You are on page 1of 58

PENGESAHAN LAPORAN FIELD LAB

Pengamatan Pelaksanaan Program Imunisasi di Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo


Oleh:

Kelompok 19
Telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi persyaratan pengumpulan Laporan Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012 Hari Bertempat di : Selasa : 1 Mei 2012 : Puskesmas Polokarto, Sukoharjo Polokarto, 17 April 2012 Mengetahui, Instruktur Lapangan Polokarto Kepala Puskesmas

Tanggal/Bulan/Tahun

Sri Hastuti

dr. Sugeng Purnomo


1

NIP. 1001

NIP. 19671122 200112

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat kepada kita sehingga kita bisa melaksanakan Field Lab ini dengan sehat, selamat dan lancar. Field Lab untuk penunjang kuliah blok Immunologi ini kami laksanakan di Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Laporan ini adalah salah satu bukti bahwa kami telah selesai melaksanakan tugas yang diberikan oleh pihak Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Terima kasih kami ucapkan kepada : 1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendukung, mendoakan kami.
2. Kepala Puskesmas Polokarto Bapak dr. Sugeng Purnomo yang

telah memberikan izin kepada kami untuk melaksanakan tugas di Puskesmas Polokarto.
3. Ibu Sri Hastuti selaku instruktur kelompok kami, yang telah

membimbing kami selama pelaksanaan Field Lab.


4. Seluruh jajaran karyawan Puskesmas Polokarto.

5. Asisten asisten Field lab Universitas Sebelas Maret. 6. Serta pihak pihak yang membantu kelancaran dalam pelaksanaan tugas ini. Masih banyak kekurangan pada laporan ini sehingga kami sangat menghargai semua saran dan kritik mengenai laporan ini. Mohon maaf apabila ada hal hal yang tidak berkenan. Sekian prakarta dari kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Surakarta, 17 April 2012
2

Penulis,

Mahasiswa PD Kelompok 19 2011/2012

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... 1 HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... 2 KATA PENGANTAR.................................................................................. 3 DAFTAR ISI................................................................................................. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang......................................................................... 5
B. Tujuan

Pembelajaran............................................................... 6 BAB II DASAR TEORI.............................................................................. BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN A. Identifikasi Lokasi...................................................................15 B. Sasaran.............................................................................. ....... 15 8

C. Pelaksanaan Kegiatan.............................................................. 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pelaksanaan

Imunisasi................................................... ....... BAB V PENUTUP

25 28

B. Pembahasan.......................................................................

A. Kesimpulan......................................................................... .... ...... DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 33 LAMPIRAN........................................................................................... ...... 34 32 32 B. Saran..................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
4

Konsil Kedokteran Indonesia dalam buku Standar Kompetensi Dokter Indonesia (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) menjelaskan bahwa salah satu area kompetensi seorang dokter adalah ;Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau kegiatan strategi pencegahan primer yang tepat berkaitan dengan pasien, anggota salah keluarga, satu dan masyarakat. Imunisasi merupakan bentuk

pencegahan primer. Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak per tahun di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi( WHO, UNICEF, & World Bank, 2009). Di Indonesia, imunisasi merupakan kebijakan nasional melalui program imunisasi. Imunisasi masih sangat diperlukan untuk melakukan Pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti Tuberkulosis (TB), dipteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio, dan hepatitis B. Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan masyarakat (population immunity). Program imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai status Universal Child Immunization (UCI) . yang merupakan suatu tahap dimana cakupan imunisasi di suatu tingkat administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Saat ini Indonesia mesih memiliki tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014 (Pusat Komunikasi Publik, 2011). Kasus polio sudah tidak lagi ditemukan di Indonesia sepanjang lima tahun terakhir ini. Tetapi upaya eradikasi polio masih harus dilanjutkan untuk mewujudkan Indonesia Bebas Polio, sebagai bagian dari upaya eradikasi polioregional dan global. Untuk kasus tetanus maternal dan neonatal telah dinyatakan mencapai tahapelimonasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO di sebagian wilayah Indonesia.

Selain itu, langkah- langkah mewujudkan reduksi dan eliminasi campak di Indonesia masih harus dilaksanakan. Indonesia bersama seluruh anggota WHO di regional asia tenggara telah menyapakati tahun 2012 sebagai tahun Intensifikasi Imuniasai Rutin atau Intensification of Routine Immunization (IRI). Hal ini sejalan dengan gerakan akselerasi imunisasi nasional atau GAIN UCI yang bertujuan meningkatkan cakupan dan pemerataan pelayanan imunisasi sampai ke seluruh desa di Indonesia. B.Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu 1.
2.

melakukan imunisasi.

Adapun learning

outcome pembelajaran ini adalah diharapkan mahasiswa: Mampu menjelaskan tentang dasar-dasar imunisasi dan Mampu melakukan menajemen program dan prosedur calon pengantin Kejadian wanita Ikutan di Pasca Puskesmas Imunisasi/ mulai KIPI), imunisasi dasar di Indonesia. imunisasi dasar bayi dan balita, anak sekolah, ibu hamil, dan perencanaan, cold penanganan chain vaksin, pelaksanaan (termasuk

pelaporan, dan evaluasi keberhasilan program imunisasi.

BAB II
6

DASAR TEORI
A. Imunisasi di Indonesia

Pelayanan imunisasi dasar atau rutin dapat diperoleh di : a. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti puskesmas,posyandu,puskesmas atau rumah bersalin b. Pelayanan di luar gedung,namun diselenggarakan oleh pembantu,rumah sakit,

pemerintah misalnya pada saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah, Pekan Imunisasi Nasional, atau melalui kunjungan dari rumah ke rumah c. Imunisasi rutin juga dapat dperoleh pada bidan praktik swasta, dokter praktik swasta atau rumah sakit swasta. Dasar hukum penyelenggaraan program imunisasi : 1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 3. Undang-undang No.1 tahun 1962 tentang Karantina Laut 4. Undang-undang No.2 tahun 1962 tentang Karantina Udara 5. Kep.Menkes No.1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi 6. Kep.Menkes No.1626/Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman Pemantauan dan Penyelenggaraan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) Tujuan imunisasi di Indonesia a. Tujuan umum Turunnya angka kesakitan,kecacatan,dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
7

b. Tujuan khusus 1. Program imunisasi 2. Program Imunisasi Meningitis Meningokus Memberikan Meningitis kekebalan meningokokus tubuh terhadap sesuai penyakit dengan

tertentu,

vaksin yang diberikan pada calon jemaah haji. 3. Program Imunisasi Demam Kuning Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan perjalanan berasal dari atau ke negara endemis demam kuning sehingga dapat mencegah masuknya penyakit demam kuning di Indonesia. 4. Program Imunisasi Rabies Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular rabies Sasaran imunisasi di Indonesia dapat dijabarkan : 1. Program Imunisasi a. Sasaran berdasarkan usia yang diimunisasi
1. Imunisasi rutin diberikan kepada bayi di bawah umur

satu tahun,wanita usia subur,yaitu wanita berusia 15 hingga 18 tahun termasuk ibu hamil dan calon pengantin, vaksin diberikan pada imunisasi rutin meliputi ,pada bayi : hepatitis B,BCG,Polio,DPT,dan campak. Pada usia anak sekolah : DT, campak dan tetanus toksoid, sedangkan pada wanita usia subur diberikan tetanus toksoid.
2. Imunisasi tambahan akan diberikan bila diperlukan.

