You are on page 1of 14

1

PENDAHULUAN Latar Belakang Kanker merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal tidak terkontrol (sel neoplasma) yang merupakan hasil mutasi dari sel normal. Pertumbuhan sel neoplasma ini dapat mengganggu fungsi normal dari organ-organ vital dan dapat menyebar ke seluruh tubuh (metastasis) (American Cancer Society, 2010). Pada tahun 2007 American Cancer Society melaporkan, penyakit kanker menempati urutan kedua di dunia penyebab kematian setelah penyakit jantung, lebih dari 12 juta penduduk dunia menderita kanker, dan lebih dari 7 juta diantaranya menyebabkan kematian. Diperkirakan, pada tahun 2050 akan meningkat menjadi lebih dari 17 juta kematian akibat kanker. Di Indonesia, berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor 5 di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk (Depkes RI, 2007). Kanker paru menempati urutan pertama penyebab kematian akibat kanker, angka mortalitas akibat kanker paru adalah lebih dari 1,4 juta/tahun (WHO, 2003). Berdasarkan GLOBACAN database pada tahun 2002, insiden kanker paru di Indonesia adalah 21.659 per 100.000 penduduk, dengan jumlah kematian sekitar 20.035. Pria memiliki angka mortalitas akibat kanker paru lebih tinggi dibandingkan wanita : angka mortalitas pada pria sekitar 14.299, sedangkan pada wanita angka mortalitasnya sekitar 5.736 pada tahun 2002. Melihat tingginya angka kematian (lebih dari 80% dari incidence), maka kanker paru merupakan masalah global yang sangat perlu diperhatikan, terutama di bidang kesehatan. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Sementara itu, lebih dari 97 juta penduduk Indonesia dan 70% anak-anak di bawah umur 15 tahun adalah perokok pasif yang terus menerus terpapar. Lima puluh persen perokok aktif akan meninggal akibat penyakit yang terkait dengan asap rokok, yang kebanyakan dikarenakan kanker paru. Sedangkan penyebab tingginya angka kematian pada kasus kanker paru sering diakibatkan karena penundaan tindakan medis. Penundaan tindakan medis akan berdampak buruk karena dalam masa tertentu, kanker dapat menjalar ke bagian tubuh lain (metastasis). Akibatnya, kondisi pasien lebih buruk saat dilakukan operasi (Bandoso, 2006). Metastasis pada umumnya dipengaruhi oleh proses angiogenesis atau pertumbuhan pembuluh darah baru yang memfasilitasi sel-sel kanker untuk menyebar. Penyebaran kanker dapat terjadi karena tidak terkontrolnya pertumbuhan sel kanker hingga akhirnya menyebar ke tempat lain. Pengobatan maupun pencegahan metastasis kanker paru sekarang ini cukup beragam dan semakin terspesifikasi untuk jenis dan staging tertentu, akan tetapi, hasil yang diperoleh seringkali membawa beragam efek samping kepada pasien, seperti mual dan muntah, diare, rasa terbakar, dan kebotakan di samping biaya yang cukup tinggi (National Collaborating Center for Acute Care, 2005). Berdasarkan kondisi diatas, maka diperlukan

suatu terapi alternatif yang alami, mudah didapat, dimanfaatkan, serta seminimal mungkin menimbulkan efek samping. Salah satu bahan alam yang berpotensi untuk terapi kanker paru adalah zat rutin yang didapatkan dari tembakau. Berdasarkan hasil survei, dalam hal produksi tembakau, Indonesia termasuk dalam jajaran sepuluh negara produsen daun tembakau terbesar tahun 2002, yaitu menduduki peringkat ke-7. Kontribusi Indonesia sekitar 150.000 ton daun tembakau atau 2,3% dari suplai dunia. Pada tahun 2000, lahan pertanian untuk penanaman tembakau adalah 0,82% dari total lahan pertanian semusim dan 0,37% dari total lahan pertanian (FAO STAT Agricultural database, 2002). Namun, sebagian besar pemanfaatan tembakau justru difokuskan pada pembuatan rokok dan cerutu yang menimbulkan efek negatif bagi masyarakat pada umumnya. Tembakau memiliki kandungan zat aktif yang cukup tinggi, salah satu kandungan zat aktif tembakau adalah zat rutin. Kandungan zat aktif rutin mampu menghasilkan efek anti angiogenik (Guruvayoorappan, et al., 2007), dimana proses angiogenesis ini berperan penting dalam metasatasis kanker paru. Sehingga, apabila zat rutin mampu menghambat proses angiogenesis, maka proses metastasis pun dapat dihambat. Kandungan zat rutin juga ditemukan pada olahan tembakau, yaitu rokok. Akan tetapi, karena kandungan pada rokok yang dominan adalah kandungan yang memiliki efek karsinogenik (Tar, Cadmium, dan arsenik), maka efek anti angiogenik zat rutin pada rokok tidak berpengaruh signifikan, dibandingkan jika kita mengisolasi secara khusus kandungan zat rutin pada tembakau. Berdasar tinjauan di atas, tembakau tidak hanya dimanfaatkan untuk produksi rokok yang justru memicu timbulnya kanker paru, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai terapi metastasis pada kanker paru, yang mana metastasis merupakan penyebab kematian pada kanker paru. Hal ini akan mengubah paradigma masyarakat atas tembakau yang selama ini dirasa hanya membawa dampak buruk bagi kehidupan menjadi sumber daya yang patut disyukuri keberadaannya Selain itu, paradigma mengenai pembuatan obat menjadi tidak terpusat pada obat-obatan kimiawi saja, akan tetapi turut melibatkan bahan-bahan herbal, yang berasal dari alam dan tidak membahayakan jiwa manusia sendiri.

