You are on page 1of 19

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMOTHORAX

MATA KULIAH KMB I

DISUSUN OLEH : KELOMPOK A 1. Agung Jossutiarko P27220011158 2. Agus Trianto P27220011159 3. Agus Triwahyudi P27220011160 4. Amalia Nuril Afifah 5. Anggie Yulianti Musyarofah 6. Ayunda Prita Mutiara 7. Bayu Cahyo Oktafian 8. Bayu Muhammad Ikhrom 9. Budi Sari Dewi 10. Cahya Ari Widya Ningrum 11. Darniati Alimah 12. Desy Indah Ratnawati P27220011161 P27220011162 P27220011163 P27220011164 P27220011165 P27220011166 P27220011167 P27220011168 P27220011169

PRODI DIII BERLANJUT DIV KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


SEMESTER 3

POLTEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


2012

DAFTAR ISI

Daftar Isi

.............................................................................................

1 2 3 3 4 4

Kata Pengantar ............................................................................................. Bab 1. Pendahuluan ..............................................................................

Latar Belakang Masalah ................................................................ Tujuan Penulisan ............................................................................. Rumusan Masalah Asuhan Keperawatan KATA PENGANTAR ................................................................

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan YME, karena berkat Rahmat-Nya makalah tentang ASKEP HEMOTHORAX dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Dan juga kami ucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang membantu menyusun makalah ini. Terutama kami ucapkan terima kasih kepada bapak/ibu dosen yang telah membimbing kami dan memberikan kami waktu serta kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Kami dari kelompok A menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan dari kemampuan kami. Untuk itu kami sebagai penyusun makalah ini mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun guna melengkapi makalah ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini berguna dan bermanfaat serta dapat menunjang kemandirian dalam proses belajar.

Surakarta, 25 September 2012

Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Akumulasi darah dalam dada , atau hematothorax adalah masalah yang relatif umum , paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau dinding dada . hematothorax tidak berhubungan dengan trauma adalah kurang umum dan dapat disebabkan oleh berbagai penyebab Identifikasi dan pengobatan traumatik hematothorax adalah bagian penting dari perawatan pasien yang terluka . Dalam kasus hematothorax tidak berhubungan dengan trauma , penyelidikan yang hati hati untuk sumber yang mendasari harus dilakukan ketika perawatan terjadi . Hematothorax mengacu pada koleksi darah dalam rongga pleura . Walaupun beberapa penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya 50 % diperlukan untuk mendefinisikan hematothorax ( dibandingkan dengan berdarah efusi pleura ) . Sebagian besar tidak setuju pada perbedaan tertentu . Meskipun etiologi paling umum adalah hematothorax tumpul atau trauma tembus , itu juga dapat hasil dari sejumlah nontraumatic menyebabkan atau dapat terjadi secara spontan . Pentingnya evakuasi awal darah melalui luka dada yang ada dan pada saat yang sama , menyatakan bahwa jika perdarahan dari dada tetap , luka harus ditutup dengan harapan bahwa ada tekanan intrathoracic akan menghentikan perdarahan jika efek yang diinginkan tercapai , menyarankan agar luka dibuka kembali

beberapa hari kemudian untuk evakuasi tetap beku darah atau cairan serosa . Mengukur frekuansi hematothorax dalam populasi umum sulit . Hematothorax yang sangat kecil dapat dikaitkan dengan satu patah tulang rusuk dan mungkin tak terdeteksi atau tidak memerlukan pengobatan . karena sebagian besar terkait dengan hematothorax trauma , perkiraan kasar terjadinya mereka dapat dikumpulkan dari trauma statistik . B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum: Untuk memperluas wacana pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasiean Hemotorax . 2. Tujuan Khusus: a. Mampu mengkaji masalah-masalah keperawatan secara komprehensif. b. Mampu menganalisa dan merumuskan serta menegakan diagnosa Keperawatan yang muncul. c. Mampu merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana yang meliputiupaya promotif, preventif, kuratif serta rehabilitati. d. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan. e. Mempunyai pengalaman dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan Hemotorax. C. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan hematothorax ? 2. Apa saja etiologi dari hematothorax ? 3. Bagaimana patofisiologi dari hematothorax? 4. Bagaimana manifestasi klinis dari hematothorax ? 5. Apa saja pemeriksaan dari hematothorax ? 6. Bagaimana perawatan dari hematothorax ? D. Sistematika Penulisan Sistemetika penulisan makalah ilmiah tentang materi Hemotorax ini terdiri dari tiga bab. Masing-masing terdiri dari sub-sub bahasan yaitu: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Rumusan Masalah D. Sistematika Penulisan BAB II Pembahasan A. Definisi Penyakit B. Patofisiologi