Imunisasi tambahan diberikan kepada bayi dan anak. Imunisasi tambahan sering dilakukan misalnya ketika terjadi suatu wabah penyakit tertentu dalam wilayah
8

dan waktu tertentu misalnya, pemberian polio pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan pemberian imunisasi campak pada anak sekolah. b. Sasaran berdasarkan tingkat kekebalan yang ditimbulkan 1. Imunisasi dasar : bayi 2. Imunisasi lanjutan : Anak usia sekolah tingkat dasar Wanita usia subur

c. Sasaran wilayah atau lokasi : seluruh desa atau kelurahan di wilayah Indonesia. 1. Program Imunisasi Meningitis Meningokokus Seluruh calon jemaah haji dan umroh,petugas Panitia

Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi, tim kesehatan haji Indonesia yang menyertai jemaah (kloter) dan petugas kesehatan di embarkasi/debarkasi. 2. Program Imunisasi Demam Kuning Semua orang yang melakukan perjalanan kecuali bayi dibawah 9 bulan dan ibu hamil trimester pertama, berasal dari negara atau ke negara yang dinyatakan endemis demam kuning (data negara endemis dikeluarkan oleh WHO yang selalu di update). 3. Program Imunisasi Rabies Sasaran vaksinasi ditujukan pada 100% kasus gigitan yang berindikasi rabies,terutama pada lokasi tertular (selama 2 tahun terakhir pernah ada kasus klinis,epidemiologis, dan laboratoris dan desa-desa sekitarnya dalam radius 10 km). Kebijakan dan strategi
9

1. Program Imunisasi a. Kebijakan Penyelenggaraan pemerintah,swasta, terkait. Mengupayakan sasaran wilayah. Mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan pemerataan jangkauan pelayanan imunisasi dan dilaksanakan oleh

masyarakat,dengan

mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak

imunisasi baik terhadap sasaran masyarakat maupun

melalui perencanaan program dan anggaran terpadu Perhatian khusus diberikan pada wilayah rawan

sosial,rawan penyakit (KLB), dan daerah-daerah sulit secara geografis b. Strategi Memberikan akses (pelayanan) kepada masyarakat Membangun kemitraan dan jejaring kerja Menjamin ketersediaan dan kecukupan

vaksin,peralatan rantai vaksin dan alat suntik Menerapkan sistem Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) untuk menentukan prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga

profesional/terlatih Pelaksanaan imunisasi sesuai standart


10

Memanfaatkan perkembangan metoda dan teknologi yang lebih efektif,berkualitas dan efisien.

Meningkatkan advokasi, fasilitas dan pembinaan

2. Program Imunisasi Meningitis Meningokokus Sesuai International Health Regulation setiap calon jemaah haji harus sudah diimunisasi meningitis meningokokus, dengan dibuktikan International Certificate of Vaccination (ICV) yang berlaku maksimal 2 tahun. Kekebalan terjadi 2 minggu setelah penyuntikan. 3. Program Imunisasi Demam Kuning Sesuai International Health Regulation setiap orang yang masuk Indonesia berasal atau melewati daerah diduga terjangkit demam kuning serta daerah terjangkit harus sudah diimunisasi demam kuning, yang dibuktikan dengan International Certificate of Vaccination (ICV) yang berlaku 10 tahun. Kekebalan terjadi 10 hari setelah penyuntikan. 4. Program Imunisasi Rabies

Vaksin anti rabies (VAR) manusia diberikan pada seluruh kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) yang berindikasi, sehingga memungkinkan kematian akibat rabies dapat dicegah.

Pemberdayaan

puskesmas

dalam

penatalaksanaan

kasus gigitan yaitu cuci setiap luka gigitan dengan menggunakan sabun/detergen selama 10-15 menit pada air mengalir, kemudian dibilas dengan alkohol atau betadine.

11

Di Indonesia, untuk pelayanan kesehatan pemerintah,vaksin yang termasuk dalam program imunisasi dasar diberikan secara gratis. Vaksin yang termasuk program imunisasi dasar adalah Hepatitis B, Diptheri, Pertusis, Tetanus, Polio, BCG, dan Campak.

JADWAL IMUNISASI DI INDONESIA Imunisasi wajib pada bayi VAKSIN PEMBERI AN 1x INTERVAL UMUR 0-3 bulan 2-11 bulan 0-11 bulan 9-11 bulan 0-11 bulan KETERANGAN Minimal,tidak ada batasan maksimal Lengkapi sebelum umur 1 tahun -

BCG

4 mg (minimal) 4 mg (minimal) 1 dan 6

DPT POLIO (OPV) CAMPAK

3x

4x

1x

HEPATITIS B

3x

bulan dari suntikan pertama

Bila bayi lahir di rumah UMUR BAYI 0 bulan /langsung setelah diberikan 1 bulan 2 bulan 3 bulan VAKSIN YANG DIBERIKAN Hepatitis B-1 BCG,Polio-1 DPT-1,Hep B-2,Polio-2 DPT-2,Hep B-3,Polio-3
12

4 bulan 9 bulan

DPT-3,Polio-4 Campak

Bila bayi lahir di rumah sakit,pondok bersalin,bidan praktik atau tempat pelayanan lain UMUR BAYI 0 bulan /langsung setelah diberikan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan VAKSIN YANG DIBERIKAN Hepatitis B-1, BCG, Polio-1 DPT-1,Hep B-2,Polio-2 DPT-2,Hep B-3,Polio-3 DPT-3,Polio-4 Campak

Apabila tersedia vaksin kombinasi DPT dan Hepatitis B (vaksin DPT/HB),maka ada perubahan jadwal imunisasi yaitu vaksin hepatitis B diberikan segera pada bayi lahir dengan kemasan monovalent UMUR BAYI 0 bulan /langsung setelah diberikan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan VAKSIN YANG DIBERIKAN Hepatitis B-1 (dosis terpisah), BCG, Polio-1 DPT-1/Hep B-1,Polio-2 DPT-2/Hep B-2,Polio-3 DPT-3/Hep B-3,Polio-4 Campak

IMUNISASI PADA ANAK SEKOLAH (SD) Kelas 1 Vaksin yang diberikan Difteri,Tetanus,Campak masingmasing 0,5 cc

13

2 3

Tetanus toksoid 0,5 cc Tetanus toksoid 0,5 cc

IMUNISASI TETANUS TOKSOID (TT) PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) Vaksin Tetanus T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 Dosis 0,5 cc 0,5 cc 0,5 cc 0,5 cc 0,5 cc Pemberian Empat minggu setelah T-1 Enam bulan setelah T-2 Satu tahun setelah T-3 Satu tahun setelah T-4 Masa Perlindungan 3 tahun 5 tahun 10 tahun 25 tahun

Pemberian Imunisasi dan Kemasan Vaksin Vaksin dapat dikemas dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Contoh kemasan tunggal : BCG, Polio, Hepatitis B, Hib, Campak. Contoh kemasan vaksin kombinasi : DPT (Difteri,Pertusis,Tetanus), MMR(campak,gondong,campak jerman), tetravaccine (kombinasi DPT dan polio suntik). Beberapa vaksin yang dikemas tunggal dapat diberikan bersama-sama, aman dan potensinya memuaskan, misalnya :

Vaksin BCG bersama cacar Vaksin BCG bersama polio Vaksin BCG bersama Hepatitis B Vaksin DPT bersama BCG Vaksin DPT bersama polio Vaksin DPT bersama Hepatitis B
14

Vaksin DPT bersama polio dan campak Vaksin DPT bersama MMR Vaksin campak bersama polio,dll

1. Vaksin BCG Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah dilemahkan. Penyimpanan Dosis Kemasan faali) Masa kadaluwarsa : satu tahun setelah tanggal pengeluaran(dapat dilihat pada tabel) Reaksi imunisasi : biasanya tidak demam Efek samping : setempat Kontra indikasi jarang yang dijumpai,bisa kelenjar terbatas getah dan terjadi bening biasanya pembengkakan : lemari es suhu 2- 8 C : 0,05 ml : ampul dengan bahan pelarut 4 ml (nacl

sembuh dengan sendiri walaupun lambat. : tidak ada larangan,kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun. 2. Vaksin DPT Di Indonesia ada 3 kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus,kombinasi DT (difteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin difteri berasal dari toksin kuman difteri yang telah dilemahkan(toksoid),biasanya diolah dan dikemas bersamasama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT,atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif
15

ialah toksoid tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan tetanus yaitu tunggal,kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuma Bordetella pertusis yang telah dimatikan. Penyimpanan Dosis minimal 4 minggu Kemasan : vial 5 ml : dua tahun setelah pada tabel) tanggal Masa kadaluwarsa : lemari es suhu 2- 8 C : 0,5 ml, tiga kali suntikan,interval

pengeluaran(dapat dilihat

Reaksi imunisasi : demam ringan,pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari Efek samping : gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas,demam,kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi atau kejang,yang biasanya disebabkan unsur pertusisnya. Kontra indikasi : anak yang sakit yang parah,anak kejang diduga yang menderita penyakit demam menderita

kompleks,anak

batuk rejan,anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan. Sakit batuk,pilek,demam atau diare yang ringan bukan merupakan kontra indikasi yang mutlak,disesuaikan dengan pertimbangan dokter.
3. Vaksin poliomielitis

