You are on page 1of 7

DEPRESI DAN PENANGANANNYA

Dr. Harnold Harun Sp.KJ

Abstrak Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama sekarang ini. Hal ini sangat penting karena orang yang mengalami depresi dapat mengakibatkan produktivitasnya menurun. Derpresi merupakan penyakit yang kronis. Orang yang mengalami depresi merupakan orang yang sangat menderita.

PENDAHULUAN Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. Depresi adalah penyebab utama tindakan bunuh diri dan WHO menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke-empat penyakit di dunia. Meskipun obat antidepresan sudah banyak tersedia dan beredar saat ini, prevalensi depresi dan angka bunuh diri akibat depresi tetap saja tinggi. Sekitar 15% penderita depresi meninggal karena bunuh diri, 20% 40% pernah melakukan percobaan bunuh diri, dan 80% mempunyai ide bunuh diri. Angka bunuh diri lebih tinggi pada orangtua dan anak muda. Penelitian Kielholz dan Poldinger pada tahun 1974 menunjukkan bahwa 10% pasien berobat ke dokter adalah pasien depresi dan separuhnya dengan depresi terselubung (masked depression). Depresi terselubung mempunyai ciri gejala yang muncul berupa keluhan fisik (somatik) sehingga dokter tak cermat dan terpaku pada pengobatan somatik. World Health Organization menyebutkan 17% pasien berobat ke dokter adalah pasien depresi. Masyarakat awam berpendapat bahwa depresi terjadi karena adanya stresor psikososial berat yang menimpa seseorang dan orang tersebut tidak mampu mengatasinya. Karena depresi merupakan gangguan emosi dan emosi merupakan respon seseorang terhadap segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Banyak orang menduga bahwa gangguan depresi disebabkan oleh pengalaman-pengalaman pribadi buruk yang terjadi.

DEFINISI

Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tak mengalami gangguan menilai realitas (RTA masih baik), kepribadian tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal. Orang yang beresiko tinggi terkena depresi adalah orang yang berkepribadian depresif. Seseorang yang sehat bisa saja terkena depresi apabila tidak mampu menangani berbagai pemicu stres atau stresor psikososial yang dialaminya. Ciri-ciri orang yang berkepribadian depresif antara lain adalah : 1. Murung, mudah tersinggung, memandang diri rendah. 2. Sulit merasa bahagia, senang. 3. Mudah mengalah, pesimis, tidak percaya diri. 4. Enggan bicara, merasa tidak mampu, pemalu, pendiam. 5. Mudah merasa berdosa dan bersalah, merasa selalu gagal dalam pekerjaan. 6. Selalu cemas, takut, khawatir. 7. Menjaga jarak, suka mencela, sulit mengambil keputusan, dll. Ciri kepribadian depresif itu tidak selalu sama pada setiap orang. Seseorang baru dikatakan depresi bila orang tersebut mengalami gangguan fisik (somatik) maupun psikis sehingga mengganggu fungsi dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, sekolah, kampus, tempat kerja maupun di lingkungan sosialnya.

GEJALA KLINIS DEPRESI Gangguan kejiwaan pada alam perasaan atau mood disorder yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya. Berikut merupakan gejalagejala dari depresi : a) Perasaan murung (afek disforik), sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat. b) Merasa tidak berdaya, perasaan bersalah, berdosa, penyesalan. c) Berat badan menurun, nafsu makan menurun.

d) Konsentrasi dan daya ingat menurun. e) Gangguan tidur (insomnia). f) Agitasi (gaduh, gelisah dan lemah tak berdaya). g) Hilang rasa senang, semangat, dan minat. h) Kreativitas menurun, produktivitas menurun. i) Gangguan seksual berupa libido menurun. j) Pikiran akan kematian, bunuh diri.

FAKTOR-FAKTOR RESIKO Jenis kelamin Depresi sering terjadi pada wanita. Dugaan bahwa wanita sering mencari pengobatan memungkinkan terjadinya depresi. Adanya ketidakseimbangan hormon pada wanita menambah tingginya prevalensi depresi pada wanita. Usia Depresi sering terjadi pada usia muda. Umur rata-rata awitan antara 2040 tahun. Status Perkawinan Gangguan depresi lebih sering dialami pada orang yang bercerai atau berpisah bila dibandingkan dengan yang menikah atau lajang. Geografis Di negara maju depresi lebih sering terjadi dan penduduk kota lebih sering menderita depresi dibandingkan penduduk desa. Riwayat Keluarga

Riwayat keluaraga yang menderita depresi lebih tinggi daripada riwayat keluarga yang kontrol. Kepribadian Seseorang dengan kepribadian tertutup, mudah cemas, hipersensitif, dan lebih bergantung pada orang lain lebih rentan terhadap depresi. Tidak Bekerja Tidak punya kerjaan merupakan faktor yang dapat meningkatkan terjadinya depresi.

