You are on page 1of 19

STANDARISASI PENGAMATAN SINGAKAPAN BATUBARA

Bambang Kuncoro Prasongko* dan Stev. Nalendra Jati** *Program Studi Teknik Geologi UPN V Yogyakarta, **Mahasiswa Pascasarjana Magister Teknik Geologi UPN V Yogyakarta

1.1 Dasar Teori

Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan dan batubara tersebut. pada daerah

Pemetaan geologi adalah kegiatan pemrosesan data survai sampai menyajikan menjadi geo-informasi yang terdiri dari peta geologi, penampang geologi, penampang stratigrafi, stratigrafi lokal, profil singkapan, kondisi roof-floor, dan kedudukan struktur geologi (Kuncoro, 2005).

Tugas utama coal geologist adalah menghasilkan peta geologi (dan lain-lainnya) yang baik dan benar yang menggambarkan keadaan pada waktu dilaksanakan survai dan pemetaan geologi, sedangkan peta geologi adalah catatan fakta geologi yang didapat dari lapangan dan bukan dari teori. Oleh karena itu, peta geologi selama kegiatan eksplorasi selalu direvisi sesuai perolehan data yang selalu bertambah

Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh yang diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1:25.000

SDAconsultant |

mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi sampai dengan penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1:10.000 s/d 1:2.500.

Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas.

1.1 Singkapan

Informasi-informasi geologi permukaan tersebut pada umumnya diperoleh melalui pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan. Singkapan dapat

didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.

Gambar 1 Contoh singkapan batubara. Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi, seperti: Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.

SDAconsultant |

Pada aliran sungai atau lembah-lembah alur liar, dimana arus mengikis lapisan tanah penutup. Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan. Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.

Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain: Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap. Pengukuran dan pengamatan struktur (minor atau major) yang ada. Pengukuran tebal batubara. Pemerian (deskripsi) singkapan yang diwujudkan dalam bentuk profil, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat fisik, tekstur, mineral-mineral

utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta dimensi endapan.

1.2 Parit uji (trench)

Dalam dunia tambang parit uji yang dikenal dengan istilah trench, pengertiannya adalah parit memanjang yang digali secara manual atau dengan alat berat seperti excavator yang biasanya dibuat untuk membuka lapisan-lapisan batubara untuk memperoleh penampang, ketebalan, arah dan sifat fisik batubara serta lapisanlapisan batuan diatas dan dibawahnya pembuatan parit uji juga merupakan cara pengambilan conto batubara dan batuan. Sehingga trenching adalah kegiatan penggalian parit uji yang relatif dangkal untuk membuka lapisan batubara untuk diamati dan pengambilan conto yang akan dianalisis di laboratorium.

Parit uji (trench) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian ketebalan serta kemenerusan lapisan batubara dalam arah vertikal. Pembuatan parit uji ini dilakukan untuk membuka lapisan batubara untuk diamati dan pengambilan conto yang akan dianalisis di laboratorium. Pada umumnya

SDAconsultant |

suatu deretan (seri) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal.

Dari segi keamanan, apabila tanah yang digali mudah longsor, maka harus dilakukan pemagaran dengan papan/bambu/kayu dan dibuat secara berjenjang /bertingkat. Apabila penggalian sudah cukup dalam, maka pembuangan tanah dilakukan dengan keranjang tanah, tali, dan kerekan. Perlu diperhatikan, apabila pembuatan sumur uji/parit uji telah dinggap selesai, maka harus segera dilakukan identifikasi singkapan, pengamatan geologi, pengukuran, pencatatan, dan pengambilan contoh. Bila ditunda, dikuatirkan akan segera tertutup longsoran atau terendam air.

