) Dalam pembentukan tim pengelola O dan P, pemilihan pengurus dan operasional organisasi harus menerapkan prinsip yang demokratis, partisipatif, transparan dan akuntabel. (2) Prasarana yang dibangun melalui pendanaan program Rekompak JRF terutama ditujukan sebagai prasarana mitigasi bencana sehingga organisasi pengelola harus tahu persis panduan tata-cara (standar operating procedure) dalam memanfaatkan prasarana mitigasi bencana. (3) Bilamana pengelola telah memiliki aturan dasar organisasi pengelola sebelumnya, seperti AD/ART, yang belum mengakomodir/mencakup kegiatan O dan P maka untuk pengaturan terkait O dan P dapat dilakukan dengan menyempurnakan aturan yang sudah ada atau membuat peraturan tambahan khusus untuk O dan P.

(4) Peraturan-peraturan yang bersifat operasional untuk menjalankan pengelolaan O dan P dituangkan dalam Anggaran Rumah Tangga/ART atau Peraturan Khusus, misal: tata cara pengaduan, tata cara pendaftaran dan pembayaran, dll.

3.3. Pembentukan Tim Pengelola


Dalam upaya menjamin pemanfaatan prasarana yang berkelanjutan, pengelolaan sebaiknya dilakukan oleh masyarakat pengguna itu sendiri. Untuk dapat menciptakan mekanisme pengelolaan O dan P yang bertumpu pada masyarakat dan berkelanjutan, pengelolaan prasarana terbangun seyogyanya dilaksanakan oleh sebuah kelompok/tim pengelola yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Dilakukan melalui forum musyawarah warga pemanfaat dan difasilitasi oleh pihak BKM/TPK, PP, konsultan pendamping dan kepala desa/lurah. Waktu pelaksanaan pembentukan kelompok/tim pengelola ini sebaiknya dilakukan sejak awal pelaksanaan pembangunan prasarana. Adapun langkah-langkah mekanisme pembentukan kelompok/tim pengelola O dan P adalah sebagai berikut: A. Persiapan Dengan difasilitasi oleh BKM/TPK, PP dan fasilitator pendamping, sebagai inisiator pembentukan perlu menyusun rancangan pembentukan kelompok/tim pengelola sebagai kerangka acuan di dalam rembug warga, yang antara lain mencakup : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Cakupan kegiatan (prasarana dan sarana) yang akan dikelola Opsi bentuk struktur organisasi (susunan kepengurusan) Tujuan pembentukan organisasi pengelola Tugas dan wewenang organisasi pengelola Syarat-syarat kepengurusan Kewajiban dan tanggung jawab pengurus Hak pengurus Kewajiban dan tanggung jawab anggota pemanfaat Hak anggota pemanfaat

B. Pelaksanaan Rembug Warga BKM/TPK dan PP sebagai inisiator mengundang seluruh warga masyarakat terutama pemanfaat prasarana terkait untuk mengadakan rembug warga dalam rangka pembentukan kelompok/tim pengelola, dimana dalam rembug tersebut diundang pula aparat pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan bila perlu mengundang dari dinas terkait seperti PDAM, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan dan lain-lain. Beberapa hal yang disampaikan dalam rembug warga: (1) Rembug warga diawali dengan penjelasan umum oleh BKM/TPK dan PP kepada masyarakat pengguna prasarana perihal pentingnya pembentukan organisasi untuk mengelola prasarana yang dimiliki oleh desa. Dalam hal ini perlu disampaikan untung ruginya bila pengoperasian prasarana dilaksanakan oleh suatu tim pengelola dan sebaliknya bila tidak ada tim pengelola.

(2)

Setelah penjelasan umum, maka dilanjutkan dengan penjelasan terkait dengan rancangan organisasi pengelola yang telah dibuat, antara lain mencakup : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Cakupan kegiatan (prasarana dan sarana) yang akan dikelola Opsi bentuk struktur organisasi (susunan kepengurusan) Tujuan pembentukan organisasi pengelola Tugas dan wewenang organisasi pengelola Syarat-syarat kepengurusan Kewajiban dan tanggung jawab pengurus Hak pengurus Masa jabatan pengurus Kewajiban dan tanggung jawab anggota pemanfaat Hak anggota pemanfaat

(3)

Tahapan selanjutnya adalah mengajak seluruh anggota pemanfaat yang hadir dalam pertemuan tersebut untuk mengambil keputusan secara musyawarah dan mufakat. Apabila secara musyawarah tidak dapat diambil mufakat maka pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cara pengambilan suara terbanyak melalui vooting, dimana setiap anggota masyarakat pemanfaat berhak memberikan satu suara dalam setiap keputusan yang diambil. Adapun pokok-pokok yang perlu diambil keputusan dalam rembug warga adalah: a. b. c. d. e. f. g. h. Bentuk struktur organisasi Tugas dan wewenang kelompok/tim pengelola O dan P Kewajiban dan tanggung jawab pengurus Hak pengurus Masa jabatan pengurus Kewajiban dan tanggung jawab anggota pemanfaat Hak anggota pemanfaat Pemilihan pengurus yang akan duduk dalam kelompok/tim pengelola

(4)

Setelah ada kesepakatan terkait dengan hal-hal tersebut, maka tahap berikutnya adalah penyusunan Berita Acara Pembentukan Kelompok/Tim Pengelola O dan P yang ditandatangani oleh ketua BKM/TPK, perwakilan dari masyarakat pemanfaat dan disaksikan oleh aparat pemerintah desa, tokoh-tokoh masyarakat dan fasilitator pendamping. Sebagai bentuk dukungan dari seluruh peserta rembug warga dalam keputusan tersebut, daftar hadir dilampirkan dalam berita acara.

C. Pengesahan dan Peresmian Untuk mendukung keabsahan kelompok/tim pengelola O dan P tersebut harus segera menyusun AD/ART Tim Pengelola O dan P, selanjutnya AD/ART tersebut dapat disahkan melalui beberapa macam cara, yaitu : (1) (2) Ditetapkan melalui keputusan BKM/TPK (kolektif-kolegial) organisasi tim pengelola O dan P langsung berada di bawah payung BKM/TPK. Untuk tujuan tertentu sering juga ditetapkan melalui Akte Notaris jika organisasi pengelola bersifat usaha mandiri atau dipersyaratkan oleh pihak donor. Disini unsur BKM/TPK dan Pemerintah Desa/Kelurahan bertindak sebagai Badan Pembina & Pengawas.

(3)

Untuk tujuan tertentu kadang juga ditetapkan dalam sebuah Peraturan Desa (Perdes) atau Keputusan Kepala Desa/Lurah dengan pertimbangan prasarana dibangun sebagian menggunakan dana anggaran pemerintah desa atau biaya O dan P berasal dari anggaran pemerintah desa atau dibangun pada lahan milik desa.

Untuk mendorong pengakuan secara luas, kelompok/tim pengelola O dan P perlu diresmikan dengan mengundang camat, tim konsultan, fasilitator pendamping, kepala desa/lurah, tokoh masyarakat, dinas/lembaga terkait (seperti PDAM, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan dan lain-lain) agar keberadaannya dapat lebih diakui dan diperhatikan.

3.4. Struktur Organisasi dan Tata Peran


A. Struktur Organisasi

Untuk melaksanakan tugas, maka pengelola O dan P memerlukan suatu tim/kelompok atau satuan kerja, yaitu orang-orang yang dipilih dan bertanggungjawab atas O dan P prasarana. Bentuk struktur pengelola O dan P dapat disusun sesuai dengan kebutuhan prasarana, kemampuan warga pemanfaat dan karakteristik kelompok penerima manfaat (gender). Dari beberapa bentuk yang sudah diterapkan, setidaknya terdapat dua pendekatan untuk setiap struktur pengelola O dan P, yaitu : 1. 2. Satu tim pengelola untuk beberapa jenis prasarana, atau Satu tim pengelola untuk setiap jenis prasarana.