C. Manifestasi Klinik D. Pemeriksaan Penunjang E. Perawatan F. Asuhan keperawatan BAB III Penutup A. Kesimpulan B. Daftar Pustaka

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEMOTHORAK A. KONSEP DASAR REVIEW ANATOMI 1. Pengertian Hemothorak Hemothorak adalah adanya darah yang masuk kearea pleural (antara pleura viseralis dan pleura parietalis). Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura . Sumber berasal dari darah yang berada pada dinding dada , parenkim paru paru , jantung atau pembuluh darah besar . kondisi ini biasanya konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam. Ini juga merupakan komplikasi dari beberapa penyakit ( Puponegoro , 1995 Traumatis Trauma tumpul. Penetrasi trauma. a. Non traumatic atau spontan Neoplasia ( primer atau metastasis ). Diskrasia darah , termasuk komplikasi antikoagulasi. Emboli paru dengan infark.

Emfisema. Tuberkulosis. Paru arteriovenosa fistula. Pembagian Hemothorak a. Hemothorak Kecil : yang tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada foto rontgen, perkusi pekak sampai iga IX.

b. Hemothorak Sedang : 15 35 % tertutup bayangan pada foto rontgen, perkusi pekak sampai iga VI. c. Hemothorak Besar : lebih 35 % pada foto rontgen, perkusi pekak sampai cranial, iga IV. 2. Pathofisiologi Perdarahan ke dalam rongga pleura dapat terjadi, hampir semua gangguan dari jaringan dinding dada dan pleura atau struktur intratoracic yang fisiologis terhadap pengembangan hematothorax diwujudkan dalam 2 bidang utama hemodinamik dan pernapasan . Tingkat respons hemodinamik ditentukan oleh jumlah dan kecepatan kehilangan darah . Gerakan pernapasan normal mungkin terhambat oleh ruang efek menduduki akumulasi besar darah dalam rongga pleura. Dalam kasus trauma, kelainan ventilasi dan oksigen dapat mengakibatkan, terutama jika dikaitkan dengan cedera pada dinding dada. Dalam beberapa kasus nontraumatic asal usul, terutama yang berkaitan dengan pneumothorax dan jumlah terbatas perdarahan, gejala pernapasan dapat mendominasi. Pathway Nursing Gejala / tanda klinis Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah di dinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul. Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, tahipnea berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung. 3. Manifestasi Klinis 1. Blunt trauma hematothorax dengan dinding dada cedera tumpul. Jarang hematothorax sendirian menemukan dalam trauma tumpul . Associated dinding dada atau cedera paru hampir selalu hadir. Cedera tulang sederhana terdiri dari satu atau beberapa patah tulang rusak adalah yang paling umum dada cedera tumpul. Hematothorax kecil dapat berhubungan dengan bahkan satu patah tulang rusuk tetapi sering tetap diperhatikan selama pemeriksaan fisik dan bahkan setelah dada radiography . Koleksi kecil seperti jarang membutuhkan pengobatan. Kompleks dinding dada cedera adalah mereka yang baik 4 atau lebih secara berurutan satu patah tulang rusuk hadir atau memukul dada ada . Jenis cedera ini terkait dengan tingkat signifikan kerusakan dinding dada dan sering menghasilkan koleksi besar darah dalam rongga pleura dan

gangguan pernapasan substansial . Paru memar dan pneumotorax yang umumnya terkait cedera . Mengakibatkan luka luka lecet dari internal interkostal / arteri mamae dapat menghasilkan ukuran hematothorax signifikan dan hemodinamik signifikan kompromi . Kapal ini adalah yang paling umum perdarahan terus menerus sumber dari dada setelah trauma. 2. Intrathoracic cedera tumpul Hematothorax besar biasanya berhubungan struktur vaskular cedera . Gangguan atau robekan besar struktur arteri / vena di dalam dada dapat menyebebkan perdarahan masif / exsanguinating . Hemodinamik menifestasi terkait dengan hematothorax besar adalah mereka dari hemorrhagic shock . Gejala gejala dapat berkisar dari ringan sampai mendalam , tergantung pada jumlah dan laju perdarahan ke dalam rongga dada dari sifat dan tingkat keparahan cedera terkait . Karena koleksi besar darah akan menekan paru paru ipsilateral , pernapasan terkait termasuk manifestasi tachypnea dan dlam beberapa kasus hypoxemia . Berbagai temuan fisik seperti memar , rasa sakit , ketidakstabilan / krepitus pada palpasi atas rusuk retak , cacat dinding dada / gerakan dinding dada paradoksal dapat mengakibatkan kemungkinan