Terdapat 2 jenis vaksin yang ada dalam peredaran,yang masing-masing mengandung virus polio I,II,dan III. Yaitu (1)vaksin yang mengandung virus polio yang sudah dimatikan (salk),biasa diberikan dengan cara injeksi, (2)
16

vaksin yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin),cara pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di Indonesia. Penyimpanan Dosis Kemasan Masa kadaluwarsa : OPV : freezer,suhu -20 C : 2 tetes mulut : vial disertai pipet tetes : OPV : dua tahun pada suhu -20 C

Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-berak ringan. Efek samping : hampir tidak ada,bila ada berupa kelumpuhan anggota gerak seperti polio sebenarnya. Kontra indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan. 4. Vaksin campak Mengandung virus campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan berupa kemasan kering tunggal,namun ada yang kemasan kering kombinasi dengan vaksin gondong/mumps dan rubella (campak jerman) disebut MMR. Penyimpanan Dosis Kemasan : : freezer suhu -20 C : setelah dilarutkan,diberikan 0,5 ml vial berisi 10 dosis vaksin pelarut yang 5 ml dibekukeringkan, (aquadest). Masa kadaluwarsa : dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada tabel) Reaksi imunisasi : biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari 7-8 setelah penyuntikan,atau pembengkakan pada tempat penyuntikan. beserta

17

Efek samping

: sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak berbahaya pada hari 10-12 setalah otak penyuntikan. 30 hari Dapat setelah terjadi rendah. radang

penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat Kontra indikasi : sakit parah,penderita gizi TBC tanpa derajat

pengobatan,kurang berat,gangguan ibu hamil. 5. Vaksin Hepatitis B

dalam

kekebalan,penyakit

keganasan. Dihindari pula pemberian pada

Imunisasi aktif dilakukan denga 3 kali suntikan dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2,5 bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi tersebut tergantung pabrik pembuat vaksin. Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak membahayakan janin,bahkan akan membekali janin dengan kekebalan sampai berumur beberapa bulan setelah lahir. Dosis Kemasan : 0,5 ml sebanyak 3 kali pemberian : HB PID disertai rasa panas atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari. Efek samping Kontra indikasi : selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang berarti : anak yang sakit berat

Reaksi imunisasi : nyeri pada tempat suntikan,yang mungkin

6. Vaksin DPT/HB (COMBO) Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis
18

B yang merupakan subunit vaksin virus yang mengandung hbsag murni dan bersifat non infectious. Dosis Kemasan Efek samping : 0,5 ml sebanyak 3 kali pemberian : vial 5 ml : gejala yang bersifat sementara yang bersifat sementara seperti dan demam lemas,demam,pembengkakan gejala berat seperti

kemerahan daerah suntikan. Kadang terjadi tinggi,iritabilitas,meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari. Kontra indikasi : gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan saraf yang merupakan kontraindikasi komponen pertusis,hipersensitif kejang. Bukan merupakan kontra indikasi imunisasi : Alergi atau asma (kecuali alergi terhadapkomponen vaksin)

terhadap

vaksin,penderita infeksi berat yang disertai

Sakit ringan seperti ISPA atau diare dengan demam <38,5

Riwayat keluarga tentang peristiwa membahayakan setelah imunisasi

Dalam pengobatan antibiotik Dugaan infeksi HIV atau positif HIV tanpa tanda dan gejala AIDS

19

Anak diberi ASI Sakit kronis seperti jantung kronis,paru-paru,ginjal atau liver

Kondisi saraf labil seperti kelumpuhan otak atau Down Sindrom

Prematur atau berat bayi lahir rendah Pembedahan baru atau direncanakan dengan segera Kurang gizi Riwayat penyakit kuning pada kelahiran

Perencanaan Imunisasi A. Menghitung Jumlah Sasaran Berdasarkan angka jumlah penduduk, angka kelahiran dari hasil sensus penduduk dari BPS 1. Menghitung jumlah sasaran bayi, ada 2 cara: Berdasarkan angka presentase kelahiran bayi dari jumlah penduduk masing-masing wilayah Kecamatan : CBR Kabupaten x Jumlah Penduduk Kecamatan Penduduk : CBR Propinsi kabupaten x Jumlah belum

(bila

mempunyai CBR) Desa : Pendataan sasaran per desa Berdasarkan jumlah sasaran bayi tahun lalu

20

Jumlah bayi desa tahun lalu kecamatan tahun ini

Jumlah

bayi

Jumlah bayi kecamatan tahun lalu 2. Menghitung Jumlah sasaran ibu hamil Sasaran ibu hamil : 1,1 x jumlah bayi 3. Menghitung jumlah sasaran anak sekolah tingkat dasar Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan setempat 4. Menghitung jumlah sasaran WUS (Wanita Usia Subur) Jumlah sasaran WUS : 21,9 x jumlah penduduk B. Menentukan Target Cakupan Menentukan berapa besar cakupan yang akan dicapai, dengan nilai maksimal 100%. C. Menghitung Indeks Pemakaian (IP) Vaksin Merupakan rata-rata jumlah dosis yang diberikan untuk setiap ampul/vial vaksin. IP Vaksin : Jumlah suntikan (cakupan) tahun lalu Jumlah vaksin yang terpakai tahun lalu D. Menghitung Pemakaian Vaksin Vaksin yang dibutuhkan : Jumlah sasaran x target (%) IP vaksin E. Menghitung Kebutuhan Alat Suntik dan Safety Box Kebutuhan dibutuhkan Alat suntik 0.05 ml untuk imunisasi BCG Kebutuhan : sasaran x target cakupan BCG
21

alat

suntik

jumlah

vaksin

yang

Alat suntik 0.5 ml untuk imunisasi DPT, DT, TT, Campak, Hepatitis Kebutuhan : sasaran x target cakupan DPT, DT, TT, Campak, Hepatitis Alat suntik 5 ml (oplos) Untuk mengoplos vaksin campak dan BCG Safety Box Merupakan kotak tempat pembuangan limbah medis tajam, yang mempunyai 2 ukuran:
5 liter menampung 100 alat suntik atau 300

uniject
0.25 liter menampung 10 uniject

F. Menghitung Kebutuhan Peralatan Rantai Vaksin Tujuannya agar vaksin tetap terjaga potensinya Tabel kebutuhan dan daya tahan rantai vaksin No . 1. 2. 3. 4. 5. Jenis Lemari Es Vaccine Carrier Thermos + 4 buah Cold Pack Cold Box Freeze tag/treeze watch Kebutuhan 1 buah 3-5 buah Sejumlah tim lapangan 1 buah Sejumlah tim lapangan Daya Tahan 10 tahun 4 tahun 4 tahun 5 tahun 5 tahun

Pengelolaan peralatan vaksin dan rantai vaksin di puskesmas: Peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang ditetapkan, meliputi : 1. Lemari es
22

Setiap puskesmas mempunyai 1 lemari es sesuai standart program (buka atas). 2. Vaccine carrier Adalah alat untuk membawa vaksin dari kota ke

puskesmas,dapat mempertahankan suhu +2- +8 C relatif lama. Vaccine carrier dilengkapi dengan 4 buah cool pack @ 0.1 liter. 3. Kotak dingin (cool pack) Adalah wadah plastik berbentuk segi empat yang diisi dengan air yang kemudian didinginkan pada lemari es selama 24 jam. 4. Thermos Digunakan untuk membawa vaksin ke tempat pelayanan imunisasi. Setiap thermos dilengkapi cool pack minimal 4 buah @0.1 liter. Dapat mempertahankan suhu kurang dari 10 jam, sehingga cocok digunakan untuk daerah yang transportasinya lancar. 5. Cold box Cold box di tingkat puskesmas digunakan apabila keadaan darurat seperti listrik padam untuk waktu cukup lama. 6. Freeze tag/freeze watch Untuk memantau suhu dari kota ke puskesmas pada waktu membawa vaksin serta dari puskesmas ke tempat pelayanan dalam upaya meningkatkan kualitas rantai vaksin. Penanganan vaksin di puskesmas 1. Penyimpanan vaksin
a. Semua vaksin disimpan pada suhu +2- +8 C

b. Bagian bawah lemari es diletakkan cool pack sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu
23

c. Peletakkan dus vaksin berjarak minimal 1-2 cm


d. Vaksin yang sensitif terhadap panas (BCG,campak,polio)

diletakkan dekat evaporator e. Vaksin yang sensitif terhadap dingin (DT,TT,DPT,HB) diletakkan jauh dari evaporator

2. Penggunaan di tempat pelayanan imunisasi a. Vaksin disimpan dalam thermos yang berisi cool pack b. Diletakkan di meja yang tidak terkena matahari langsung c. Dalam penggunaannya vaksin diletakkan di atas spon yang berada dalam thermos d. Dalam thermos tidak boleh ada air yang merendam vaksin

