You are on page 1of 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. DIARE 1. Definisi Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang air besar. Kekerapan yang dianggap masih normal adalah sekitar 1 3 kali dan banyaknya 200 250 gr sehari. Beberapa penderita mengalami peningkatan kekerapan dan keenceran buang air besar walaupun jumlahnya < 250 gr dalam kurun waktu sehari. (Soeparman Sarwono Waspadji,1990). 2. Jenis Diare a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari ( umumnya kurang dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2 minggu sebelum datang berobat. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare. b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2 minggu sebelum dating berobat atau sifatnya berulang. c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.

d. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme. 3. Penyebab diare a. Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu : 1). Faktor infeksi a). Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak : a. Infeksi bakteri : Vibrio, Escherechia Coli, Salmonella, Shigella, Yersina, b. Infeksi Virus : Enterovirus, c. Infeksi parasit : cacing ( Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongiloides), d. Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Thricomonas hominis, e. Infeksi jamur : Candida albicans. b). Infeksi Parenterial yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti tonsilofaringitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi atau anak dibawah tiga tahun. Makanan dan miniman yang

terkontaminasi melalui tangan yang kotor, lalat, dan alat-alat makan yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit diare tersebut (Azrul Azwar, 1989). Adapun

sumber-sumber penularan penyakit dapat terjadi melalui : air, makanan, minuman, tanah, tangan dan alat yang digunakan secara pribadi. Bila seseorang penderita disentri amoeba sembuh dari penyakitnya, maka amoeba akan bertukar bentuk menjadi

bentuk kista. Kista ini akan keluar bersama faeces dan dapat hidup terus karena tahan terhadap segala pengaruh dari luar.

Buang air besar sembarangan akan menjadikan sarang lalat, apabila lalat tersebut hinggap pada makanan, maka akan terjadi kontaminasi (Depkes RI, 1991). 2). Faktor Malabsorbsi Faktor malabsorbsi ini meliputi : a) malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerans laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terserang ialah intoleransi laktosa, b) Malabsorbsi lemak, c) Malabsorbsi protein, 3). Factor makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, 4). Factor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang tetapi menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

4. Patofisiologi diare Terjadinya diare bisa disebabkan oleh salah satu mekanisme di bawah ini : 1). Diare osmotik: Substansi hipertonik nonabsorbsi menyebabkan peningkatan tekanan osmotikintralumen usus sehingga cairan masuk ke dalam lumen. Diare osmotik terjadi karena: a) Pasien memakan substansi non absorbsi antara lain laksan magnesium sulfat atau antasida mengandung magnesium. b) Pasien mengalami malabsorbsi generalisata sehingga cairan tinggi konsentrasi seperti glukosa tetap berada di lumen usus. c) Pasien dengan defek absorbtif, misalnya defisiensi disakaride atau malasorbsi glukosa-galaktosa. 2). Diare sekretorik: Peningkatan sekresi cairan elektrolit dari usus secara aktif dan penurunan absorbsi / diare dengan volume tinja sangat banyak. a) Malasorbsi asam empedu dan asam lemak: b) Pada diare ini terjadi pembentukan micelle empedu. c) Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit: d) Terjadi penghentian mekanisme transport ion aktif pada Na K ATP-ase di enterosit dan gangguan absorbsi Na dan air. e) Gangguan motilitas dan waktu transit usus: f) Hipermotilitas usus tidak sempat di absorbsi diare. g) Gangguan permeabilitas usus:

10

h) Terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel spesifik gangguan permeabilitas usus. 3). Diare inflamatorik: a) Kerusakan sel mukosa usus eksudasi cairan, elektrolit dan mukus yang berlebihan diare dengan darah dalam tinja. 4). Diare pada infeksi: a) Virus b) Bakteri Penempelan di mukosa. Toxin yang menyebabkan sekresi. Invasi mukosa.

