You are on page 1of 13

T e o rr iii --- T e o rr iii P e rr kk e m b a n gg a n M o ttt o rr iii kk _ P e rr b a iii kk a n T e o r T e o r P e r k e m b a n g a n M o o r k _ P e r b a k a n T e o T e o P e e m b a n a n M o o _ P e b a a n P a p e rr _ H a n n u rr o fff iii kk // 1 1 0 5 5 P a p e r _ H a n n u r o k / 1 1 0 5 5 P a p e _ H a n n u o 1 1 0 5 5

January 5, 2010

TEORI-TEORI PERKEMBANGAN MOTORIK


Oleh: Hannurofik/11055 A. Pendahuluan Pendidikan usia dini 0 sampai 8 tahun menurut Jamaris (2003) telah cukup lama menjadi perhatian beberapa tokoh atau para ahli filsafat. Karena pengembangan anak usia dini penting untuk diselenggarakan dalam membantu meletakkan dasar pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta baik di dalam keluarga maupun di kelompok bermain, tempat penitipan anak (TPA), dan taman kanak-kanak (TK). Dalam makalah ini akan coba di paparkan teori-teori perkembangan motorik untuk memberi kemudahan dalam pendidikan dan pengasuhan anak, dimana peran pengasuh (orang tua, guru dan orang deawasa lainnya) dapat memberikan perlakuan yang dapat mengembangkan potensi anak ditinjau dari perkembangan Motorik. B. Pembahasan 1. Teori-Teori Perkembangan Motorik Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua: 1. 2. Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Hurlock, 1978). Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak seperti orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender pun memiliki pengaruh dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Sherman (1973) yang menyatakan bahwa anak perempuan pada usia middle childhood kelenturan fisiknya 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak laki-laki, tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada perempuan. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a genetic plan or maturation (Gesell, 1934 dalam Santrock, 2007). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak.

T e o rr iii --- T e o rr iii P e rr kk e m b a n gg a n M o ttt o rr iii kk _ P e rr b a iii kk a n T e o r T e o r P e r k e m b a n g a n M o o r k _ P e r b a k a n T e o T e o P e e m b a n a n M o o _ P e b a a n P a p e rr _ H a n n u rr o fff iii kk // 1 1 0 5 5 P a p e r _ H a n n u r o k / 1 1 0 5 5 P a p e _ H a n n u o 1 1 0 5 5

January 5, 2010

Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya. .to develop motor skill, infants must perceive something in the environment that motivates them to act and use their perceptions to fine-tune their movement. Motor skills represent solutions to the infants goal. Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan sistem syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem. Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang komples dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) system syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi. 3. Aspek aspek berkenaan dengan Motorik

a. Kematangan syaraf
Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak seberat 2,5% dari berat otak orang dewasa. Syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syaraf belum berkembang dan berfungsi sesuai perkembangannya. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami prosesbneurogical maturation. Pada anak usia 5 tahun syaraf-

T e o rr iii --- T e o rr iii P e rr kk e m b a n gg a n M o ttt o rr iii kk _ P e rr b a iii kk a n T e o r T e o r P e r k e m b a n g a n M o o r k _ P e r b a k a n T e o T e o P e e m b a n a n M o o _ P e b a a n P a p e rr _ H a n n u rr o fff iii kk // 1 1 0 5 5 P a p e r _ H a n n u r o k / 1 1 0 5 5 P a p e _ H a n n u o 1 1 0 5 5

January 5, 2010

syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai kematangannya dan menstimuasi berbagai kegiatan motorik yang dilakukan anak secara luas. Otak besar yang mengontrol gerakan motorik kasar seperti berjalan,berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, diantaranya menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle, memegang gunting atau memegang pensil. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat, seperti mengisi gelas dengan air, menggambar, mewarnai dengan tidak keluar garis. Di usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat komplek yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil melompat dan mengendarai sepeda. Berkenaan dengan sistem syaraf berikut dijelaskan. Sistem saraf (Nervous System) merupakan salah satu sistem organ yang ada di tubuh mmanusia. layaknya sebuah sistem jaringan

komunikasi, sel-sel saraf di setiap bagian dari tubuh memainkan peran dalam proses menanggapi rangsangan dan pengendalian otot-otot kita. Sistem saraf dibina lebih dari 80 jaringan saraf utama. Setiap jaringan saraf tersusun atas 1 juta neuron, yaitu unit fungsional sistem saraf (selScan Otak (Sumber : conservatismplus.ning.com)

sel saraf).

