You are on page 1of 11

52

I Ketut Widnyana, et.al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 52-62

PEMBERDAYAAN PENGERAJIN FURNITURE BAMBU DALAM USAHA PENINGKATAN JUMLAH SERTA MUTU EKSPOR KERAJINAN BAMBU DI KABUPATEN GIANYAR BALI.* I Ketut Widnyana, Made Budiasa, Putu Sujana Kegiatan VMT (Vucer Multi Tahun tahun 2005-2007) Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar Email : ketutwidnyana@yahoo.com Ringkasan Eksekutif Potensi UKM di Bali cukup besar sebagai salah satu penyumbang devisa negara, khususnya industri furniture telah menyumbangkan sekitar 15% dari total eksport daerah Bali. Kebesaran nama Bali membawa dampak positif terhadap kunjungan wisatawan domestik maupun manca Negara serta sangat menunjang perkembangan industry kerajinan. Namun pariwisata sangat rentan terhadap isu keamanan sehingga adanya peristiwa bom Bali sangat mengguncangkan kepariwisataan Bali, demikian juga industri kerajinan daerah Bali terpuruk dan berada pada titik yang sangat lemah.Upaya konstruktif perlu dilakukan dalam membantu UKM agar tetap tangguh dalam menjalankan usahanya, sebab disamping mereka sebagai penghasil devisa juga membantu pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan tenaga kerja. Pembenahan pada UKM dilakukan dari hulu ke hilir, mulai dari penanganan bahan baku, proses produksi,manajemen usaha sampai pemasaran yang berkesinambungan. Dua UKM dipilih untuk bersinergi dalam waktu tiga tahun dalam bentuk program Vucer Multi Tahun yaitu CV.Mangku Bambu dan CV.War Bambu yang keduanya berlokasi di desa Belega Bone Gianyar Bali. Dari hasil observasi dan koordinasi dengan kedua UKM, maka ditentukan kegiatan selama tiga tahun meliputi penanaman bibit bambu, pembuatan instalasi pengawetan bambu VSD vertical soak diffusion, pembuatan mesin pencuci bambu, mesin pelobang bambu, teknik sortasi bambu, pelatihan desain, pelatihan dan pendampingan sistem administrasi usaha, manajemen, dan usaha meningkatkan pemasaran melalui pameran dan pembuatan website. Hasil dari kegiatan yang dilakukan adalah penanaman 200 pohon bambu dengan keberhasilan 80% tumbuh, 2 unit instalasi pengawetan bambu VSD vertical soak diffusiondengan kapasitas pengawetan 100 batang per minggu, 2 unit mesin pencuci bambu dengan kapasitas 5 mnt/btg/2 orang tenaga , mesin pelobang bambu dengan kapasitas 2 menit/btg/2orang, pedoman teknik sortasi bambu, 4 desain furniture, komputerisasi sistem administrasi , kesepatan kerja manajemen dan karyawan, pameran dan website www.mangkubambu.com dan www.warbambu.com. Kemampuan produksi meningkat 80% dan jumlah karyawan meningkat 20%. Kata kunci : pemberdayaan, bambu, furniture, mutu ekspor Executive Summary Small and middle enterprises in Bali have great potential as one of our country foreign exchange gainers, particularly furniture industries had gained about 15% of the Balis total export. The great well known name of Bali has influenced positively to the visits of domestic as well as foreign tourists and it supports highly

