You are on page 1of 10

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

SIFAT PERIODITAS SPESIES


Kelompok III 1. Dwi Rati Ningrum 2. Muchlas Ferdian 3. Ravensky Yurianty Pratiwi 4. Muhammad Merlis 5. Gustiani 6. Eva Musifa

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya 2012

I. II. III.

NOMOR PERCOBAAN JUDUL PERCOBAAN TUJUAN PERCOBAAN Tujuan Umum spesies

: : :

II SIFAT PERIODESITAS SPESIES

Mahasiswa memahami adanya kemiripan atau keteraturan sifat-sifat Tujuan Khusus :

Setelah melakukan kegiatan laboratories, mahasiswa dapat menentukan kemiripan sifat-sifat kelarutan senyawa halide perak.
IV.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian halogenalkana Larutan perak nitrat bisa digunakan untuk menentukan halogen apa yang terdapat pada sebuah halogenalkana. Cara yang paling efektif adalah dengan melakukan sebuah reaksi substitusi yang mengubah halogen menjadi sebuah ion halida, dan selanjutnya menguji ion halida tersebut dengan larutan perak nitrat. Reaksi Halogenalkana dipanaskan dengan sejumlah larutan natrium hidroksida dalam sebuah campuran etanol dengan air. Apapun akan larut dalam campuran ini sehingga reaksi bisa berlangsung dengan baik. Atom halogen dilepaskan sebagai ion halida: Reaksi ini tidak harus berlangsung sampai selesai. Uji dengan perak nitrat cukup sensitif untuk mendeteksi ion-ion halida dalam konsentrasi yang cukup kecil. Campuran diasamkan dengan menambahkan asam nitrat. Penambahan asam nitrat ini akan mencegah terjadinya reaksi antara ion-ion hidroksida yang tidak-bereaksi dengan ion-ion perak yang akan ditambahkan. Selanjutnya larutan perak nitrat ditambahkan.

Berbagai endapan bisa terbentuk dari reaksi antara perak dan ion-ion halida:

ion dalam campuran ClBrIMenentukan jenis endapan

endapan yang terbentuk endapan putih endapan krim pucat pasi endapan kuning pucat pasi

Warna endapan-endapan yang terbentuk cukup sulit untuk dibedakan, khususnya jika endapan yang terbentuk sedikit. Anda bisa menentukan endapan apa yang terbentuk dengan menambahkan larutan amonia. Endapan awal AgCl pengamatan endapan larut menghasilkan larutan tidak berwarna endapan hampir tidak berubah dengan penambahan larutan amonia AgBr encer, tapi larut dalam larutan amonia pekat menghasilkan larutan tidak berwarna AgI endapan tidak terlarut dalam laturan amonia, baik encer maupun pekat

Untuk membandingkan kereaktifan-kereaktifan halogenalkana, berbagai halogenalkana diperlakukan dengan sebuah larutan perak nitrat dalam sebuah campuran etanol dengan air. Tidak ada lagi zat lain yang ditambahkan. Setelah beberapa lama, endapan-endapan muncul ketika ion-ion halida (yang dihasilkan dari reaksi-reaksi halogenalkana) bereaksi dengan ion-ion perak yang ada. Selama prosedur ini berlangsung pada kondisi-kondisi yang terkontrol (jumlah zat yang sama, suhu yang sama dan seterusnya), maka waktu yang diperlukan untuk pembentukan endapan dapat menjadi petunjuk tentang kereaktifan halogenalkana semakin cepat endapan terlihat, semakin reaktif halogenalkana tersebut. Ada dua cara pembentukan ion halida, tergantung pada jenis halogenalkana yang ada yakni halogenalkana primer, sekunder dan

tersier. Untuk halogenalkana pimer, reaksi utama yang terjadi adalah antara halogenalkana dengan air dalam pelarut. Halogenalkana tersier terionisasi sampai tingkatan yang sangat kecil. Sedangkan halogenalkana sekunder bisa mengalami kedua reaksi di atas. Membandingkan laju-laju reaksi sesuai dengan jenis halogen Untuk perbandingan laju reaksi ini, jenis halogenalkana yang digunakan harus konstan (baik primer, sekunder atau tersier), hanya gugus halogennya yang diubah-ubah. Sebagai contoh, anda bisa membandingkan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah endapan dari beberapa halogenalkana primer berikut:

Sesuai dengan sifat-sifat halogen masing-masing, akan jelas bahwa waktu yang diperlukan untuk terbentuknya endapan perak bromida akan tergantung pada berapa banyak zat yang digunakan dan pada suhu berapa reaksi berlangsung. Tetapi pola hasilnya selalu sama. Sebagai contoh:

Senyawa iodo primer agak cepat menghasilkan endapan. Senyawa bromo primer memerlukan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan Senyawa kloro primer kemungkinan tidak akan membentuk endapan, kecuali, dalam Orde kereaktifan mencerminkan kekuatan ikatan karbon-halogen. Ikatan karbon-iodin

endapan.

jangka waktu yang cukup lama. merupakan ikatan yang paling lemah dan ikatan karbon-klorin merupakan yang paling kuat dari ketiga ikatan pada gambar di atas. Agar ion halida terbentuk, ikatan karbon-halogen harus diputus. Semakin lemah ikatan, semakin mudah memutus ikatannya. Membandingkan laju reaksi antara halogenalkana primer, sekunder dan tersier Untuk melakukan perbandingan ini, atom halogen tidak diubah-ubah. Biasanya digunakan bromida karena memiliki laju reaksi sedang. Sebagai contoh, anda bisa membandingkan kereaktifan dari senyawa-senyawa berikut:

Lagi-lagi, waktu yang diperlukan akan bervariasi sesuai dengan kondisi reaksi, tapi polanya akan selalu sama. Sebagai contoh:

Halida tersier menghasilkan sebuah endapan hampir secara spontan. Halida sekunder menghasilkan sedikit endapan setelah beberapa detik. Semakin lama Halida primer biasanya memerlukan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan sebuah Penjelasan tentang perbedana laju reaksi halogenalkana primer, sekunder dan tersier ini

endapan semakin menebal.

endapan. lebih sulit karena diperlukan pemahaman mendalam tentang mekanisme-mekanisme yang terlibat dalam reaksi. Perbedaan ini mencerminkan perubahan cara menghasilkan ion halida ketika kita berpindah dari halogenalkana primer ke tersier terus ke sekunder.
V. 1.

ALAT DAN BAHAN Tabung sentrifuga Tabung uji kecil Rak tabung uji kecil Pipet tetes Spatula

: 6. Gelas kimia 7. Gelas ukur 8. Kertas saring 9. Corong 10. Kaca arloji

2.
3. 4. 5.

VI.

PROSEDUR PERCOBAAN 1. Buatlah endapan perak klorida dengan mencampurkan 5 ml larutan perak nitrat 0,1 M dengan 0,5 ml larutan kalium klorida 1,0 M dalam sebuah tabung sentrifuga. Diamkan tabung itu selama satu menit, kemudian pusingkan. Buanglah cairan yang berada di atas endapan, kemudian tambahkan kepada endapan tersebut larutan ammonia pekat tetes demi tetes hingga tidak ada lagi perubahan yang nyata. 2. Lakukan seperti halnya (1) tetapi sebagai ganti larutan Kalium klorida gunakan larutan kalium halide lainnya.

VII.

HASIL PENGAMATAN Penambahan AgNO3 Setelah 1 menit Larutan berwarna putih, ada endapan berwarna putih. Setelah dipusingkan Larutan berwarna bening, ada endapan berwarna abu. Penambahan NH3 (Ammonia Pekat) Larutan berwarna bening, terdapat endapan berwarna abu-abu

Nama Zat

KCl

KBr

Larutan berwarna putih susu, endapan berwarna putih kekunigan.