3. Penggunaan vaksin dari vial yang sudah dibuka Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan dinamis tidak boleh digunakan lagi. Pada pelayanan statis (di puskesmas) sisa vaksin dapat digunakan dengan ketentuan :

Vaksin tidak melewati tanggal kadaluwarsa Tetap disimpan pada suhu +2- +8 C Kemasan vaksin tidak pernah terendam air VVM masih bagus Pada label ditulis tanggal vaksin pertama kali dibuka

24

Vaksin polio dapat digunakan hingga 2 minggu setelah dibuka

Vaksin minggu

DPT,DT,TT,HB

dapat

digunakan

hingga

Vaksin campak hanya boleh digunakan tidak lebih dari 6 jam setelah dilarutkan

Vaksin BCG hanya boleh digunakan tidak lebih dari 3 jam setelah dilarutkan

Sebelum menggunakan vaksin,periksa kondisi vaksin dengan VVM Kondisi vaksin dapat digunakan warna segi empat bagian dalam lebih terang dari warna sekelilingnya. Kondisi vaksin harus segera digunakan warna segi empat bagian dalam sudah mulai gelap namun masih terang dari warna sekelilingnya. Kondisi vaksin tidak boleh digunakan Warna bagian warna sekelilingnya. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
25

gelap

gelap

segi dalam gelap

empat sama dari gelap

gelap/lebih

Merupakan semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi.

Klasifikasi KIPI

Reaksi vaksin induksi vaksin, potensiasi vaksin, sifat dasar vaksin.

Kesalahan program kesalahan dosis, salah lokasi dan cara penyuntikan, alat yang tidak steril, kontaminasi vaksin dan alat suntik, dan cara penyimpanan vaksin yang salah.

Kebetulan kejadian yang terjadi setelah imunisasi tapi tidak disebabkan oleh vaksin. Indikator faktor kebetulan tersebut dengan ditemukannya kejadian yang sama pada kelompok populasi setempat tetapi tidak mendapatkan imunisasi.

Injection reaction disebabkan rasa takut dan gelisah atau sakit dari tindakan penyuntikan, misal rasa sakit, bengkak, dan kemerahan di tempat penyuntikan, takut, pusing, mual, dll.

Penyebab tidak diketahui penyebab yang tidak dapat ditetapkan.

Pelaporan KIPI Hal-hal yang harus diperhatikan pada pelaporan Identitas anak harus lengkap dan jelas Jenis vaksin yang diberikan, dosis, nomor batch, dan siapa yang memberikan. Nama dokter yang bertanggung jawab.
26

Riwayat KIPI pada imunisasi terdahulu Gejala klinis atau diagnosis dan (bila ada).

Pengobatan

yang

diberikan

perjalanan

penyakit (sembuh, dirawat, atau meninggal). Hasil pemeriksaan laboratorium dan penyakit lain (bila ada). Waktu pemberian imunisasi (tanggal dan jam). Saat timbulnya KIPI hingga diketahui, interval waktu antapa imunisasi dengan terjadinya KIPI, dan lama gejala KIPI. Apakah terdapat gejala sisa, setelah dirawat dan sembuh. Cara menyelesaikan masalah KIPI. Apakah ada tuntutan dari keluarga. KIPI yang harus dilaporkan 24 jam pasca

imunisasi Reaksi anafilaktik Anafilaktik Menangis dan menjerit yang tidak berhenti lebih dari 3 jam (persistent incosolable screaming) Hypotonic hyperresponsive episode Toxic shock syndrome KIPI yang harus dilaporkan 5 hari pasca imunisasi Reaksi lokal hebat Sepsis
27

Abses pada tempat suntikan KIPI yang harus dilaporkan 30 hari pasca

imunisasi Ensefalopati Kejang Meningitis aseptik Trombositopenia Lumpuh layuh (accute flaccid paralysis) Meninggal atau di rawat di Rumah Sakit Reaksi lokal yang hebat Abses di daerah suntikan Neuritis Brakhial

Penanganan KIPI Penyebab karena vaksin Gejala lokal nyeri eritema, bengkak daerah suntikan > 1 cm timbul imunisasi eritema < 48 jam pasca di Tindakan , kompres hangat jika mengganggu dapat diberikan obat parasetamol

Jenis Reaksi ringan

Reaksi

lokal

kompres
28

berat

atau indurasi > 8 cm nyeri, bengkak, dan manifestasi sistemik demam, lesu, otot, kepala, nyeri nyeri

hangat beri parasetamol

Reaksi umum/sistem ik

berikan minuman hangat dan selimut berikan parasetamol rangsang dengan wewangian atau bau bila teratasi rujuk tidak dalam

Kolaps/keada an syok seperti

menggigil anak tetap sadar tidak bereaksi terhadap rangsangan pada pemeriksaan frekuensi nadi tekanan darah, berada dalam batas normal terjadi mendadak udem dan kemerahan merata urtikaria, sembab serta tapi

30 menit, segera

Syok anafilaktik

suntikan

adrenalin 1:1.000 dosis 0,1-0,3 ml subkutan/intramu skular atau 0,01 ml/kg BB x maks dosis 0,05 ml/kali jika membaik,,
29

kelopak mata, sesak, dan ada bunyi napas takikardi anak pingsan/tidak Jenis Alergi

beri

suntikan 1

deksametason ampul im/iv pasang Nacl 0,9% rujuk ke RS

infus

sadar Penyebab karena faktor penerima atau pejamu Gejala n sesak eritema, dan gatal Tekanan darah Tenangkan Beri hangat Saat beri wewangian/alkoh ol, lalu setelah sadar beri minum teh manis hangat pingsan minuman turun Ketakutan Berteriak Pingsan Pembengkaka vivir dan napas, papula, Tindakan

Deksamethaso berlanjut,

n 1 ampul im/iv Jika 0,9% pasang infus Nacl

tenggorokan,

Faktor psikologis

Penyebab karena tata laksana program Gejala Bengkak, keras, nyeri pada daerah suntikan Tindakan Kompres hangat Beri
30

Jenis Abses dingin

karena vaksin disuntikkan Pembengkak an kondisi dingin Bengkak sekitar suntikan Karena penyuntikan Sepsis kurang dalam Bengkak sekitar suntikan

parasetamol

di

Kompres hangat

di

Kompres hangat Beri parasetamol Rujuk ke RS

Demam

jarum tidak steril

suntik

Gejala timbul

1 minggu setelah Tetanus disuntikkan Kejang dapat demam Kelumpuhan/ kelemahan otot Anak tetap Rujuk yang tidak salah digerakkan ke RS sadar Anggota gerak disuntik bisa karena daerah penyuntikan Jenis Penyebab karena faktor kebetulan (koinsiden) Gejala Tindakan dan Rujuk ke RS

disertai

untuk fisioterapi

31

Faktor kebetulan

Gejala terjadi

Tangani sesuai gejala Cari disekitar waktu dapat salah gejalainformasi apakah

penyakit kebetulan

bersamaan dengan imunisasi Gejala berupa satu gejala KIPI PROSEDUR KERJA 1. Menghitung jumlah sasaran

ada kasus serupa pada anak yang tidak di imunisasi Rujuk ke RS

Sasaran dihitung berdasarkan angka jumlah penduduk,angka kelahiran dari hasil sensus penduduk dari BPS 1.1. Menghitung jumlah sasaran bayi

Ada dua cara yaitu : a. Berdasarkan angka presentase kelahiran bayi dari jumlah penduduk masing-masing wilayah Kecamatan : CBR kabupaten x jumlah penduduk kabupaten belum mempunyai CBR

Bila -

maka,menggunakan rumus dibawah ini Kecamatan : CBR propinsi x jumlah penduduk Desa : pendataan sasaran per desa

b. Berdasarkan besarnya jumlah sasaran bayi tahun lalu yang diproyeksikan untuk tahun ini Jumlah bayi desa tahun lalu kecamatan tahun ini jumlah bayi kecamatan tahun lalu 1.2. Menghitung jumlah sasaran ibu hamil
32

jumlah bayi

Jumlahnya 10% lebih besar dari jumlah bayi Sasaran ibu hamil : 1,1 x jumlah bayi 1.3. 1.4. Menghitung jumlah sasaran anak sekolah tingkat dasar Berdasarkan

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan setempat. 1.5. Menghitung jumlah sasaran Wanita Usia Subur/WUS