hematothorax bersamaan dalam kasus cedera tumpul dinding dada. Ketumpulan pada perkusi diatas bagian yang terkena sering hemotorax dicatat dan lebih sering ditemukan selama lebih tergantung daerah torax jika pasien tegak. Berkurang / tidak hadir pada auskultasi bunyi napas dicatat di atas wilayah hemotothorax. 4. Pemeriksaan diagnostik : a. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung) b. GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi, gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (Hemothorak). Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah. Komplikasi Adhesi pecah, bula paru pecah. Penatalaksanaan :

c. d.

a) Hemothorak kecil : cukup diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi) dan tidak memerlukan tindakan khusus. b) Hemothorak sedang : di pungsi dan penderita diberi transfusi. Dipungsi sedapat mungkin dikeluarkan semua cairan. Jika ternyata kambuh dipasang penyalir sekat air. c) Hemothorak besar : diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga dan transfusi.

B. SELANG DADA Selang Dada adalah dapat bekerja sebagai drain untuk udara ataun cairan. Untuk mengatasi masalah-masalah gangguan pulmonal tersebut, selang dimasukan kedalam rongga pleura (antara pleura parietalis dan viseralis) agar tekanan negatif intra pleural kembali normal. Pada bedah jantung selang ditempatkan kedalam pericardium atau mediastinum dibawa insisi sternotomi selang dada diletakan sebelum dilakukan sebelum penutupan sayatan pada pembedahan paru dan jantung atau dilakukan ditempat tidur sebagai tindakan kedaruratan untuk mengatasi pneumothorak atau Hemothorak. Selang disambungkan pada system drainase water seal (Atrium, Pleure-vac, Segel sentinel, thora-klex, atau thora-seal III ). Sistem pembuangan cairan melalui dada terdiri dari system 1 botol, 2 botol atau 3 botol, bila jumlah cairan dan udara yang dikeluarkan sangat banyak. Apabila terdapat dua tempat pemasangan selang, maka kemungkinan kedua selang itu disambungkan pada system drainase bersegel (WSD) dengan menggunakan Y konektor. Tujuan Pemberian Selang Dada untuk mengeluarkan udara, cairan atau keduanya dari rongga thorak. Macam-macam selang dada yang di gunakan : a) Selang lebih kecil (16 20 French) digunakn untuk buang udara. b) Selang lebih besar (20 26 French) untuk alirkan darah/drainase pleural yang kental. Sistem Drainasi Selang Dada yaitu : a) Sistem 1 botol b) Sistem 2 botol c) Sistem 3 botol

d) e) f) g)

Unit Water Seal (sekali pakai) Flutter Valve Screw Valve Calibrated Spring Efek pernapasan pada tekanan intra pleural Siklus ventilasi Tekanan Intra pleura Istirahat -5 cm H2O Inspirasi -6 - -12 cm H2O Ekspirasi -4 - -8 cm H2O. Indikasi Pemasangan Selang Dada: a) Hemothorak (penyebab trauma dada, neoplasma, robekan pleural, kelebihan anti koagulan, pasca bedah thorak). b) Pneumothorak: 1) spontan > 20 % (penyebab ruptur bleb); 2) Desakan (penyebab ventilasi mekanik, luka tusuk tembus, klem selang dada terlalu lama, kerusakan segel pada system drainase selang dada; 3) Fistula Broncko pleural (penyebab kerusakan jaringan, tumor, aspiorasi bahan kimia toksis); 4) Efusi pleural (penyebab neoplasma); 5) Para Pneumonia terkomplikasi (penyebab penyakit kardio pulmoner serius - kondisi inflamasi. - Pus > (Empiema) - Glukosa < 40 mg/dl - Pewarnaan gram positif/kultur bakteri - PH < 7,0 - PH 7,0 - 7,2 dan LDH > 1000 IU / L Chilothoraks (penyebab trauma, malignansi, abnormalitas congenital). Komplikasi Pemberian Selang Dada: a. Tension pneumo thorak (karena sumbatan pada selang). b. Empisema sub cutan (karena udara masuk kedalam jaringan sub cutan).

