You are on page 1of 86

PERPAJAKAN 1 / HUKUM PAJAK

Buku A: Erly Suandy Materi sebelum UTS Bab 1. Pendahuluan Bab 2. Pajak & Hk. Pajak Bab 3 Teori-teori Pemungutan Bab 4 Pembagian Pajak Bab 6. Tarif Pajak Bab 8. Reformasi Pajak Bab 10 Utang pajak Bab 11. Penetapan & ketetapan pajak Bab 12 Pembayaran & Pelaporan Bab 13. Penagihan Pajak Bab 14 Pembukuan & Pencatatan Bab 16 Pajak Daerah & Retribusi Daerah Bab 17 Pengantar Hukum Pajak Internasional

PERPAJAKAN 1 / HUKUM PAJAK


BUKU B : MATERI SETELAH UTS

PPh Umum BUT PPh 21 PPh 26 Fiskal LN Penyusutan, Amortisasi, Revaluasi PPh 25 PPh 24 PPh 22 PPh23

SEJARAH PEMUNGUTAN PAJAK


Masa Kerajaan Awalnya belum merupakan suatu pungutan, hanya pemberian sukarela rakyat kepada raja
Upeti / natura - Pekerjaan untuk kepentingan umum - Uang ganti rugi bagi rakyat yang kaya
-

Masa Terbentuknya Negara Pemisahan rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja/penguasa Akhir abad pertengahan: sumber pendapatan negara yang ditetapkan secara sepihak oleh negara dalam bentuk UU / dapat dipaksakan.

Membiayai kepentingan Kerajaan

Pemberian uang dan natura kepada raja

Bebas dari kewajiban bekerja untuk kepentingan umum

Tidak melakukan penyetoran

Kerja untuk kepentingan umum

Kepentingan Raja

SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA


Pajak Kekayaan Alam
Bdsr pasal 33 UUD 1945 dan pasal 1 (2) UU Pokok Agraria

Bea dan Cukai Retribusi Iuran Sumbangan Laba dari BUMN (PERSERO, PERUM, PERJAN) Sumber-sumber lain (deficit spending, pinjaman)

Pajak
- Definisi mnrt Rochmat Soemitro:
Iuran rakyat kepada kas negara bdsr UU dengan tidak mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum

Bea dan Cukai


Pungutan negara yang dilakukan oleh Dirjen Bea Cukai bdsr UU Bea Masuk diatur UU No 10 th 1995 tentang kepabeanan Kepabeanan : segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan lalu lintas barang yang keluar masuk daerah pabean dan pemungutan bea masuk. Daerah pabean : wilayah Indonesia dan tempat-tempat tertentu di ZEE dan landasan kontinen yang diberlakukan UU Pabean Cukai pungutan negara yang dikenakan terhadap barangbarang tertentu yang sifat dan karakteristiknya ditetapkan bdsr UU No 11 1995, ex : tembakau, minuman keras

Retribusi
Merupakan pemungutan yang dilakukan oleh negara sehubungan dengan penggunaan jasa-jasa yang disediakan oleh negara Pembayar mendapat kontra prestasi langsung dari negara Menurut UU No 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi : pungutan sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan oleh Pemda dengan Obyek : Jasa Umum Jasa Usaha Perizinan tertentu, meliputi kegiatan dalam rangka pembinaan, pengaturan, pengendalian, pengawasan

PAJAK
Peraturan Pelaksanaan Prestasi Balik

Pungutan Lain

Pelaksanaan pemungutan diatur Pelaksanaan pemungutan dalam Undang Undang diatur setingkat dibawah UU Tidak ada ada

PEMBANGUNAN
UUD45 Pasal 23 (1)

NEGARA

DANA
Penerimaan dari Dalam Negeri Bantuan Luar Negeri Bantuan Program Bantuan Proyek

Penerimaan Minyak & Gas

Penerimaan Pajak & Bukan Pajak UUD45 Pasal 23 (2)

Ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak :


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Peralihan kekayaan dari orang/badan ke Pemerintah Dipungut bdsr/dgn kekuatan UU sehingga dapat dipaksakan Tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi langsung scr individual yang diberikan oleh pemerintah Dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun daerah Diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, dan bila masih surplus digunakan untuk membiayai public investment Digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah Dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung

Falsafah Pajak
Indonesia : Pasal 23 (2) UUD45 Segala pajak untuk kegunaan kas negara bdsr UU Inggris : No taxation without Representation USA : taxation without representation is Robbery

Sehingga pemungutan pajak harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari rakyat (DPR)

Mengapa diperlukan kesadaran membayar pajak


Hampir 80% APBN 2008 disumbang dari sektor pajak APBN 2009 masih mengandalkan penerimaan dari pajak Adanya upaya sistematis pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak

Fungsi Pajak
1. Fungsi Budgetair/Financial : memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara dgn tujuan utk membiayai pengeluaran negara 2. Fungsi Regulerend/mengatur : pajak digunakan sbg alat utk mengatur masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, politik dengan tujuan tertentu.

Kebijakan Fiskal
Tujuan (mnrt Jhingan) : 1. Meningkatkan laju investasi 2. Mendorong investasi yang optimal secara sosial 3. Meningkatkan kesempatan kerja 4. Meningkatkan stabilitas ekonomi di tengah ketidakstabilan internasional 5. Upaya menanggulangi inflasi 6. Meningkatkan &mendistribusikan pendapatan nasional.

Pendekatan Pajak
Segi Ekonomi : pajak dinilai dalam fungsinya & dikaji dampaknya terhadap masyarakat, penghasilan seseorang, pola konsumsi, harga pokok, permintaan, penawaran Segi Pembangunan : pajak dinilai dalam fungsi dan dampaknya thd pembangunan. Baru bermanfaat bila jumlah pajak lebih besar dari pengeluaran rutin shg tdpt public saving utk pembangunan Segi Penerapan Praktis : siapa yg dikenakan, apa yg dikenakan, berapa besarnya, cara menghitungnya, tanpa melihat segi hukumnya. Segi Hukum : menitikberatkan pada perikatan (hak & kewajiban WP, Subyek Pajak dlm hubungannya dgn subyek hukum. Hak penguasa utk mengenakan pajak, timbulnya utang pajak, hapusnya pajak, penagihan paksa, sanksi administrasi & pidana, penyidikan, pembukuan, keberatan, banding

Tinjauan Pajak dari berbagai aspek


Aspek Ekonomi Pajak merupakan penerimaan negara yg digunakan utk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pjk sbg motor penggerak kehidupan ekonomi masy.Pelayanan yg diberikan pemerintah merup suatu kepentingan umum utk kepuasan bersama, shg pjk mengalir dari masy akhirnya kembali ke masy. Aspek Hukum Pajak merup masalah keuangan negara yg didasarkan pada Pasal 23 UUD45(pajak & pungutan lain yg bersifat memaksa utk keperluan negara diatur dg UU). Shg keseluruhan ketentuan peraturan perundangan yg ada memberikan dasar hukum dlm pemungutan pjk.

Tinjauan Pajak dari berbagai aspek


Aspek Keuangan Pjk dipandang sbg bagian yg sangat penting dlm penerimaan negara. Kondisi keuangan negara tdk lagi semata-mata dari penerimaan berupa minyak&gas bumu ttp lebih diutamakan dr pajak Aspek Sosiologi Dg melihat dampak thd masy atas pungutan pjk. Pajak sasaran yg disetujui adalah yg dpt memberikan kemakmuran&kesejahteraan masy scr merata dg melakukan pembangunan di berbagai sektor

Hukum Pajak
Definisi : kumpulan peraturan-peraturan yg mengatur hubungan antara pemerintah sbg pemungut pajak dan rakyat sbg pembayar pajak Mengatur mengenai :
-

Siapa-siapa yang menjadi subyek pajak dan wajib pajak Obyek Pajak Kewajiban WP Timbul & hapusnya utang pajak Cara penagihan pajak Cara mengajukan keberatan dan banding

Kedudukan Hukum Pajak


Hukum Perdata

Hukum
Hukum Publik HTN HAN

Hk. Pajak
Hk. Pidana

Kedudukan Hukum Pajak


Hk. Perdata : hk yg mengatur hub. antar orang pribadi, ex : hk perorangan, hk keluarga, hk waris, hk harta kekayaan Hk. Publik : hk yg mengatur hub. Antara penguasa dg warganya Hk Pajak merupakan bagian dari hk publik yang mengatur hub antara penguasa sbg pemungut dengan rakyat sbg pembayar pajak (WP)