Pertimbangan untuk menetapkan struktur tim pengelola O dan P adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Jenis prasarana, jumlah prasarana dan lokasi-lokasi prasarana berada, Komunitas masyarakat pengguna prasarana Kemampuan dan jumlah SDM calon pengelola O dan P Sumber pembiayaan/pendanaan utama untuk O dan P Kemungkinan subsidi silang Catatan: prasarana air bersih dan MCK, bila pengelolaannya dilakukan sendiri-sendiri maka potensi memperoleh pembiayaan untuk air bersih cukup tinggi dibandingkan dengan MCK, tetapi bila pengelolaannya satu maka dapat dilakukan subsidi silang, yaitu dana yang diperoleh dari air bersih dapat disisihkan sebagian untuk pemeliharaan MCK. Struktur tim pengelola O dan P hendaknya dibuat sederhana, terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, petugas teknis/lapangan.

6.

Berikut ini adalah alternatif struktur tim pengelola O dan P :


Bagan 4 Struktur Tim Pengelola O dan P dengan Beberapa Prasarana (contoh : Drainase, Jalan dan Jembatan)
PEMBINA / PENGAWAS (unsur BKM/TPK, Unsur Pem.Desa, unsur Masy.)

KETUA TIM

SEKRETARIS

BENDAHARA

PETUGAS LAPANGAN1 PRASARANA DRAINASE

PETUGAS LAPANGAN2 PRASARANA JALAN

PETUGAS LAPANGAN3 PRASARANA JEMBATAN

Bagan 5 Struktur Tim Pengelola O dan P dengan Satu Prasarana (contoh : Air Bersih)

PEMBINA / PENGAWAS (unsur BKM/TPK, Unsur Pem.Desa, unsur Masy.)

KETUA TIM

SEKRETARIS

BENDAHARA

PETUGAS LAPANGAN1 AIR BERSIH DUSUN 1

PETUGAS LAPANGAN2 AIR BERSIH DUSUN 2

B. Tugas dan Fungsi Sejalan dengan tujuan O dan P, maka tugas pokok pengelola selaku penggerak utama kegiatan O dan P, adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Menyusun Rancangan AD/ART Menyusun program kerja Menghitung dan memfasilitasi penetapan tarif retribusi/iuran Mencari dan mengupayakan sumber-sumber pembiayaan untuk O dan P Menyusun rencana penerimaan dan belanja pengelola O dan P Menyusun rencana tahap-tahap kegiatan operasi dan pemeliharaan Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan Membuat laporan pertanggungjawaban kerja pengelolaan O dan P Melaksanakan sosialisasi, penyuluhan, pengumuman terkait kegiatan O dan P Menyelengarakan pertemuan evaluasi secara periodik

Sejalan dengan tugas pokok tersebut, maka tugas-tugas dari setiap unit kerja organisasi pengelola O dan P (tim pengelola), adalah: (1) Ketua Memimpin tim pengelola O dan P dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan O dan P sesuai peraturan organisasi serta program kerja yang telah diputuskan bersama, yang antara lain mencakup tugas : a. b. c. Mengkoordinir tim pengelola O dan P; Mengundang dan menyelenggarakan rapat-rapat rutin atau musyawarah Melakukan kerjasama kemitraan dengan pemerintah desa/kelurahan, dinas/instansi terkait dan pihak swasta atau lainnya guna meningkatkan perolehan pembiayaan pemeliharaan atau pengembangan layanan prasarana Mendorong peningkatan kesadaran dan kontribusi warga untuk melakukan pemeliharaan prasarana Bersama seluruh tim pengelola membuat laporan baik secara berkala maupun pertanggungjawaban kegiatan pengelola Bersama seluruh tim pengelola, mensosialisasikan kegiatan-kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan, khususnya kepada warga pemanfaat Bersama seluruh tim pengelola menyusun draft peraturan dasar, program kerja O dan P dan rencana pendanaan O dan P untuk ditetapkan dalam musyawarah warga (bila belum ditetapkan sebelumnya)

d. e. f. g.

(2) Sekretaris atau bagian administrasi Melaksanakan kegiatan administrasi/ketatausahaan O dan P, antara lain mencakup : a. b. c. d. e. Menyiapkan surat menyurat Mengarsip surat masuk dan surat keluar Menyimpan dan memelihara dokumen/dokumentasi kegiatan Membuat notulen rapat/musyawarah warga pemanfaat Menginventarisasi anggota atau warga pengguna/pemanfaat

(3) Bendahara atau bagian keuangan a. b. c. d. e. Menerima dan menyimpan uang/dana O dan P Mengeluarkan uang dengan persetujuan ketua Membuat dan menyimpan bukti penerimaan dan bukti pengeluaran Mencatat pembukuan keuangan O dan P Membuat laporan keuangan secara periodik dan pertanggungan jawab keuangan.

(4) Petugas Lapangan atau bagian teknik a. b. c. d. e. Inventarisasi, identifikasi dan survey kondisi prasarana, Menyusun rencana kebutuhan, biaya dan jadwal pemeliharaan dan perbaikan prasarana Membimbing, mengordinir dan mengawasi pelaksanaan pemeliharaan yang dilakukan oleh warga atau tenaga kerja Mengoperasikan dan memantau/monitor operasi dan pemeliharaan prasarana Melaporkan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan pemeliharaan.

C. Kegiatan Rapat Rapat atau pertemuan dapat dilakukan tiap bulan atau periode waktu tertentu yang disepakati, dilakukan untuk melihat atau mengevaluasi hasil-hasil kegiatan pemeliharaan yang telah dilakukan dan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ditemukan (memutuskan rencana penyelesaian masalah), atau agenda lain yang dianggap penting untuk dibahas. Pertemuan ini dipimpin oleh ketua, jika memang diperlukan peserta rapat rutin tidak hanya pengurus namun juga dapat mengundang wakil masyarakat, UPL, Aparat Desa atau instansi terkait yang dapat memberi masukan bagi kepentingan kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana. Pada setiap rapat harus selalu dibuat daftar hadir peserta dan catatan notulen hasil rapat disiapkan dan diarsipkan oleh sekretaris.

D.

Pelaporan

Pelaporan kegiatan operasi dan pemeliharaan merupakan tanggungjawab ketua kelompok dibantu tim pengelola. Dalam laporan tersebut terkandung unsur-unsur sebagai berikut: 1. Pelaporan Keuangan Pelaporan keuangan dilakukan oleh bendahara. Dalam kaitan dengan kegiatan tersebut bendahara melaporkan penerimaan dan pengeluaran baik berkaitan dengan administrasi pengelola maupun yang terkait dengan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan. Laporan ini minimal mencakup : keadaan kas, laporan penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber pendanaan (seperti iuran, retribusi, donatur, dll), laporan pengeluaran baik itu kegiatan administrasi maupun kegiatan pemeliharaan/perbaikan, dll.

2.

Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Laporan kegiatan, mencakup laporan hasil pelaksanaan pemeliharaan rutin, berkala dan insidentil, termasuk hasil inventarisasi kondisi prasarana maupun hasil-hasil pertemuan yang dilaksanakan.

3.

Data Mengenai Barang Inventaris dan Prasarana-Sarana Data dan penggunaan prasarana-sarana dan barang inventaris kelompok perlu dilaporkan untuk mengetahui jumlah, jenis dan kondisi prasarana dan barang yang ada. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan kebutuhan penambahan ataupun perbaikan prasaranasarana dan barang untuk masa yang akan datang.

E.

Pelatihan Pelatihan merupakan faktor penting dalam keberhasilan operasi dan pemeliharaan sarana-prasarana desa, sehingga harus dilakukan pada awal masa penugasan tim pengelola O dan P dan dilakukan juga secara periodik untuk penyegaran dan jika ada perkembangan. Pelatihan untuk tim pengelola O dan P meliputi, pelatihan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Aspek kelembagaan/organisasi Aspek manajemen O dan P Teknis pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana Penentuan tarif atau iuran/andilan/sumbangan sukarela. Pengelolaan keuangan Pelaporan keuangan Administrasi dan pelaporan Perencanaan pengembangan sistem dan pendanaan.