Jumlah sasaran WUS : 21,9 x jumlah penduduk 2. Menentukan target cakupan Menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan. Target cakupan maksimal 100%. 3. Menghitung indeks pemakaian vaksin Indeks pemakaian vaksin adalah rata-rata jumlah dosis diberikan untuk setiap ampul/vial vaksin. IP vaksin : jumlah suntikan (cakupan) tahun lalu Jumlah vaksin yang terpakai tahun lalu 4. Menghitung kebutuhan vaksin Vaksin yang diperlukan (ampul/vial) : Jumlah sasaran x target (%) IP vaksin Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke tingkat kota kemudian ke propinsi,lalu ke pusat. 5. Perencanaan kebutuhan alat suntik & safety box 5.1 alat suntik 0,05 ml untuk imunisasi BCG Kebutuhan = sasaran x target cakupan BCG 5.2 alat suntik 0,5 ml untuk imunisasi Kebutuhan = sasaran x target cakupan 5.3 alat suntik 5 ml (oplos) Digunakan untuk mengoplos vaksin campak dan BCG Kebutuhan alat suntik = jumlah vaksin yang dibutuhkan
33

5.4 Safety box SB merupakan kotak tempat pembuangan limbah medis tajam SB ada 2 ukuran : a. SB 5 liter (menampung 100 alat suntik atau 300 uniject) b. SB 0,25 liter (menampung 10 uniject) Kebutuhan SB : SB 51 = jumlah alat suntik BCG + DPT + TT + DT + HB + CAMPAK + UNTUK OPLOS/100 6. Menghitung kebutuhan peralatan rantai vaksin Peralatan rantai vaksin diperlukan agar vaksin tetap terjaga potensinya No. 1 2 Jenis Lemari es Vaccine carrier Thermos + 4 buah cold pack 4 5 Cold box Freeze tag/freeze watch Kebutuhan 1 buah 3-5 buah Sejumlah tim lapangan 1 buah Sejumlah tim lapangan Daya tahan 10 tahun 4 tahun

4 tahun 5 tahun 5 tahun

Pengelolaan peralatan vaksin dan rantai vaksin di puskesmas 1. Penyimpanan vaksin


a. Semua vaksin disimpan pada suhu +2- +8 C

b. Bagian bawah lemari es diletakkan cool pack sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu

34

c. Peletakan dus vaksin berjarak minimal 1-2 cm


d. Vaksin

yang

sensitive

terhadap

panas

(BCG,Campak,Polio) diletakkan dekat evaporator


e. Vaksin yang sensitive terhadap dingin (DT,TT,DPT,HB)

diletakkan jauh dari evaporator

2. Penggunaan di tempat pelayanan imunisasi a. Vaksin disimpan dalam thermos yang berisi cool pack b. Diletakkan langsung c. Dalam penggunaannya vaksin diletakkan di atas spon yang berada dalam thermos d. Dalam thermos tidak boleh ada air yang merendam vaksin di meja yang tidak terkena matahari

7. Melakukan pemantauan kejadian ikutan pasca imunisasi 8. Menentukan klasifikasi KIPI 9. Melakukan pelaporan KIPI Hal-hal yang harus diperhatikan pada pelaporan : Identitas anak lengkap dan jelas Jenis vaksin yang diberikan,dosis,nomor batch,siapa yang chain) Nama dokter yang bertanggung jawab Riwayat KIPI pada imunisasi terdahulu memberikan. Vaksin sisa disimpan dan diperlakukan seperti vaksin utuh (perhatikan cold

35

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN A.Indentifikasi Lokasi Kegiatan Field Lab ini dilakukan di Posyandu wilayah Puskesmas Polokarto. Kegiatan ini dilakukan tiga kali kunjungan, yaitu hari pertama pada tanggal 10 April 2012 untuk melakukan persiapan dan mendapatkan pengajaran praktik mengenai jenis-jenis vaksin dan mekanisme cold chain vaksin, hari kedua pada tanggal 13 April 2012 untuk melakukan kunjungan ke posyandu dan melihat proses pelaksanaan imunisasi, dan hari ketiga pada tanggal 1 Mei 2012 untuk melakukan evaluasi kegiatan dan pengumpulan laporan. B.Sasaran Kegiatan Field Lab ini bertopik Ketrampilan Imunisasi. Kegiatan imunisasi dilakukan pada bayi berusia 0-1 tahun untuk imunisasi dasar pada bayi. C. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Field Lab hari pertama dilaksanakan di Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo pada hari Selasa, 10 April 2012 mulai pukul 08.00 hingga pukul 11.00. Pada hari pertama kami mendapatkan pembekalan materi mengenai imunisasi di Indonesia dan melakukan perkenalan dengan petugas Pukesmas Polokarto yaitu ibu Sri Hartanti yang akan membimbing kami dalam pelaksanaan imunisasi pada hari kedua di posyandu. Topik yang dipelajari adalah Ketrampilan Imunisasi. Oleh karena itu, untuk ketrampilan imunisasi diberikan bimbingan mengenai jenis- jenis dan kegunaan vaksin, peralatan imunisasi ( termasuk jenis- jenis spuit yang
36

digunakan), mekanisme cold chain vaksin, jadwal pelaksanaan imunisasi, cara melakukan penyuntikan, dan prosedur pelaksanaan imunisasi yang benar. Pada hari kedua Field Lab tanggal 13 April 2012, kami melaksanakan kegiatan di Puskesmas Polokarto. Kemudian, kami diberikan briefing untuk kegiatan di lapangan dan bersiap berangkat ke Posyandu pada ada jam 08.00 hingga jam 12.00. Kami mendapat kesempatan untuk mengamati pelaksanaan imunisasi pada bayi secara bergiliran. Masing- masing kami mendapatkan kesempatan untuk melihat pelaksanaan imunisasi pada minimal tiga bayi.

1. Demonstrasi Pelaksanaan Imunisasi Tehnik pelarutan vaksin 1.1. 1.2. 1.3. Mencuci tangan sebelum melakukan kegiatan Mengamati VVM dan masa kadaluarsa vaksin Mengamati cara memotong ampul Memegang ampul antara ibu jari dan jari tengah Menggunakan telunjuk untuk menyangga ujung leher ampul Membersihkan bagian luar ampul dengan kapas yang telah dibasahi air. Hal ini untuk menghilangkan serbuk gelas dan mencegah serbuk jangan sampai masuk ke dalam vaksin Melilitkan sehelai plastik melingkar pada leher ampul dengan erat,hal ini untuk mencegah masuknya udara secara mendadak ke dalam ampul waktu dipatahkan,agar vaksin tidak berhamburan keluar

37

1.4.

Mematahkan ampul vaksin pada lehernya dengan hati-hati Kemudian mengeluarkan dari lilitan plastic

Melarutkan vaksin beku kering Mengambil semprit 5 ml dan jarum oplos yang steril (semprit dan jarum ini hanya untuk melarutkan ,bukan untuk suntikan) Membuka ampul pelarut Menyedotlah pelarut ke dalam semprit Untuk vaksin BCG,sebelum ampul dibuka diketuk-ketuk agar semua serbuk vaksin turun,sehingga vaksin tidak berkurang waktu mematahkan leher ampul Memasukkan jarum oplos telah berisi pelarut ke dalam ampul Masukkan secara bertahap semua pelarut ke dalam vaksin Tidak mengocok sewaktu mencampur vaksin dengan pelarutnya Menghisap vaksin dan pelarut pelan-pelan ,suntikan

kembali ke dalam ampul atau vial beberapa kali sampai vaksin tercampur Dengan demikian vaksin dan pelarut telah tercampur benar dan tidak dikocok Catatan : bila terjadi luka saat membuka ampul,buang ampul karena kemungkinan kontaminasi 1.5. a. Mengamati cara menghisap isi ampul Menyediakan semprit dan jarum
38

Memasukkan jarum ke dalam ampul yang telah dibuka Hati-hati dalam memiringkan ampul waktu mengambil cairan terakhir dengan menggunakan jarum yang pendek

b.Mengamati cara menghisap isi vial Menyiapkan semprit dan jarum yang steril Menghisap udara ke dalam semprit sebanyak volume larutan yang akan diisap Membersihkan tutup karet dengan kapas basah Menekanjarum ke dalam vial melalui karet penutup Memasukkan udara ke dalam vial,untuk memudahkan vaksin keluar karena udara menekan vaksin,kemudian hisaplah vaksin 1.6. Mengamati penanganan vaksin yang telah dilarutkan Meletakkan vaksin di tempat teduh Vaksin yang telah dilarutkan digunakan satu kali kegiatan Sisa vaksin yang tidak terpakai dibuang