Hubungan Hk Pajak dgn Hk Perdata


Dasar pemungutan hk pajak adalah atas kejadian, keadaan, perbuatan hukum yg bergerak dlm lingkungan perdata (pendapatan, kekayaan, perjanjian penyerahan, pemindahan hak waris, dsb) Pengaruh Hk Pajak thd Hk Perdata juga besar sbg akibat dari ketentuan bahwa lex specialis derogat lex generalis (peraturan yg khusus mengalahkan peraturan yg umum)

Hubungan Hk Pajak dgn Hk Pidana


Hk. Pidana merupakan bagian dr Hk. Publik yaitu hk yg terjadi antara masyarakat dengan pemerintah yg berkaitan dengan masalah pidana KUH Pidana banyak dipergunakan dalam UU Pajak (sanksi pidana bagi WP)

Ketentuan Pidana
(Pasal 38 UU No 16 Tahun 2000)
Karena kealpaan
Tidak menyampaikan SPT; atau Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara

Dipidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar

Ketentuan Pidana
(Pasal 38 UU No 16 Tahun 2000)
Kesalahan Disengaja
Tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan NPWP; atau Tidak menyampaikan SPT; atau Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; atau Menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau Menolak memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; atau

Ketentuan Pidana
(Pasal 38 UU No 16 Tahun 2000)
Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan atau dokumen lainnya; atau Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara

Dipidana paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar

Perlawanan thd Pajak


Perlawanan Pasif Berupa hambatan yg mempersulit pemungutan pjk & memp hub erat dg struktur ekonomi Perlawanan Aktif Aktif scr nyata, terlihat pd semua usaha&perbuatan yg scr langsung ditujukan kpd pemerintah(fiskus) dg tujuan utk menghindari pajak

Sistematika Hk. Pajak


Hk. Pajak Formal : ketentuan yg mendukung ketentuan hk. Pajak Material, yg diperlukan utk melaksanakan/merealisasikan ketentuan Hk. Pajak Material, seperti : UU No 16 2000 Ketentuan Umum& Tata Cara Perpajakan, UU No 14 2002 Pengadilan Pajak, UU No 192000 Penagihan dg surat paksa Hk. Pajak Material : memuat ttg Subyek Pajak, Wajib Pajak, Obyek Pajak, Tarif Pajak

Hukum Pajak MATERIIL Mengatur materinya: Subjek Objek Tarif Contoh: UU No 36 Th 2008 (PPh) UU No 18 Th 2000 (PPN) UU No 12 Th 1994 (PBB) UU No 20 Th 2000 (BPHTB) UU No 13 Th 1985 (Bea Meterai)
FORMIL Mengatur acaranya: Cara mendata Cara menetapkan Cara membayar Cara melapor, dll

Contoh: UU No 28 Th 2007 (Perub. K UU No 16 Th 2000 (KUP) UU No 19 Th 2000 (Penagihan pajak)

Megatur Kewajiban dan Hak WAJIB PAJAK

Undang-undang PPh
Aspek materiil Umum
Subjek Pajak Objek Pajak Tarif Pajak

Aspek formil (Mekanisme) :


pemotongan penyetoran pelaporan pembukuan

Khusus
Pengelompokan pajak

Materi UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan


Subjek Pajak Objek Pajak Tarif Pajak Pengelompokan Pajak

SUBJEK PAJAK
Berdasarkan UU No 36 Tahun 2008 Tentang PAJAK PENGHASILAN

Subjek Pajak
Konsep umum Subjek Pajak Tidak Sama dengan Wajib Pajak Subjek Pajak:

Pihak yang membayar pajak

Wajib Pajak:

Pihak yang melakukan kewajiban perpajakan (potong/pungut, setor, lapor, pembukuan)

Kewajiban dan Hak Wajib Pajak


Kewajiban:
Mendaftar Potong/pungut Setor Lapor Pembukuan

Hak:
Mencabut pendaftaran Menunda penyampaian SPT Membetulkan SPT Menunda penyetoran Pengajuan keberatan dan banding

Yang menjadi subjek pajak adalah:


a. 1. orang pribadi; 2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak; b. badan; dan c. bentuk usaha tetap.