Tujuan
1. Mengetahui

mekanisme kerja zat rutin pada tembakau dalam menghambat metastasis kanker paru. 2. Mengetahui cara pengolahan tembakau dan dosis efektif zat rutin dalam menghambat metastasis kanker paru. 3. Mengetahui strategi yang dapat dilakukan untuk mengaplikasikan secara menyeluruh dalam masyarakat. Manfaat

3 1. Manfaat bagi masyarakat : memberikan informasi kepada masyarakat mengenai

pemanfaatan zat rutin tembakau untuk menghambat metastasis kanker paru 2. Manfaat akademis : Sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut mengenai obat herbal dalam menghambat metastasis kanker paru. GAGASAN Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan 1. Kanker Paru-paru a) Definisi Kanker Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. Menurut World Health Organization (WHO) tahun2003, kanker paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita (Ferlay et al., 2004).

b) Penyebab Kanker

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti pada kanker paru belum diketahui, tetapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain. Ferlay et al.,(2004), telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah rural, genetik (terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam kanker paru yakni : Proto oncogen, Tumor suppressor gene, Gene encoding enzyme) (Octo,2009).

c) Mekanisme Metastasis Metastasis adalah proses penyebaran dari sel-sel kanker dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain melalui aliran darah ataupun sistem limfatik, disebut juga pertumbuhan sekunder (Kirsch et al., 2004). Namun, proses metastasis ini dipengaruhi oleh faktor-faktor penting seperti proses angiogenesis yang dipicu oleh keberadaan TAMs (Tumor Associated Macrophages). Proses angiogenesis juga menjadi kunci pokok pada pertumbuhan sel tumor (pemberian nutrisi) dan juga berperan penting dalam metastasis kanker (Roy et al., 2002).

i.

Angiogenesis

Angiogenesis adalah proses yang kompleks yang menyangkut beberapa tipe sel dan mediator untuk memunculkan lingkungan mikro spesifik yang sesuai untuk pembentukan kapiler baru dari pembuluh yang sudah ada sebelumnya (Bergers dan Benjamin, 2003; Lingen, 2001). Proses pembentukan pembuluh darah baru ini berasal dari pembuluh darah yang telah ada, pada umumnya melalui beberapa tahapan, termasuk aktivasi sel endothelial (sel yang melingkupi/meliputi pembuluh darah), perusakan membran dasar, migrasi, proliferasi, serta pembentukan saluran berongga semacam pipa/tabung dari sel endotelial (Gambar 1)(Angiogenesis foundation, 2000)

Gambar 1. Proses angiogenesis (Angiogenesis foundation, 2000)

Kanker akan menginduksi pertumbuhan pembuluh darah baru (angiogenesis) dengan mengeluarkan berbagai macam growth factor, contoh growth factor yang cukup berperan dalam angiogenesis adalah Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). VEGF dapat menginduksi pertumbuhan kapiler ke dalam kanker, yang mana pertumbuhan kapiler ini berperan dalam memberikan nutrisi pada sel-sel kanker, sehingga memudahkan ekspansi sel-sel kanker. Dalam keadaan normal, proses angiogenesis ini dikontrol oleh enzim Protein Kinase G (PKG) yang berfungsi sebagai enzim anti-VEGF. Pada penderita yang terkena kanker, produksi enzim PKG ini akan dihentikan oleh sel-sel kanker, sehingga pembuluh darah baru akan terus terbentuk sebagai akibat dari VEGF yang terus-menerus dikeluarkan (McDougall et al., 2006). Aliran darah baru yang terbentuk ini mempercepat perluasan sel-sel neoplastik, selsel kanker yang berkoloni di paru-paru akan menyebar ke organ-organ vital , penyebaran tersebut difasilitasi dengan pembentukan pembuluh darah baru melalui angiogenesis. Dengan demikian, penyebaran sel-sel tumor ke tempat-tempat yang lebih jauh pun terjadi. Hal ini menandakan bahwa angiogenesis turut berperan dalam

metastasis ataupun penyebaran sel-sel kanker, dalam hal ini termasuk sel-sel kanker paru juga.

ii.