53 I Ketut Widnyana, et.al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 52-62

the development of crafts industries. However, tourism is very sensitive to issues of country save for example when Bali Bombing happened, the Bali tourisms activities was also stormed, hence craft industries were also collapse. Constructive efforts need to do in order to help the small and middle enterprises to become exist in running their business because instead of foreign exchange producers, they also help government to solve unemployment problems. Recovering the small and middle enterprises (SME) need to be done from upper course to downstream, from raw materials to production processes, business management, until market sustainability. Two SMEs were selected for synergetic cooperation along three years in form of Multiyear Vucer Program i.e. CV. Mangku Bambu and CV.War Bambu which both located in Belega Bone Village, Gianyar Bali. From the observation results and coordination with both craft enterprises, the activity conducted in three years included: bamboos planting, making a preservation installation with method of VSD vertical soak diffusion, making a bamboos wash machine, making a hole maker machine, making bamboos sortation system, training of craft design, training and assisting of business administration system, management, and efforts in enhancing markets though exhibition and website Outputs of the activity are (1)successful planting of 200 bamboos trees up to 80% life, (2) two installation units of bamboos preservation with method of VSD vertical soak diffusion in capacity of 100 stems per week, (3) two units of bamboos wash machines in capacity of 5 minutes/stem/2 workers, (4) one bamboos hole maker machine in capacity of 2 minutes/stem/2 workers, (5) a guide book of bamboos sortation technique, (6) 4 furniture designs, (7) computerization of administration system, (8) a work agreement between management and worker, (9) exhibition and websites www.mangkubambu.com and www.warbambu.com. Outcomes could be observed are (1) production enhancement about 80% and (2) worker number enhancement 20%. Keywords: empowerment, bamboos, furniture, export quality

A. PENDAHULUAN Salah satu perkembangan terbaru dalam perekonomian Indonesia adalah masalah pemberdayaan usaha kecil dan menengah dalam rangka melaksanakan sistem ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan merupakan bentuk keberpihakan pemerintah terhadap para pelaku ekonomi kecil dan menengah yang selama ini terlupakan. Daerah Bali merupakan salah satu Propinsi di Indonesia yang telah lama melaksanakan konsep ekonomi kerakyatan dengan bertumpu pada aktivitas usaha skala kecil dan menengah. Minimnya sumber daya alam daerah Bali membuat sebagian besar jenis usaha yang ada dan dikembangkan masyarakat adalah usaha kecil dan menengah, terutama yang berorientasi ekspor karena memiliki kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali. Sejak tahun 1990, banyak usaha kerajinan bambu yang semula hanya dijadikan kerja sampingan telah mulai menjadi mata pencaharian pokok masyarakat Bali, terutama bagi mereka yang tinggal di kawasan pariwisata. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, dimana volume ekspor mencapai sekitar 10 % dari total ekspor daerah Bali. Keberhasilan di sektor pembangunan pariwisata memberi motivasi bertumbuh

54

I Ketut Widnyana, et.al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 52-62

kembangnya sektor-sektor lainnya, salah satu satunya adalah industri kecil dan menengah diantaranya industri kerajinan furniture bambu. Tabel 1. Realisasi ekspor kerajinan furniture bambu daerah Bali 2001-2003 TAHUN VOLUME NILAI % DARI TOTAL (pcs) (USD) EKSPOR 2001 2.207.910 38.279.263.55 9.98 2002 4.993.550 43.950.595.18 14.82 2003 8.968.301 36.372.375.95 7.14 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Bali, 2004 Pelayanan jasa maupun penyediaan barang, utamanya barang seni kerajinan yang dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat maupun pendapatan asli daerah (PAD), menjadi sangat populer di kalangan pemerintah maupun masyarakat pengerajin sejalan dengan digulirkannya otonomi daerah. Dari berbagai survei yang dilakukan diperoleh hasil bahwa penyediaan barang kerajinan furniture bambu masih perlu untuk ditingkatkan baik jumlah, jenis, bentuk dan kualitas hasilnya, sehingga mampu melayani atau memenuhi kebutuhan konsumen. Rancangan produk seni kerajinan tersebut di samping harus mampu diciptakan, juga hendaknya mempunyai peluang bersaing sesuai dengan kebutuhan pasar, baik dalam hal bentuk, jenis bahan, warna, ukuran, estetika dan filosofis. Kabupaten Gianyar sebagai pusat kerajinan daerah Bali sejak puluhan tahun yang lalu telah membentuk sentra-sentra kerajinan, seperti ukiran batu di desa Singapadu, lukisan di desa Ubud, perhiasan emas perak di desa Celuk, dan kerajinan furniture bambu di desa Belega. Sebagai pionir kerajinan bambu di desa Belega adalah CV Mangku Bambu yang mulai mengusahakan kerajinan furniture bambu pada tahun 1970-an sehingga saat ini desa tersebut telah menjadi sentra furniture bambu di Bali. Hasil wawancara dengan Direktur CV. War Bambu dan CV. Mangku Bambu, sangat mengharapkan adanya pembinaan UKM yang dilakukan oleh Dikti untuk memperbaiki mutu dan meningkatkan produksi kerajinannya sehingga dapat meningkatkan volume ekspor. Kelesuan usaha yang dialami terutama dengan adanya peristiwa bom Bali perlu segera digairahkan kembali dengan kerjasama dan pembinaan dari pemerintah (Dikti) melalui Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Universitas Mahasaraswati Denpasar. Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah membantu UKM untuk meningkatkan kemampuan produksinya secara kuantitas maupun kualitas sehingga dapat meningkatkan nilai ekspor dan secara tidak langsung meningkatkan devisa negara.