Neuron atau sel saraf memiliki bagian-bagian sel yang berbeda dengan tipe sel lainnya. Berikut bagian-bagian sel saraf beserta fungsinya dalam menghantarkan impuls (rangsangan) sebagai unit fungsional sistem saraf. 1. Inti sel, merupakan struktur inti sel pada umunya yang di dalamnya terdapat asam nukleat (materi inti). Inti sel berperan sebagai pengatur segala aktifitas sel saraf. 2. Badan sel (perykaryon), merupakan struktur utama dari sel saraf yang kaya akan sitoplasma dan di bagian tengahnya terdapat inti sel saraf. Badan sel berfungsi sebagai tempat metabolisme sel saraf. 3. Dendrit, merupakan serabut pendek dan bercabang-cabang yang merupakan penjuluran badan sel pada badan sel. Dendrit berfungsi menerima dan menghantarkan rangsangan dari luar ke badan sel saraf. 4. Neurit, merupakan serabut panjang hasil penjuluran badan sel yang mengandung struktur benangbenag halus yang disebut mikrofibril dan neurofibril. Mikrofibril dan neurofibril berfungsi untuk menjaga bentuk dan kepadatan sel saraf. Neurit atau yang sering dikenal akson memiliki peranan menghantarkan rangsangan dari badan sel saraf yang satu ke sel saraf lain. Rangsangan akan dihantarkan melalui akson dari satu sel saraf menuju dendrit dari sel saraf yang lain. Struktur neurit merupakan struktur yang lebih kompleks daripada dendrit. Neurit memeliki pembungkus yang disebut selaput myelin yang didalamnya terdapat sel Schwann. Bagian neurit yang tidak terbungkus oleh selaput myelin disebut nodus Ranvier.

T e o rr iii --- T e o rr iii P e rr kk e m b a n gg a n M o ttt o rr iii kk _ P e rr b a iii kk a n T e o r T e o r P e r k e m b a n g a n M o o r k _ P e r b a k a n T e o T e o P e e m b a n a n M o o _ P e b a a n P a p e rr _ H a n n u rr o fff iii kk // 1 1 0 5 5 P a p e r _ H a n n u r o k / 1 1 0 5 5 P a p e _ H a n n u o 1 1 0 5 5

January 5, 2010

Neuron

Tipe Saraf

Neuron berdasarkan fungsinya dibedakan atas sel saraf sensorik (afferent), sel saraf motorik (efferent), dan sel saraf konektor (association). Sel saraf sensorik berfungsi menghantarkan rangsangan (impuls) dari indra ke saraf pusat (otak) dan sumsum tulang belakang. Sel saraf motorik berfungsi menghantarkan rangsangan dari saraf pusat (otak) atau sumsum tulang belakang ke otot atau kelenjar. Rangsangan dari sel saraf sensorik diteruskan menuju sel saraf motorik melalui sel saraf konektor. Membran neuron layaknya membran sel lainnya bersifat semipermeabel (hanya molekulmolekul tertentu yang dapat keluar masuk misalnya ion-ion tetapi tidak untuk molekul berukuran besar). Membran sel saraf juga secara elektrikal bersifat polar (adanya ion-ion bermuatan negative yang disebut kation di sekitar permukaan luar membrane dan ion-ion bermuatan negative yang disebut anion di bagian sebelah dalam membran). Impuls saraf berhasil ditransmisikan (disalurkan) dari sel saraf yang satu ke sel saraf yang lain disebabkan oleh potensial aksi yang berpindah di dekat sel saraf. Stimulus merubah kemampuan spesifik permeable lapisan membrane dan menyebabkan depolarisasi kation dan anion. Perubahan ini menyebar sepanjang serabut saraf yang selanjutnya disebut sabagai impuls saraf itu sendiri. Polarisasi kembali terjadi setelah depolarisasi yang diikuti oleh periode refractory selama impuls selanjutnya datang lagi. Polarisasi dibuat dengan mempertahankan kelebihan ion-ion sodium (Na+) pada bagian luar membrane dan kelebihan ion-ion potassium (K+) pada bagian dalam membran. Jumlah tertentu dari Na dan K selalu bocor (berkurang) melewati membran, tetapi pompa Na/K pada membran secara aktif mengatasi hal tersebut tersebut. Intensitas atau frekuensi antara impuls saraf yang satu dengan yang lain ditentukan oleh diameter dari serabut saraf, hal ini berkaitan juga dengan serabut saraf berselaput myelin dan serabut
Sinapsis

saraf tanpa selaput myelin. Sitoplasma dari akson atau serabut saraf

merupakan konduktor elektrik dan selaput myelin menurunkan kapasitasnya sebagai penghantar. Kondisi tersebut mencegah kebocoran muatan melalui membran. Depolarisasi pada nodus ranvier cukup untuk memicu regerasi voltase elektrik pada nodus berikutnya. Oleh karena itu, potensial aksi pada serabut saraf bermielin tidak berpindah layaknya perpindahan gelombang tetapi terjadi secara berulang pada nodus-nodus. Potensial aksi pada nodus ranvier akan berpindah seperti loncatanloncatan muatan listrik.