Klasifikasi Subjek Pajak


Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap

Subjek Pajak Dalam Negeri


orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

Subjek Pajak Luar Negeri


orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan

Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap


Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia

Bukan Subjek Pajak


Badan perwakilan negara asing Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat dari negara asing dan orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat :
Bukan WNI Tidak menerima penghasilan lain di luar jabatannya Negara ybs memberikan perlakuan timbal balik

Organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menkeu dengan syarat:


Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut Tidak melakukan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia

Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menkeu dengan syarat:
Bukan WNI Tidak melakukan usaha lain di Indonesia

OBJEK PAJAK
Menurut UU No 36 Tahun 2008 Tentang PAJAK PENGHASILAN

Yang menjadi objek pajak


adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun

Objek PPh
Setiap tambahan kemampuan ekonomis dst. a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan c. Laba usaha d. Keuntungan karena penjualan/pengalihan harta termasuk: Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, KECUALI :
Diberikan kepada keluarga sedarah semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan Badan keagamaan atau Badan Pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yuang ditetapkan oleh menteri keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan

Objek PPh
e. f. g. h. i. j. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi Royalti Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

Objek PPh
k.

Keuntungan karena pembebasan hutang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan PP
Di bawah 350 jt dibebaskan Hanya dapat dinikmati sekali setahun

l. m. n. o.

Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva Premi asuransi Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
Asosiasi Akuntan, Dokter, dll menerima iuran dari para anggotanya

p.

Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak

Objek Pajak yg Dikenakan Pajak Tersendiri

Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya


Tarif Final 20% Minimum tabungan tidak kena pajak Rp 5 jt

Penjualan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek


Pajak utk setiap transaksi 0,03% (Final) Bunga obligasi 15% (Final)

Penghasilan dari hadiah undian


Tarif Final 25% final

Objek Pajak yg Dikenakan Pajak Tersendiri

Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan


Orang Pribadi 5% dari nilai tertinggi berdasarkan NJOP PBB (Final) Badan 5% (tidak final)

Penghasilan dari persewaan tanah dan bangunan


Diterima oleh WP orang pribadi 10% Final Diterima oleh WP badan 6% Final

Bukan Objek PPh


1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh BAZ yang dibentuk atau disyahkan oleh pemerintah 2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menkeu sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan

Bukan Objek PPh


3. 4. 5. Warisan Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari WP atau pemerintah Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa

6.

Bukan Objek PPh


7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, dengan syarat:

Dividen berasal dari cadangan laba ditahan Bagi PT, BUMN, dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut

8.

Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disyahkan oleh Menkeu, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai

Bukan Objek PPh


9. 10. 11. 12.

Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Kep.Menkeu Bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha Penghasilan yang diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat pasangan: Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menkeu. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia

PENGELOMPOKAN PPh

UNDANG-UNDANG No. 36 Tahun 2008

Pengelompokan PPh dalam UU PPh


PPh Pasal 21
Semua penghasilan yang diterima orang pribadi yang bersumber dari pekerjaan diatur dalam pasal 21 Pajak yang terutang selanjutnya disebut PPh Pasal 21

PPh Pasal 22
Semua penghasilan yang bersumber dari belanja barang melalui bendaharawan pemerintah dan dari kegiatan di bidang usaha tertentu serta kegiatan impor diatur dalam pasal 22 Pajak yang terutang selanjutnya disebut PPh Pasal 22

PPh Pasal 23
Semua penghasilan yg bersumber dari penggunaan harta atau modal dan dari kegiatan jasa diatur dalam pasal 23 Pajak yang terutang selanjutnya disebut PPh Pasal 23

Pengelompokan PPh dalam UU PPh


PPh Pasal 24
Batas maksimum pajak yang dapat dikreditkan dari pajak yang dibayarkan di luar negeri diatur dalam pasal 24 Pajak yang dikreditkan selanjutnya disebut PPh Pasal 24

PPh Pasal 25
Jumlah angsuran pajak yang harus dibayar setiap masa (bulan) pada tahun pajak berikutnya diatur dalam pasal 25 Pajak yang terutang selanjutnya disebut PPh Pasal 25