Metode parit uji diterapkan pada daerah dengan singkapan yang terbatas (sulit ditemukan) atau singkapan tidak lengkap (utuh). Menurut Kuncoro (2005), tujuan pembuatan parit uji adalah untuk: Mendapatkan batubara yang segar sehingga mempermudah pengamatan Mengamati detil fenomena yang ada pada batubara seperti cleat,

keterdapatan plaint remain, serta amber yang bisa mempengaruhi kualitas batubara. Mengetahui ketebalan endapan batubara, pelamparan sepanjang jurus, kedudukan lapisan batuan, urutan stratigrafi (profil). Pengambilan contoh untuk di analisa. Mengetahui tingkat pelapukan dari singkapan yang digali. Posisi air tanah dan struktur tanah.

Menurut Ward (1984) dalam Kuncoro (2007), parit uji pada singkapan batubara dilakukan dengan menggali atau membuat paritan secara menerus dari kontak roof sampai floor (Gambar 2). Kedalaman, panjang, dan lebar paritan konstan sampai pada lapisan batubara segar.

Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan parit uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona SDAconsultant | 4

tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan parit uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan. Pada umumnya, parit uji dibuat dengan besar lubang bukaan 1-1,5 m (hingga menemui batubara yang segar) dengan kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji.

Gambar 2 Model parit uji (Ward, 1984).

1.3 Tebal

Tebal adalah jarak terpendek antar bidang alas (bottom) dengan bidang atap (top) harus bidang perlapisan. Seorang eksplorasi batubara di setiap singkapan batubara harus dapat memastikan tebal dari lapisan batubara tersebut secara langsung di lapangan. Untuk melakukan pengukuran tebal secara langsung disingkapan batubara ada beberapa metode yang dilakukan. Jika pada singkapan batubara yang terlihat secara utuh maka pengukuran langsung tebal batubara menggunakan Jacobs stuff (bantuan tongkat) yang ditegak luruskan dengan kemiringan batubara. Kemudian jika singkapan tidak tersingkap secara utuh maka harus dilakukan trenching dan test pit agar singkapan batubara dapat terlihat secara utuh.

SDAconsultant |

Ketebalan lapisan batubara adalah unsur penting yang langsung berhubungan dengan perhitungan cadangan, perencanaan produksi, sistem penambangan dan umur tambang. Oleh karena itu perlu diketahui faktor pengendali terjadinya kecenderungan arah perubahan ketebalan, penipisan, pembajian, splitting dan kapan terjadinya perlu diketahui. Apakah terjadi selama proses pengendapan, antara lain akibat perubahan kecepatan akumulasi batubara, perbedaan morfologi dasar cekungan, hadirnya channel, sesar, dan proses karst atau terjadi setelah pengendapan, antara lain karena sesar atau erosi permukaan. Pengertian tebal lapisan batubara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: gross coal thickness (GCT), dimana yang termasuk kategori ini adalah ketebalan batubara yang didapat dari satu singkapan utuh termasuk parting/band yang merupakan lapisan bukan batubara yang terdapat dalam batubara. net coal thickness (NCT), yaitu tebal lapisan batubara yang dihitung tidak temasuk parting, atau tebal lapisan batubara dari suatu singkapan yang dihitung hanya lapisan batubara saja. mineable thickness adalah tebal lapisan batubara yang akan ditambang. Mineable thickness umumnya lapisan batubara yang sangat tebal serta prospek dan berpotensi untuk ditambang.

Gambar 4 Tebal batubara. SDAconsultant | 6

Dengan metode parit uji maka tebal batubara dapat diukur langsung, serta dapat memisahkan parting dan mengetahui GCT dan NCT secara pasti. Sehingga ketebalan batubara sesungguhnya dapat di ukur langsung.

2 Identifikasi Singkapan Batubara

Kenyataan di alam, sebaran kualitas lapisan batubara dapat sangat bervariasi, baik secara vertikal maupun lateral, bahkan pada jarak yang dekat (Kuncoro, 1998, 2009). Sehingga dalam tahap pemetaan permukaan geologi batubara tingkat ketelitian sangat diperlukan, karena nilai dari suatu peta sangat tergantung pada tingkat ketelitian dalam mengambil atau merekam informasi-informasi dari pengamatan lapangan (data singkapan).