c) Protozoa Penempelan mukosa (Giardia lamblia dan Cryptosporidium) Menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan

pemendekan phili yang kemungkinan menyebabkan diare. 5. Akibat Diare a. Kehilangan air ( dehidrasi ) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pemasukan air b. Gangguan keseimbangan asam basa Terjadi karena kehilangan natrium bicarbonat bersama tinja,

metabolisme lemak tidak sempurna sehingga kotoran tertimbun dalam tubuh, terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia

11

jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena dapat dikeluarkan oleh ginjal dan terjadinya pemindahan ion natrium dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intracelular. c. Gangguan sirkulasi Dapat terjadi shock hipovolemik akibat persuasi jaringan berkurang dan erjadi Hipoksia Asidosis yang bertambah berat dapat

mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan jika tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian. 6. Gejala penyakit diare a. Badan letih atau lemah b. Muntah c. Panas d. Tidak nafsu makan e. Darah dan lendir dalam faeces 7. Pencegahan penyakit diare a. Menggunakan air yang bersih b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan c. Menggunakan jamban untuk buang air besar d. Terapi untuk penyakit diare, dan mencegah timbulnya kekurangan cairan bila terjadi dehidrasi ( www. medicastore.com )

12

B. PROTOZOA 1. Pengertian Protozoa Secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi, Protozoa adalah hewan pertama. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa merupakan system yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuran tubuhnya antaran 3-1000 mikron.Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. Juga ada memiliki flagel atau bersilia. Protozoa hidup di air atau tempat yang basah. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Didalam ekosistem air protozoa merupakan zooplankton. Permukaan tubuh Protozoa dibayangi oleh membran sel yang tipis, elastis, permeable, yang tersusun dari bahan lipoprotein, sehingga bentuknya mudah

berubah-ubah. Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar ( cangkok) dari zat kersik dan kapur. Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tibatiba menjadi jelek, Protozoa membentuk kista dan menjadi aktif lagi. Organel yang terdapat didalam sel antara lain nucleus, badan golgi, mikrokondria, plastida, dan vakuola. Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu makanannya berupa organisme lainnya. Ada pula yang holofilik (autotrof), yaitu dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic dengan bantuan klorofil dan cahaya.

13

Selain itu ada yang bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organic dari organisme yang telah mati adapula yang bersifat parasitik. Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak perbedaan tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin protozoa merupakan bentuk peralihan dari bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan evolusinya. Perkembangbiakan amoeba dan bakteri yang biasa dilakukan adalah dengan membela diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan pembelahan secara setiap 15 menit. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang masing-masing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua sel baru yang masing-masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula. Pada amoeba bila keadan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau panas atau kurang makan, maka amoeba akan membentuk kista. Didalam kista amoeba dapt membelah menjadi amoeba-amoeba baru yang lebih kecil. Bila keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding kista akan pecah dan amoeba-amoeba baru tadi dapat keluar. Selanjutnya amoeba ini akan tumbuh setelah sampai pada ukuran tertentu dia akan membelah diri seperti semula. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul sebagai kejadian luar biasa . ( Andrean SE , Chrsiye SF , Dhedy, 2001 ).

14

Protozoa merupakan makhluk hidup bersel satu yang sering menjadi penyebab penyakit diare, manusia yang terinfeksi oleh protozoa biasanya dapat diindikasikan dari konsistensi faeces yang cair. Namun demikian adanya faeces yang encer / cair belum tentu disebabkan oleh amoebiasis. Salah satu spesies patogen dari amoeba ini adalah Entamoeba histolytica. Spesies lainnya lebih sering berperan sebagai flora normal pada manusia sehingga tidak akan berdampak negatif. 2. Ciri ciri Protozoa a. Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok) b. Organisme uniseluler ( bersel tunggal ) c. Eukariotik ( memiliki membran nukleus ) d. Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri ( heterotrof ) e. Hidup bebas, saprofita atau parasit f. Dapat membentuk kista untuk bertahan hidup g. Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela. 3. Klasifikasi Protozoa Kelas yang dibedakan berdasarkan alat geraknya a) Rhizopoda Bergerak dengan kaki semu (pseudopodia) yang merupakan penjuluran protoplasma sel. Hidup di air tawar, air laut, tempat-tempat basah, dan sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia. Jenis yang paling mudah diamati adalah amoeba