B. SUMBER INSPIRASI Karya seni masyarakat Bali seperti kerajinan, lukisan, ukiran, tarian dan karya seni lainnya pada awalnya dikreasikan dengan tujuan kepentingan upacara/ritual Hindu oleh masyarakat Bali yang mempunyai bakat alam dalam bidang seni. Sehingga produk yang dihasilkan mempunyai nilai kreativitas tinggi atau dikatakan oleh masyarakat Bali bahwa hasil kreasi tersebut metaksu (mempunyai roh) dengan penampilan yang sangat estetis. Hal ini menyebabkan

55 I Ketut Widnyana, et.al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 52-62

masyarakat dari berbagai belahan dunia sangat menyukai apapun produk hasil kreasi tersebut sehingga lambat laun terjadi pergeseran manfaat dari hanya terbatas untuk kepentingan ritual menjadi manfaat untuk meningkatkan perekonomian pelakunya. Seiring dengan perkembangan jaman, permintaan akan produk seni semakin meningkat (demikian juga furniture bambu), sementara pelaku seni (UKM) hanya mengandalkan pembuatannya secara manual. Tentu saja akibatnya kemampuan produksi tidak sebanding dengan kebutuhan pasar yang terus meningkat. Di samping itu pembuatan secara manual menyebabkan produk mempunyai kualitas yang tidak seragam. Permasalahan yang dihadapi oleh UKM tersebut perlu segera mendapatkan solusi yang tepat dimana hasil akhirnya adalah UKM menjadi lebih tangguh, produksi meningkat secara kualitas maupun kuantitas. Konsumen merasa puas dan kepercayaannya meningkat sehingga terjadi hubungan bisnis yang berkesinambungan. C. METODE Kegiatan vucer multi tahun(VMT) telah dilaksanakan selama tiga tahun yaitu dari tahun 2005 s/d 2007 terhadap UKM CV Mangku Bambu dan CV War Bambu yang berlokasi di desa Belega Kabupaten Gianyar Bali. Metode pelaksanaan kegiatan yaitu fisik berupa pembuatan inslalasi pengawetan bambu, mesin cuci bambu, mesin pelobang bambu, dan beberapa buku pedoman. Sedangkan kegiatan non fisik berupa: penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan. 1. Pembangunan Instalasi dan Pelatihan Pengawetan Bambu Teknologi pengawetan dengan system Vertical Soak Diffusion telah teruji dan layak digunakan oleh pengusaha bambu1. Alat-alat yang diperlukan pada instalasi pengawetan tersebut antara lain: bangunan instalasi, pompa air, drum, bak air, dan pipa, serta bahan-bahan pengawetnya adalah borax dan borix acid. Instalasi pengawetan VSD ditampilkan pada Gambar 1

Gambar 1. Instalasi Pengawetan bambu model Vertical Soak Diffusion.