3.5. Ukuran Keberhasilan


Dari aspek kelembagaan, beberapa tolok ukur untuk melihat keberhasilan O dan P adalah sebagai berikut : (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kegiatan bersama, mampu menumbuhkan kesetiakawanan dalam operasi dan pemeliharaan prasarana agar prasarana tersebut dapat berkesinambungan. Ketentuan kelompok/tim pengelola, tertulis dan menjadi aturan kerja kelompok yang saling ditaati. Kepengurusan mantap, semua pengurus tahu akan hak dan kewajibannya. Rapat dan pertemuan, berjalan rutin dan dihadiri pengurus serta masyarakat. Administrasi dan pelaporan, dikerjakan dengan tertib, tahu manfaatnya. Ada usaha/upaya peningkatan O dan P, yang berorientasi kepada pasar, keuntungan, efisiensi, dan kebersamaan, yang ditujukan untuk pemeliharaan prasarana dan sarana. Interaksi antar pengurus dan dengan masyarakat hidup, terarah, saling menunjang, dan saling memperkembangkan satu sama lain. Pengurus aktif menggerakkan dan memotivasi masyarakat agar kegiatan dapat berjalan.

BAB IV PEMBIAYAAN

4.1. Klasifikasi Prasarana dan Pembiayaan untuk O dan P


Pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana lingkungan perdesaan ditujukan untuk mengupayakan dan menjamin ketersediaan dana bagi pengelolaan operasi dan pemeliharaan prasarana oleh kelompok/tim pengelola prasarana desa sehingga tidak muncul hambatan dan kendala dari ketersediaan dana. Mudah tidaknya menarik retribusi atau iuran untuk pemeliharaan prasarana sering sangat berkaitan dengan klasifikasi prasarana. Berdasarkan pada cakupan layanan, secara umum prasarana desa yang dibangun melalui REKOMPAK-JRF dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu: a. Prasarana Umum - Publik Prasarana yang dapat dipergunakan oleh setiap orang tanpa perlu mendaftar terlebih dahulu. Dalam arti bahwa tidak ada orang yang dapat dikecualikan dalam penggunaannya, misalnya jalan dan jembatan, drainase, lapangan evakuasi, bangunan gedung publik (heritage), dll.

b. Prasarana Umum - Kelompok Prasarana yang dapat dipergunakan warga dengan mendaftar terlebih dahulu dan memenuhi persyaratan tertentu. Prasarana ini hanya dapat dimanfaatkan oleh sekelompok orang/komunitas yang sudah terdaftar, misalnya MCK, penyediaan air bersih, embung penampung air, dan kandang komunal. Biaya O dan P prasarana ini umumnya dapat dipenuhi dari tarif retribusi/iuran para pemakainya atau disebut cost recovery. Klasifikasi prasarana berdasarkan jenisnya ini akan menentukan mudah tidaknya pembiayaan untuk operasi dan pemeliharaan prasarana, sebagaimana contoh lihat tabel berikut.
Tabel 20 Kemungkinan Kemudahan Penarikan Restribusi Berdasarkan Jenis Prasarana
Uraian Kemungkinan Mudah Menarik Retribusi Prasarana - Publik - Jalan ber-retribusi - Waduk yg airnya dijual umum - KU/ air bersih yg dijual umum - Jalan - Jembatan - Bangunan gedung publik (heritage) - Lapangan evakuasi - Drainase Prasarana - Kelompok Air Bersih MCK Pelayanan Sampah Kandang komunal Embung komunal

Kemungkinan Sulit Menarik Retribusi

4.2. Penganggaran Operasi dan Pemeliharaan


A. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan
(1) Identifikasi Sumber-Sumber Pendapatan Dana pemeliharaan dapat berasal dari berbagai sumber, namun perlu usaha untuk menggali sumber-sumber dana tersebut. Sumber dana potensial pendanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana dapat diperoleh dari kontribusi masyarakat pengguna dan sumber lainnya yang sah misal bantuan dari kantor/instansi pemerintah, pihak swasta yang juga turut memetik manfaat dari pembangunan prasarana tersebut, serta pemerintah desa/kelurahan, dinas/instansi terkait setempat. Untuk penyusunan rencana anggaran O dan P, kelompok/tim pengelola perlu mengidentifikasi sumber-sumber pendapatan yang mempunyai potensi untuk turut membiayai anggaran O dan P. (2) Kontribusi Warga Penerima Manfaat Sebagai wujud kemandirian dan keberlanjutan, sumber pembiayaan O dan P yang potensial untuk digali adalah kontribusi warga sesuai dengan budaya setempat dan kesepakatan yang telah dilakukan. Hal ini merupakan bentuk kompensasi komunitas pemanfaat terhadap penggunaan prasarana tersebut. Adapun jenis kontribusi atau sumbangan warga pemanfaat adalah : a. Sumbangan berupa uang, yang didapatkan dari iuran anggota kelompok operasi dan pemeliharaan, ataupun retribusi dari penggunaan prasarana secara langsung. b. Sumbangan berupa material, penyediaan fasilitas penunjang, tenaga kerja, peralatan dalam rangka kegiatan pemeliharaan. Sedangkan cara pengumpulan dana yang berupa uang adalah bergantung pada kondisi sosial budaya masyarakat setempat, yang secara umum terbagi atas tiga golongan sebagai berikut : a. Retribusi/Iuran Retribusi/iuran yang besarnya sudah ditetapkan lebih dulu, ditarik secara langsung pada saat menggunakan prasarana yang bersangkutan maupun tidak langsung (retribusi/iuran bulanan). Retribusi/iuran dapat diberlakukan untuk para pengguna yang secara rutin atau tidak secara rutin menggunakan prasarana. Retribusi/iuran bisa diterapkan untuk individu perseorangan, kelompok, KK atau perusahaan/instansi/ badan usaha yang menjadi pengguna prasarana. Sebagai contoh adalah pelayanan air bersih, retribusi jalan, MCK, dan kandang komunal. Besarnya iuran atau retribusi yang akan dikenakan baik perorangan atau per keluarga/kelompok, baik rutin atau setiap kali penggunaan, kepada warga pemanfaat tetap atau dari luar, bagi warga kurang mampu atau mampu, hendaknya dimusyawarahkan dan disepakati secara bersama-sama oleh seluruh anggota warga

pemanfaat yang ada sehingga tidak terlalu membebani dan semua warga pemanfaat tetap dapat memperoleh hak-hak yang sama dalam pengoperasian prasarana (adil). b. Sumbangan/Donasi Sumbangan/donasi yang sifatnya sukarela, dapat diberlakukan atau diminta dari warga masyarakat yang menggunakan prasarana yang bersangkutan atau warga masyarakat yang tidak langsung menerima manfaat atau masyarakat/instansi secara umum. Hal yang penting diperhatikan berkaitan dengan penerapan sumbangan yang akan diberlakukan oleh tim pengelola O dan P adalah bahwa hendaknya disesuaikan dengan situasi budaya dan kemampuan ekonomi warga pemanfaat dan kebutuhan akan biaya pemeliharaan atau perbaikan.

c. Sumber Pendapatan Lain Yang Sah 1) Bantuan Pemerintah Sumber pendapatan ini dapat berasal dari anggaran pemerintah desa, anggaran pemerintah kecamatan, anggaran pemerinah daerah (APBD) dan atau anggaran pemerintah pusat (APBN) atau dari pihak lain yang sah. Bantuan dari pemerintah umumnya dapat digali jika terjadi kerusakan berat yang memerlukan perbaikan besar pada fasilitas umum atau fasilitas vital seperti jalan, jembatan, dan saluran drainase, ataupun prasarana lainnya. Terdapat satu sumber dana yang belum digunakan secara optimal untuk O dan P prasarana desa yaitu dana yang berasal dari ADD (Alokasi Dana Desa) atau DAD (Dana Alokasi Desa). Hal penting yang perlu diperhatikan dalam upaya memperoleh dukungan pemerintah, khususnya dinas-dinas di kabupaten/kota adalah harus memahami instansi mana yang dapat dituju oleh masyarakat, sebab setiap instansi telah mempunyai wewenang tertentu, misalnya Dinas Pekerjaan Umum untuk prasarana umum, Dinas Pendidikan untuk prasarana pendidikan, Dinas Kesehatan untuk prasarana kesehatan, Dinas Kebersihan untuk prasarana persampahan.