15

b) Flagellata ( Mastigophora ) Bergerak dengan falgel ( bulu cambuk ) yang digunakan juga sebagai alat indera dan alat bant intuk menangkap makanan. Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 1). Fitoflagellata Flagellata autotrofik ( berkloroplas ), dapat berfotosintesis. Contohnya : Noctiluca milliaris, Volvox globator, Zooflagellata, Euglena viridis 2). Flagellata heterotrofik ( tidak berkloroplas ). Contohnya : Trypanosoma gambiens, Leishmania. c) Ciliata ( Ciliophora ) Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ukuran silia pendek dari flagel. Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus ( inti besar ) yang mengendalikan funsi hidup sehari-hari dengan cara mensintesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan mikronukleus ( inti kecil ) yang dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut maupun air tawar. Contoh Stentor, Paraemecium caudatiun, Didinium, Vorticella, Balantidium coli.

16

d) Sporozoa Tidak memiliki alat gerak khusus, mengahasilkan spora (sporozoid) sebagai cara perkembangbiakannya. Sporozoid memiliki organel organel kompleks pada salah satu ujung selnya yang dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang. Hospes parasit pada manusia dan hewan. Contoh : Plasmodium sp. 1. Protozoa yang sering menjadi penyebab diare a. Entamoeba histolytica b. Cryptosporium c. Giardia lamblia

C. AMOEBA Amoeba termasuk dalam kelas Rhizopoda pada filum Protozoa. Manusia merupakan hospes enam spesies amoeba yang hidup dalam rongga usus besar, yaitu : a. Entamoeba histolytica menyebabkan amoebiasis ( diare amoeba ) b. Entamoeba coli yang sifatnya tidak pathogen pada manusia c. Endolimax nana yang sifatnya tidak pathogen pada manusia d. Iodomoeba butshii yang sifatnya tidak pathogen pada manusia e. Dientamoeba fragilis yamg sifatnya tidak pathogen pada manusia f. Entamoeba hartmani yang sifatnya tidak pathogen pada manusia

17

Parasit kelas Rhizopoda tersebut diatas berkembang biak dengan aseksual atau belah pasang dan juga hidup didalam tubuh manusia (Srisari Gandahusada, 1998 ). a. Morfologi Morfologi spesies amoeba masing-masing stadium 1). Entamoeba histolytica Gambar a. Stadium perkembangan Entamoeba histolytica Keterangan gambar a :

1. Tropozoit Bentuk tidak tetap dan merupakan bentuk yang tumbuh, Berkembangbiak dan aktif mencari makan, bergerak dengan menggunakan pseudopodia. Ukuran berkisar antara 15 60 Micron. Mudah mati diluar tubuh manusia.

18

2. Kista Bentuk bulat, dinding kista dari hialin, inti 1 4 (sukar dilihat), berukuran antara 10 15 mikron.

2). Entamoeba coli Keterangan gambar b : 1. Tropozoit Ukuran 15 50 mikron, gerakan lambat, ekstoplasma sedikit, pseudopodia tumpul sebagian, batang kromidial jarang terlihat

2. Bentuk Kista Bentuk bulat, ukuran antara 15 20 mikron, dinding jelas refraktil berlapis dua, inti 1 8

19

3). Endolimax nana Gambar d, stadium perkembangan Endolimax nana Keterangan gambar d :

20

1. Bentuk tropozoit

Mempunyai ukuran 8 10 mikron, gerakannya lamban, inti Umumnya tidak tampak, ekstoplasma sedikit, pseudopodia tumpul. 2. Bentuk kista Berdinding oval, dinding kista tipis. Jumlah inti 4 buah ( pada Salah satu kutup ), ukurannya 5 14 mikron.

4). Iodamoeba bustchii Gambar e, stadium perkembangan Iodamoeba butschii Keterangan gambar e : 1. Bentuk tropozoit Berukuran rata rata 10 mikron, gerak aktif, ekstoplasma sedikit, pseudopodia tumpul, inti umumnya tidak tampak.

