You are on page 1of 4

LO-2

QORI FADILLAH & RABEL RELIANTA ZAGOTO

1. TETANUS
1.1 DEFINISI
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran yang disebabkan oleh kuman Clostridium tetani. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung, tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuromuskular (neuromuscular junction) dan saraf otonom.

1.2 ETIOLOGI
Etiologi Kuman yang menghasilkan toksin adalah Clostridium tetani, kuman berbentuk batang dengan sifat : 1. Basil Gram-positif dengan spora pada ujungnya sehingga berbentuk seperti pemukul genderang 2. Obligat anaerob (berbentuk vegetatif apabila berada dalam lingkungan anaerob) dan dapat bergerak dengan menggunakan flagela 3. Menghasilkan eksotoksin yang kuat 4. Mampu membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan dalam suhu tinggi, kekeringan dan desinfektan. Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan peliharaan serta di daerah pertanian. Bakteri ini peka terhadap panas dan tidak dapat bertahan dalam lingkungan yang terdapat oksigen. Sebaliknya, dalam bentuk spora sangat resisten terhadap panas dan antiseptik. Spora mampu bertahan dalam keadaan yang tidak menguntungkan selama bertahun-tahun dalam lingkungan yang anaerob yang dapat berubah menjadi bentuk vegetative yang akan menghasilkan eksotoksin. Spora dapat bertahan dalam autoklaf pada suhu 249,8 F (121C) selama 10-15 menit. Spora juga relatif resisten terhadap fenol dan agen kimia lainnya. Spora dapat menyebar kemana-mana, mencemari lingkungan secara fisik dan biologik. Clostridium tetani biasanya masuk ke dalam tubuh melalui luka. Adanya luka mungkin dapat tidak disadari, dan seringkali tidak dilakukan pengobatan. Tetanus juga dapat terjadi akibat beberapa komplikasi kronik seperti ulkus dekubitus, abses dan gangren. Dapat juga terjadi akibat frost bite, infeksi telinga tengah,

LO-2

QORI FADILLAH & RABEL RELIANTA ZAGOTO Pembedahan, persalinan, dan pemakaian obat-obatan intravena atau subkutan. Tempat

masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan.

1.3 EPIDEMIOLOGI
Tetanus tersebar di seluruh dunia dengan angka kejadian tergantung pada jumlah populasi masyarakat yang tidak kebal, tingkat pencemaran biologik lingkungan peternakan/pertanian, dan adanya luka pada kulit atau mukosa. Tetanus pada anak tersebar diseluruh dunia, terutama pada daerah risiko tinggi dengan cakupan imunisasi DPT yang rendah. Angka kejadian pada anak laki-laki lebih tinggi, akibat perbedaan aktivitas fisiknya. Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran ternak, kuda dan sebagainya, sehingga risiko penyakit ini didaerah pertenakan sangat besar. Spora kuman C.tetani yang tahan terhadap kekeringan dapat bertebaran dimana-mana, misalnya dalam debu jalanan, lampu operasi, bubuk antiseptic (dermatol), ataupun dalam alat suntik dan operasi. Tetanus tidak menular dari manusia ke manusia Tabel 1. Data insidens tetanus menurut WHO

LO-2

QORI FADILLAH & RABEL RELIANTA ZAGOTO

Tabel 2. Jumlah Kasus Tetanus dan Kematian di Beberapa Rumah Sakit Provinsi di Indonesia (asupan finalisasi: insidens tetanus 5 tahun terakhir 2003-2007 di RSCM, RSAB Har-Kit, RS Fatmawati, RSHS) RSCM Tahun kasus RSAB *m (%) kasus RSF *m (%) kasus *m (%) 2003 2004 2005 2006 2007 10 12 11 8 18 20 8,3 27,3 0 0 3 1 1 1 5 0 0 0 100 0 6 2 11 4 9 0 0 0 0 0 7 4 1 6 8 14,3 25,0 0 16,7 25,0 RSHS kasus *m (%)

Keterangan : RSCM = Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo, Jakarta; RSAB = Rumah Sakit Harapan Kita; RSF = Rumah Sakit Fatmawati; RSHS = Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung; (*m = meninggal)

Pada dasarnya tetanus adalah penyakit yang terjadi akibat pencemaran lingkungan oleh bahan biologis (spora) sehingga upaya kausal menurunkan attack rate adalah dengan cara mengubah lingkungan fisik atau biologik. Port dentree tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun diduga melalui : 1. Luka tusuk, patah tulang, komplikasi kecelakaan, gigitan binatang, luka bakar yang luas. 2. Luka operasi, luka yang tidak dibersihkan (debridement) dengan baik. 3. Otitis media, karies gigi, luka kronik. 4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan puntung tali pusat dengan kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan, dan daun-daunan merupakan penyebab utama masuknya spora pada puntung tali pusat yang menyebabkan terjadinya kasus tetanus neonatorum.

LO-2

QORI FADILLAH & RABEL RELIANTA ZAGOTO

Tabel 3. Distribusi Kelompok Umur Kasus Tetanus Tahun 2003-2007 Kelompok RSCM Umur (Tahun) kasus <1 1-4 5-9 >10 Jumlah kasus 2 26 31 0 59 *m (%) 0 15,4 6,5 0 21,9 kasus 3 4 4 11 *m (%) 33,3 0 0 0 9,1 kasus 10 13 12 2 37 *m (%) 0 0 0 0 0 kasus 9 7 8 2 26 *m(%) 22,2 14,3 12,5 0 15,4 RSAB RSF RSHS

Keterangan : RSCM = Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo, Jakarta; RSAB = Rumah Sakit Harapan Kita; RSF = Rumah Sakit Fatmawati; RSHS = Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung; (*m = meninggal) Tabel 4. Insidensi Tetanus Neonatorum Menurut WHO

Refrensi : Penatalaksanaan Tetanus pada Anak, departement kesehatan Republik Indonesia,2008 Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk, 2012, Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis (Edisi Ketiga), Jakarta ; Badan Penerbit IDAI.

You might also like