56

I Ketut Widnyana, et.al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 52-62

Pelatihan untuk memanfaatkan teknologi tersebut dilakukan dengan mendatangkan instruktur yang profesional selama satu bulan. Pada akhir pelatihan, diadakan evaluasi teori dan praktek tingkat keterampilan yang sudah dicapai yaitu mereka ditugaskan untuk membuat campuran bahan pengawet dan melaksanakan pengawetannya sendiri. 2. Pembibitan dan Penanaman Bambu Pembibitan bambu dilakukan dengan pertimbangan seperti: ketersediaan air penyiraman, kesuburan tanah, transportasi, dan terutama berkaitan dengan luasan areal, pembersihan lahan, pembuatan lubang tanam dan lain-lain2-3. Bibit dibuat khususnya dari jenis bambu yang dapat dimanfaatkan untuk furniture seperti bambu hitam dan bambu tutul. Untuk mendapatkan bibit yang bagus maka dilakukan perawatan bibit sampai bibit bambu tersebut siap ditanam minimal telah berumur 3 bulan (Gambar 2).

Gambar 2. Bambu berumur 6 bulan

3. Pelatihan Teknik Sortasi Bambu Sortasi/pemilihan bambu sangat perlu dilakukan dalam upaya mendapatkan keseragaman bahan baku sehingga bambu dapat dimanfaatkan dengan maksimal sesuai dengan jenis dan desain furniture yang akan diproduksi (Gambar 3). Berbagai kendala yang terjadi apabila tidak diadakan sortasi adalah memperlambat pengerjaan produk, rendahnya nilai estetika produk yang berujung pada kualitas produk Gambar 3. Latihan Sortasi bambu yang rendah. Teknik sortasi dilakukan berdasarkan: jenis bambu, kematangan bambu, diameter bambu, ketebalan daging bambu, panjang ruas, dan tingkat kelurusan batang bambu. 4. Penyuluhan Tentang Bambu UKM diberikan pemahaman mengenai: penanaman, pemeliharaan, pemanenan, penanganan paska panen. Hal ini diperlukan karena manfaat bambu yang begitu besar dalam keseharian masyarakat Bali sehingga kepedulian tentang pentingnya keberadaan bambu semakin meningkat, bukan hanya sebagai bahan baku furniture, tetapi juga fungsi lainnya seperti: menyimpan air tanah, menjaga erosi, sirkulasi oksigen, sarana upacara dan lain-lainnya. Hal ini akan memberikan kesadaran pada UKM dan masyarakat sekitarnya, sehingga hasil akhirnya bahan baku furniture tersedia, dan kualitas lingkungan hidup dapat semakin ditingkatkan.

57 I Ketut Widnyana, et.al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 52-62

5. Peralatan dan Pelatihan untuk Mempercepat Proses Produksi UKM dibantu mandapatkan alat/mesin yang dapat mempercepat proses produksi, sehingga pesanan dapat diselesaikan tepat waktu. Jenis peralatan yang dusahakan adalah : mesin pelobang (Gambar 4), dan mesin pencuci bambu (Gambar 5). UKM juga diberikan pelatihan untuk dapat memanfaatkan peralatan tersebut secara maksimal. Pada akhir pelatihan peserta dievaluasi kemampuannya dalam menggunakan peralatan tersebut.