T e o rr iii --- T e o rr iii P e rr kk e m b a n gg a n M o ttt o rr iii kk _ P e rr b a iii kk a n T e o r T e o r P e r k e m b a n g a n M o o r k _ P e r b a k a n T e o T e o P e e m b a n a n M o o _ P e b a a n P a p e rr _ H a n n u rr o fff iii kk // 1 1 0 5 5 P a p e r _ H a n n u r o k / 1 1 0 5 5 P a p e _ H a n n u o 1 1 0 5 5

January 5, 2010

b. Sistem Syaraf Sistem saraf manusia dan beberapa vertebrata lain mengandung dua bagian utama, yaitu: Sistem saraf pusat yang terbagi atas otak dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Sistem saraf pusat dilindungi oleh selaput meninges yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu Pia meter (selaput paling dalam dan banyak mengandung pembuluh darah), Dura meter (lapisan terluar yang padat dan keras serta menyatu dengan tengkorak sebelah dalam) dan terakhir Arakhnoid (terletak di antara pia meter dan dura meter yang merupakan selaput jaringan yang lembut membatasi kedua lapisan yang lain)
Sistem Saraf Pusat

c. Mekanisme Gerak Gerak dapat dilakukan secara sadar (gerak biasa) dan secara tidak sadar (gerak reflek). Perbedaan dari kedua macam gerak tersebut adalah berkaitan dengan jalannya impuls saraf yang melewati sistem saraf pusat, yaitu jika impuls melewati otak maka gerak yang dilakukan sebagai hasil respon dari otak dinamakan gerak sadar, sedangkan jika impuls tidak melewati otak tetapi sumsum tulang belakang, maka gerak yang dihasilkan sebagai respon dari sumsum tulang belakang dinamakan gerak reflek. Mekanisme gerak biasa (gerak sadar) Rangsangan > saraf sensorik > otak > saraf motorik > gerak Mekanisme gerak reflek (gerak tidak sadar) Rangsangan > saraf sensorik > pusat integrasi di sumsum tulang belakang > saraf motorik > gerak Pembentukan dasar arsitektur otak dimulai melalui suatu proses yang berkesinambungan mulai dari saat dalam kandungan, berlangsung sampai dewasa. Proses pembentukan ini melewati tahapan kritis yang berhubungan dengan lintasan spesifik yang berhubungan dengan kemampuan/keterampilan spesifik. Perkembangan pertambahan kemampuan yang kompleks dan lintasan yang mendasari dibangun diatas sirkuit atau keterampilan yang telah terbentuk sebelumnya. Melalui mekanisme tersebut, pengalaman pada tahap awal akan merupakan fondasi/dasar untuk belajar berkelanjutan, tingkah laku, kesehatan mental dan fisik. Arsitektur otak terdiri dari seperangkat lintasan saraf yang sangat terintegrasi, yang terhubung dibawah pengaruh yang terus menerus dan timbal balik dari genetic dan lingkungan. Gene berperan dalam menentukan saat pembentukan lintasan otak yang spesifik; kemudian pengalaman pribadi akan menentukan bentuk formasi tersebut. Proses perkembangan ini dimotori oleh kemauan diri sendiri, dorongan sejak lahir yang merupakan karakteristik dasar manusia. Input sensorik yang sesuai (melalui pendengaran dan penglihatan) dan berkesinambungan, hubungan yang responsive membangun arsitektur otak yang sehat serta menentukan kekuatan fondasi untuk proses belajar dikemudian hari, tingkah laku dan kesehatan.

T e o rr iii --- T e o rr iii P e rr kk e m b a n gg a n M o ttt o rr iii kk _ P e rr b a iii kk a n T e o r T e o r P e r k e m b a n g a n M o o r k _ P e r b a k a n T e o T e o P e e m b a n a n M o o _ P e b a a n P a p e rr _ H a n n u rr o fff iii kk // 1 1 0 5 5 P a p e r _ H a n n u r o k / 1 1 0 5 5 P a p e _ H a n n u o 1 1 0 5 5