Skenario Kasus
Tn K usia 25 tahun. Dibawa ke RS dengan keluhan 2 jam yang lalu jatuh dari sepeda motor. Tidak terjadi perdarahan tetapi merasakan nyeri dada dan nyeri bertambah saat bernafas. Hasil pemeriksaan foto thorak terdapat fraktur iga yang mengenai pleura dan parenkim paru.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian : 1. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. K Umur : 25 th Jenis Kelamin : pria Alamat Tanggal MRS Diagnosa Medis Keluhan Utama : Mojosongo, Surakarta : 2 September 2012, jam 17.00 WIB : Hemothorax : Nyeri dada

Pemeriksaan Fisik : 1. Sistem Pernapasan : a. Inspeksi Pengembangan paru tidak simetris. Terdapat retraksi dada. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. b. Auskultasi Adanya suara sonor. Bising napas yang menghilang. c. Palpasi Nyeri, semakin kuat saat aspirasi Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain. d. Perkusi Resonan 2. Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk. Takhikardia, lemah Pucat, Hb turun. Hipotensi.

3. Sistem Persyarafan : Normal 4. Sistem Perkemihan. Normal 5. Sistem Pencernaan : Normal 6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen. Kemampuan sendi terbatas. Ada memar. Terdapat kelemahan. Kulit pucat, sianosis, berkeringat. 7. Sistem Endokrine : Terjadi peningkatan metabolisme. Kelemahan. 8. Sistem Sosial / Interaksi. Normal. 9. Spiritual : Normal.

B. Diagnosa Keperawatan : 1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d penurunan ekpansi paru karena gangguan muskuloskeletal (Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.197) 2. Inefektif bersihan jalan napas b/d sekresi banyak dan kental. (Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.205) 3. Nyeri akut b/d pembengkakan jaringan. (Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.210)

C. Intevensi Keperawatan : 1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d penurunan ekpansi paru karena gangguan muskuloskeletal (Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.197) Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam pola pernapasan efektif Kriteria hasil : Memperlihatkan pola pernapasan normal/efektif dengan GDA dalam rentang normal. Bebas sianosis dan tanda/gejala hipoksia. Intervensi : a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin. R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit. b. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital. R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia. c. Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam. R/ sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif atau mengurangi trauma d. Kaji fremitus R/ Suara dan taktil fremitus (vibrasi) menurun pada jaringan yang terisi cairan atau konsolidasi. e. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam. R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas. f. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam : 1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar. R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.

2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan. R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural. 3) Observasi gelembung udara botol penempung. R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu. 4) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu. R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah tekanan negative yang diinginkan. 5) Catat karakter/jumlah drainage selang dada. R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang memerlukan upaya intervensi. g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : 1) Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. Berikan oksigen tambahan melalui kanul/masker sesuai indikasi Awasi /gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri. Kaji kapasitas vital/pengukuran volume tidal. Konsul photo toraks. R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya. 2. Inefektif bersihan jalan napas b/d sekresi banyak dan kental. (Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.205) Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam jalan napas lancar/normal Kriteria hasil : Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi napas bersih/jelas Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.

Klien nyaman. Intervensi : a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan. R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik. b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk. R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi. 1) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin. R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas. 2) Lakukan pernapasan diafragma. R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar. 3) Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. 4) Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat. R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret. c. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk. R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien. d. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi. R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis. e. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk. R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut. f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. Pemberian expectoran. Pemberian antibiotika.

Fisioterapi dada. Konsul photo toraks. R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya. 3. Nyeri akut b/d pembengkakan jaringan. (Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.210) Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang. Kriteria hasil : Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi. Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan nyeri. Pasien dapat rileks Intervensi : a. Jelaskan dan bantu klien dnegan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif. R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri. 1) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase. R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya. 2) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan. b. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil. R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan. c. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung. R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi

nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik. d. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik. R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang. e. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari. R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA Barbara c. long (1996), Perawatan Medikal Bedah , Suatu pendekatan Proses Keperawatan, Yayasan Ikatan Alumni Keperawatan Pajajaran, Bandung. Barbara Engram (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta. Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI Vol.1, EGC, Jakarta Jonh. A Boswick (1997), Perawatan Gawat Darurat, EGC, Jakarta. LAB/UPF ILMU BEDAH (1988), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Sjasuhidajat. R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta. Diposkan oleh Ardyan pradana di 23:26

You might also like