2. Bentuk kista

21

Berukuran 5 18 mikron jumlah inti hanya 1, dinding tipis, vakuola berbatas jelas.

5). Dientamoeba fragilis Gambar e, Bentuk tropozoit Dientamoeba fragilis Keterangan gambar e :

Mempunyai ukuran rata rata 12 mikron, gerak sangat aktif, ekstoplasma banyak, pseudopodi berbentuk segitiga, seperti daun atau segi empat dan jernih. 6). Entamoeba hartmani Mempunyai 2 stadium yaitu : a. Bentuk tropozoit Berukuran 4 12 mikron, bergerak kurang cepat.

22

b. Bentuk kista Berukuran 5 10 mikron.

Entamoeba hartmani cara penularannya sama dengan

protozoa

yang lain yaitu berhubungan dengan air atau makanan yang terkontaminasi dengan kista (Garcia, 1996). b. Daur hidup Infeksi terjadi bila menelan kista matang dari parasit. Bila tropozoit tertelan, maka ia dihancurkan dalam lambung tanpa

menyebabkan infeksi. Ekskistasi terjadi di usus bagian kecil bawah dan metakista dengan cepat membelah menjadi 8 amoeba yang kecil. Amoeba amoeba ini masuk usus dan : ( 1 ) dapat menginfeksi jaringan hospes, ( 2 ) hidup di lumen usus besar tanpa invasi, atau ( 3 ) menjadi kista. Hanya kista bertahan di lingkungan luar dalam jangka waktu yang lama. Dalam tinja ditemukan kista yang tidak matang ( yang berinti satu atau dua ) atau kista yang matang ( 4 inti ). Kista yang tidak matang dapat

23

menjadi matang di lingkungan luar dan infektif. Tropozoit tidak bisa membentuk kista di luar tubuh dan tidak lagi efektif. Invasi pada jaringan menyebabkan perdarahan yang mana sel sel darah merah akan dimakan oleh tropozoit. Tropozoit ini memasuki jaringan usus dan merusak epitel dari usus besar dengan memproduksi enzim proteolitik . Luka luka akibat destruksi epitel dapat dangkal karena hanya mukosa atau dapat juga dalam jika ia mengenai submukosa. Pada submukosa tropozoit memperbanyak diri dan secara cepat luka menjalar ke lateral dan menyebabkan ulkus yang mengganggu. Selain itu tropozoit dapat menimbulkan mikroabses di submukosa, yang akhirnya pecah melalui epitel, yang juga akan menimbulkan ulkus ulkus berbentuk botol. Tropozoit dari jaringan usus dapat dibawa ke organ ekstraintestinal vena porta. Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya Entamoeba histolytica dengan atau tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai

penyakit bawaan makanan ( Food Borneo Disease ). Penyebabnya antara lain Entamoeba histolytica. Disentri amoeba adalah penyakit infeksi usus yang ditimbulkan oleh Entamoeba histolytica, suatu mikroorganisme anaerob bersel tunggal (protozoon). Penyakit ini tersebar diseluruh dunia dan banyak terdapat di negara (sub) tropis dengan tingkat social ekonomi rendah dan hygiene yang kurang. Penyebarannya melalui makanan yang terinfeksi serta kontak

24

seksual. Bila tidak diobati dengan tepat dapat menjadi sistemis dan menjalar ke organ-organ lain, khususnya hati . Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia 1-5 tahun . Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista amoeba . Kista ini memegang peranan dalam penularan penyakit lebih lanjut bila terbawa ke bahan makanan atau air minum oleh lalat atau tangan manusia yang tidak bersih. Di negara beriklim tropis banyak didapatkan strain patogen dibanding di negara maju yang beriklim sedang. Kemungkinan faktor diet rendah protein disamping perbedaan strain amoeba memegang peranan. Di negara yang sudah maju misalnya Amerika Serikat prevalensi amoebiasis berkisar antara 1-5 %. Di Indonesia diperkirakan insidensinya cukup tinggi. Penyakit ini cenderung endemik, jarang menimbulkan epidemi. Epidemi sering terjadi lewat air minum yang tercemar . Prognosis disentri amoeba ditentukan oleh berat ringannya penyakit, diagnosis dan pengobatan dini yang tepat serta kepekaan amoeba terhadap obat yang diberikan. Pada umumnya prognosis disentri amoeba adalah baik terutama yang tanpa komplikasi. Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja. Penyebab yang terpenting dan tersering adalah Shigella, khususnya Shigella flexneri dan Shigella dysenteriae tipe 1. Entamoeba histolytica menyebabkan disentri pada anak yang lebih besar, tetapi jarang pada balita.