Catatan : Pelarut tidak saling ditukar,tiap vaksin memiliki pelarut yang berbeda. Pencampuran dengan pelarut yang salah akan membahayakan dan dapat menyebabkan kematian

Menggunakan pelarut dari pabrik yang sama dengan vaksin Suhu vaksin dan pelarut harus sama Vaksin yang dilarutkan memiliki batas masa pakai, misal campak 6 jam, BCG 3 jam
39

Tidak mencampur vaksin dan pelarut sebelum ada sasaran

1. Mempersiapkan sasaran Mengatur posisi untuk sasaran anak: Meminta ibu untuk duduk dan meletakkan anak di pangkuan. Memastikan salah satu lengan ibu berada dibelakang punggung anak, dan salah satu lengan anak melilit pinggang ibu. Ibu dapat menyelipkan kaki anak diantara kedua pahanya agar tidak menimbulkan gerakan yang membahayakan atau ibu bisa memegang kaki anak. Petugas kesehatan tidak bisa memegang anak karena perlu dua tangan untuk memberikan suntikan Selalu memberitahukan ibu jika anda akan

memberikan suntikan 2. Pemberian vaksinasi BCG 2.1. Menyiapkan semprit BCG Mengambil semprit BCG Pasang jarum BCG dan pastikan jarum terpasang dengan baik dan cukup kuat 2.2. Mengisi semprit

40

Isaplah vaksin BCG,dilebihkan sedikit dari dosis agar pada waktu membuang gelembung udara,jumlah vaksin menjadi 1 dosis/tepat dosis

2.3.

Mengeluarkan gelembung udara Pegang semprit seperti posisi merokok,ketuklah semprit ke jari dengan menghadap ke atas

Bila udara telah terkumpul di bagian atas, piston didorong sampai gelembung udara dan sedikit vaksin keluar. Hal ini untuk meyakinkan bahwa jarum penuh dengan vaksin. Apabila ada udara dalam udara jarum dan kemungkinan dosis vaksin akan akan menyuntikkan kurang dari

seharusnya.

Yakinkan semprit tidak bocor,apabila bocor ganti dengan yang lain

2.4.

Mengamati cara pemberian vaksinasi Pemberian vaksinasi BCG adalah secara intrakutan Tempat yang disuntik adalah sepertiga bagian lengan kanan atas (pada lekukan atas insertion musculus deltoideus) Bersihkan lengan dengan kapas yang dibasahi air bersih (jangan menggunakan alkohol atau desinfektan karena akan merusak vaksin BCG)

Memegang lengan kanan anak dengan tangan kiri sehingga tangan penyuntik ada di bawah lengan anak, melingkarkan ibu jari dan jari-jari ke lengan bayi dan kulit direnggangkan.

41

Memegang semprit dengan tangan kanan, lubang jarum menghadap ke atas

Meletakkan

semprit

dan

jarum

hampir

sejajar

dengan lengan

Memasukkan ujung jarum ke dalam kulit, usahakan sedikit mungkin melukai kulit. Mempertahankan jarum sejajar kulit, sehingga hanya masuk ke kulit bagian luar, lubang jarum tetap menghadap ke atas. Tidak jarum menekan akan masuk terlalu ke jauh bawah dan kulit, jangan sehingga mengarahkan ujung jarum terlalu menukik karena mengakibatkan suntikan menjadi subkutan.

Meletakkan ibu jari kiri anda di atas ujung barel, memegang pangkal barel antara jari telunjuk dan jari tengah dan mendoronglah piston dengan ibu jari tangan kanan anda

Menyuntikkan intrakutan

0,05

cc

vaksin, tahanan

pada

suntikan perlu

terasa

ada

sehingga

menekan piston lebih keras daripada subkutan, kemudian cabut jarumnya. Bila cara menyuntik tepat, maka akan terlihat benjolan di kulit yang bening dan pucat, pori-pori kulit terlihat jelas.
3. Memberikan vaksin DPT, TT, Hepatitis B

Pemberian vaksin adalah secara intramuskulair Tempat yang paling baik adalah di bagian

pertengahan paha anterolateral atau bagian luar.

Mengsaplah sekitar kulit yang akan disuntik

dengan kapas yang dibasahi air


42

Meletakkan ibu jari dan jari telunjuk pada sisi

yang akan disuntik, kemudian renggangkan kulit.

Menusuk jarum tegak lurus ke bawah (posisi 90)

sampai masuk ke dalam otot.

Menarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa

jarum tidak mengenai pembuluh darah.

Mendorong pangkal piston dengan ibu jari untuk mengurangi rasa sakit. Kemudian cabut

memasukkan vaksin, suntikkan vaksin pelan-pelan untuk jarumnya.


4. Memberikan vaksin campak

Pemberian vakin campak adalah secara subkutan

dalam Tempat yang akan disuntik adalah sepertiga

lengan bagian atas atau pertengahan musculus deltoideus.

Mengusap

sekitar

kulit

yang

akan

disuntik

dengan kapas yang dibasahi air.

Menjepit lengan yang akan disuntik dengan jari

tangan kanan, seperti mencubit menggunakan ibu jari dan telunjuk.

Memasukkan jarum ke dalam kulit yang dijepit

dengan sudut kira-kira 30-45 derajat posisi lengan, tidak menusukkan jarum terlalu dalam, kedalaman kedalaman jarum tidak lebih dari 0,5 inchi. Kontrol jarumnya, menahan pangkal piston dengan jari tangan sambil menekan jarum ke dalam.

43

Menarik piston sedikit, untuk meyakinkan tidak pembuluh darah, bila mengenai

mengenai

pembuluh darah, pindah ke tempat lain.

Menekan

piston

pelan-pelan

dan

suntikkan

sebanyak 0,5 cc

Mencabut jarumnya, mengusap bekas suntikan

dengan kapas yang dibasahi air.

2. Melakukan pemantauan di lapangan Pada kegiatan ini imunisasi dilaksanakan di Posyandu Kenokorejo. Pada pelaksanaan imunisasi jenis vaksin yang diberikan bermacam-macam sesuai dengan usia dan kebutuhan masing-masing bayi. Adapun data-data yang berhasil kami ambil sebagai berikut :
7

Daftar bayi dan balita yang mengikuti Imunisasi di Posyandu Kenokorejo, Polokarto, Sukoharjo pada tanggal 13 April 2012

N O 1 2 3 4 5 6 7 8

NAMA Martrista Kherida Devita Devina Indri Ratna Arga Cinta Mahesa

UMUR 1 tahun 1 bulan 3 bulan 3 bulan 1,5 bulan 9 bulan 5 bulan 5 bulan

NAMA ORANG TUA Sularno Sumaryanto Gitosuwarno Gitosuwarno Riyono Suhadi Wadi Joko

JENIS VAKSIN YANG DIBERIKAN Campak BCG, POLIO-1 DPT-2, POLIO-3 DPT-2, POLIO-3 BCG, POLIO-1 Campak DPT-3, POLIO-4 DPT-3, POLIO-4

44

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Makruf Vanesa Putri Rima Dian Putri Cinta Aura Naura Indah Arifa Hasna Bunga Ahmad Aprilian Keysa

5 bulan 10 bulan 9 bulan 39 hari 4 bulan 3 bulan 6 bulan 6 bulan 1 bulan 5 bulan 6 bulan 3 bulan 4 bulan 11 bulan 5 bulan

Nortowiya Wiryo Martono Widodo Sumardi Parwanto Parjo Parjo Sarti Mariman Ranu Darsina Tomar Tugiman Darso Pawiro

DPT-3, POLIO-4 Campak Campak BCG, POLIO-1 DPT-3, POLIO-4 DPT-2, POLIO-3 DPT-3 DPT-3 BCG, POLIO-1 DPT-3, Polio-4 DPT-3, POLIO-4 DPT-2 DPT-2, POLIO-3 Campak DPT-3, POLIO-4

menghitung jumlah sasaran DATA SASARAN IMUNISASI PADA BAYI PUSKESMAS POLOKARTO TAHUN 2012 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 DESA Bulu Rejosari Polokarto Mranggen Godog Wonorejo Jatisobo Kayuapak Genengsari Kenokorejo Tepisari Kemasan JUMLAH SASARAN BAYI 48 60 106 151 81 19 88 62 74 69 47 62
45