TAMs (Tumor Associated Macrophages) TAMs (Tumor Associated Macrophages) adalah makrofag yang terkait dangan tumor. TAMs memiliki fungsi pleitropic (beberapa fungsi) yang dapat mempengaruhi tumor baik dalam hal perkembangan maupun regresi (Mantovani et a.l,1994). TAMs dapat menginduksi metastasis kanker paru dengan beberapa mekanisme, yaitu : (1) menginduksi proses angiogenesis (2) menginduksi pertumbuhan tumor (3) meningkatkan migrasi dan invasi sel tumor.

Sebagai contoh, pada jaringan neoplastik (tidak sehat, mengandung tumor) pada paru menunjukkan adanya infiltrasi inflamatori dan ditandai dengan keberadaan TAMs. TAMs mempunyai kemampuan untuk mengatur pertumbuhan/kelangsungan hidup tumor, baik secara positif ataupun negatif. Sebagaimana fungsi makrofag, maka TAMs memiliki peran sitostatik ( penghambatan ) sel tumor. Akan tetapi, sebaliknya kelangsungan hidup daripada sel tumor ditingkatkan, dengan melepas sitokin angiogenik dan mitogenik dalam lingkungan mikro tumor. Contoh sitokin angiogenik yang dikeluarkan antara lain, VEGF (Barbera-Guillem et al., 2002) dan sitokin proinflamatori seperti IL-1 dan TNF- turut dipengaruhi (Kataki et al., 2002; Ghezzi et al., 1991; Naldini et al., Balkwill dan Mantovani 2001; Cheng dan Chen, 2001). Dijelaskan sebelumnya, VEGF dapat menginduksi proses angiogenesis atau pembentukan pembuluh darah baru. Karena VEGF ditingkatkan oleh TAMs, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses angiogenesis akan lebih diinduksi dengan aktivitas TAMs.

Pengobatan Kanker yang Telah Ada Saat Ini Penyakit kanker saat ini masih saja menjadi suatu hal yang belum bisa ditangani secara sempurna oleh para tenaga medis di seluruh dunia. Pengobatan dan penyembuhan kanker paru pun sekarang ini seringkali turut memberikan efek samping tertentu bagi pasiennya. Selain itu, terapi kanker menghabiskan biaya yang tidak sedikit, sehingga tidak semua penderita kanker dapat memperoleh terapi untuk kanker. Sebagai contohnya :
1. Pengobatan Bedah : merupakan penanganan lokal untuk kanker paru. Cara ini

digunakan sebagai usaha untuk menyembuhkan ataupun mengurangi gejala. Semua prosedur pembedahan mengakibatkan rasa nyeri setelah operasi. Komplikasi yang

mungkin muncul setelah pembedahan adalah pendarahan, infeksi, penumpukan cairan di paru-paru(edema) (Cancer Research UK, 2009). 2. Radioterapi: menggunakan radiasi berenergi tinggi yang disebut ionizing radiation untuk menghentikan pembelahan sel kanker. Terapi ini merupakan bentuk terapi lokal pada kanker dan sering digunakan sebagai terapi tambahan pada pengobatan kanker paru. Efek samping yang umum terjadi ialah: batuk, napas pendek, rontoknya rambut, hilangnya nafsu makan, mulut kering, masalah kulit dan mulut, kesulitan menelan (esophagitis), penurunan fungsi mental pada radiasi otak (Cancer Research UK, 2009) 3. Kemoterapi: merupakan terapi sistemik, artinya, terapi ini dipapar ke seluruh tubuh.. Kemoterapi dilakukan dengan tujuan mencegah penyebaran kanker, memperlambat pertumbuhan kanker. Efek sampingnya antara lain: konstipasi, diare, rontoknya rambut, hilangnya nafsu makan, gangguan memori, lambat berpikir, kelelahan mental, mulit kering, perubahan rasa, mual, muntah, mati rasa, nyeri pada tangan dan kaki, anemia, menurunnya jumlah trombosit dan sel darah putih. (National Collaborating Center for Acute Care, 2005) 4. Terapi biphosphonates merupakan pengobatan metastasis kanker paru pada tulang. Namun, efeknya bisa memberikan dampak serius seperti depresi, anemia, detak jantung tak teratur, bengkak, bercak putih di mulut, demam, sakit luar biasa pada tulang, otot, ataupun sendi, mati rasa ataupun perasaan terbakar pada kulit (National Collaborating Center for Acute Care, 2005). Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki Melalui Gagasan Yang Diajukan.
1. Deskripsi Ketersediaan Alam Kegunaan Zat Rutin pada Tembakau a) Potensi Tembakau (Nicotiana tabacum) i. Klasifikasi dan Persebaran Tembakau