2) Bantuan Pihak Lain Yang Tidak Mengikat Bantuan yang dimaksudkan disini, seperti dari organisasi lain atau perusahaan swasta. Umumnya potensi bantuan ini akan ada bilamana terjadi pengoperasian bersama suatu prasarana. Misalnya jalan yang dibangun masyarakat juga dipergunakan oleh pihak lain tersebut. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan, bahwa perusahaan tertentu yang berada di sekitar wilayah tersebut dapat saja memberikan bantuan sumbangan. 3) Usaha Lain Yang Sah Potensi sumber pembiayaan disini dapat berasal dari upaya pengembangan prasarana misalnya dari biaya pemasangan baru air bersih, penjualan air bersih atau adanya keuntungan dari hasil usaha bersama kelompok.

(3) Pendataan Anggota Penerima Manfaat Pendataan anggota ini sangat penting, selain untuk mengetahui jumlah dan siapa saja warga pemanfaat juga akan berkaitan dengan potensi kontribusi dalam pemeliharaan prasarana yang dikelola. Hal-hal yang perlu dicatat: - Nama - Jenis Kelamin - Alamat - Pekerjaan - Jumlah anggota keluarga (4) Penetapan Tarif Retribusi Tarif pelayanan dikenakan bagi pemakai prasarana yang bersifat cost recovery, seperti air bersih, persampahan, MCK, kandang komunal dan jalan beretribusi. Penerimaan dari tarif ini akan dijadikan sebagai sumber utama dalam membiayai pengelolaan prasarana bersangkutan termasuk untuk biaya operasi dan pemeliharaan. Penentuan tarif harus dilakukan dengan dan oleh masyarakat karena akan membuat masyarakat bertanggung jawab penuh atas keputusan yang telah dibuat dan bisa diterima lebih baik karena masyarakat tahu mengapa tarif ditetapkan sebesar itu. Sejalan dengan waktu tidak bisa dihindarkan adanya penyesuaian tarif akibat inflasi, perubahan biaya dan harga barang, kebutuhan dana untuk perluasan sistem dan lain lain. Keterlambatan penyesuaian tarif akan berakibat serius pada jaminan keberlanjutan keuangan. Karena itu peninjauan ulang tarif yang layak perlu dilakukan paling tidak 2 tahun sekali. a. Prinsip-Prinsip Penetapan Tarif Terdapat beberapa prinsip yang harus dipegang dalam penetapan tarif, antara lain: 1) Kecukupan dana (cost recovery), dengan prinsip ini maka tarif yang akan ditetapkan harus mencerminkan tingkat kecukupan dana yang diperlukan untuk pengelolaan prasarana dan sarana perdesaan secara memadai. 2) Satu obyek pungut satu jenis pungutan, untuk menghindari terjadinya pungutan ganda yang membingungkan para penerima manfaat, maka satu obyek pelayanan dikenakan satu pungutan tarif. 3) Transparan dan mudah dipahami, dalam penetapan besarnya tarif, maka pembebanan biaya yang diperhitungkan harus dilakukan secara transparan dan mudah dipahami oleh pemangku kepentingan. 4) Sederhana dan Jelas, artinya bahwa penetapan tarif harus menggunakan rumusan yang tidak rumit, dan mudah diperoleh serta hitungan mudah dilakukan. 5) Partisipatif, artinya bahwa dalam penentuan tarif harus melibatkan semua pihak yang berkepentingan, termasuk semua calon penerima manfaat, sehingga tarif yang ditetapkan merupakan keputusan bersama. 6) Adil, artinya bahwa orang yang menerima manfaat lebih banyak harus dikenakan tarif yang lebih tinggi dibandingkan orang yang menerima manfaat lebih sedikit. Dalam hal ini dapat ditetapkan dengan tarif progresif.

b. Jenis-Jenis Tarif Secara garis besar terdapat dua jenis tarif bila dilihat dari cara penentuannya, yaitu: 1) Tarif Tidak Berdasarkan Volume Tarif ini tidak melihat berapa jumlah manfaat yang diterima oleh setiap rumah tangga atas penggunaan prasarana tertentu. Struktur tarif yang seperti ini tidak membutuhkan adanya perhitungan berapa manfaat yang telah diterima oleh masing-masing penerima manfaat, tetapi dikenakan sama rata untuk setiap rumah tangga/penerima manfaat. Tarif yang demikian memiliki keuntungan bahwa dalam perhitungan penerimaan tarif lebih mudah dilakukan, karena hanya mengalikan besarnya tarif dengan jumlah penerima manfaat, tanpa harus menghitung berapa banyak manfaat yang diterima oleh setiap pemakai jasa layanan. Di sisi lain memiliki kelemahan, bahwa tarif tersebut tidak mencerminkan keadilan, karena pihak yang menerima manfaat kecil dibebani tarif yang sama dengan pihak yang menerima manfaat lebih banyak. Tarif ini lebih cocok digunakan untuk pelayanan yang sulit untuk di kuantifikasi, misalnya pelayanan pembuangan sampah, MCK, pembuangan air limbah. Dalam kasus pelayanan pembuangan sampah dan pembuangan air limbah, maka pengelola akan sulit menentukan berapa banyak sampah yang telah dibuang oleh setiap rumah tangga, sehingga kasus ini lebih tepat jika tarif ditetapkan sebesar rupiah tertentu pada setiap rumah tangga. Kalaupun akan diterapkan prinsip subsidi silang, maka perlu dipertimbangkan aspek pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka dapat dikenakan tarif yang lebih besar dibandingkan dengan yang berpendapatan lebih rendah. Dalam kasus pelayanan MCK juga memiliki kriteria yang sama, dimana akan sulit dilakukan pengukuran besarnya manfaat yang diterima secara kuantitatif. Sehingga tarif pelayanan MCK lebih tepat dikenakan dalam rupiah per sekali pakai atau dalam rupiah per bulan per rumah tangga pemakai. 2) Tarif Berdasarkan Volume (Volumetrics Tarif) Dalam metode ini, alokasi biaya yang akan dibebankan sebagai tarif diperhitungkan secara proporsional berdasarkan kriteria fisik penggunaan jasa layanan, antara lain dalam volume. Dengan demikian tarif ditentukan berdasarkan volume pelayanan yang benar-benar digunakan secara individual atau rumah tangga. Tarif ini lebih sesuai digunakan untuk penetapan tarif pelayanan penyediaan air bersih, sehingga setiap sambungan rumah tangga harus dilengkapi dengan meter air.

3) Formula Perhitungan Tarif a. Tarif Pelayanan Air Bersih Secara umum Perhitungan Tarif/Harga Pokok Pelayanan air bersih dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Seluruh Biaya O dan P Dalam 1 Bulan (Rp) Tarif Air Bersih = -------------------------------------------------------------Jumlah Air Yang Terjual Dalam 1 Bulan (M3) Biaya O dan P yang diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai pada operasi dan pemeliharaan: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Biaya administrasi (ATK, foto copy, dsb) Biaya umum (misalnya konsumsi rapat, kontribusi ke pemerintah desa) Honor pengelola (bila disepakati warga) Biaya pengoperasian prasarana yang dikelola (misalnya BBM, listrik, dll) Biaya perawatan dan perbaikan ringan prasarana yang dikelola Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan) Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Dari formula tersebut akan dapat diperoleh tarif dasar dalam satuan Rp per M3. b. Tarif Pelayanan Persampahan Untuk mencapai pemulihan biaya pada tingkat operasi dan pemeliharaan, maka tarif pelayanan persampahan dapat ditetapkan dengan formula sebagai berikut: Seluruh Biaya O dan P Dalam 1 Bulan Tarif Persampahan = -------------------------------------------------Jumlah Pelanggan (Rumah Tangga) Biaya yang diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai pada operasi dan pemeliharaan: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Biaya administrasi (ATK, foto copy, dsb) Biaya umum (misalnya konsumsi rapat, kontribusi ke pemerintah desa) Honor pengelola (bila disepakati warga) Biaya pengoperasian prasarana yang dikelola (misalnya BBM, listrik, dll) Biaya perawatan dan perbaikan ringan prasarana yang dikelola Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan) Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Dari formula tersebut akan dapat diperoleh tarif dasar dalam saruan Rupiah Per Rumah Tangga Per Bulan.

a)