MACAM-MACAM DEPRESI 1. Depresi Pasca Kausa Orang yang kehilangan jabatan berarti kehilangan kekuasaan dan kekuatan, sesuatu yang dimiliki dan dicintai kini telah tiada (loss of love object). Dampak dari loss of love object adalah sebagai berikut : a. Suka mengkritik, merasa diri benar. b. Prasangka buruk dan curiga. c. Merasa diperlakukan tidak adil. d. Suka mencela dan bersikap skeptis (sinis). 2. Depresi Pasca Stroke Dijumpai pada pasien stroke selain gejala kelumpuhan syaraf juga ditemukan gejala mental emosional seperti depresi, apati, euforia, sampai mania. 3. Depresi Neurotik

Suatu gangguan mood yang menahun dan mencakup gambaran afek depresi atau hilang minat dalam aktivitas sehari-hari dan waktu senggang. 4. Depresi Siklotimik 5. Depresi Pasca NAPZA Orang pengguna NAPZA sering mengalami kecemasan dan atau depresi jadi untuk menghilangkan itu ia menggunakan NAPZA. Bila dihentikan ia akan cemas dan atau depresi seterusnya akan menggunakan NAPZA dengan dosis bertambah dan banyak frekuensi pamakaiannya.

MANAJEMEN DEPRESI Upaya meningkatakan kekebalan terhadap stres 1. Makan dan minum hendaknya tidak berlebihan, berhenti sebelum kenyang. 2. Tidur adalah obat alamiah yang dapat memulihkan keletihan fisik dan mental. 3. Olahraga meningkatkan daya tahan tubuh dan kekebalan baik fisik maupun mental. 4. Tidak merokok dan tidak meminum minuman keras (alkohol). 5. Berat badan hendaknya seimbang dengan tinggi badan yaitu tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus. 6. Hendaknya bergaul atau silaturahmi dengan relasi, teman, serta perluas pergaulan sosial. 7. Mengatur waktu dengan baik, efektif dan efisien. 8. Meningkatkan hubungan dengan Yang Maha Kuasa sehingga memperoleh ketenangan dan kekuatan. 9. Rekreasi untuk membebaskan kejenuhan dan kepenatan. 10. 11. Mengatur keseimbangan pendapatan dengan pengeluaran. Kasih sayang dari keluarga sangat diperlukan.

Terapi Psikofarmaka

Dengan menggunakan obat anti cemas dan obat anti depresi. Obat anti cemas seperti diazepam, bromazepam, alprazolam, oxazolam. Sementara obat anti depresi seperti imipramine, doxepin, amitriptyline, citalopram, dll. Psikoterapi Suportif Untuk memberikan motivasi, semangat, dan dorongan agar pasien tidak putus asa. Psikoterapi Re-edukatif Untuk memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai stres dan kecemasan itu karena faktor edukasi. Psikoterapi Rekonstruksi Untuk memperbaiki kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stresor yang tidak mampu diatasi. Psikoterapi Kognitif Untuk memulihkan kemampuan konsentrasi dan daya ingat. Psikoterapi Psikodinamik Untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu mengatasi stresor psikososial sehingga jatuh sakit. Psikoterapi Keluarga Memperbaiki hubungan keluarga agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dijadikan sebagai faktor pendukung bagi pemulihan pasien. Psikososial Mencari kegiatan atau kesibukan, menyendiri dan melamun. Psikoreligius Meningkatkan keimanan seseorang agar kehidupannya menjadi tenang dan damai. perbanyak silaturahmi, hindari untuk berpikir secara rasioanl,

PENUTUP Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang menjadi masalah kesehatan yang utama saat ini karena orang dengan depresi produktivitasnya akan menurun dan berakibat buruk bagi penderita. Untuk itu diperlukan pemeriksaan medik dan psikiatrik untuk menilai depresi. Selain terapi fisik semua pasien depresi sebaiknya mendapatkan psikoterapi, dukungan dari keluarga.

DAFTAR PUSTAKA Beasley CM, Dornseif BE, Busomworth JC, Sayler ME, Rampey AH,Thompson VE, Murphy DJ, Masica DN. Fluoxetine and suicide; meta analysis of controlled trials of treatment for depression. BMJ, 1991;303:685-692. Thase ME. Mood Disorders; Neurobiology. Dalam : Comprehensive textbook of Psychiatry. Sadock BJ, Sadock VA, edit, seventh ed,Lippicott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer Company, 2000. Maramis, WF. 1997. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya Remi J. Cadovet, Lucy J. King. 1983. Psychiatry in Primary Care Second edition. Mosby Company. Missouri Paul Harrison, John Geddes, Michael Sharpe. 2004. Lectures Notes Psychiatry 9th edition. Blackwell Publishing. New York

You might also like