Maka di setiap singkapan batubara perlu identifikasi (pengamatan) dengan baik dan benar agar didapatkan hasil yang maksimal salah satunya dengan menerapkan metode parit uji di singkapan batubara.

Informasi-informasi geologi batubara di permukaan pada umumnya diperoleh melalui identifikasi singkapan-singkapan batuan. Tingkat ketelitian dalam

mengambil atau merekam informasi-informasi dari pengamatan lapangan sangat penting di lakukan. Pada singkapan batubara langkah-langkah yang dilakukan dilapangan adalah sebagai berikut: a. Pengamatan dari jauh (telescoping), b. Pembuatan parit uji (trenching) pada singkapan batubara. c. Pengukuran kedudukan lapisan batuan maupun batubara. d. Pengamatan: diskripsi detail termasuk roof dan floor, sampling e. Pengukuran tebal, f. Profil singkapan, g. Bentuklahan (lereng): catat h. Penggunaan lahan sekitar: jenis dan kondisi penggunaan lahan misal: kebun sahang, kopi, padi, permukiman, belukar, hutan, rawa, jalan, dll. SDAconsultant | 7

Status lahan dan pemilik saham.

2.1 Pengamatan telescoping Setiap tiba disingkapan batubara langkah awal yang dilakukan adalah pengamatan telescoping yaitu pengamatan singkapan secara long shoot (dari jauh). Pengamatan meliputi bentang alam, keadaan sekitar singkapan,

penggunaan lahan sekitar singkapan dan kemudian melakukan orientasi arah jurus dan kemiringan (strike/dip) seperti pada Gambar 5.

batubara

Gambar 5 Singkapan batubara yang berada di alur liar.

2.2 Pembuatan parit uji Setelah pengamatan singkapan dari jauh, kemudian mendekat singkapan dan mengecek apakah singkapan batubara yang tersingkap utuh atau tidak. Maksud dari singkapan batubara yang utuh (Gambar 6) adalah sudah terlihat kontak top dan bottomnya. Jika batubara tidak utuh maka langkah selanjutnya melakukan perencanaan parit uji hingga batas kontak top dan bottom, yang memperhatikan

SDAconsultant |

beberapa aspek seperti orientasi kedudukan lapisan batuan dan keadaan sekitarnya.

Pada pekerjaan lapangan ini, parit uji (Gambar 7) dilakukan dengan cara menggali secara manual memanjang dan tegak lurus jurus lapisan (strike) hingga seluruh lapisan batubara terlihat segar (fresh), kenampakan fisik batubara juga dapat teramati secara megaskopis seperti pengotor (Gambar 8). Batasan seberapa ukuran parit uji adalah hingga mendapatkan kontak top dan bottom lapisan batubara.

Gambar 6 Singkapan batubara yang tersingkap tidak utuh.

SDAconsultant |

Gambar 7 Proses pembuatan parit uji untuk mendapatkan kontak top-bottom (foto diambil searah lapisan).

Gambar 8 Parit uji yang digali pada dataran ini untuk mengecek ada tidaknya pengotor pada batubara (seperti amber, plant remain).

SDAconsultant | 10

Gambar 9 Trenching yang dilakukan hingga kontak bottom, untuk mengidentifikasi litologi di floor yang terdiri dari perulangan batulanau-batupasir.

Gambar 10 Pengotor amber yang dijumpai setelah dilakukan trenching, terdapat pada kontak roof dengan litologi coaly clay.

SDAconsultant | 11

2.3 Pengukuran lapisan kedudukan

Pada saat pekerjaan lapangan sulit dijumpai bidang kedudukan yang sangat ideal untuk dilakukan pengukuran strike-dip. Tetapi dengan dilakukannya parit uji (trenching) dapat mempermudah pengukuran kedudukan. Di singkapan batubara pengukuran kedudukan perlu perhatian khusus, karena lapisan-lapisan pada tubuh batubara umumnya meliuk sehingga dapat mempengaruhi arah kedudukan lapisan batuan dan mengecoh pola sebaran batubara yang akan dibangun. Maka dari itu pada pekerjaan lapangan ini penulis dalam melakukan pengukuran kedudukan selalu berpanduan pada klasifikasi Kuncoro (2003), dengan membagi tipe pengukuran, maka dapat memberi informasi pada orang lain dalam membangun pola sebaran batubara dan permodelan.