6. Pelatihan Desain Furniture


Gambar 4. Mesin pelobang bambu Gambar 5. Mesin pencuci Bambu

Gambar 6. Pelatihan desain bambu

UKM diberikan pelatihan-pelatihan desain untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mendesain furniture sehingga mampu menghasilkan desain furniture dengan ciri khas lokal, berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pasar ekspor (Gambar 6). Untuk itu didatangkan instruktur yang profesional dengan latar belakang pendidikan Seni Rupa Jurusan Desain Kriya. 7. Pembuatan Parameter Penjaminan Mutu (Quality Control Furniture). Selama ini UKM belum menerapkan system quality control terhadap produk furniturenya. Salah satu kendalanya adalah belum diketahuinya parameter apa saja yang harus dipenuhi untuk memenuhi standar kualitas yang sesuai dengan harapan buyers. Untuk itu UKM sangat perlu dibuatkan suatu sistem standar dalam menentukan Quality control tersebut dengan memandang dari berbagai aspek seperti, kualitas bahan baku, estetika, kekuatan, desain, penampilan, finishing dan

58

I Ketut Widnyana, et.al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 52-62

sebagainya yang dapat dikuantitatifkan dengan validasi yang tinggi dan rasional. 8. PPIC (Product Planning Inventory Control) Pada kegiatan ini UKM dibantu untuk merencanakan tata pengaturan stok bahan baku dengan memanfaatkan model yang dituangkan dalam petunjuk program PPIC. UKM juga dilatih menginput data produksi dan data lain yang diperlukan melalui pelatihan-pelatihan sehingga dapat memanfaatkan program tersebut dengan baik. Pemanfaatan PPIC akan sangat membantu UKM dalam merencanakan stok bahan baku agar ketersediaan bahan baku tidak menjadi penghambat dalam proses peduksi. 9. Kesepakatan Kerja dan Peraturan Rumah Tangga Perusahaan Karyawan berhak mendapatkan kenyamanan dalam pekerjaan, seperti penghasilan yang memadai, tunjangan kesehatan, upah lembur yang jelas dan sebagainya. Di pihak UKM juga berhak mendapat karyawan yang rajin dan berdedikasi tinggi. Hubungan yang harmonis antara karyawan dan pihak perusahaan hanya terjadi apabila kedua pihak mendapatkan sesuatu yang menjadi harapannya. Kesepakatan tersebut tersebut dapat berupa aturan rumah tangga perusahaan (House of rule) ataupun dalam bentuk kesepakatan lainnya. 10. Pembenahan System Administrasi/Pembukuan Kelemahan UKM dalam system administrasi merupakan salah satu penyebab perkembangannya terhambat sehingga tidak mencapai kemajuan seperti yang diinginkan. Adanya pembukuan yang baik maka UKM akan dapat mengevaluasi kinerja perusahan, termasuk juga mengetahui keuntungan riil dalam periode waktu tertentu. Disamping itu UKM akan dapat mengetahui aset ataupun kekayaan mereka, peralatan yaang ada, stok barang jadi dan lain lainnya. 11. Pembuatan Website dan Pameran Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mendapatkan pelanggan sebanyak mungkin adalah pembuatan website usaha agar pembeli dari berbagai penjuru dunia dapat melihat usaha dan produk yang dihasilkan secara on line. Pameran dengan memajang produk yang diunggulkan dan menjadi ciri khas perlu dilakukan untuk dapat berhadapan langsung dengan calon pelanggan.

D. KARYA UTAMA Karya utama dari kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Alat pencuci bambu mempunyai keunggulan dapat mempercepat proses pencucian sekitar 2- 3 kali kecepatan manual, dimana kelemahannya adalah sikat pencucinya perlu diganti sewaktu-waktu bila daya cengkramnya sudah melemah. Alat ini sebenarnya masih bisa disempurnakan lagi apabila ditujukan untuk dipasarkan secara luas. 2. Alat pelobang bambu mempunyai keunggulan mempercepat pelobangan ruas bambu sampai 3 (tiga) kali kecepatan manual dengan tingkat kesempurnaan alat yang cukup tinggi sehingga hampir tidak ada kelemahannya. Alat pelobang bambu dapat disempurnakan lagi untuk tujuan pemasaran secara luas.