Tarif Pelayanan MCK Seluruh Biaya O dan P Dalam 1 Bulan Tarif Pelayanan MCK = ------------------------------------------------------Jumlah Rumah Tangga Yang Dilayani Biaya yang perlu diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai pada operasi dan pemeliharaan: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Biaya administrasi (ATK, foto copy, dsb) Biaya umum (misalnya konsumsi rapat, kontribusi ke pemerintah desa) Honor pengelola (bila disepakati warga) Biaya pengoperasian prasarana yang dikelola (misalnya BBM, listrik, dll) Biaya perawatan dan perbaikan ringan prasarana yang dikelola Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan) Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Dari formula tersebut akan dapat diperoleh tarif dasar dalam saruan Rupiah Per Rumah Tangga Per Bulan. b) Tarif Pungutan Jalan Ber-retribusi Sebenarnya komponen jalan bukanlah prasarana yang bersifat cost recovery, karena jalan merupakan prasarana publik yang siapa saja bisa menikmatinya. Akan tetapi dalam pembangunan jalan yang difasilitasi melalui REKOMPAK-JRF, ada yang pemanfaatannya melebihi dari kapasitas desain, yaitu dilewati truk-truk bermuatan tinggi (truk pasir), sehingga mengakibatkan kerusakan jalan menjadi lebih cepat dari yang semestinya. Dalam kasus ini pengguna jalan, khususnya truk-truk yang bermuatan tinggi wajib dikenakan iuran guna perawatan jalan, sehingga ada jaminan bahwa unur teknis pemanfaatan jalan dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan. Dalam menentukan tarif iuran/retribusi jalan ini dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Seluruh Biaya O dan P 1 Bulan Tarif Pungutan Jalan = --------------------------------------------------------------------Jml Truk Bermuatan Berat Yang Lewat Dalam 1 Bulan

Biaya O dan P yang perlu diperhitungkan: - Biaya honor pengelola (bila disepakati warga) - Biaya pemeliharaan (perawatan kerusakan) - Biaya perawatan rutin (upah pembersihan jalan, saluran disekitar jalan) - Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan) - Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Apabila tarif pelayanan dirancang untuk memulihkan biaya O dan P dan biaya pengembalian investasi, maka dari biaya-biaya tersebut ditambahkan beban biaya depresiasi (biaya penyusutan alat dan bangunan). Biaya depresiasi adalah alokasi sejumlah dana yang dicadangkan untuk penggantian prasarana yang dikelola pada saat umur ekonomisnya habis karena pengoperasian. Biaya depresiasi dapat dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu dengan cara membagi nilai perolehan asset (prasarana dan sarana) dengan perkiraan umur teknis. Apabila tarif pelayanan dirancang untuk menggalang dana yang akan digunakan untuk pengembangan pelayanan, maka beban biaya yang diperhitungkan selain biaya O dan P dan depresiasi, juga harus dialokasikan beban biaya cadangan pengembangan, yang besarnya dapat disepakati melalui rembug warga. Biasanya biaya cadangan pengembangan ditentukan sebesar persentase tertentu dari keuntungan. 8) Mekanisme Penetapan Tarif Penetapan tarif dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut: a. Tim pengelola yang telah dibentuk menyusun draft penetapan tarif yang dihitung berdasarkan perkiraan biaya yang akan dibebankan, yaitu biaya operasi dan pemeliharaan, biaya penggantian investasi (depresiasi/ penyusutan) dan lain-lain. Tim pengelola yang diprakarsai ketua tim mengumpulkan semua anggota tim pengelola dan semua warga pemanfaat. Lalu dijelaskan perlunya pembiayaan untuk operasi dan pemeliharaan prasarana yang dikelola, dijelaskan untung ruginya bila dikelola dengan biaya yang memadai dan bila dikelola dengan biaya yang tidak memadai. Anggota pemanfaat/warga pemanfaat diminta pendapatnya dan masukannya terkait dengan perhitungan perkitraan biaya (dan perkiraan penggunaan air oleh pemanfat dalam satu bulan, untuk komponen air bersih) yang telah disusun oleh pengurus. Kemudian semua peserta yang hadir diajak menghitung bersama besaran tarif berdasarkan rumusan yang digunakan dan diminta kesepakatannya. Kesepakatan penetuan tarif ini harus dituangkan dalam berita acara.

b. c.

d.

e.

Mekanisme penetapan tarif secara lebih jelas dapat dilihat dalam Tata Cara Penetapan Tarif Retribusi pada Lampiran 1. 9) Struktur Tarif Progresif Penerapan struktur tarif yang bersifat progresif bertujuan untuk menghindari terjadinya pengoperasian sumber daya yang berlebihan. Dengan menerapkan struktur tarif progresif maka konsumen cenderung akan mempertimbangkan penggunaan sumber daya yang berlebihan, karena konsumen akan berfikir apabila tidak mengendalikan pemakaian sumber daya berarti akan membayar pada tingkat tarif yang lebih tinggi.

Penerapan struktur tarif progresif cocok diterapkan untuk komponen pelayanan prasarana yang tarifnya ditetapkan dalam rupiah per volume yang dikonsumsi, misalnya komponen air bersih. Dengan tarif progresif akan diperoleh keuntungan sebagai berikut: a. b. Akan menjadi alat kendali bagi konsumen agar tidak terjadi pengoperasian sumberdaya yang berlebihan. Akan terjadi pemupukan keuntungan pengelola, karena akan diperoleh penerimaan tarif yang melebihi kebutuhan biaya pengelolaan terutama berasal dari konsumen yang mengkonsumsi melebihi batas jumlah tertentu. Akan terwujud prinsip keadilan, dimana yang banyak menggunakan pelayanan akan membayar dalam tarif yang lebih tinggi dan sebaliknya yang sedikit menggunakan jasa pelayanan akan membayar dalam tarif yang lebih rendah. Contoh Struktur Tarif Progresif untuk Air Bersih:
No Pemakaian Air Per Bulan (M3) 0 10 11 20 21 30 30 40 41 ke atas Satuan Besarnya Tarif A 1,5 A 2A 2,5 A 3A

c.

1 2 3 4 5

Rp./M3 Rp./M3 Rp./M3 Rp./M3 Rp./M3

10) Peninjauan Tarif Secara Berkala Minimal setiap 2 (dua) tahun sekali perlu dilakukan peninjauan kembali tingkat tarif yang berlaku, yaitu bertujuan untuk mengakomodir adanya kenaikan biayabiaya pengelolaan sebagai akibat dari adanya kenaikan inflasi. Peninjauan kembali terhadap tarif ini harus dilakukan melalui rembug warga (anggota penerima manfaat) dengan mekanisme yang sama seperti ketika penentuan tarif awal, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menghitung kembali kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan sesuai dengan harga-harga yang paling terakhir, termasuk penyesuaian upah (gaji) pengelola maupun tenaga kerja lainnya. b. Untuk komponen air bersih, perlu pemutahiran volume air terjual rata-rata bulanan berdasarkan data realisasi beberapa bulan sebelumnya. c. Untuk komponen persampahan dan MCK, perlu pemutakhiran jumlah pelanggan sesuai dengan data terakhir. d. Menghitung tarif dasar berdasarkan data pengeluaran (biaya) yang up to date, dan menyusun struktur tarif sesuai dengan yang ditetapkan bersama dalam rembug warga. e. Menetapkan pemberlakuan tarif.

B. Perhitungan Anggaran Pendapatan


Berdasarkan tarif yang disepakati serta kemungkinan-kemungkinan adanya sumber pendapatan yang lain, maka tim pengelola bersama dengan warga pemanfaat menyusun rencana anggaran pendapatan, baik pendapatan usaha maupun di luar usaha. Untuk mempermudah dalam menyusun rencana anggaran pendapatan, apabila beberapa prasarana cost recovery dikelola oleh satu lembaga pengelola, maka perlu dikelompokkan ke dalam beberapa sumber pendapatan sebagai berikut: (1) Pendapatan Usaha a. Pendapatan Pelayanan Air Bersih: - Pendapatan Penjualan Air - Pendapatan dari biaya penyambungan baru Pendapatan Pelayanan Persampahan Pendapatan Pelayanan MCK

b. c.

(2) Pendapatan diluar usaha a. b. c. Pendapatan bunga Pendapatan hasil penjualan asset Pendapatan lain-lain yang sah

Untuk menjamin transparansi dalam mengelola pendapatan, maka: a. b. c. Penerimaan pendapatan tersebut harus dicatat dan dibukukan secara tertib sesuai dengan tanggal terjadinya transaksi. Setiap transaksi harus dibuat bukti penerimaan. Setiap akhir bulan harus direkap dan dilaporkan kepada anggota penerima manfaat, baik itu melalui media papan informasi maupun melalui forum pertemuan anggota penerima manfaat.

C. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya


Dalam menyusun rencana anggaran biaya perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: (1) Dana yang berhasil dihimpun melalui pungutan tarif pelayanan, maka harus digunakan sesuai dengan tujuan pengenaan tarif, yaitu : - Prioritas pertama adalah untuk membiayai operasi dan pemeliharaan prasarana yang mendatangkan pendapatan (cost recovery), - Prioritas kedua adalah untuk membiayai penggantian investasi, - Prioritas ketiga adalah untuk membiayai investasi pengembangan (bila diperlukan) atau untuk membiayai kebutuhan operasi dan pemeliharaan komponen lain yang menjadi tanggung jawab masyarakat setempat, misalnya pemeliharaan jalan dan jembatan, saluran drainase dan lain-lain. (2) Setiap pengeluaran yang dilakukan oleh pengelola harus dicatat dan dibukukan pada saat terjadinya transaksi. (3) Untuk memudahkan dalam mengendalikan biaya, maka dalam pencatatan pengeluaran secara sederhana perlu dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:

a.

Biaya operasi dan pemeliharaan, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban organisasi pengelola dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi. Biaya operasi dan pemeliharaan ini dikelompokkan menjadi : 1. Biaya administrasi dan umum 2. Biaya gaji pegawai dan upah tenaga kerja 3. Biaya bahan (misal: bahan kimia untuk pengolahan air) 4. Biaya listrik (diesel) 5. Biaya pemeliharaan 6. Dan lain-lain Biaya non operasional dan pemeliharaan, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban organisasi pengelola dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi, misal: biaya asuransi.

b.

D. Pencatatan Transaksi dan Pertanggungjawaban Keuangan


(1) Prinsip Pencatatan/Pembukuan Secara sederhana pembukuan dapat diartikan sebagai pencatatan transaksi keuangan secara kronologis dan sistematis. Tujuan pencatatan adalah agar tersedia informasi pemasukan dan pengeluaran dana oleh pengelola yang transparan dan akuntabel (dapat dipertanggung-jawabkan). Pencatatan dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip sebagai berikut: a. b. c. d. Kronologis (menurut urutan waktu) Sistematis (menurut cara-cara tertentu) Informatif (dapat dimengerti / difahami/logis) Auditable (dapat diperiksa atau di audit)

(2) Pelaporan Beberapa laporan terkait dengan pengelolaan keuangan yang harus disediakan oleh tim pengelola adalah sebagai berikut: a. Laporan Pendapatan, merupakan buku bantu yang digunakan untuk mencatat pemasukan dana dari pelanggan (penerima manfaat) sebagai penerimaan atas tarif yang dikenakan bagi pengguna jasa pelayanan. Apabila pengelola sekaligus menangani beberapa sumber pendapatan (prasarana cost recovery), maka perlu dipisah-pisahkan antara pendapatan dari pelayanan prasarana yang satu dengan yang lainnya. Hal ini akan membantu dalam melakukan kontrol/pengendalian dan menyusun rekapitulasi bulanan, yang pada gilirannya akan dimasukkan dalam laporan keuangan bulanan. b. Buku Bank, Apabila pengelolaan prasarana telah berkembang, maka diwajibkan membuka rekening bank, terkait dengan penyimpanan dana yang lebih aman dibanding dengan penyimpanan secara tunai dalam jumlah yang besar. Dengan demikian diperlukan buku bank yang digunakan untuk mencatat transaksi penyetoran dana ke rekening bank, penarikan dana tunai dari rekening bank dan saldo di bank.

c. Buku Kas, Digunakan untuk mencatat penerimaan uang di Kas (dapat berasal dari penarikan uang tunai dari bank atau sumbangan tunai lain) serta pengeluaran untuk biaya operasional, belanja material dan upah tenaga kerja dan saldo kas. Setiap pemasukan dan pengeluaran uang kas harus ada bukti penerimaan atau pengeluaran kas dan diberi penomoran. Pelaporan dalam kelompok ini secara bulanan. d. Buku Biaya Administrasi dan Umum, merupakan buku bantu untuk mencatat segala transaksi yang terkait dengan pengeluaran dana untuk keperluan administrasi dan umum, diantaranya pengeluaran biaya pegawai (gaji pengelola), biaya kantor (ATK), biaya hubungan pelanggan, biaya penelitian dan pengembangan, biaya keuangan (bunga), biaya pemeliharaan prasarana kantor, biaya penyusutan prasarana kantor dan rupa-rupa biaya umum lainnya. Dalam pencatatan belanja ini setiap akhir bulan harus dilakukan penutupan buku, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengeluaran untuk kelompok ini secara bulanan. e. Buku Biaya Operasi dan Pemeliharaan Prasarana, merupakan buku bantu yang digunakan untuk mencatat segala transaksi yang terkait degan pengeluaran biaya operasi dan pemeliharaan prasarana utama yang dikelola (air bersih, persampahan, MCK, dll). Dalam pencatatan belanja ini setiap akhir bulan harus dilakukan penutupan buku, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengeluaran untuk kelompok ini secara bulanan. f. Laporan Keuangan, merupakan laporan rekapitulasi kegiatan keuangan bulanan, yang mencatat saldo awal kas dan di bank, mencatat pemasukan dana, pengeluaranpengeluaran dana dan mencatat saldo akhir kas dan di bank. Laporan keuangan ini harus dibuat setiap akhir bulan dan diumumkan kepada penerima manfaat, baik itu melalui media papan informasi maupun melalui forum-forum pertemuan warga. 1) Laporan Neraca, merupakan laporan yang menggambarkan posisi asset yang dikelola, baik itu yang berupa aktiva lancar, aktiva tetap, hutang dan modal. Laporan neraca dibuat secara periodik bulanan dan disampaikan kepada para pemanfaat (pelanggan pengguna pelayanan) baik melalui media papan informasi maupun melalui forum-forum pertemuan warga, sehingga tetap terjadi transparansi dalam pengelolaan asset. 2) Laporan penunjang lainnya yang diperlukan, misalnya laporan rencana dan realisasi pendapatan, laporan rencana dan realisasi pengeluaran.

(3) Pertanggungjawaban Untuk menjamin transparansi atas pengelolaan dana (penerimaan dan pengeluaran), maka setiap bulan harus dilaporkan kepada para pemanfaat (konsumen) dan masyarakat sekitar melalui media papan informasi maupun forum-forum pertemuan warga, sebagai bentuk pertanggungjawaban.

4.3. Ukuran Keberhasilan Pengelolaan O dan P


Prestasi kegiatan operasi dan pemeliharaan dari aspek keuangan dapat dilihat dari: (1) Jumlah pendapatan yang dihasilkan (retribusi atau sumbangan/iuran), dibandingkan total jumlah pengeluaran untuk operasi dan pemeliharaan, (2) Jumlah pendapatan yang dihasilkan, dibandingkan total jumlah pengeluaran untuk operasi dan pemeliharaan ditambah dana cadangan untuk penyusutan prasarana dan sarana, (3) Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut dibandingkan total jumlah pendapatan yang dihasilkan.