PPh Pasal 26
Semua pajak yang dipungut dari penerima penghasilan orang pribadi atau badan luar negeri diatur dalam pasal 26 Pajak yang terutang selanjutnya disebut PPh Pasal 26

Pertemuan 3&4

Pertimbangan Pemungutan Pajak Pada Prinsipnya Memperhatikan

KEADILAN dan KEABSAHAN


Dalam Pelaksanaannya

Asas-Asas Pemungutan Pajak (Four Cannons/The Four Maxims - Adam Smith)


a. Equality : pembebanan pajak diantara subyek pajak hendaknya seimbang dg kemampuannya/tidak boleh ada diskriminasi Certainty : pajak yg dibayar oleh WP harus jelas dan tidak mengenal kompromi Convenience of payment : pajak hendaknya dipungut pd saat terbaik bagi WP yaitu dekat dg saat diterimanya penghasilan/keuntungan Economic of collections :pemungutan pajak hendaknya dilakukan seefisien mungkin (biaya pemungutan jangan lebih besar dari pajak tsb)

b.

c.

d.

Teori Pembenaran Pemungut Pajak (Asas mnrt Falsafah Hukum)


Menjelaskan dasar negara dalam memungut pajak

Teori Asuransi : Pajak diibaratkan = pembayaran premi asuransi. Teori Kepentingan : Pajak dipungut bds adanya kepentingan tiap orang Teori Daya Pikul : pajak dibayar sesuai dg daya pikul masing-masing orang. Teori Bakti/Kewajiban Mutlak : negara banyak menyelenggarakan kepentingan umum. Teori Daya Beli : memungut pajak berarti menarik daya beli dari RT masy untuk RT negara.

Asas Pemungutan Lainnya


Asas Domisili/tempat tinggal Pajak ------domisili di Indonesia Ex : Tuan A tinggal di Ind, punya perush X di Ind, punya perush Y di Malaysia (Kena pajak di Indonesia) Asas Sumber Pajak------sumber penghasilan di Ind Ex :Tuan B tinggal di USA, punya perush X di USA, punya perush Y di Ind---kena pjk Ind Asas Kebangsaan Pajak------kebangsaannya dilihat Ex : WNI tinggal di Singapura, bekerja di Singapura (kena pjk Ind)
Catt : Indonesia menganut worlwide income (tidak membedakan sumber penghasilan), tetapi untuk WP LN Indonesia menganut asas sumber, sehingga bagi WP LN berpenghasilan Indonesia (kena PPh 26)

Syarat-syarat Pembuatan UU Pajak


Syarat Keadilan : dikenakan pada orang pribadi sebanding dg kemampuannya utk membayar pjk tsb & sesuai dg manfaat yg diterima. 1. Keadilan Horizontal : WP yg mempunyai kemampuan membayar sama harus dikenakan pajak sama. 2. Keadilan Vertikal : WP yg mempunyai kemampuan tidak sama harus dikenakan pajak yg tidak sama. Syarat Yuridis : Praktiknya sulit utk menghitung kemampuan orang yg mempunyai penghasilan tidak tetap, shg WP diberi kepercayaan menghitung sendiri jlh penghasilannya dg tetap dipantau oleh pegawai pajak. KUTCP memberi kesempatan kepada WP utk mengajukan keberatan&banding Syarat Ekonomis : pungutan pajak harus menjaga keseimbangan kehidupan ekonomi & tdk boleh mengganggu kehidupan ekonomi WP Syarat Finansial : Pajak yg dipungut cukup utk pengeluaran negara dan hendaknya pemungutan pjk tidk memakan biaya besar.

Stelsel Pemungutan Pajak


Stelsel Nyata/riel : Pajak berasal dari penghasilan sesungguhnya pada tahun ybs (diketahui pada akhir tahun). Stelsel Fiktif /anggapan : Penghasilan tahun lalu = penghasilan tahun ini. Stelsel Campuran : Kombinasi St. Riel & St. Anggapan. Pajak dipungut pd awal & akhir tahun, ada kurang dan lebih bayar

Kelebihan & Kelemahan Stelsel


Stelsel Nyata/riel : (+) dipungut sesuai dg penghasilan ssg. (-) Pada awal tahun tdk dapat mengangsur pajak, Uang pajak baru masuk ke kas negara pada akhir tahun Stelsel Fiktif /anggapan :(+) pada awal tahun dapat dilakukan angsuran pajak. (-) Pajak dipungut tidak sesuai dg penghasilan Stelsel Campuran :(+) besar pjk dipungut sesuai dg jlh terutang krn dilakukan penghitungan kembali pd akhir th. (-) tambahan pekerjaan administrasi krn dua kali penghitungan.