Tembakau(Nicotiana tabacum) adalah tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman perkebunan. Pemanfaatan tanaman tembakau terutama pada daunnya yaitu untuk pembuatan rokok. (Cahyono, 1998). Proporsi kadar nikotin pada daun tembakau bergantung kepada varietas, tanah tempat tumbuh tanaman, dan kultur teknis serta proses pengolahan daunnya (Abdullah, 1982). Hampir seluruh (96%) produksi tembakau Indonesia berasal dari tiga propinsi. Produksi tembakau terbanyak adalah di propinsi Jawa Timur (56%) kemudian Jawa Tengah (23%) dan NTB (17%) dan sisanya di DI Yogyakarta, Sumatera Utara, Jawa Barat dan Bali (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian, 2002 ).

ii.

Zat Rutin pada Tembakau Tembakau adalah tanaman obat yang penting,karena tanaman ini kaya akan alkaloid dan flavonoid. Rutin adalah salah satu jenis flavonoid penting yang terkandung dalam tembakau. Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Haiyan et al. (2008), telah menemukan bahwa di dalam daun tembakau ternyata kaya

akan polifenol yang berfungsi untuk mengurangi penyebaran penyakit dalam tubuh dan mengurangi strees. Polifenol yang dominan di dalam daun tembakau adalah asam klorogenik dan rutin. Rutin merupakan anggota keluarga bioflavonoid yang hadir pada tumbuhan tingkat tinggi dalam banyak sayuran,memiliki struktur kimia C27H30O16, yang telah ditemukan sebagai anti inflamasi (Ihme et al.,1996), antioksidan dan anti angiogenik (Gambar.2). (Bombardelli and Morrazzoni,1993; Oomah and Mozza,1996).

Gambar 2. Zat Rutin (Ihme et al.,1996)

Rutin disebut juga sebagai rutoside, quercetin-3-rutinoside and sophorin. Rutin penting karena memperkuat kapiler sehingga mengurangi potensi pendarahan dan juga menghentikan edema vena. Rutin juga membantu mencegah atherogenesis dan mengurangi sitotoksisitas dari kolesterol LDL yang teroksidasi. Rutin paling banyak ditemukan dalam buckwheatt. Selain itu, terdapat pula pada daun rue (Ruta graveolens), asparagus, jeruk dan familinya (buah-buahan citrus). Namun tembakau merupakan sumber rutin yang paling ekonomis dan melimpah keberadaanya. Rutin murni diperoleh sebagai kristal kuning yang pahit yang menghasilkan zat quercetin pada dekomposisi.(Kreft, 1999) Rutin merupakan sebuah obat yang baru, murah, tidak beracun yang bisa didapatkan dari buckwheat (soba), tembakau, dan minimal 35 tanaman lain. Manfat rutin pada beberapa studi klinis telah banyak dibuktikan. Beberapa studi klinis menyebutkan bahwa, zat rutin memiliki beberapa manfaat di bidang kesehatan yaitu dapat memperkuat kapiler darah.

2. Mekanisme Zat Rutin Pada Tembakau Dalam Menghambat Metastasis Kanker Paru a) Mekanisme Rutin dalam Menghambat Metastasis Kanker Paru