Larutan berwarna putih Larutan berwarna bening keruh agak terdapat endapan kemerahanmudaan dan berwarna putih terdapat endapan kehijauan. berwarna abu-abu Larutan berwarna bening, terdapat endapan berwarna putih kekuningan. Larutan berwarna bening terdapat endapan berwarna putih kekuningan

KI

Larutan berwarna putih keruh, terdapat endapan

VIII. PERSAMAAN REAKSI


1. KCl(aq) +

AgNO3(aq) 2NH3(aq) AgNO3(aq) 2NH3(aq) AgNO3(aq) 2NH3(aq)

KNO3(aq) Ag(NH3)2Cl(aq) KNO3(aq) Ag(NH3)2Br(aq) KNO3(aq) Ag(NH3)2I (aq)

AgCl(s)

AgCl(s)

2. KBr(aq) +

AgBr(s)

AgBr(s)
3. KI(aq)

+ + +

AgI(s)

AgI(s) IX.

PEMBAHASAN Pada percobaan ini berjudul sifat perioditas spesies. Tujuan dari dilakukannya percobaan

ini adalah agar praktikan memahami adanya kemiripan atau keteraturan sifat-sifat spesies dan setelah melakukan kegiatan tersebut, praktikan dapat menentukan kemiripan sifat-sifat kelarutan senyawa halida perak.

Pada dasarnya, proses melarut adalah proses menyebarnya partikel-partikel zat yang dilarutkan ke dalam pelarut. Proses melarut akan terjadi apabila gaya tarik-menarik antarpartikel dalam pelarut atau dalam zat terlarut itu sendiri . Untuk spesies ionik, proses pelarutannya terjadi karena spesies ini terurai menjadi kation dan anion yang masing-masing terikat relatif cukup kuat oleh molekul pelarutnya. Jika suatu zat dapat terlarut ke dalam pelarut dengan jumlah yang relatif besar, maka dapat dikatakan bahwa kelarutan zat tersebut besar dan sebaliknya. Kecilnya kelarutan suatu spesies ionik dapat diinterpretasikan sebagai rendahnya kanstanta hasil kali kelarutan (konsentrasi) ion-ionnya. Sifat kecenderungan golongan halogen dapat ditunjukkan oleh karakteristik kelarutan halida perak. Pada percobaan ini dilakukan tiga kali percobaan menggunakan KCl, KBr,dan KI, yang pertama dilakukan adalah mencampurkan 5 ml larutan perak nitrat 0,1 M dengan 0,5 ml larutan kalium klorida 1 M. Kemudian, campuran larutan tersebut didiamkan selama satu menit. Selanjutnya dipusingkan dengan menggunakan sentrifuge selama 2 menit. Setelah itu, buanglah cairan yang berada di atas endapan. Kemudian, tambahkan pada endapan tersebut larutan amonia pekat tetes demi tetes hingga tidak ada lagi perubahan yang nyata. Percobaan kedua yang dilakukan adalah mencampurkan 5 ml larutan perak nitrat 0,1 M dengan 0,5 ml larutan kalium bromida 1 M. Kemudian, campuran larutan tersebut didiamkan selama satu menit. Selanjutnya dipusingkan dengan menggunakan sentrifuge selama 2 menit. Setelah itu, buanglah cairan yang berada di atas endapan. Kemudian, tambahkan pada endapan tersebut larutan amonia pekat tetes demi tetes hingga tidak ada lagi perubahan yang nyata. Percobaan ketiga yang dilakukan adalah mencampurkan 5 ml larutan perak nitrat 0,1 M dengan 0,5 ml larutan kalium iodida 1 M. Kemudian, campuran larutan tersebut didiamkan selama satu menit. Selanjutnya dipusingkan dengan menggunakan sentrifuge selama 2 menit. Setelah itu, buanglah cairan yang berada di atas endapan. Kemudian, tambahkan pada endapan tersebut larutan amonia pekat tetes demi tetes hingga tidak ada lagi perubahan yang nyata. Sebelum itu, kita mengetahui bahwa banyak sekali reaksi yang digunakan dalam anilisis anorganik kualitatif melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan dapat berupa kristal atau kristalin atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan / pemusingan (Vogel, 1985: 72).