January 5, 2010

Hubungan yang paling penting dimulai dalam keluarga, tapi seringkali melibatkan dewasa lain yang memberi peran penting pada kehidupan anak termasuk perawatan dini dan pendidikan. Pada masa perkembangan dini, proses memberi dan menerima terjadi saat anak secara alamiah berinteraksi melalui mengoceh, ekspresi wajah, pengucapan kata, gerak tubuh dan menangis dan respon dari orang dewasa adalah melakukan hal yang sama misalnya bersuara, dan melakukan gerakan tubuh yang sama dan proses tersebut berlangsung timbal balik. Hal timbal balik tersebut akan lebih efektif bila dilakukan secara terintegrasi dengan hubungan anak dan dewasa yang berkesinambungan. Interaksi yang saling menguntungkan ini penting sebagai prasyarat untuk perkembangan lintasan otak yang sehat dan meningkatkan kemampuan keterampilan yang kompleks. Lintasan diotak yang memproses informasi dasar, terbentuk lebih dulu dibanding lintasan yang memproses informasi yang lebih kompleks. Tingkat lintasan yang lebih tinggi terbentuk pada lintasan yang lebih rendah, dan adaptasi pada tingkatan yang lebih tinggi ini akan sulit bila lintasan pada tingkat yang lebih rendah tidak terbentuk dengan sempurna. Sejajar dengan terbentuknya lintasan diotak, terjadi pula penambahan pembentukan kemampuan kompleks pada kapasitas dasar yang leebih dasar yang telah lebih dulu terbentuk. Misalnya kemampuan untuk mengerti dan menyebutkan nama suatu benda, akan didahului oleh pembentukan kemampuan untuk membedakan dan menghasilkan suara pada bahasa tertentu. Lintasan yang melatar belakangi kemampuan untuk menyusun kata, untuk berbicara dalam kalimat merupakan dasar untuk dapat membaca dan menulis dalam buku. d. Mekanisme Kontraksi Otot Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh. Otot rangka dapat kita kaji lebih dalam misalnya dengan mempelajari otot gastroknemus pada katak. Otot gastroknemus katak banyak digunakan dalam percobaan fisiologi hewan. Otot ini lebar dan terletak di atas fibiofibula, serta disisipi oleh tendon tumit yang tampak jelas (tendon Achillus) pada permukaan kaki.
Gastrocnemius (sumber : ADeducation)

Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan

dalam keadaan yang relatif dari filamenfilamen aktin dan myosin. Selama kontraksi otot, filamenfilamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak.Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H. selain itu filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin.

T e o rr iii --- T e o rr iii P e rr kk e m b a n gg a n M o ttt o rr iii kk _ P e rr b a iii kk a n T e o r T e o r P e r k e m b a n g a n M o o r k _ P e r b a k a n T e o T e o P e e m b a n a n M o o _ P e b a a n P a p e rr _ H a n n u rr o fff iii kk // 1 1 0 5 5 P a p e r _ H a n n u r o k / 1 1 0 5 5 P a p e _ H a n n u o 1 1 0 5 5

January 5, 2010

Mekanisme Kontraksi Otot (Sumber : www.colorado.edu) Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1. Treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca di dalam serabut otot yang meningkatkan aktivitas miofibril. 2. Summasi, berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi dengan kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan (summasi unit motor berganda dan summasi bergelombang). 3. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri. 4. Tetani adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada peningkatan tegangan kontraksi. 5. Rigor terjadi bila sebagian terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke RS melalui mekanisme pemompaan. Metode pergeseran filamen dijelaskan melalui mekanisme kontraksi pencampuran aktin dan miosin membentuk kompleks akto-miosin yang dipengaruhi oleh ATP. Miosin merupakan produk, dan proses tersebut mempunyai ikatan dengan ATP. Selanjutnya ATP yang terikat dengan miosin terhidrolisis membentuk kompleks miosin ADP-Pi dan akan berikatan dengan aktin. Selanjutnya tahap relaksasi konformasional kompleks aktin, miosin, ADP-pi secara bertahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP, proses terkait dan terlepasnya aktin menghasilkan gaya fektorial. Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot (CRI, 1997). Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk otot berupa kegiatan serta aktifitas olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masamasa awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi. Hindari permainan di mana seseorang atau sekelompok orang
2+

T e o rr iii --- T e o rr iii P e rr kk e m b a n gg a n M o ttt o rr iii kk _ P e rr b a iii kk a n T e o r T e o r P e r k e m b a n g a n M o o r k _ P e r b a k a n T e o T e o P e e m b a n a n M o o _ P e b a a n P a p e rr _ H a n n u rr o fff iii kk // 1 1 0 5 5 P a p e r _ H a n n u r o k / 1 1 0 5 5 P a p e _ H a n n u o 1 1 0 5 5