13 14 15 16 17

Bakalan Ngombakan Karangwuni Bugel Pranan Jumlah

62 68 50 47 51 1233

46

47

Nb: Dalam tabel ini disajikan data yang telah dihitung oleh Puskesmas Polokarto. Oleh karena itu data yang kami dapat dari puskesmas sudah dalam bentuk jadi. Rumus Menghitung Jumlah Sasaran Jumlah Bayi Puskesmas = X Jumlah bayi kabupaten tahun ini Jumlah Ibu Hamil = 1,1 X Jumlah bayi = 21,9 % X Jumlah penduduk

Jumlah WUS ( 15-35 Tahun)

a. Menentukan target cakupan Menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan. Target cakupan maksimal 100%. Puskesmas sekitar 97%. b. Menghitung indeks pemakaian vaksin Indeks pemakaian vaksin adalah rata-rata jumlah dosis diberikan untuk setiap ampul/vial vaksin. Polokarto menetapkan target cakupannya adalah

LAPORAN PERMINTAAN DAN PEMAKAIAN VAKSIN PUSKESMAS POLOKARTO, SUKOHARJO BULAN FEBRUARI 2012
Pemantauan Vaksin Sisa Vaksin Bulan Lalu Diterima Bulan Ini Jumlah BCG 16 60 76 DPT 61 100 161 POLIO 94 105 190 CAMPAK 0 35 35 TT 0 45 45 UNIJEK 81 0 81
48

Dipakai Bulan Ini Sisa Bulan Ini Jumlah Imunisasi Bulan Ini Ip Vaksin

34 42 102 3.0

82 79 327 4.0

79 120 457 5.8

26 9 113 4.3

29 16 98 3.4

41 40 39 1

Nb: Dalam tabel ini disajikan data yang telah dihitung oleh Puskesmas Polokarto. Oleh karena itu data yang kami dapat dari puskesmas sudah dalam bentuk jadi. c. Menghitung kebutuhan vaksin Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke tingkat kota, kemudian dari kota dikirim ke tingkat provinsi, lalu ke pusat.

d. Perencanaan kebutuhan alat suntik dan safety box

1) Alat suntik 0,05 ml untuk imunisasi BCG Kebutuhan = sasaran x target cakupan BCG 2) Alat suntik 0,5 ml untuk imunisasi DPT, Campak, dan TT Kebutuhan = sasaran x target cakupan 3) Alat suntik 5 ml untuk melarutkan vaksin Kebutuhan alat suntik = jumlah vaksin sediaan kering yang dibutuhkan
4) Safety box (SB), yang digunakan untuk membuang limbah

medis tajam Kebutuhan = jumlah alat suntik seluruhnya / 100 * Pemantauan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi a. Menentukan klasifikasi KIPI b. Melakukan pelaporan KIPI Identitas anak lengkap dan jelas
49

Jenis vaksin yang diberikan, dosis, nomor batch, siapa yang memberikan Nama dokter yang bertanggung jawab Riwayat KIPI imunisasi terdahulu

1) Penanganan KIPI 1. Penyebab karena vaksin Jenis Reaksi lokal ringan Reaksi lokal berat Reaksi umum Kolaps Syok anafilaktik Tindakan Kompres hangat, jika nyeri diberi parasetamol Kompres hangat, parasetamol Minum air hangat, selimut, dan parasetamol Rangsang dengan bau, bila tidak teratasi dalam 30 menit, rujuk Suntikan adrenalin, bila mulai membaik suntikkan kortiko steroid, pasang infus NaCl 0,9 %, rujuk RS
10

2. Penyebab karena tata laksana program Jenis Abses Pembengkaka n Sepsis Tetanus Syok anafilaktik 3. Penyebab karena faktor penerima/ pejamu Jenis Alergi Faktor Tindakan Kortikostreroid, jika berlanjut pasang infus NaCl 0,9 % Tenangkan, beri minum air hangat, pingsan
50

Tindakan Kompres hangat, parasetamol Kompres hangat kompres hangat, parasetamol, dan rujuk RS Rujuk RS Rujuk RS

psikologis

beri wewangian, setelah sadar beri minum air teh hangat

4. Koinsiden (faktor kebetulan) Jenis Faktor kebetulan Tindakan Tangani sesuai gejala, cari info apakah ada kejadian yang sama, kirim RS

Dari data yang kami dapatkan dari pihak Puskesmas Polokarto, bahwa selama pelaksanaan program imunisasi belum pernah terjadi kasus Kejadian Ikut Pasca Imunisasi (KIPI) di puskesmas tersebut.

51

BAB IV PEMBAHASAN Dalam kegiatan Field Lab di Puskesmas, setiap mahasiswa melakukan observasi terhadap pelaksanaan imunisasi. Di Puskesmas Polokarto, program imunisasi dilakukan secara rutin dan sudah ditentukan tanggal pelaksanaannya, hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas vaksin. Pelaksanaan imunisasi diadakan oleh Bidan di kecamatan Polokarto. Setiap ibu dan balita yang hendak mendapatkan imunisasi diwajibkan membawa buku pemantauan ibu hamil dan balita. Hal ini bertujuan agar bidan yang memeriksa dapat mengetahui dan mengecek kembali imunisasi yang pernah diberikan sebelumnya. Tujuannya untuk meminimalisasi kekeliruan pemberian imunisasi pada usia balita yang bersangkutan. Imunisasi dasar BCG diberikan pada bayi yang baru lahir atau maksimal pada usia 1 bulan. Vaksin BCG merupakan salah satu vaksin yang memiliki bentuk sediaan kering. Jadi, vaksin tersebut harus dilarutkan menggunakan diluent khusus BCG menggunakan alat suntik oplos. Satu kemasan vial BCG dapat digunakan kira-kira untuk 20 anak. Namun, pada praktek di lapangan, 1 sediaan BCG hanya dapat dipakai untuk 7 anak, hal ini terjadi karena adanya vaksin yang terbuang ketika membuang gelembung dari semprit atau terbuang saat mencocokkan dosis pemberian. Vaksin BCG yang telah dilarutkan hanya bisa digunakan untuk satu kali kegiatan dan bila bersisa harus dibuang karena vaksin BCG hanya boleh digunakan tidak lebih dari 3 jam setelah dilarutkan. Vaksin BCG diberikan secara intrakutan pada sepertiga bagian lengan kanan atas. Jarum spuit dimasukkan ke dalam kulit dengan posisi sejajar lengan anak. Efek nyata yang timbul adalah
52

adanya indurasi yang berwarna pucat dan bening pada bagian atas tempat penyuntikan. Hal ini masih berada dalam batas wajar dan akan menghilang air dalam bersih waktu karena beberapa penggunaan jam. alkohol Ketika atau membersihkan lengan yang akan disuntik, dianjurkan untuk menggunakan desinfektan dapat merusak vaksin BCG. Imunisasi dasar yang lain adalah imunisasi campak yang idealnya diberikan pada bayi berusia 9 11 bulan. Sediaan vaksin campak juga berbentuk kemasan kering seperti BCG. Jadi, harus dilarutkan menggunakan diluent khusus vaksin campak sebanyak 5 ml dan satu kemasan vial vaksin campak ini berisi 10 dosis vaksinasi, namun pada prktek dilapangan, hanya dapat dipakai untuk 5 anak. Vaksin campak diberikan secara subkutan pada sepertiga bagian lengan atas. Namun, suntikan vaksin campak ini tidak menimbulkan indurasi seperti pada BCG. Sementara itu, imunisasi dasar DPT pada balita biasanya digabung dengan imunisasi Hepatitis B menggunakan vaksin DPT Combo. Vaksin campuran ini disebut vaksin DPT-HB karna nama COMBO adalah nama merek, sehingga sekarang tidak lagi disebut demikian. Vaksin DPT Combo ini diberikan sebanyak 3 kali dengan interval waktu 1 bulan pada bayi berusia 2 9 bulan. Sediaan vaksin DPT Combo adalah sediaan cair dengan satu kemasan vial 5 ml kira-kira untuk 8 10 suntikan vaksin. Vaksin DPT Combo disuntikkan secara intramuskuler pada bagian pertengahan paha anterolateral (paha bagian luar). Variasi tempat pemberian suntikan ini dimaksudkan untuk membedakan suntikan vaksin satu dengan yang lain. Vaksin ini diberikan untuk membentuk antibodi terhadap bakteri dipteri, pertusis, dan tetanus, serta Hepatitis B. Namun, pada bayi baru lahir (0-7 hari) diberikan vaksin Hb 0 yang menggunakan suatu suntikan khusus sekali pakai. Imunisasi dasar yang terakhir adalah vaksin polio yang diberikan per oral atau Oral Polio Vaccine (OPV). OPV harus diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berumur 1 tahun. Satu
53