Angiogenesis adalah proses yang kompleks yang menyangkut beberapa tipe sel dan mediator untuk memunculkan lingkungan mikro spesifik yang sesuai untuk pembentukan kapiler baru dari pembuluh yang sudah ada sebelumnya, proses ini merupakan proses kunci metastasis kanker (Bergers dan Benjamin, 2003; Lingen, 2001). TAMs (Tumor Associated Macrophages) berperan dalam proses angiogenesis, dengan mengekspresikan mediator pro-angiogenesis yaitu VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor)(Barbera-Guillem et al., 2002), IL- , dan TNF- (Kataki et al., 2002). Selama perkembangan kanker, TAMs selain mempengaruhi sel-sel kanker, juga akan mempengaruhi sel-sel sehat sekitarnya sehingga proses angiogenesis juga akan semakin menyebar (pro-angiogenesis). VEGF merupakan growth factor yang diekspresikan TAMs yang dapat menginduksi proses angiogenesis atau pembentukan pembuluh darah baru. IL-1 menstimulasi proliferasi sel endotelial, mengekspresikan molekul adhesi, dan semakin menstimulasi angiogenesis kanker paru. Namun IL-1 dapat dihambat dengan pemberian zat rutin. Dalam inflamasi dan angiogenesis, TNF- memainkan dua peran, mengatur perusakan jaringan sekaligus penyembuhan jaringan tersebut. TNF- konsentrasi tinggi menyebabkan kematian sel kanker, sedangkan TNF- konsentrasi rendah justru merangsang pertumbuhan kanker dan penyebarannya. Sehingga diperlukan dosis rutin yang tepat untuk menstimulasi produksi TNF- dalam konsentrasi tinggi. Salah satu efek antiangiogenesis rutin adalah mampu menghasilkan TNF- pada TAMs yang dapat diatur dosisnya sehingga dapat dimanfaatkan untuk mencegah angiogenesis kanker (Barbera et al., 2002). Zat rutin secara signifikan dapat mengurangi ekspresi VEGF dan IL-1, dan mampu menstimulasi ekspresi TNF- pada TAMs (Guruvayoorappan et al., 2007). Dengan berkurangnya ekspresi VEGF dan IL-1, serta peningkatan ekspresi TNF- pada TAMs, maka diyakini zat rutin dapat menghambat proses angiogenesis. Jika angiogenesis yang merupakan proses kunci tidak terjadi, maka metastasis kanker paru pun juga dapat dihambat. Dengan demikian kanker paru tidak menyebar (metastasis) ke organ-organ yang lain. Pengolahan daun tembakau secara tepat akan menghasilkan kadar zat rutin yang sangat berpotensi dalam menghambat metastasis pada kanker paru.

3.

Cara Pengolahan Tembakau dan Dosis Efektif Zat Rutin dalam Menghambat Metastasis Kanker Paru a) Ekstraksi Rutin Pengolahan zat rutin merupakan hal yang penting dalam pengaplikasian zat rutin sebagai penghambat metastasis kanker paru. Zat rutin bisa ditemukan pada daun tembakau non-fermentasi, daun tembakau fermentasi, maupun pada limbah tembakau. Potensi tembakau sebagai sumbar obat yang kaya flavonoid seperti rutin telah diteliti.

Apigenin, quercetin, dan rutin adalah tiga jenis flavonoid yang dapat diisolasi dari daun tembakau. Identitas ke tiga zat tersebut dapat di lihat menggunakan UVvisible,1H-NMR dan 13 C-NMR spektroskopi (Fathiazad et al., 2005 ). Pengolahan tembakau untuk mendapatkan zat rutin dibagi dalam 2 tahap, yaitu :

i. Metode ekstraksi 100 gr daun tembakau dengan pelarut methanol 70% di ekstraksi menggunakan metode perkolasi. Ekstraksi dilakukan hingga tes cyaniding negative. Kemudian ekstrak flavonoid di uapkan pada suhu 50 C mengunakan rotary evaporator pada kondisi vakum sehingga didapatkan ekstrak flavonoid yang masih mengandung air.

ii. Isolasi zat rutin Isolasi flavonoid dilakukan dengan melarutkan ektsrak ke dalam pelarut tertentu untuk memisahkan rutin dari flavonoid jenis lain. Pelarut yang digunakan adalah petroleum eter, kloroform, etil asetat atau n-butanol. Hasil penelitian Fathiazad et al., (2005) pada fraksi etil asetat inilah terdapat kandungan rutin yang terisolasi dari senyawa lainnya karena kelarutan rutin di dalam etil asetat paling tinggi. Kemudian digunakan kromatografi kolom (CC) untuk mengidentifikasi kandungan zat rutin dalam ekstrak, disini digunakan fase gerak etil asetat (48 pecahan),etil asetat-metanol-air(70-15-5) (96 pecahan) dan methanol-air(85-25) (48 pecahan). Laju aliran CC dipertahankan pada kecepatan 6 tetes/menit. Hasil dari CC yang mengunakan 3 fase gerak di atas masing-masing diberi pereaksi uap amoniak dan divisualisasi mengunakan UV-visible spektroskopi. Dari setiap fraksi fase gerak yang mengandung satu flavonoid utama, dilakukan identifikasi dengan metode kromatografi lapis tipis (TLC). Metode TLC mengunakan plat silica gel sebagai fase diam dan fase gerak yang digunakan adalah etil asetat-metanol (95-5), etil asetat-metanol (90-10), etil asetatmetanol-air (55-15-4). Hasil dari TLC divisualisasikan mengunakan UV-visible spektroskopi. Warna bercak dan Rf-nya dibandingkan dengan larutan baku (rutin) untuk membuktikan kemurniannya.