January 5, 2010

menang dan kelompok lain kalah. Anak-anak yang secara terus menerus kalah dalam sebuah permainan memiliki kecenderungan merasa kurang percaya akan kemampuannya dan akan berkenti berpartisipasi. Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang (CRI, 1997). Perkembangan motorik berbeda tingkatannya pada setiap individu. Anak usia empat tahun bisa dengan mudah menggunakan gunting sementara yang lainnya mungkin akan bisa setelah berusia lima atau enam tahun. Anak tertentu mungkin akan bisa melopmat dan menangkap bola dengan mudah sementara yang lainnya mungkin hanya bisa menangkap bola yang besar atau berguling-guling. Dalam hal ini orang tua dan orang dewasa di sekitar anak harus mengamati tingkat perkembangan anak-anak dan merencanakan berbagai kegiatan yang bisa menstimulainya. Dengan olah raga memberi manfaat bagi perkembangan motorik anak. Selain untuk perkembangan fisiknya, olahraga juga amat baik untuk perkembangan otak serta psikologis anak. Mengikutkan anak pada kelompok olahraga akan meningkatkan kesehatan fisik, psikologis serta psikososialnya. Anak menjadi senang mendapat stimulasi kreativitas yang baik untuk perkembangannya. e. Gizi Banyak penelitian yang menerangkan tentang pengaruh gizi terhadap kecerdasan serta perkembangan motorik kasar. Levitsky dan Strupp pada penelitiannya terhadap tikus mengungkapkan bahwa kurang gizi menyebabkan functional isolationism isolasi diri yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak (conserve energy) dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian, dan motivasi. Aplikasi teori ini kepada manusia adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan potein (KEP), anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya hanya mampu sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik, yang mampu melakukannya dalam waktu yang lebih lama. Model functional isolationism yang dilukiskan ini sama dengan teori sebelumnya bahwa aspek-aspek essensial dan universal untuk perkembangan kognitif ditekan oleh mekanisme penurunan aktivitas pada keadaan kurang gizi. Untuk melakukan suatu aktivitas motorik, dibutuhkan ketersediaan energi yang cukup banyak. Tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari melibatkan suatu mekanisme yang mengeluarkan energi yang tinggi, sehingga yang menderita KEP (Kurang Energi Protein) biasanya selalu terlambat dalam perkembangan motor milestone. Sebagai contoh, pada anak usia muda, komposisi serat otot yang terlibat dalam pergerakan kontraksi kurang berkembang pada anak yang kurang gizi. Keadaan ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang sehingga terjadi pertumbuhan badan yang terlambat3. Tengkurap, merangkak, dan berjalan menurunkan ketergantungan atau kontak yang terusmenerus dengan pengasuhnya. Keadaan ini berpengaruh nyata terhadap mekanisme self-regulatory, sehingga anak menjadi lebih bersosialisasi dan ramah dengan lingkungannya. Sebaliknya, bila terjadi keterlambatan dalam locomotion dan perkembangan motorik akan merusak akses terhadap sumbersumber eksternal yang berpengaruh kurang baik terhadap regulasi emosional, sehingga akan

T e o rr iii --- T e o rr iii P e rr kk e m b a n gg a n M o ttt o rr iii kk _ P e rr b a iii kk a n T e o r T e o r P e r k e m b a n g a n M o o r k _ P e r b a k a n T e o T e o P e e m b a n a n M o o _ P e b a a n P a p e rr _ H a n n u rr o fff iii kk // 1 1 0 5 5 P a p e r _ H a n n u r o k / 1 1 0 5 5 P a p e _ H a n n u o 1 1 0 5 5