kemasan vial OPV yang dilengkapi pipet tetes berisi 1 ml vaksin cair atau kurang lebih 20 tetes. Dosis OPV per anak adalah 2 tetes, jadi satu vial OPV cukup untuk sekitar 10 anak, namun pada kenyataan di lapangan, 1 vial OPV hanya dapat dipakai untuk 7 anak. Vaksin diberikan pada umur-umur tertentu sebab saat janin dan neonatus belum mempunyai kelenjar getah bening yang berkembang kecuali timus. Janin dapat membentuk IgM pada gestasi 6 bulan. Kemudian kadar IgM meningkat secara perlahan waktu lahir. Sedangkan IgG didapatkan dalam janin sekitar gestasi bulan ke-2 berasal dari ibu yang ditransfer melalui plasenta, bersifat antitoksik, antivirus, dan antibakterial. Kadar IgG meningkat dan mencapai puncaknya sekitar gestasi bulan ke-4. Namun setelah lahir, kadar IgG menurun perlahan bila bayi mulai membuat antibodinya sendiri. Di samping memberi perlindungan kepada bayi terhadap infeksi atau toksin, antibodi Ibu dapat pula mengurangi respons terhadap antigen (vaksin). Oleh karena itu pemberian berbagai imunisasi dengan vaksin yang berbedaberbeda pula pada saat janin berusia tertentu. Ketika akan menerima pemberian imunisasi, dianjurkan anak dalam keadaan sehat, tidak demam, dan tidak ada keluhan apapun. Hal ini dilakukan untuk menghindari kejadian ikutan yang tidak diharapkan. Karena, walaupun demam/panas adalah reaksi normal imunisasi, orang tua balita pasti akan marah atau tidak terima bila anaknya yang sedang tidak sehat malah jadi demam setelah imunisasi. Jadi, untuk menghindari hal tersebut, si balita harus dalam keadaan sehat. Setiap selesai memberi imunisasi, seorang petugas kesehatan perlu memberikan edukasi kepada orang tua anak agar orang tua tidak khawatir saat anaknya demam. Dan juga agar orang tua dapt langsung tanggap untuk membawa anaknya ke dokter bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Orang tua juga perlu diberi obat penurun panas sebagai persiapan apabila anaknya demam cukup tinggi dan tidak segera
54

turun dalam waktu 24 jam. Hal yang sering terjadi di masyarakat vaksin yang tertera di KIA, hal ini bisa adalah mengenai disebabkan oleh pemberian imunisasi yang kurang sesuai dengan waktu pemberian ketidaktahuan imunisasi di masyarakat kegiatan tentang pentingnya Puskesmas pemberian Polokarto

imunisasi yang tepat waktu. Pada beberapa balita yang menjalani imunisasi rutin ditemukan waktu pemberian imunisasi yang tidak sesuai dengan waktu pemberian imunisasi yang tepat seperti yang tercantum pada KIA. Sebenarnya hal ini tidak terlalu beresiko selama pemberian imunisasi sesuai prosedur dan keadaan bayi sehat. Resiko dari hal ini hanya berkisar mengenai menurunnya efektivitas vaksin yang diberikan berkaitan dengan usia antibodi yang didapat bayi dari ibunya. Pada imunisasi campak contohnya, pemberian vaksin campak yang terlalu dini menurunkan efektivitas vaksin campak sebab antibodi kekebalan yang pada bayi yang didapat dari ibu masih kuat sempurna sebab vaksin akan lebih dulu sehingga pemberian vaksin campak tidak akan memberikan efek dihancurkan oleh antibodi yang didapat dari ibu sebelum sel-sel imun bayi, seperti sel B dan sel T yang seharusnya membentuk memori untuk respon kekebalan selanjutnya sempat dirangsang oleh adanya antigen berupa vaksin yang masuk. Vaksin campak diberikan saat anak berusia 9 bulan, karena pada usia tersebut kekebalan bawaan yang didapat dari ibu sudah berkurang. Selain pemberian yang terlalu dini, keterlambatan pemberian imunisasi juga berdampak buruk pada balita, yaitu terjangkitnya balita oleh penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan pemberian imunisasi yang tepat waktu. Hal lain yang terkadang menjadi permasalahan dalam masyarakat tentang imunisasi seperti yang disampaikan oleh instruktur kehalalan pada vaksin pertemuan imunisasi hari pertama adalah mengenai masyarakat
55

mengingat

mayoritas

indonesia adalah muslim. Berikut kriteria vaksin yang halal menurut MUI : 1. Memberikan asupan nutrisi atau zat gizi atau makanan tertentu yang memaksimalkan pembangunan dan pemeliharaan sistem imun atau kekebalan tubuh manusia. 2. Memberikan asupan nutrisi atau zat gizi atau makanan tertentu yang meminimalkan dan menghilangkan zat yang bersifat menurunkan kerja sistem imun atau kekebalan tubuh manusia. 3. Menjauhkan dan menghentikan asupan nutrisi yang bersifat menurunkan pembangunan dan pemeliharaan sistem imun atau kekebalan tubuh manusia. 4. Tidak memberikan vaksinasi yang mengandung Toksin/Racun bahan berbahaya yang menjadi ancaman kesehatan manusia, diantaranya: a. Kimiawi Sintetis b. Logam Berat (Heavy Metal) c. Hasil Metabolit parsial d. Toksin Bakteri e. Komponen dinding sel
5. Tidak

memberikan

vaksinasi

dan

obat-obatan

yang

mengandung bahan yang haram secara syariat. a. Alkohol dan turunannya, yang bersifat seperti alkohol, yaitu yang apabila dikonsumsi secara banyak akan memabukkan. b. Tidak mengandung Darah, daging Babi, dan hewan yang ketika disembelih tidak menyebutkan nama Allah. c. Tidak daging yang diharamkan menurut syariat, contoh: Binatang Buas, Bertaring, bangkai dll. d. Tidak dikembangbiakkan di dalam darah hewan apapun, daging babi, dan di dalam makhluk hidup yang diharamkan menurut syariat.

56

Vaksin yang beredar di Indonesia dan digunakan untuk pelaksanaan disebutkan di program atas imunisasi sehingga memenuhi diharapkan kriteria tidak ada yang lagi

kekhawatiran di masyarakat mengenai hal ini. Vaksin yang barubaru ini menjadi perdebatan adalah vaksin meningitis (untuk calon jemaat haji) namun kehalalan vaksin tersebut juga tak perlu dikhawatirkan lagi sebab sudah dinyatakan dalam fatwa MUI serta banyak pernyataan lain dari Lembaga maupun individu yang berkompeten dalam hal ini bahwa vaksin meningitis adalah halal. BAB V PENUTUP A .KESIMPULAN 1. Pemberian Imunisasi penting untuk dilakukan secara rutin, untuk membentuk sistem imun tubuh yang kuat dan bisa melatih sistem imunnya terhadap patogen tertentu.
2. Pelaksanaan Imunisasi yang baik, adalah pelaksanaan yang

memperhatikan pelaksanaan yang sesuai prosedur yang benar, menentukan jumlah sasaran, menentukan target cakupan, menentukan indeks pemakaian vaksin, menentukan kebutuhan vaksin, menentukan kebutuhan alat suntik dan safety box, menentukan jika terjadi peralatan KIPI ( rantai vaksin Ikutan dan Pasca menentukan kelayakan vaksin, penyimpanan vaksin, hingga penanganan Imunisasi). B. SARAN
1. Perlunya peningkatan sosialisasi imunisasi kepada masyarakat untuk mempertahankan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di semua daerah. 2. Perlunya meningkatkan dan mempertahankan sistem pelaksanaan imunisasi yang baik dan tepat agar nantinya bisa meningkatkan kualitas pelaksanaan imunisasi di Indonesia dan menekan kasus KIPI.

Kejadian

57

DAFTAR PUSTAKA
14

Dorland, W.A. Newman, alih bahasa, Hartanto, Huriawati. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta. 2012. Manual Field Lab: Program Imunisasi. Surakarta: Fakultas Keokteran UNS Wahab, A.S., Julia, M., 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya Medika Markum, A.H. (1997). Imunisasi, ed.II. Jakarta, Balai Penerbit FKUI

58

You might also like