Kedudukan lapisan (tipe pengukuran berdasarkan Kuncoro, 2003): 1. A, bila diukur pada sisipan batupasir atau perlapisan batuan. 2. B, bila diuur pada roof, floor atau parting/band pada lapisan batubara. 3. C, bila ragu lapisan insitu atau telah longsor atau kondisi geologist tidak pada posisi mantap saat mengukur atau kondisi mental sedang kurang baik. 4. Pengukuran dengan cara dip direction (Gambar 11).

Gambar 11 Pengukuran kedudukan dengan cara dip direction pada kontak floor. SDAconsultant | 12

Gambar 12 Kontak floor tegas, ideal untuk pengukuran kedudukan.

2.4 Deskripsi detail (profil)

Setiap singkapan dibuat profil singkapan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan profil singkapan Catat dimana lokasi singkapan. Catat no singkpan atau kode singkapan. Catat tanggal kerja. Catat koordinat UTM singkpan yang diperoleh dari GPS. Catat dengan skala berapa profil di buat. Catat berapa ketebalan masing-masing litologi catat apakah itu tebal sebenarnya atau apparent thickness. Dalam pemetan geologi barubara tebal lapisan batubara merupakan hal yang sangat penting. Untuk medapatkan tebal pasti dari lapisan barubara harus menemukan kontak top dan bottom dari batubara. Apabila tidak menemukan kontak top dan bettom batubara secara langsung maka singkapan batubara harus dilakukan pembuatan parit uji/sumur uji untuk mendapatkan kontak top dan bottom batubara. Diskripsikan litologi apa saja yang diketemukan.

SDAconsultant | 13

Catat kedudukan lapisan batubara dan dimana pengukuran dilakukan. Catat bagaimana kontak lapisan batubara dengan roof dan floornya.

Kemudian untuk pendeskripsian sifat fisik batubara yang dapat diamati dilapangan setelah dilakukan trenching.mengacu pada klasifikasi Kuncoro (2003), yaitu: Batubara harus diamati dalam kondisi kering Warna: Hitam pekat, hitam (Gambar 13), hitam kecoklatan, coklat kehitamaan, coklat muda. Kilap: bright, (cemerlang), dull (kusam), kusam dominan, setempat cemerlang, terdapat vitrain band. Kekerasan: mudah pecah (di pukul sekali pecah, bunyi crik-crik atu kres-kres) agak keras, keras (beberapa kali pukul pecah, ujung palu menancap, bunyi depdep). Pecahan: kubus (cubical), lembaran, uneven (tidak beraturan), setelah di pukul beberapa kali. Berat: ringan, agak berat, berat. Pengotor: pirit, amber, bps atau blp karb, menyebar, setempat atau terorientasi (posisi diatas, tengah, bawah dan pada cm keberapa) Pelapukan: segar, agak segar dan lapuk. Cleat: bidang cleat, jarak antara cleat bukan cleat dan pengisi cleat. Cleat, N10E/80, 1,0-6cm (>>2-4), 1cm, soil lempung dekat permukaan(5 cm) atau pirit pada bidang cleat.

SDAconsultant | 14

Gambar 13 Batubara segar dengan warna hitam kecoklatan.