59 I Ketut Widnyana, et.al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 52-62

3. Instalasi pengawetan bambu Vertical Soak Diffution merupakan teknik pengawetan bambu dengan posisi berdiri dan penetrasi larutan pengawet diharapkan terjadi secara grafitasi. Dibutuhkan waktu 10-14 hari agar pengawetan berjalan maksimal. Kendalanya adalah bahan kimia pengawetnya (borax dan borix acid) sering sulit didapatkan sebab masih bersifat impor.

E. ULASAN KARYA Pencucian batang bambu dengan diameter yang lebar (>10cm) seperti bambu petung cukup sulit dilakukan dan membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang cukup banyak. Pencucian batang bambu secara manual membutuhkan waktu sekitar 30 menit dan dikerjakan dengan 3 orang tenaga kerja, dan harus dilakukan dengan menggunakan air yang banyak (Gambar 7a). Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka dibuatkan alat pencuci bambu5-7 dengan kinerja yang cukup baik sehingga pencucian bambu berlangsung lebih cepat dengan tenaga kerja yang lebih sedikit. Dengan alat pencuci bambu maka pencucian satu batang bambu hanya membutuhkan waktu maksimal 10 menit dengan 2 orang tenaga kerja. (Gambar 7b).

Gambar 7a. . Pencucian bambu secara konvensional tidak efiisien air, waktu dan tenaga kerja

Gambar 7b. Alat pencuci bambu mampu mempercepat proses pencucian bambu sehingga lebih efisien air, waktu dan tenaga kerja Peningkatan produksi juga dilakukan dengan membuat alat/mesin untuk pelobang bambu yang praktis namun sangat membantu mempercepat pelobangan tersebut, dimana untuk 1 (satu) truk (250 batang) biasanya selesai dalam 3 hari, maka dengan alat yang dibuat pelobangan akan selesai dalam 1 (satu) hari (Gambar 8b). Sebelum batang bambu diberi larutan pengawet, maka ruas bambu harus dilobangi dengan menyisakan penyekat ruas terakhir. Pelobangan batang bambu dengan cara manual sangat sulit dan membutuhkan waktu yang cukup banyak (Gambar 8a). Untuk melobangi ruas bambu petung dibutuhkan waktu sekitar 15 menit oleh 2 orang tenaga kerja, sementara dengan alat pelobang yang dibuat, maka pelobangan menghabiskan waktu sekitar 5 menit dengan 2 orang tenaga kerja.

60

I Ketut Widnyana, et.al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 52-62

Gambar 8a. Proses pelobangan ruas bambu secara manual tidak praktis dan tidak efisien tenaga kerja

Gambar 8b. Alat pelobang ruas bambu dengan kinerja yang praktis dan efisen waktu Pengawetan bahan baku (bambu) merupakan hal yang mutlak dalam menjaga kualitas produk, sebab beberapa kejadian furniture dikembalikan diakibatkan adanya serangan hama bubuk dan jamur. Pengawetan dengan system Vertical Soak Diffution merupakan teknik yang mampu mengatasi hama dan jamur pada bambu (Gambar 9). Instalasi ini menggunakan pengawet dari senyawa borax dan borix acid yang dapat digunakan secara berulang-ulang sebanyak lima kali, dan setelah pemakaian terakhir maka senyawa yang dikandung tidak berbahaya terhadap lingkungan. Metode pengawetan ini diadopsi dari metode Vertical Soak Diffution yang sudah dilakukan di Yayasan Bambu Lingkungan Lestari, Ubud Bali1,4,8.

Gambar 9. Model instalasi pengawetan bambu dengan metode Vertical Soak Diffution

F. KESIMPULAN Dari kegiatan yang sudah dilakukan selama tiga tahun maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dimana telah terjalin kerjasama kemitraan antara tim LPPM Unmas dengan UKM yang dibina. 2. Pendampingan yang diberikan kepada UKM telah memberikan motivasi kepada UKM untuk tetap tangguh dalam menghadapi persaingan global ditunjukkan

61 I Ketut Widnyana, et.al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 52-62

dengan omzet UKM yang meningkat sehingga siklus perusahaan berjalan baik. Sentuhan teknologi telah mampu meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi dan sangat diperlukan oleh UKM. 4. Pembenahan dan pendampingan secara kontinyu dalam sistem administrasi telah mambatu meningkatkatkan manajerial dan kemajuan perusahaan.
3.