25

D. AMOEBIASIS Amoebiasis adalah penyebab yang umum dari diare kronik maupun diare akut. Pengertian dari diare akut sendiri yaitu diare yang menetap lebih dari 3-5 hari yang disertai oleh nyeri perut, kram perut, demam tidak begitu tinggi, nyeri pada buang air besar, dan faeses berupa darah disertai lendir. Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu, penanganan diare kronik bersifat lebih kompleks dan menyeluruh dibandingkan diare akut dan mengharuskan rujukan kepada dokter ahli, penderita juga dapat mengalami kesukaran buang air besar (konstipasi) ( T.Declan Wash, 1997 ) Sifat-sifat yang khas pada disentri amoeba adalah : 1. Volume tinja pada setiap kali buang air besar pada disentri amoeba lebih banyak 2. Bau tinja yang menyengat 3. Warna tinja umumnya merah tua dengan darah dan lendir tampak bercampur dengan tinja ( Soedarto, 1990 ) a. Entamoeba histolytica Diuraikan pertama kali oleh Losch, di Rusia ( 1875 ), dari tinja seseorang yang terkena disentri. Organisme ini ditemukan di ulkus usus besar manusia. Namun Losch tidak bisa membuktikan adanya hubungan kausal antara parasit ini dengan kelainan ulkus usus tersebut (Garcia, Lynne S, 2002) Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan

26

dapat berubah menjadi patogen (membentuk koloni di dinding usus, menembus dinding usus menimbulkan ulserasi) dan menyebabkan disentri amoeba. Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia 1-5 tahun. Disentri amoeba ditularkan lewat fekal oral, baik secara langsung melalui tangan, maupun tidak langusng melalui air minum atau makanan yang tercemar. Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista amoeba. Laju infeksi yang tinggi didapat di tempat-tempat penampungan anak cacat atau pengungsi dan di negara sedang berkembang dengan sanitasi lingkungan hidup yang jelek. Di negara beriklim tropis banyak didapatkan strain patogen dibanding di negara maju yang beriklim sedang. Kemungkinan faktor diet rendah protein disamping perbedaan strain amoeba memegang peranan. Di Indonesia diperkirakan insidennya cukup tinggi. Penularan dapat terjadi lewat beberapa cara, misalnya : pencemaran air minum, pupuk kotoran manusia, vektor lalat dan kecoa, dan kontak langsung, seksual kontak oral-anal pada homoseksual. Penyakit ini cenderung endemik, jarang menimbulkan epidemi. Epidemi sering terjadi lewat air minum yang tercemar. a). Distribusi Geografik Amoebiasis terdapat di seluruh dunia, lebih sering di daerah tropis ataupun subtropis. Namun di frekuensi dingin dengan keadaan sanitasi buruk, frekuensi penyakitnya setara dengan di daerah tropis ( www.pubmed.gov )