b) Dosis efektif zat rutin dan cara pemberian Kadar zat rutin dalam tembakau telah dianalisis menggunakan UV-visible, 1HNMR dan 13 C-NMR spektroskopi. Berdasarkan hasil analisis tersebut, limbah daun tembakau (0,6%) memiliki kandungan zat rutin lebih rendah dari daun tembakau nonfermentasi (1,5%). Pada daun tembakau hasil fermentasi, kandungan zat rutin adalah

10

0,5% dari keseluruhan daun tembakau. Hal ini mengindikasikan bahwa zat rutin akan dimetabolisme selama proses fermentasi. Jumlah kandungan zat rutin pada daun tembakau tersebut dapat dikatakan cukup potensial digunakan sebagai terapi terhadap suatu penyakit, termasuk dalam menghambat metastasis kanker paru. Selain itu, meskipun kandungan zat rutinnya tidak sebanyak di daun tembakau non-fermnetasi, limbah daun tembakau lebih mudah dan murah dimanfaatkan dalam proses ekstraksi dalam industri farmasi (Fathiazad et al., 2005). Studi secara in vivo pada mencit menyebutkan, dosis yang diperlukan untuk menghambat proses Angiogenesis adalah sekitar 200M/kgBB yang diberikan secara intraperitoneal (injeksi)(Fathiazad et al., 2005). Dengan berat molekul zat rutin yaitu 610 g/mol, maka dosis zat rutin setara dengan 122 mg/kgBB. Pada studi lain menyebutkan, bahwa pemberian zat rutin dengan dosis tunggal akan meningkatkan masa hidup sekitar 50%, sedangkan pemberian dosis 2 kali sehari, akan meningkatkan masa hidup sekitar 94 % (Lamson, et al., 2000) . Mencit memiliki struktur anatomis dan fisiologis mirip dengan manusia, akan tetapi sensitivitas terhadap obat pada mencit sekitar 0,1 kali daripada manusia. Pada studi sebelumnya menyebutkan bahwa dosis efektif pada mencit sebesar 122 mg/kgBB, maka pada manusia didapatkan dosis efektif sekitar 12,2 mg/kgBB (0,1 x 122 mg) atau kita asumsikan sekitar 13 mg/kgBB (akan tetapi hal ini masih memerlukan suatu uji klinis pada manusia). Sehingga dosis zat rutin yang disarankan sebagai penghambat metastasis kanker paru adalah 6,5 mg/kgBB diberikan 2 kali sehari secara intraperitoneal (injeksi). Kandungan zat rutin berbeda-beda tergantung dengan jenis daun tembakau yang kita gunakan. Misalnya kita ambil contoh pada daun tembakau non-fermentasi, dengan kandungan zat rutin sebesar 1,5%, maka dalam 100 gram daun tembakau akan didapatkan zat rutin sebesar I,5 gram atau sebanding dengan 1500 mg. Dengan asumsi tersebut, maka 100 gram limbah daun tembakau dapat digunakan sebanyak 230 kali (115 hari) dosis penghambat metastasis kanker paru.

Strategi untuk Mengimplementasikan Gagasan pada Masyarakat 1. Langkah-Langkah Startegis Dalam Mengimplementasikankan Gagasan Untuk mengimplementasikan gagasan, diperlukan suatu langkah-langkah strategis agar gagasan yang telah dibuat dapat dijadikan sebagai suatu solusi nyata terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui bidang kesehatan, terutama dalam mengurangi angka kematian (mortalitas) akibat penyakit kanker paru di Indonesia. Strategi Implementasi terhadap gagasan ini dapat dilakukan dalam beberapa 2 tahap, yaitu :