Kelarutan atau S suatu endapan menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya (Vogel, 1985: 72). Kearutan sangat erat hubungannya dengan hasil kali kelarutan suatu larutan dan erat pula hubungannya dengan endapan yang terjadi pada percobaan kali ini. Dalam beberapa hal struktur fisik, dan karenanya kelarutan, endapan pada saat pengendapan tidaklah sama dengan kelarutan endapan yang lama atau telah distabilkan, ini mungkin disebabkan oleh proses yang dikenal sebagai pematangan yang meruapakan semacam rekristalisasi atau mungkin karena perubahan benar-benar dari struktur kristal (Vogel, 1985: 74). Jadi, lamanya larutan tersebut diendapkan atau pun dipusingkan akan sangat berpengaruh pada hasil percobaan. Berdasarkan percobaan yang kami dapatkan setelah melakukan praktikum adalah pada endapan perak klorida yang berwarna abu-abu, amonia pekat dapat melarutkan atau melarutkan hanya sedikit endapan tersebut dan menghasilkan endapan berwarna abu-abu. Kemudian pada endapan perak bromida yang berwarna putih kehijauan, amonia tidak dapat melarutkan atau melarutkan endapan tersebut dan menghasikan endapan berwarna abu-abu. Dan yang terakhir pada endapan perak iodida yang berwarna putih kuning, pada pelarut amoniak pekat sukar larut dan menghasilkan endapan berwarna putih kekuningan. Berdasarkan teori, kebanyakan klorida larut dalam air, endapan perak klorida larut dalam air dingin, akan tetapi lebih mudah larut dalam air mendidih dibandingkan air dingin (Vogel, 1985: 345). Yang digunakan dalam percobaan ini adalah air dingin sehingga endapan perak nitrat larut dalam air namun tidak secepat dengan air panas. Kemudian, endapan perak klorida yang seperti dadih dan putih yang tak larut dalam air dan asam nitrat encer, tetapi larut pada amonia encer (Vogel, 1985: 346). Yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan amonia pekat. Yang pertama adalah larutan amonia pekat dan hasil yang didapat endapan perak nitrat tersebut dapat larut. Selanjutnya, endapan larutan perak bromida yang berwarna abu-abu yang sangat sedikit larut dalam larutan amonia encer, tetapi mudah larut dalam amonia pekat dan larut pula pada larutan natrium tiosulfat (Vogel, 1985: 348). Namun pada percobaan, endapan perak bromida larut dalam pelarut larutan amonia pekat. Dan yang terakhir pada larutan perak iodida,warna endapan yang dihasilkan berwarna kuning pucat, pada larutan ini pada larutan amonia pekat kedua-duanya tidak dapat melarutkan endapan tersebut.

X.

KESIMPULAN
1. Suatu zat dapat terlarut ke dalam pelarut dengan jumlah yang relatif besar, maka

kelarutan zat tersebut besar dan sebaliknya.


2. Semua halida perak dapat larut dalam amonia kecuali pada halida perak iodida. 3. Lamanya waktu pengendapan serta konsentrasi larutan yang digunakan sangat

berpengaruh pada hasil percobaan. 4. Endapan dapat berupa kristal atau kristalin atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan
5. Pada AgCl endapan berwarna abu-abu, pada AgBr endapan berwana putih kehijauan dan

pada AgI endapan berwarna putih kekuningan.


6. Penggunaan Amonia yang bukan merupakan bukan amonia pekat menghasilkan data

yang kurang akurat .

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://www.chem-is-try.org/materi kimia/kimia kuantum/atom 1/periodesitas (online), diakses tanggal 18 April 2009. Anonim. http://www.kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah web/pembentuk anion.html (online), diakses tanggal 18 April 2009. Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia. Hadeli L., Muhammad. 2009. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik I. Inderalaya: Universitas Sriwijaya. Santoso, Budi. http://budisantoso-kimia.blogspot.com (online), diakses tanggal 18 April 2009. Setiono, dkk. 1985. Vogel. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.

You might also like