27

b). Morfologi dan Siklus Hidup Siklus hidup E. histolytica ini sangat sederhana, dimana parasit ini di dalam usus besar akan memperbanyak diri. Dari sebuah kista akan terbentuk 8 trofozoit yang apabila tinja dalam usus besarnya padat, maka trofozoit akan langsung menjadi kista dan dikeluarkan bersama tinja. Sementara apabila cair, pembentukan kista akan terjadi di luar tubuh. Dalam siklus hidupnya, Entamoeba histolytica mempunyai 3 stadium, yaitu: a. Bentuk histolitika b. Bentuk minuta c. Bentuk kista Bentuk histolitika dan minuta merupakan bentuk trofozoit. Perbedaan dari kedua bentuk trofozoit tersebut yaitu bentuk histolitika bersifat patogen dan berukuran lebih besar dari minuta. Bentuk histolitika berukuran 20-40 mikron, mempunyai inti entamoeba yang terdapat di dalam endoplasma. Pergerakan bentuk histolitika dengan pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma. Bentuk histolitika ini dapat hidup di jaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit, dan vagina. Bentuk minuta adalah bentuk pokok. Tanpa bentuk minuta daur hidup tidak dapat berlangsung. Bentuk minuta berukuran 10-20 mikron. Inti entamoeba terdapat di endoplasma yang berbutir-butir. Bentuk kista dibentuk dirongga usus besar. Bentuk kista berukuran 10-20 mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan

28

ada inti entamoeba. Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif. Jadi, Entamoeba histolytica tidak selalu menyebabkan penyakit (Gracia,Lynne S. 2002). c). Infeksi Bila kista matang tertelan, kista tersebut sampai di lambung dengan keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. Namun pada pH netral atau alkali, organisme dalam kista akan aktif, untuk kemudian berkembang menjadi 4 stadium trofozoit metakistik. Stadium ini kemudian berkembang lebih lanjut menjadi trofozoit di dalam usus besar. Di rongga usus halus dinding kista dihancurkan, terjadi eksistasi dan keluarlah bentuk-bentuk minuta yang masuk ke rongga usus besar. Bentuk minuta dapat berubah menjadi bentuk histolitika yang patogen dan hidup di mukosa usus besar dan dapat menimbulkan gejala. Dengan aliran darah, bentuk histolitika dapat tersebar ke hati, paru dan otak ( L.A,Juni Prianto, 2004 ). d). Patologi dan Gejala Klinis Cara kerjanya yaitu sebagai berikut : Bentuk histolitika memasuki mukosa usus besar yang utuh dan mengeluarkan enzim yang dapat menghancurkan jaringan. Enzim ini yaitu cystein proteinase yang disebut histolisin. Lalu bentuk histolitika masuk ke submukosa dengan menembus lapisan muskularis mukosae. Di submukosa ini, bentuk histolitika akan membuat kerusakan yang lebih besar daripada di mukosa usus. Akibatnya terjadi luka yang disebut ulkus amoeba. Bila terdapat infeksi sekunder,

29

maka terjadi peradangan. Proses ini dapat meluas di submukosa bahkan sampai sepanjang sumbu usus. Bentuk histolitika banyak ditemukan di dasar dan dinding ulkus. Dengan peristaltis usus, bentuk ini dikeluarkan bersama isi ulkus rongga usus kemudian menyerang lagi mukosa usus yang sehat atau dikeluarkan bersama tinja. Tinja ini disebut disentri, yaitu tinja yang bercampur lendir dan darah. Tempat yang sering dihinggapi (predileksi) adalah sekum, rektum, sigmoid. Seluruh kolon dan rektum akan dihinggapi apabila infeksi sudah berat. Disentri amoeba merupakan bentuk dari amoebiasis. Gejala yaitu : buang air besar berisi darah atau lendir, sakit perut, hilangnya selera makan, turun berat badan, demam, dan rasa dingin. Yang adakalanya, infeksi / peradangan dapat menyebar sampai ke bagian lain badan dan menyebabkan suatu bisul seperti amoba. Salah satu dari organ/bagian badan yang paling sering terpengaruh adalah hati. Ini dikenal sebagai hepatic amoebiasis ( Gandahusada S, 2000 ) Bentuk amoebiasis klinis yang biasa dikenal yaitu : a. Amoebiasis Intestinalis Sering dijumpai tanpa gejala atau adanya perasaan tidak enak diperut yang samara-samar. Infeksi menahun dapat menimbulkan kolon yang irritable. Amoebiasis yang akut mempunyai masa tunas 1-14 minggu. Penyakit menahun yang melemahkan ini mengakibatkan menurunnya berat badan.

