You are on page 1of 3

Pengertian Metode Membaca Metode diajukan sebagai cara-cara yang dapat digunakan pendidik untuk menyampaikan pesan (materi

pelajaran) dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang dikehendaki. Jika dengan metode tertentu suatu tujuan tidak tercapai maka harus mencari atau menggunakan metode lain yang dapat mencapai suatu tujuan pendidikan. Metode hanya merupakan alat bukan tujuan. Pengertian metode menurut Tony Anthony dalam Akhlan Husen bahwa metode adalah tingkat penerapan teori-teori yang didasarkan pada satu jenis pendekatan, sehingga merupakan rancangan yang menyeluruh dari jenis ketrampilan apa yang dikuasai yang belajar, materi-materi apa yang harus digunakan, serta bagaimana penyusunan urutan materi penyajiannya (Supriatna, 1998: 87). Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara guru mencapai tujuan pengajaran dari awal sampai akhir yang terdiri dari lima kegiatan pokok. Kegiatan tersebut adalah: 1) Pemilihan bahan 2) Penyusunan bahan 3) Penyajian 4) Pemantapan dan 5) Penilaian formatif Membaca pada hakikatnya suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berfikir, psikolingistik dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan symbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup aktifitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Pengajaran kata bisa berupa aktifitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus (Crawley dan mountain, 1995). Menurut Klein, dkk. (1996) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategi, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya. Teks yang dibaca seseorang harus mudah difahami (readible) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dengan teks (Rohim, 2007: 2-3). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode praktis membaca adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan buku Praktis Membaca yang disajikan untuk tahap pemula dalam belajar membaca. Sebagai orang tua dan sekaligus sebagai pendidik harus memperhatikan metode dan teknik sesuai dengan tingkat penguasaan anak. 2) Jenis-jenis Pelaksanaan Metode Praktis Membaca Pelaksanaan metode praktis membaca dibagi menjadi dua tahap, yaitu membaca permulaan tanpa buku dan membaca permulaan dengan buku. Membaca tanpa buku diberikan dengan pertimbangan agar siswa hanya

dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan. Misalnya menyimak cerita guru, Tanya jawab dengan guru, memperhatikan gambar yang diperlihatkan guru, membicarakan gambar dan sebagainya (Supriatna, 1998: 62). Dengan demikian secara pokok anak diharapkan telah mampu membaca kaliamt sederhana yang jumlah katanya paling banyak empat kata. 3) Langkah-langkah pelaksanaan metode praktis membaca Pelaksanaan metode praktis membaca dibagi menjadi dua tahap yaitu: a. Membaca permulaan tanpa buku dan b. Membaca permulaan dengan buku. a. Membaca permulaan tanpa buku Pelajaran membaca permulaan tanpa buku dilaksanakan dengan pertimbangan agar anak yang baru masuk sekolah tidak langsung dibebani dengan masalah-masalah baru. Hal ini menjaga kemungkinan akan memberatkan diri anak serta mungkin pula menjadi penyebab anak enggan pergi sekolah. 1) Cara Mengajarkan Membaca Tanpa Buku Bertitik tolak pada perkembangan kemampuan anak, maka terlebih dahulu kita lakukan pengamatan terhadap kemampuan berbahasa anak. Kegiatan ini kita lakukan untuk menjajaki kalimat-kalimat jenis apa, katakata dan istilah mana yang sering digunakan oleh anak-anak. Caranya ialah memperhatikan pembicaraan pembicaraan spontan dari anak-anak pada waktu mereka bermain-main sebelum pelajaran dimulai atau waktu luang dll. b. Membaca permulaan dengan buku Pelaksanaan pembelajaran membaca di TK Dharma Wanita Persatuan sukorejo terutama membaca permulaan dengan buku tidak dpat dipisahkan dengan pelajaran menulis permulaan, walupun membaca dan menulis merupakan dua kemampuan yang berbeda membaca bersifat reseptif sedangkan menulis bersifat produktif. Melalui membaca dapat mengembangkan berbagai nilai moral, kemampuan bernalar, serta kreatifitas. Untuk kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar mengajar. Untuk dapat menuliskan huruf sebagai lambing bunyi, siswa harus berlatih dari cara memegang alat tulis serta mengerakkan tanganya dengan memperhatikan apa yang harus dituliskan (di gambarkan). B. PENERAPAN METODE MEMBACA Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan metode praktis membaca serta perkembangan bahasa. Maka dalam sub bab ini, secara khusus penulis akan mengkaji penerapan metode membaca pada di RA Mamba'us Sholihin Suci Manyar Gresik Kurikulum yang dikembangkan di Taman kanak-kanak menekankan pada pengenalan dalam kegiatan berbahasa anak, misalnya mengenalkan nama-nama anggota badan (kepala, tangan, kaki dan lain-lain) namanama benda yang ada disekitar sekolah sebagai menambah perbendaharaan kosa kata anak. Pada ketrampilan berbahsa dalam kegiatan menyimak dapat dibacakan cerita atau dongeng yang akrab dengan telinga anak. Pada kegiatan berbicara, anak ditunjukkan untuk memperkenalkan nam diri, nama orang tua, maupun cita-cita anak (Supriatna, 1998: 6). Mendeteksi atau melacak kemampuan berbahasa anak merupakan langkah awal dalam memahami perkembangan bahasa anak secara individual,

Beberapa tingkah laku berikut dapat mendeteksi atau melacak untuk melihat kemampuan membaca anak: Anak sudah mulai senang atau gemar pada buku, Anak suka bertanya, Anak gemaar membuka buku-buku, Anak sudah minta dibacakan cerita atau buku, Anak senang bercerita, Anak bercerita atau berbicara dengan menggunakan gaya bahasanya sendiri, Anak dapat menceritakan gambar yang dibuatnya, Anak dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang sederhana, Anak ikut serta dengan orang t ua ketika sedang membaca Koran, majalah, atau buku lainnya, Anak membaca hal-hal yang dilihat dalam perjalanan, Anak mulai bertanya tenatang arti dan maksud suatu gambar (Depdiknas, 2000: 18-19). Jika anak mulai bisa mengucapkan kata-kata bahkan sudah mulai bisa berkomunikasi, dia akan selalu mempelajari apa yang sudah ditangkap melalui indranya. Jika sudah mulai bersekolah, kemampuan berbahsa anak sudah mulai luas. Apalagi kalau anak sudah mulai gemar membaca buku, kemampuan berbahasanya semakin mantap karena bertambahnya pengetahuan (Supriatna, 1998: 19). Pada usia TK (4-6 tahun) perkembangan kemampuan berbahasa anak ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut: 1. Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi. 2. Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata Tanya dan kata sambung. 3. Memajukan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu. 4. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana. 5. Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar . Perkembangan potensi tersebut muncul ditandai oleh berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang berbagi hal, berbicara sendiri dengan atau tanpa menggunakan alat (seperti boneka, mobil mainan dan sebagainya), mencoret-coret buku tau dinding dan menceritakan sesuatu yang fantastik, gejala-gejala ini merupakan pertanda munculnya kepermukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi nampak (actual potency). Kondisi tersebut menujukkan berfungsi dan berkembangnya sel-sel saraf pada otak. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan motode membaca, sedikit banyak mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perkembangan berbahasa anak.

You might also like