2.5 Pengukuran tebal langsung

Pada pekerjaan lapangan ini di setiap singkapan batubara harus dapat memastikan tebal dari lapisan batubara tersebut secara langsung di lapangan. Untuk melakukan pengukuran tebal secara langsung disingkapan batubara ada beberapa metode yang dilakukan. Jika pada singkapan batubara yang terlihat secara utuh maka pengukuran langsung tebal batubara menggunakan Jacobs stuff (bantuan tongkat) yang ditegak luruskan dengan kemiringan batubara. Karena di pekerjaan lapangan ini tidak di jumpai singkapan batubara yang tersingkap secara utuh maka harus dilakukan sumur uji (trenching) terlebih dahulu agar singkapan batubara dapat terlihat secara utuh.

Setelah sumur uji selesai dan kedudukan lapisan telah diukur maka pengukuran langsung tebal batubara dilakukan menggunakan konsep jacobs stuff dengan bantuan alat meteran, kompas geologi, clipboard, dan dua patok sebagai pengganti tongkat Jacob (Gambar 14).

SDAconsultant | 15

t1, t2, dan t3 = Tebal hasil pengukuran dg Tongkat Jacob.

Gambar 14 Pengukuran tebal batubara secara langsung di lapangan, dengan bantuan clipboard agar tegak lurus.

Gambar 15 Pengukuran tebal batubara secara langsung di lapangan, yang ditarik dari kontak top-bottom SDAconsultant | 16

Selain itu dalam pengukuran tebal dengan menerapkan metode parit uji maka dapat memisahkan parting dan mengetahui GCT dan NCT secara pasti. Sehingga ketebalan batubara sesungguhnya (NCT) dapat di ketahui langsung (Gambar 16).

paritan Roof

Parting Batubara segar Batubara

Parting

Floor

Conto batubara

Gambar 16 Melalui parit uji dapat menentukan tebal pasti dengan memperhatikan dan memahami kehadiran parting.

2.6 Pemercontohan batubara

Dalam pekerjaan lapangan ini penulis menerapkan metode pemercontohan dengan cara parit uji atau yang dikenal dengan istilah channel sampling. Upaya pengumpulan contoh secara terkendali dan konsisten yang mewakili lapisan batubara secara fisik dan kimia (representatif). Secara teknis, metode

pemercontohan harus mudah, cepat, tepat, murah, contoh terlindung dari pencemaran dan perubahan kimiawi.

SDAconsultant | 17

Channel sampling merupakan salah satu metode konvensional pemercontohan batubara secara handling. Cara ini tergolong cermat dan banyak dipergunakan mulai tahap eksplorasi sampai penambangan (McKinstry, 1948; Thomas, 2005).

Cara channel sampling pada singkapan dilakukan dengan menggali atau membuat paritan secara menerus dari kontak roof sampai floor. Kedalaman, panjang, dan lebar paritan konstan sampai pada lapisan batubara segar (Ward, 1984). Pecahan batubara hasil penggalian dikumpulkan pada lembaran plastik bersih di bagian dasar.

Sedangkan channel sampling menurut Thomas (2005) adalah: 1. Luas potongan melintang minimal 100 cm2. 2. Batubara yang diambil sekitar 15 kg untuk setiap meter tebal lapisan batubara. 3. Lebar dan kedalaman harus ditentukan sebelumnya untuk mengurangi terjadinya kesalahan atau kekurangan berat contoh.

Beberapa catatan terhadap cara Thomas (2005), yaitu: 1. Volume dan berat contoh yang besar dan berat, bertujuan menjaga keseimbangan data dan ketelitian yang diinginkan. Permasalahan: contoh yang terlalu banyak dan berat, memerlukan waktu, tenaga, dan biaya pengangkutan yang berlebihan. 2. Pada contoh yang terbatas dapat menimbulkan kesalahan terhadap hasil. Pengurangan jumlah contoh dapat menimbulkan fraksi kaya pirit dengan mudah terpisahkan. 3. Meskipun masalah berat atau volume contoh dapat diatasi secara statistik, tetapi cara ini menuntut jumlah contoh yang sangat banyak.

SDAconsultant | 18

Paritan

Gambar 18 Parit uji yang dilakukan untuk channel sampling.

Paritan

Paritan

Gambar 19 Pemercontohan batubara.

SDAconsultant | 19

You might also like