Withholding System

Official Assessment System

Sistem Pelaksanaan Pemungutan Pajak yang pernah Di Indonesia

Full Assessment System

Semi Self Assessment System

Official Assessment System

Suatu system pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada FISKUS

Sistem ini dilaksanakan di Indonesia s/d 1967

Sistem Pemungutan Pajak


Official Assessment System Memberi wewenang kepada fiskus utk menentukan besarnya pajak terutang. Ciri-cirinya :
1.

2.
3.

Wewenang penentuan berada pd fiskus WP bersifat pasif Utang pajak timbul setelah dikeluarkan SKP (Surat Ketetapan Pajak) oleh fiskus

Semi Assessment System

Suatu system pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada kedua belah pihak, yaitu FISKUS dan WP

Sistem ini dilaksanakan di Indonesia 1968 s/d 1983 Dilaksankan bersamaan dgn Withholding System

Withholding System

Suatu system pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada pihak ketiga dan bukan oleh fiskus maupun WP

Sistem ini dilaksanakan di Indonesia 1968 s/d 1983 Dilaksankan bersamaan dgn Semi Assessment System

Semi Assessment

MPO MPS

Withholding System

MPS

MPO

Perhitungan pajak dilakukan oleh WP sendiri. Besarnya pajak terutang yang sesungguhnya ditetapkan kemudian oleh Fiskus

Perhitungan pajak dilakukan oleh Perorangan atau badan-badan yang ditunjuk oleh Kantor Inspeksi Pajak

Full Self Assessment System

Suatu system pemungutan pajak dimana WP boleh menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak yg harus disetor. Sistem ini dilaksanakan di Indonesia 1984 Dasar perombakan UU Perpajakan Tahun 1983

BAB 4

Pembagian Pajak
Berdasarkan Golongan : - Pajak Langsung - Pajak tidak Langsung Bdsr Wewenang Pemungut : - Pajak Pusat/negara - Pajak Daerah Berdasarkan Sifat : - Pajak Subjektif - Pajak Obyektif

Pembagian Pajak Bdsr Golongan


Pajak langsung : Adalah pajak yg besarnya harus ditanggung sendiri oleh WP ybs & tidak dapat dialihkan kpd pihak lain, ex : PPh Pajak Tidak Langsung :pajak yg bebannya dapat dialihkan kpd pihak lain, ex : PPN, PPnBM

Pembagian Pajak Bdsr Wewenang Pemungutnya

1. Pajak Pusat/Pajak Negara wewenang pd Pemerintah Pusat, Pelaksaan pd Dep Keu mll Dirjen Pajak (masuk APBN) 2. Pajak Daerah wewenang pada Pemda, pelaksanaan oleh DisPenDa utk menarik Pajak Daerah & Retribusi Daerah

Pajak Pusat
1. 2. 3. 4. 5. 6. Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Penjualan Atas Brg Mewah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Bea Materai Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) 7. Bea Masuk 8. Cukai Tembakau dan Ethil Alkohol beserta hasil Olahannya UU UU UU UU UU UU No. No. No. No. No. No. 17 18 18 12 13 20 Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2000 2000 2000 1994 1985 2000

UU No. 10 Tahun 1995 UU No. 11 Tahun 1995

Pajak Daerah
-

(Dasar Hukum UU No. 34 Tahun 2000)

Pajak Daerah Propinsi 1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air. 2. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 3. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Pajak Daerah Kabupaten / Kota 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Bahan Galian Golongan C 7. Pajak Parkir

Pembagian Pajak Bdsr Sifatnya


Pajak Subyektif : memperhatikan kondisi WP (gaya pikul), ada 2 unsur gaya pikul : - Unsur Subyektif : mencakup segala kebutuhan terutama material. Makin besar gaya pikul makin kecil kemampuan bayar pajak, krn itu harus ada pembebasan pajak utk biaya hidup minimum (ex: PTKP) - Unsur Obyektif : gaya pikul seseorang tergantung dr pendapatan, kekayaan, belanja/pengeluaran Pajak Obyektif : awalnya memperhatikan obyek yg menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kmd dicari subyeknya (Orang Pribadi / Badan)