11

a) Pengembangan dan Proses Pengujian zat rutin sebagai Obat. Pada tahap ini terdiri dari 4 proses (diadaptasi dari Amerika Serikat) sehingga nantinya zat rutin pada tembakau dapat diaplikasikan sebagai obat penghambat metastasis kanker paru(Lampiran 1) (Katzung et al, 2001), yaitu: Studi in vitro : dengan menguji efektifitas zat rutin (dari daun tembakau) pada sel kanker paru yang telah diisolasi di luar tubuh makhluk hidup. Studi in vivo (Studi pra-klinis) : pada studi ini menggunakan sampel penelitian berupa hewan coba, hewan coba yang digunakan biasanya tikus (Rattus Novergicus). Studi dilakukan dengan memberikan terapi zat rutin (didapat dari daun tembakau) pada tikus yang telah diinduksi sel kanker (sehingga tikus menderita kanker paru). Tujuan studi ini untuk menguji efektifitas zat rutin langsung pada hewan coba (Rattus Norvegicus) memiliki struktur anatomis dan fisiologis mirip dengan manusia), sebelum diujikan secara klinis pada manusia. Uji Klinis pada manusia : Dilakukan secara bertahap pada populasi manusia, mulai dari populasi kecil hingga besar. Pengujian klinis ini bertujuan untuk menilai efek farmakologis (Farmakokinetik maupun Farmakodinamik) serta keamanannya pada manusia (Efek Toksikologi). Pengawasan Pemasaran Obat: efektifitas zat rutin sebagai penghambat metastasis kanker paru pada uji klinis, akan dievaluasi efektifitasnya. Proses evaluasi akan diawasi oleh suatu badan administratif resmi (Badan POM) milik pemerintah indonesia. Jika ternyata proses evaluasi menunjukkan bahwa zat rutin dapat digunakan secara efektif sebagai penghambat metastasis kanker paru, maka badan administratif yang terkait akan memberikan suatu izin pemasaran. Sehingga zat rutin yang diolah dari daun tembakau, dapat digunakan secara luas di masyarkat. b) Peningkatan kualitas tembakau sebagai penghambat metastasis kanker paru. Pembuktian secara klinis potensi zat rutin dalam tembakau sebagai penghambat metastasis kanker paru, maka pemanfaatan daun tembakau tidak hanya terfokus pada produksi rokok. Pemanfaatan daun tembakau secara bertahap dapat dialihkan sebagai sumber bahan alami utama dalam memgembangkan obat untuk penghambatan metastasis kanker paru. Potensi daun tembakau dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, antara lain : Mengembangkan teknik dalam isolasi dan purifikasi zat rutin dalam daun tembakau. Sehingga kadar zat rutin dalam daun tembakau dapat diperoleh secara maksimal. Meningkatkan kadar zat rutin yang terkandung dalam daun tembakau. teknik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kadar zat rutin dalam tembakau salah satunya adalah dengan teknik DNA rekombinan. DNA rekombinan adalah suatu teknik rekayasa genetik dengan memodifikasi sequence DNA, diharapkan dengan DNA rekombinan kadar zat rutin dalam tembakau dapat ditingkatkan selain itu melalui modifikasi media tanam dengan penambahan bahan-bahan yang

12

diharapkan mampu meningkatkan kandungan zat rutin tembakau (Kuure et al, 2000). Dengan cara diatas diharapkan dapat semakin meningkatkaan potensi daun tembakau sebagai obat herbal dalam menghambat metastasis kanker paru. Secara bertahap diharapkan hal ini dapat menurunkan produksi rokok, karena pemanfaatan daun tembakau tidak lagi terfokus pada produksi rokok.

2.

Pihak-Pihak Yang Akan Dilibatkan Dalam Mengaplikasikan Gagasan a. Dinas Perkebunan Daerah. Dinas Perkebunan Daerah berperan dalam peningkatan ketersediaan bahan utama yaitu daun tembakau. Dinas perkebunan diharapkan dapat menjalin hubungan yang menguntungkan dengan petani tembakau setempat, yaitu dengan membuat suatu regulasi khusus demi peningkatan produksi tembakau serta peningkatan kesejahteraan dari petani tembakau. b. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) c. Untuk mengadakan penelitian lanjutan dalam rangka memanfaatkan kandungan zat rutin tembakau untuk menghambat metastasis kanker paru, dibutuhkan suatu kerja sama dengan LIPI. LIPI, dalam hal ini bagian LITBANG (Penelitian dan Pengembangan) akan sangat berperan dalam memfasilitasi penulis dalam melakukan purifikasi dan isolasi tembakau yang efektif maupun penelitian mengenai peningkatan kadar zat rutin baik melalui teknologi DNA rekombinan ataupun modifikasi media tanam d. Pemerintah Republik Indonesia (DIKTI) Pemerintah Republik Indonesia berperan penting dalam hal memberikan tunjangan dana untuk penelitian yang akan dilakukan demi kemudahan dan kelancaran penelitian, baik penelitian terkait terapi kanker menggunakan daun tembakau, maupun peningkatan kualitas tembakau itu sendiri. e. Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) Badan POM berperan dalam mengawasi proses evaluasi Uji klinis efektifitas zat rutin pada tembakau dalam menghambat metastasis kanker paru. Badan POM berperan dalam pemberian izin pemasaran, apabila setelah melalui uji klinis, zat rutin terbukti efektifitasnya untuk mencegah metastasis kanker paru pada manusia. f. Petani tembakau. Perlu adanya suatu pemahaman kepada petani tembakau, bahwa hasil panen dari pertanian tembakau tidak hanya terfokus untuk produksi rokok. Daun tembakau memiliki potensi lain, yang boleh dikatakan berdampak positif bagi masyarakat banyak yaitu potensi sebagai obat herbal. Dengan demikian jalinan kerjasama petani tembakau tidak hanya dengan perusahaan rokok, akan tetapi juga dengan perusahaan farmasi. g. Perusahaan Farmasi.