30

b. Amoebiasis Ekstra- Intestinalis Gejalanya tergantung pada lokasi absesnya. Yang paling sering dijumpai adalah amoebiasis hati disebabkan metastasis dari mukosa usus melalui aliran system portal. Gejala amoebiasis hati berupa demam berulang, disertai menggigil, sering ada rasa sakit pada bahu kanan. Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk dan nyeri tekan intercostals, dengan demam dan menggigil. Amoebiasis ekstra intestinalis ini dapat juga dijumpai di penis, vulva, kulit, atau tempat lain dengan tanda-tanda mudah berdarah ( Gandahusada Srisasi, 2000 ). e). Diagnosa 1). Amoebiasis Kolon Akut Pada amoebiasis kolon akut biasanya diagnosisklinis ditetapkan bila terdapat sindrom disentri disertai sakit perut (mules). Biasanya gejala diare berlangsung tidak lebih dari 10 kali sehari. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan manamukan Entamoeba histolytica bentuk histolitika dalam tinja. 2). Amoebiasis Kolon Menahun Amoebiasis kolon menahun biasanya terdapat gejala diare yang ringan diselingi dengan obstipasi. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolitika dalam tinja. Bila amoeba tidak ditemukan, pemeriksaan tinja perlu diulang 3 hari berturut-turut. Reaksi serologi perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis.

31

3). Amoebiasis Hati Diagnosis klinis amoebiasis hati yaitu berat badan menurun, badan terasa lemah, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran hati. Pada pemeriksaan radiology biasanya didapatkan peninggian diafragma. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan Entamoeba histolytika. Bila amoeba tidak ditemukan, perlu dilakukan pemeriksaan ulang ( Gandahusada Srisasi, 2000 ) f) Pengobatan Pengobatan amoebiasis umumnya menggunakan antibiotic : Mertonidazole Obat ini efektif terhadap bentuk histolitika dan bentuk kista. Efek sampingnya ringan, antara lain mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gr sehari selama 3 hari berturut-turut. Emetin hidroklorida Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Toksisitasnya relative tinggi, terutama pada otot jantung. Dosis untuk orang dewasa adalah 65 mg sehari, untuk anak-anak di bawah 8 th 10 mg sehari. Lama pengobatan 4-6 hari berturut-turut. Pada orang tua dan orang yang ounya sakit berat, pemberian harus dikurangi. Tidak dianjurkan pada wanita hamil, penderita gangguan ginjal dan jantung. Klorokuin Obat ini merupakan amebisid jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Efek samping dan efek toksiknya bersifat ringan,

32

antara lain mual, muntah, diare, dan sakit kepala. Dosis untuk orang dewasa adalah 1 gr sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2-3 minggu. Obat ini juga efektif terhadap amoebiasis hati (Gandahusada Srisasi, 2000). g) Pencegahan Kebersihan perorangan antara lain mencuci tangan dengan bersih secara menyeluruh menggunakan sabun dan air panas setelah mencuci anus dan sebelum maka. Menghindari berbagai handuk atau kain wajah. Kebersihan lingkungan antara lain memasak air minum sampai mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran atau memasaknya sebelum dimakan, buang air besar di jamban, tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan, membuang sampah di tempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat ( Gandahusada Srisasi, 2000 ).

B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1). Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis. Diagnosis pasti dapat ditegakkan bila ditemukan trofozoid motil yang mengandung eritrosit dari sampel tinja segar yang diperiksa 30 menit sejak keluar 2). Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. 3). Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

33

4). Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan dilakukan pada penderita diare kronik. 5). Proktosigmoidoskopi: pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis adanya inflamasi mukosa atau keganasan. 6). Pemeriksaan kadar lemak tinja kuantitatif: tinja dikumpulkan (biasanya 72 jam) diperiksa kadar lemak tinja jika dicurigai malasorbsi lemak. 7). Pemeriksaan volume tinja 24 jam: volume lebih dari 500ml/hari jarang ditemukan pada sindrom usus iritabel.

34

You might also like