January 5, 2010

mengakibatkan terhambatnya perkembangan kecerdasan anak. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, telah dilakukan penelitian di daerah Jawa Barat yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Bogor dan University of California, Davis, USA untuk dapat menerangkan tentang bagaimana mekanisme gizi berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang di usia awalnya mendapat makanan suplemen, pada 8 tahun kemudian nilai tes intelektualnya lebih baik dari pada anak yang tidak mendapatkan suplemen. Sesudah memperhitungkan faktor confounder peneliti berkesimpulan bahwa suplemen makanan pada waktu bayi adalah faktor yang menyebabkan perbedaan. Hasil penemuan ini mendemonstrasikan bahwa suplemen makanan selama tiga bulan pada waktu bayi berumur kurang dari 18 bulan membawa keuntungan yang nyata terhadap kecerdasan anak sampai 8 tahun kemudian. Sedangkan terhadap anak yang berumur lebih dari 18 bulan yang sekarang berumur antara 1012 tahun, keuntungan tersebut tidak nyata. Hasil penelitian tersebut pun menghasilkan suatu dugaan bahwa perkembangan neurologi sebelum berumur 18 bulan berhubungan erat dengan defisiensi gizi yang dapat bersifat permanen. Umur 18 bulan dari hasil penelitian ini dapat merupakan batas atau cut off point. Hasil-hasil penelitian pada tikus menunjukkan bahwa gizi kurang dapat berakibat defisit myelinisasi pada otak yang irreversibel. Pada tikus, masa-masa kritis terjadi pada saat umur 814 hari, dan berdasarkan periode puncak pertumbuhan maka pada manusia dapat terjadi pada usia 618 bulan15. Sehubungan dengan hal tersebut, maka bayi kurang gizi yang tidak mendapat suplemen diduga mengalami defisit myelinisasi. Artinya terjadi kesulitan dalam menghantarkan informasi dari satu neuron ke neuron yang lain dan mengakibatkan intelektual anak rendah. Hal ini pun pada akhirnya mempengaruhi perkembangan motorik anak. Refleks anak terhadap lingkungannya akan terhambat. 4. Motorik Kasar dan Motorik Halus Ada 5 prinsip utama perkembangan motorik yaitu kematangan, urutan, motivasi, pengalaman, dan praktik (Malina & Bouchard, 1991). a. Kematangan Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf yang mengatur gerakan tersebut. Pada waktu anak dilahirkan, syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syarat belum berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya, yaitu mengontrol gerakan -gerakan motorik. Pada usia 5 tahun syaraf-syaraf ini sudah mencapai kematangan, dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik. Otot-otot besar mengontrol gerakan motorik kasar, seperti berjalan, berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan otot -otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, seperti menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzel, memegang pensil atau gunting membentuk dengan plastisin atau tanah liat, dan sebagainya. b. Urutan

T e o rr iii --- T e o rr iii P e rr kk e m b a n gg a n M o ttt o rr iii kk _ P e rr b a iii kk a n T e o r T e o r P e r k e m b a n g a n M o o r k _ P e r b a k a n T e o T e o P e e m b a n a n M o o _ P e b a a n P a p e rr _ H a n n u rr o fff iii kk // 1 1 0 5 5 P a p e r _ H a n n u r o k / 1 1 0 5 5 P a p e _ H a n n u o 1 1 0 5 5

January 5, 2010

Pada usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks, yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan motorik dengan seimbang seperti berlari sambil melompat, mengendarai sepeda. c. Motivasi Motivasi yang datang dari dalam diri anak perlu didukung dengan motivasi yang datang dari luar. Misalnya, dengan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan gerak motorik serta menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak. Pengaruh kesempatan dan kebebasan anak untuk bergerak pada usia muda mengandung implikasi terhadap pentingnya perkembangan keterampilan gerak anak. Kurangnya kesadaran orang dewasa termasuk guru-guru akan hal ini mengakibatkan langsung terhadap berkurangnya keuntungan yang dapat diperoleh, terutama untuk mencegah pengaruh yang menghambat tumbuh-kembang anak secara keseluruhan. d. Pengalaman Perkembangan gerakan merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Latihan dan pendidikan gerak pada anak usia dini lebih ditujukan bagi pengayaan gerak, pemberian pengalaman yang membangkitkan rasa senang dalam suasana riang gembira anak. e. Praktik Beberapa kebutuhan anak usia dini yang berkaitan dengan pengembangan motoriknya perlu dipraktikkan anak dengan bimbingan guru. Kebutuhan anak-anak tersebut menurut Bucher dan Reade (1959) adalah sebagai berikut. 1) Ekspresi melalui gerakan 2) Bermain, sebagai bagian dari perkembangan anak 3) Kegiatan yang berbentuk drama 4) Kegiatan yang berbentuk irama 5) Banyak lagihan motorik kasar maupun motorik halus. Kebutuhan untuk bergerak dan kebutuhan untuk mengungkapkan perasaan terdapat pada tiap insan sejak dilahirkan. Kedua kebutuhan tersebut dapat disalurkan dengan bermain, melalui prgoram pelatihan gerakan bagi anak usia dini. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut: 1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan. 2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.