13

Perusahaan farmasi berperan dalam pengolahan daun tembakau, agar nantinya didapatkan kandungan zat rutin yang dapat digunakan sebagai penghambat metastasis kanker paru. Perusahaan farmasi diharapkan dapat menawarkan hubungan yang lebih menguntungkan dengan petani, dibandingkan hubungan antara pteani dan perusahaan rokok, sehingga pemanfaatan daun tembakau tidak lagi difokuskan pada produksi rokok.

KESIMPULAN Gagasan
1. Rutin dapat menghambat metastasis kanker paru melalui inhibisi proses

angiogenesis. Rutin akan menghambat ekspresi VEGF dan IL-1 yang dihasilkan TAMs, serta menstimulasi pembentukan TNF-. Dengan demikian, metastasis kanker paru dapat dihambat oleh zat rutin 2. Kandungan zat rutin yang paling tinggi terdapat pada daun tembakau nonfermentasi, yaitu sekitar 1,5 %. Untuk mengambil zat rutin pada tembakau, dilakukan isolasi flavonoid dengan TLC serta CC. 3. Cara pemberian zat rutin bisa dilakukan secara intraperitoneal (injeksi) intraperitoneal. Dosis yang dapat diberikan adalah 6,5 mg/Kg BB diberikan 2 kali sehari.. Strategi Implementasi Strategi implementasi dibagi dalam 2 tahap : 1. Pengembangan dan Proses Pengujian zat rutin sebagai Obat merupakan proses uji efektifitas zat rutin dalam mencegah metastasis kanker paru hingga nantinya dapat dipasarkan 2. Peningkatan kualitas daun tembakau sebagai menghambat metastasis kanker paru dapat dilakukan dengan 2 cara: Memaksimalkan isolasi dan purifikasi zat rutin pada daun tembakau Meningkatkan zat rutin pada tembakau dengan DNA Rekombinan dan Modifikasi media tanam Manfaat dan Dampak Gagasan. 1. Sektor Kesehatan Di Indonesia, 80% penderita kanker paru berakhir dengan kematian dimana sebagian besar diakibatkan olah metastasis kanker paru. Dengan adanya

14

penemuan obat dari bahan alami, yaitu zat rutin pada daun tembakau, diharapkan angka kematian akibat kanker paru di Indonesia yang cukup tinggi dapat ditekan. Rokok merupakan penyebab utama terjadinya kanker paru. Dengan memanfaatkan daun tembakau menjadi produk selain rokok, maka diharapkan produksi rokok di Indonesia secara perlahan-lahan akan berkurang sehingga bisa diwujudkan Indonesia yang lebih sehat nantinya. 2. Sektor Perekonomian dan Pertanian Masyarakat semakin menyadari dampak buruk dari merokok. Karena permintaan rokok semakin berkurang, Secara tidak langsung juga akan membuat permintaan terhadap tembakau semakin menurun. Padahal, tembakau merupakan salah satu komoditas ekspor di Indonesia. Dengan adanya gagasan ini, diharapkan dapat meningkatkan permintaan terhadap tembakau selain adanya permintaan akan rokok, agar kesejahteraan petani tembakau tidak terpengaruh. Jika gagasan ini telah diakui secara menyeluruh di kalangan internasional, maka tembakau tetap menjadi salah satu komoditas ekspor di Indonesia. 3. Sektor Sosial. Gagasan ini diharapkan dapat mengubah paradigma masyarakat terkait pandangan bahwa tembakau berdampak buruk pada kesehatan. Tembakau (dalam bentuk rokok) tidak hanya berdampak negatif terhadap kesehatan (penyebab utama kanker paru), tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai terapi dalam menghambat metastasis kanker paru, yang mana lebih dari 80% penderita kanker paru berakhir dengan kematian.

You might also like