G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Kebanyakan usaha industri kecil dan menengah di Bali mempunyai kelemahan dimana pembukuan dibuat secara sederhana sehingga tidak dapat diketahui berapa keuntungan usaha yang didapat dalam periode waktu tertentu. Kelemahan lainnya UKM belum menganggap bahwa karyawan merupakan aset dari UKM. Disamping itu dalam pemasaran yang dilakukan masih sebatas menunggu pesanan. Dengan pendampingan yang dilakukan selama tiga tahun, pembukuan sudah lebih sempurna dan sudah terkomputerisasi. Karir karyawan menjadi jelas dan mengarahkan karyawan dapat bekerja lebih maksimal setelah dibuatkan kesepakatan kerja bersama antara karyawan dengan pemilik UKM. Dalam hal membantu meluaskan pemasaran maka UKM telah dibuatkan website. Perkembangan perekonomian UKM mitra tetap stabil dalam kurun waktu pendampingan , kenyataan ini sangat membanggakan sebab pada saat yang sama banyak UKM sejenis yang gulung tikar sebagai dampak beruntun dari peristiwa bom Bali I dan II dan dilanjutkan dengan krisis moneter yang terjadi secara global

H. DAFTAR PUSTAKA (1) (2) (3) (4) (5) Garland, L., 2003. Vertical Soak Diffusiion. Cara Mengawetkan Bambu. Environmental Bambu Foundation, Bali-Indonesia. Sumarna, A. 1987. Bambu. Angkasa Publisher. First edition Liese W. and S.Kumar., 2003. Bamboo Preservation Compedium.Technical Report 1. Centre for Indian Bambu Resource and Technology. Prabowo, E. 1994. Bambu untuk Kehidupan Masa Kini. Sebuah Pendekatan Multi Media. Yayasan Bambu Lingkungan Lestari, Ubud. Rao, AG., K. Nagar, and A. Shinde, 2001. Instruction Manual on Small Machines for Bamboo. Industrial Design Centre. Indian Institute of Technology Mumbai Cusack, V., 1999. Bamboo World. The Growing and Use of Clumping Bambus. Kangaroo Press. Anon., 2001. Bamboo Toolkit. Instruction Manual. Industrial Design Centre. Indian Institute of Technology Bombay Mumbai. Anon., 1994. Petunjuk Kerja Pengawetan Bambu dengan Sistem Boucherie. Petunjuk untuk Pelatih. Yayasan Bambu Lingkungan Lestari, Ubud.

(6) (7) (8)

62

I Ketut Widnyana, et.al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 52-62

I. PERSANTUNAN Tim VMT Fakultas Pertanian dan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Mahasaraswati Denpasar (LPPM Unmas Denpasar) menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada: (1) Dirjen Dikti c/q Direktur P2M dan Kasubdit Pengabdian Masyarakat atas kepercayaan dan kesempatan yang diberikan sehingga kegiatan VMT dapat terlaksana dengan baik; (2) Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar atas dorongan dan kepercayaannya; (3) Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Mahasaraswati Denpasar atas pengarahan dan bimbingannya; (4) Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar atas motivasi dan fasilitas yang diberikan; (5) Bapak Made Wijaya dan keluarga sebagai direktur CV Mangku Bambu atas kerjasamanya; (6) Bapak Made Wardana dan keluarga sebagai direktur CV War Bambu atas kerjasamanya; (7) Rekan-rekan tim VMT atas segenap kerjasama dan bantuannya yang tidak terhingga; dan (8) Rekan-rekan lainnya yang penuh perhatian.

You might also like