10

T e o rr iii --- T e o rr iii P e rr kk e m b a n gg a n M o ttt o rr iii kk _ P e rr b a iii kk a n T e o r T e o r P e r k e m b a n g a n M o o r k _ P e r b a k a n T e o T e o P e e m b a n a n M o o _ P e b a a n P a p e rr _ H a n n u rr o fff iii kk // 1 1 0 5 5 P a p e r _ H a n n u r o k / 1 1 0 5 5 P a p e _ H a n n u o 1 1 0 5 5

January 5, 2010

3. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris. 4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan) Keterampilan motorik anak usia dini dapat dibedakan menjadi beberapa hal antara lain: 1. Motorik kasar anak usia dini Keterampilan motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar. Gerakan ini lebih menuntut kekuatan fisik dan keseimbangan, seperti merangkak, berjalan, berlari, melompat atau berenang. Pada usia dini diharapkan telah mampu melakukan gerakan-gerakan motorik kasar seperti, menurunkan tangga langkah demi langkah, tetap seimbang ketika berjalan mundur, berlari dan langsung menendang-nendang bola, melompat-lompat dengan kaki bergantian, melompati selokan selebar setengah meter dengan satu kaki, berjinjit dengan tangan di pinggul, melambungkan bola tenis dengan satu tangan dan menangkapnya dengan menggunakan dua tangan, menyentuh jari kaki tanpa menekuk lutut, mengendarai sepeda roda tiga dan membuat belokan tajam dengan sepeda roda tiga, memanjat tangga-tangga di lapangan bermain. Sesuai dengan perkembangan kemampuan melakukan gerakan motorik kasar seperti contohcontoh yang diuraikan di atas, maka sebagaimana yang sering kita lihat, alat permainan yang umumnya disediakan di Taman Kanak-kanak yang akan mendukung perkembangan kemampuannya tersebut lebih banyak berupa alat-alat permainan yang menuntut keseimbangan dan kekuatan fisik serta kecekatan dan kecepatan gerak. Bila kita mengamati anak-anak yang sedang bermain di halaman sekolah Taman Kanakkanak terlihat bahwa sebagian besar dari mereka selalu bergerak, berlari -lari dan seringkali dengan kecepatan yang cukup tinggi. Mereka belum terlalu mampu untuk memperkirakan kecepatan dan gerakan-gerakan yang tepat, selain karena daya antisipasi (kemampuan memperkirakan) mereka belum berkembang dengan baik, pengendalian emosi dan gerak merekapun belum cu kup memadai, sehingga peluang untuk mengalami resiko kecelakaan pada usia ini masih cukup besar. Alat -alat permainan yang disediakan untuk mereka selain memang bermanfaat, juga dapat menimbulkan bahaya bagi keselamatan dan keamanan dirinya. Kesadaran mereka terhadap bahaya juga masih kurang, sehingga perilakunya seringkali tampak seolah-olah ia tidak takut akan bahaya dan terkesan nekat. Oleh karena itu seharusnya guru AUD menyadari hal ini dan melakukan upaya -upaya pengamanan dan pencegahan yang cukup matang. Cara yang dapat dilakukan untuk itu, selain harus mengingatkan anak-anak untuk berhati-hati, juga melakukan pengawasan langsung selama mereka bermain. Harus selalu ada beberapa guru yang bertugas menemani dan mengawasi anak -

11

T e o rr iii --- T e o rr iii P e rr kk e m b a n gg a n M o ttt o rr iii kk _ P e rr b a iii kk a n T e o r T e o r P e r k e m b a n g a n M o o r k _ P e r b a k a n T e o T e o P e e m b a n a n M o o _ P e b a a n P a p e rr _ H a n n u rr o fff iii kk // 1 1 0 5 5 P a p e r _ H a n n u r o k / 1 1 0 5 5 P a p e _ H a n n u o 1 1 0 5 5

January 5, 2010

anak selama mereka bermain di halaman sekolah. Kecelakaan yang terjadi pada anak di sekolah sepenuhnya adalah tanggung jawab guru, walaupun sebenarnya hal itu seringkali karena ulah mereka sendiri. Dan orang tua sangat menekankan masalah keamanan dan kepercayaan terhadap sekolah dalam menentukan pilhan sekolah bagi anaknya yang masih Taman Kanak-kanak. 2. Motorik Halus anak Usia Dini Motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot -otot kecil atau halus; gerakan ini lebih menuntut koordinasi mata dan tangan dan ke mampuan pengendalian yang baik, yang memungkinkannya untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakan-