LAMPIRAN

LAMPIRAN - 1

Tata Cara Penetapan Tarif Retribusi/Iuran


Tarif retribusi/iuran pelayanan dikenakan bagi pengguna prasarana-sarana desa. Penerimaan dari tarif/iuran ini akan dijadikan sebagai sumber utama dalam membiayai pengelolaan O dan P yang bersangkutan termasuk sebagai pengumpulan dana penggantian investasi (penyusutan/depresiasi). Adapun mekanisme penetapan tarif/iuran pelayanan prasarana adalah sebagai berikut:

1. Persiapan
Dengan difasilitasi oleh fasilitator pendamping, lembaga pengelola O dan P yang telah dibentuk menyelenggarakan proses penentuan tarif retribusi dengan terlebih dahulu menyusun rancangan perhitungan tarif prasarana yang akan dikenakan tarif retribusi/iuran sebagai bahan dalam melaksanakan rembug warga, yang antara lain mencakup : a. b. c. d. Prasarana/pelayanan yang akan dikenakan tarif retribusi/iuran Tujuan pengenaan tarif retribusi/iuran Perhitungan kebutuhan biaya yang akan dibebankan dalam perhitungan tarif. Jumlah penerima manfaat dan (untuk air bersih perhitungan perkiraan jumlah air terjual). e. Besarnya tarif dasar f. Rencana penerapan tarif progresif (bila diperlukan) g. Rencana peninjauan kembali

2. Pelaksanaan Rembug Warga


Lembaga pengelola O dan P mengundang seluruh warga masyarakat pemanfaat prasarana dan sarana terkait untuk mengadakan rembug warga dalam rangka penetapan tarif, dimana dalam rembug tersebut perlu diundang pula unsur LKM/BKM, PP, aparat pemerintah desa dan perwakilan pengguna prasarana atau tokoh masyarakat. Beberapa hal yang disampaikan dalam rembug warga: a. Penjelasan umum oleh ketua lembaga pengelola O dan P kepada masyarakat pengguna prasarana dan sarana perihal pentingnya penetapan tarif terhadap penggunaan prasarana dan sarana yang akan dikelola. b. Setelah penjelasan umum, maka dilanjutkan dengan penjelasan terkait dengan rancangan penetapan tarif yang telah dibuat, antara lain mencakup : 1) Perhitungan kebutuhan biaya yang akan dibebankan dalam perhitungan tarif. 2) Jumlah penerima manfaat dan (untuk air bersih perhitungan perkiraan jumlah air terjual). 3) Besarnya tarif dasar

4) Rencana penerapan tarif progresif (bila diperlukan) 5) Rencana peninjauan kembali c. Tahapan selanjutnya adalah mengajak seluruh anggota pemanfaat yang hadir dalam pertemuan tersebut untuk menghitung bersama besaran tarif berdasarkan rumusan yang digunakan dan diminta kesepakatannya. Kesepakatan tarif dapat diambil dengan cara musyawarah, dan apabila secara musyawarah tidak dapat diambil mufakat maka pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cara pengambilan suara terbanyak (aklamasi) melalui voting, dimana setiap anggota masyarakat pemanfaat berhak memberikan satu suara dalam setiap keputusan yang diambil. Dalam rembug warga ini diharapkan dapat disepakati tentang: 1) Besarnya tarif dasar yang akan diberlakukan 2) Penerapan tarif progresif (bila diperlukan) 3) Periode waktu peninjauan kembali tarif yang ditetapkan. d. Setelah ada kesepakatan terkait dengan hal-hal tersebut, maka tahap berikutnya adalah penyusunan Berita Acara Penetapan Tarif Retribusi/Iuran Pelayanan yang ditandatangani oleh Ketua Pengelola O dan P, BKM/TPK, wakil dari masyarakat pengguna dan disaksikan oleh aparat pemerintah desa dan fasilitator pendamping. Sebagai bentuk dukungan dari seluruh peserta rembug warga dalam keputusan tersebut, daftar hadir dilampirkan dalam berita acara.

3. Pengesahan
Untuk memperkuat penerapannya, tarif retribusi/iuran yang telah disepakati tersebut perlu ditetapkan dalam sebuah Keputusan Ketua Pengelola O dan P Prasarana dan disetujui oleh BKM/TPK serta Kepala Desa/Lurah. Catatan: Dalam kasus dimana lembaga Pengelola O dan P berada dibawah Pemerintah Desa atau prasarana merupakan asset Pemerintah Desa, maka tarif retribusi ditetapkan melalui Peraturan Desa (Perdes)

LAMPIRAN - 2

PENERIMAAN TARIF KOMPONEN PELAYANAN : AIR BERSIH BULAN : ___________________________________ Volume Pemakaian Air (M3) Jumlah Uang Yang Dibayar (Rupiah)

No

Nama Pelanggan

Keterangan

TOTAL

(.1..)

LAMPIRAN - 3

PENERIMAAN PENYAMBUNGAN BARU KOMPONEN PELAYANAN : AIR BERSIH BULAN : ___________________________________ No Nama Pelanggan Jumlah Uang Dibayar (Rupiah) Keterangan

TOTAL

(.2.)

LAMPIRAN - 4

PENERIMAAN TARIF KOMPONEN PELAYANAN : PERSAMPAHAN BULAN : ___________________________________ No Nama Pelanggan Jumlah Uang Dibayar (Rupiah) Keterangan

TOTAL

(.3.)

LAMPIRAN - 5

PENERIMAAN TARIF KOMPONEN PELAYANAN : MCK BULAN : ___________________________________ No Nama Pelanggan Jumlah Uang Dibayar (Rupiah) Keterangan

TOTAL

(.4.)

LAMPIRAN - 6

Buku Bank

Nama Lembaga Pengelola Alamat Jenis Kegiatan

: _____________________ : _____________________ : _____________________

Tanggal 1

Uraian 2 Saldo Awal

No.Bukti 3

Masuk (Rp) 4

Keluar (Rp. 5

Saldo (Rp) 6 (5a)

(5b)

LAMPIRAN - 7

Buku Kas

Nama Lembaga Pengelola Alamat Status / Bulan Laporan

: _____________________ : _____________________ : _____________________

Tangga l 1

Uraian 2 Saldo Awal

No.Bukti 3

Masuk (Rp) 4

Keluar (Rp) 5

Saldo 6 (...6a...)

Saldo Akhir Bulan

(...6b...)

LAMPIRAN - 8

Buku Administrasi dan Umum

Nama Lembaga Pengelola Alamat Status / Bulan Laporan

: _____________________ : _____________________ : _____________________

Tanggal 1

Nama Toko/ Penerima Dana 2

No Bukti 3

Uraian transaksi, Jumlah Unit dan Harga 4

Total Pembayaran 5

Total Akhir Bulan

(7)

LAMPIRAN - 9

Buku BOP AIR BERSIH

Nama Lembaga Pengelola Alamat Status / Bulan Laporan

: _____________________ : _____________________ : _____________________

Tanggal 1

Nama Toko/ Penerima Dana 2

No Bukti 3

Uraian transaksi, Jumlah Unit dan Harga 4

Total Pembayaran 5

Total Akhir Bulan

(8)

LAMPIRAN - 10

Buku BOP PERSAMPAHAN


Nama Lembaga Pengelola Alamat Status/Bulan Laporan : _____________________ : _____________________ : _____________________

Tanggal 1

Nama Toko/ Penerima Dana 2

No Bukti 3

Uraian transaksi, Jumlah Unit dan Harga 4

Total Pembayaran 5

Total Akhir Bulan

(9)

LAMPIRAN 11

Buku BOP SANITASI / MCK

Nama Lembaga Pengelola Alamat Status/Bulan Laporan

: _____________________ : _____________________ : _____________________

Tanggal

Nama Toko/ Penerima Dana 2

No Bukti

Uraian transaksi, Jumlah Unit dan Harga 4

Total Pembayaran 5

Total Akhir Bulan

(10)

LAMPIRAN - 12

LAPORAN LABA (RUGI) Nama Lembaga Pengelola : _____________________ Alamat : _____________________ Status/Bulan Laporan : _____________________ ========================================================================== 1. PENDAPATAN: 1.1 Pendapatan Operasional a. Pendapatan Air Bersih : - Pendapatan Penjualan Air - Pendapatan Penyambungan Baru b. Pendapatan Persampahan c. Pendapatan Sanitasi/MCK Jumlah Pendapatan Operasional

: Rp.___(...1...)___________ : Rp. __ (...2...)__________ : Rp.___(...3...)___________ : Rp.___(...4..)___________ : Rp. ..............(A).......................

1.2. Pendapatan Non Operasional a. Pendapatn Bunga b. Pendapatan lain-lain Jumlah Pendapatan Non Operasional TOTAL PENDAPATAN

: Rp. ................................... : Rp. .................................. : Rp. .............(B)........................