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK


Sampai dengan 31 Desember 2008 : KMK Nomor: 137/PMK.03/2005 Diri Sendiri Tambahan WP Kawin Tambahan Istri Bekerja Tambahan Tanggungan (Maksimal 3 orang) Mulai Berlaku 1 Januari 2009: Diri Sendiri Tambahan WP Kawin Tambahan Istri Bekerja Tambahan Tanggungan (Maksimal 3 orang) Rp.13,2 juta Rp. 1,2 juta Rp.13,2 juta Rp. 1,2 juta

Rp. 15,84 juta Rp. 1,32 juta Rp. 15,84 juta Rp. 1,32 juta

Contoh Perhitungan PTKP


Keterangan TK K/0 K/1 K/2 K/3 TK/1 TK/2 TK/3 Wajib Pajak Kawin 15.840.000 15.840.000 15.840.000 15.840.000 15.840.000 15.840.000 15.840.000 15.840.000 1.320.000 1.320.000 1.320.000 1.320.000 Jumlah Tanggungan PTKP 1.320.000 2.640.000 3.960.000 1.320.000 2.640.000 3.960.000 15.840.000 17.160.000 18.480.000 19.800.000 21.120.000 17.160.000 18.480.000 19.800.000

1. Sederhana dalam jumlah, jenis, tarif dan sistem pemungutannya 2. Menghindarkan pajak berganda. 3. Mencerminkan asas pemerataan dalam pengenaan dan pembebanannya. 4. Adanya kepastian hukum, baik terhadap WP maupun aparat pajak. 5. Menutup peluang dan penyalahgunaan wewenang. 6. WP diberi kepercayaan untuk menghitung dan menyetorkan sendiri kewajiban perpajakannya (self-assesment) 7. Pajak Penghasilan lebih rendah dari tarif lama, tarif PPN sebesar 0% atas ekspor dan perlindungan terhadap pengusaha kecil. 8. WP tidak dianggap sebagai obyek, tetapi merupakan subyek yang perlu dibina dan diarahkan oleh aparat pajak.

UTANG PAJAK & PENAGIHANNYA


Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan tindakan penagihan pajak, bila : jumlah pajak yang terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, tidak dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.

Tindakan Penagihan Pajak


a. Surat Teguran Utang pajak yang tidak dilunasi setelah lewat 7 (tujuh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran, akan diterbitkan Surat Teguran. b. Surat Paksa Utang pajak setelah lewat 21 hari dari tanggal Surat Teguran tidak dilunasi, diterbitkan Surat Paksa yang diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan dibebani biaya penagihan pajak dengan Surat Paksa sebesar Rp 50.000,00. Utang pajak harus dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak

Tindakan Penagihan Pajak


c. Surat Sita Utang pajak dalam 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak tidak dilunasi, Jurusita Pajak dapat melakukan tindakan penyitaan, dengan dibebani biaya pelaksanaan Surat Perintah Melakukan Penyitaan sebesar Rp 75.000,00 d. Lelang Dalam waktu paling singkat 14 hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak belum juga dilunasi akan dilanjutkan dengan pengumuman lelang melalui media massa. Penjualan secara lelang melalui Kantor Lelang Negara terhadap barang yang disita, dilaksanakan paling singkat 14 hari setelah pengumuman lelang. Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka akan dibebankan bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumuman lelang dalam surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan. Catatan Barang dengan nilai paling banyak Rp.20.000.000,- tidak harus diumumkan melalui media massa.

Hapusnya Utang Pajak


Pembayaran Kompensasi Dapat dilakukan bila tjd kelebihan pembayaran pjk Daluwarsa telah lampau waktu 10 th terhitung. Hal ini utk memberikan kepastian hk kapan utang pjk tidak dapat ditagih lagi Pembebasan Karena ditiadakan. Bukan thd pokok pajak ttp thd sanksi administrasi Penghapusan diberikan krn keadaan WP, ex : keadaan keuangan WP

You might also like