gerakannya. Yang termasuk gerakan motorik halus ini antara lain adalah kegiatan mencoret, melempar, menangkap bola, meronce manik-manik, menggambar, menulis, menjahit dan lainlain. Keterampilan ini berkembang lebih lambat dibandingkan dengan keterampilan motorik kasar karena memang tuntutannya lebih tinggi. Anak usia pra sekolah diharapkan sudah menguasai beberapa keterampilan yang menuntut kemampuan motorik halus ini, seperti menggunakan gunting dengan baik meskipun belum lurus, melipat kertas dan memasukkan surat ke dalam amplop, membawa secangkir teh sejauh beberapa meter tanpa tumpah, memasukkan benang ke dalam jarum, mengoleskan selai di atas roti, mengikat tali sepatu, membentuk berbagai obyek dengan tanah liat, mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju, membuka dan memasang kancing baju serta melepas ikat pinggang dan lain -lain. Sesuai dengan perkembangan motorik halus yang sudah harus dicapainya tersebut, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada anak usia dini harus diarahkan untuk meningkatkan keterampilannya dalam hal itu. Hal ini penting, karena seperti telah diuraikan sebelumnya, hanya kesempatan dan latihanlah yang diyakini akan dapat meningkatkan keterampialan anak dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang menuntut gerakan motorik halus tersebut. Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak menggali pasir dan tanah, menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu-batu, dedaunan atau benda-benda kecil lainnya dan bermain permainan di luar ruangan seperti kelereng. Pengembangan motorik halus ini merupakan modal dasar anak untuk menulis. Seperti halnya pada kegiatan motorik kasar yang dilakukan oleh anak usia sekolah, kegiatan motorik haluspun mengandung resiko kecelakaan tertentu. Tetapi karena untuk dapat melakukannya anak dituntut untuk lebih tenang dan lebih memusatkan perhatian dan mengendalikan geraknya, maka resiko tersebut diharapkan lebih kecil.

C. SIMPULAN
a. Pengembangan fisik motorik anak selain membantu berkembangnya otot-otot kasar dan otot-otot halus juga mempunyai nilai pembentukan watak, misalnya dalam melakukan berbagai jenis permainan untuk pengembangan fisik motorik, anak-anak juga dilatih kemampuan bekerja sama,

12

T e o rr iii --- T e o rr iii P e rr kk e m b a n gg a n M o ttt o rr iii kk _ P e rr b a iii kk a n T e o r T e o r P e r k e m b a n g a n M o o r k _ P e r b a k a n T e o T e o P e e m b a n a n M o o _ P e b a a n P a p e rr _ H a n n u rr o fff iii kk // 1 1 0 5 5 P a p e r _ H a n n u r o k / 1 1 0 5 5 P a p e _ H a n n u o 1 1 0 5 5

January 5, 2010

kecepatan bereaksi, disiplin, kejujuran, memecahkan masalah kecerdasan, kreativitas, dan sebagainya dalam batas-batas kemampuannya. b. Motorik anak perlu dilatih agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik anak berhubungan erat dengan kondisi fisik dan intelektual anak. Faktor gizi, pola pengasuhan anak, dan lingkungan ikut berperan dalam perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik anak berlangsung secara bertahap tapi memiliki alur kecepatan perkembangan yang berbeda pada setiap anak. c. Anak-anak secara terus menerus menambahkan hal-hal baru pada perbendaharaan fisik motorik dan intelektualnya. Setiap kali diperkenalkan latihan atau alat-alat latihan yang baru, anak memerlukan waktu untuk menyerapnya dan membiasakan diri dengan hal tersebut. Apabila anakanak menguasai setiap kegiatan baru dan mengasimilasikan setiap pengalaman baru, ia akan mengharapkan sesuatu yang baru. Pujilah dia dan berilah semangat padanya dalam hal ini. Tetapi anak juga menyakinkan pengulangan. Mereka merasa dirinya nyaman dengan pengulangan tersebut, yang mungkin juga dianggap sesuatu yang akan memberi rasa aman pada seorang anak.

Referensi :
Barbara Day. 1974. Early Childhood Education. New York: Macmillan College Publishing Company. Bauman, R. and Steve, D. 1991. Human dan Anatomy and Physiology, Laboratory Textbook. Whittier Publications Inc, United States of America. CRI Team (1997). Pembelajaran Berpusat pada Anak, Washington: CRI Dini P. Daeng Sari. 1996. Metode Mengajar di TK. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Hurlock B. Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/msg05719.html http://www.tempo.co.id/medika/arsip/012001/art-2.htm http://www.info-sehat.com/content.phps_sid=549 http://www.tabloidnova.com/articles.aspid=7202 http://www.tabloidnova.com/articles.aspid=5496 Jamaris, Martini (2003). Perkembangaan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta. UNJ Pusat Penelitian Balitbang Depdiknas. 2002. Kompetensi Dasar Pendidikan Anak Usia Dini 4 6 Tahun. Jakarta: Depdiknas. Pack, P. E. 2001. Biology 2nd Edition CliffsAP. Hungry Minds, Inc., New York. Rae-Dupree, J. and Pat, D. 2007. Anatomy and Physiology for Dummies. Wiley Publishing Inc., Indiana. Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdikbud. Santrock, John (2007) Child Development, New York: McGrow Yusuf, Syamsu LN (2002) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

13

You might also like