:Rp.______________________ 2. PENGELUARAN : 2.1. Biaya Operasional a. Administrasi dan Umum b. BOP Prasarana Air Bersih c. BOP Prasarana Persampahan d. BOP Prasarana Sanitasi/MCK Jumlah Biaya Operasional 23.2. Biaya Non Operasional a. Biaya depresiasi b. Biaya lain-lain Jumlah Biaya Non Operasional TOTAL PENGELUARAN 3. LABA (RUGI)

: Rp_____(...7..)__________ : Rp_____(...8..)__________ : Rp_____(...9..)__________ : Rp_____(...10..)__________ : Rp. ____(C)______________

: Rp. .. : Rp. .. : Rp. ____(D)_____________ :Rp.____________________ : Rp. __________________

LAMPIRAN - 13

LAPORAN KEUANGAN ALIRAN KAS (CASH FLOW) Nama Lembaga Pengelola : _____________________ Alamat : _____________________ Status/Bulan Laporan : _____________________ =================================================================== 1. SALDO AWAL a. Bank b. Kas c. Jumlah Saldo Awal

:Rp._____(5a)____________ :Rp. _____(6a)____________ :Rp. ____________________

2. PENERIMAAN: 2.1 Penerimaan Operasional 2.2. Penerimaan Non Operasional TOTAL PENERIMAAN :Rp.______________________ 3. PENGELUARAN : 3.1. Pengeluaran Operasional 3.2. Pengeluaran Non Operasional TOTAL PENNGELUARAN :Rp.____________________ 4. SALDO AKHIR a. Bank b. Kas c. Jumlah Saldo Akhir :Rp.______(C)___________ :Rp.______(D)___________ :Rp._____(A)____________ :Rp._____(B)____________

:Rp._____(5b)____________ :Rp. _____(6b)____________ :Rp. ____________________

==================================================================== Catatan : Jumlah Saldo Awal + Jumlah Penerimaan Harus Sama Dengan Jumlah Pengeluaran + Jumlah Saldo AKhir

LAMPIRAN 14

FORMULIR SURVEI KONDISI JALAN - PERKERASAN


Kab : Kec : DESA : Tgl. Survei : Dusun/Dukuh/RW : Surveyor :

NO

NAMA JALAN (atau Ruas Jalan) 2

TI PE PERKERASAN 3

KEKASARAN 4

LUBANG JUMLAH LUAS 5

KONDI SI PERKERASAN JALAN TAMBALAN JUMLAH LUAS TI PE 6

RETAK PANJANG 7

LEBAR

ALUR PANJANG DALAM 8

AMBLAS JUMLAH DALAM 9

Keterangan: TIPE PERKERASAN: A= Aspal M= Makadam B= Beton P= Paving T= Telasah S= Sirtu TN = Tanah LUBANG : Jumlah buah dan Luas m2 TAMBALAN : Jumlah buah dan Luas m2

KEKASARAN: G = Kegemukan (fatty) - permukaan perkerasan baik/licin R = Pelepasan Butir (ravelling) - banyak batu/paving lepas bahan pengikat aspal/semen/beton tidak mengikat batu/kerikil/paving K = Kekurusan (hungry) -permukaan jalan hancur, hampir sebagian besar bahan pengikat aspal/semen/beton hilang. P = Pengelupasan (disintegration) - pelepasan permukaan jalan secara lempengan/bongkah

RETAK : P = Memanjang L = Melintang A = Acak B = Buaya Panjang . m ; dan Lebar ..m

ALUR : Panjang ..m , dan Dalam . M

AMBLAS: Jumlah ..m , dan Dalam . M

LAMPIRAN - 15

FORMULIR SURVEI KONDISI JALAN - DRAINASE DAN BAHU JALAN


Kab : Kec : DESA : Tgl. Survei : Dusun/Dukuh/RW : Surveyor :

SEBELAH KI RI No NAMA JALAN (atau Ruas Jalan) 1 2 DRAI NASE SELOKAN SAMPI NG 3 BAK KONTROL 4 TROTOAR (PJLN KAKI ) 5 BAHU 6 KEREB 7 DRAI NASE SELOKAN SAMPI NG 8 BAK

SEBELAH KI RI TROTOAR (PJLN KAKI ) 10 BAHU 11 KEREB 12

KONTROL 9

Keterangan: SALURAN DRAINASE: - Ada (A) / Tidak Ada (TA) - Tersumbat (T) / Tidak Tersumbat (TS) - Teratur (TR) / Tidak Teratur (TTR) - Mamadai (M) / Tidak Memadai (TM) BAK KONTROL : - Ada (A) / Tidak Ada (TA) - Tersumbat (T) / Tidak Tersumbat (TS)

TROTOAR/ PEJALAN KAKI: - Ada (A) / Tidak Ada (TA) - Rata (RT) / Tidak Rata (TRT) BAHU : - Terlalu Tinggi (TT) / Terlalau Rendah (TR) - Miring (M) / Tidak Rata (TRT) - Diperkeras (D) / Tidak Diperkeras (TD)

KEREB : - Ada (A) / Tidak Ada (TA) - Rusak (R) / Baik (B)

LAMPIRAN - 16

FORMULIR SURVEI KONDISI - JEMBATAN


Kab : Kec : DESA : Lokasi/Dusun/Dukuh/RW : Nama Jalan : Nama Jembatan : Tgl. Survei : Surveyor :

DATA UMUM : Bentang (m) : Kelas Pembebanan : Kelas Jalan : Tahun Pembuatan : LHR / Lalu Lintas Harian Rata2 : BANGUNAN ATAS : Tipe Bangunan Atas : Jenis Lantai : Jenis Kerusakan 1 Struktur Bangunan Atas : Lebar :

2 Lantai :

3 Kondisi :

( ....) Rusak ringan

( ....) Rusak

( ....) Rusak berat

( ....) Hancur/Putus

Sketsa :

Kab : Kec : DESA :

Lokasi/Dusun/Dukuh/RW : Nama Jalan : Nama Jembatan :

Tgl. Survei : Surveyor :

DATA BANGUNAN BAWAH DAN BANGUNAN PENGAMAN ABUTMEN Bahan : Panjang/ Tinggi : Kondisi : PONDASI Jenis : Bahan : Dimensi : Kondisi: Kerusakan : PONDASI PILAR Bahan : Panjang/ Tinggi : Kondisi : Jenis : Bahan : Dimensi : Kondisi: Kerusakan :

Bangunan Pengaman :

Skesa :

Kab : Kec : DESA :

Lokasi/Dusun/Dukuh/RW : Nama Jalan : Nama Jembatan :

Tgl. Survei : Surveyor :

DATA - SUNGAI Lebar Sungai : Arah sungai :

Muka air rendah terhadap muka jbt.lama : Muka air normal terhadap muka jbt.lama : Muka air banjir terhadap muka jbt.lama : Sudut antara arah aliran & jembatan : Bangunan Pengendali Sungai: Sketsa denah sungai dgn dilengkapi data-data pada jembatan lama:

Sifat tebing sungai :

Sifat aliran sungai :

Sedimentasi material :

Benda hanyutan :

LAMPIRAN - 17

FORMULIR SURVEI KONDISI - PRASARANA


Kab : Kec : DESA : Lokasi/Dusun/Dukuh/RW : Nama Jalan : Nama Prasarana/Bangunan : Tgl. Survei : Surveyor :

DATA UMUM : a. b. c. d.

BANGUNAN ATAS : Tipe Bangunan :

Jenis Kerusakan 1.

2.

3.

Kondisi :

( ....) Rusak ringan

( ....) Rusak

( ....) Rusak berat

( ....) Hancur/Putus

Sketsa :

Kab : Kec : DESA :

Lokasi/Dusun/Dukuh/RW : Nama Jalan : Nama Prasarana/Bangunan :

Tgl. Survei : Surveyor :

DATA BANGUNAN BAWAH DAN BANGUNAN PENGAMAN Bahan : Panjang/ Tinggi : Kondisi : Jenis : Bahan : Dimensi : Kondisi: Kerusakan : Bahan : Panjang/ Tinggi : Kondisi : Jenis : Bahan : Dimensi : Kondisi: Kerusakan :

Bangunan Pengaman :

Skesa :

Kab : Kec : DESA :

Lokasi/Dusun/Dukuh/RW : Nama Jalan : Nama Prasarana/Bangunan :

Tgl. Survei : Surveyor :

DATA LOKASI ( KONDISI, TOPOGRAFI, GEOLOGI - LOKASI) 1 6

10

Sketsa denah lokasi prasarana/bangunan :

You might also like