You are on page 1of 8

Daftar Isi

Daftar Isi ...................................................................................................................................1 Makna Filsafat dalam Kehidupan ............................................................................................ 2 1. Pendahuluan ........................................................................................................................ 2 2. Pengertian Filsafat Secara Umum ....................................................................................... 3 3. Pengertian Filsafat Menurut Para Filsuf ..............................................................................4 4. Penutup ................................................................................................................................ 7 Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 7

Makna Filsafat dalam Kehidupan

1. Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia pasti selalu berpikir. Manusia dapat berpikir karena dilandasi oleh suatu hal yang belum ia ketahui atau sesuatu yang ia ragukan. Dari hal-hal tersebut, muncullah pemikiran manusia mengenai suatu hal yang berbeda dari individu satu dengan individu lain. Pemikiran tersebut menyebabkan adanya berbagai macam pendapat mengenai suatu hal di dunia ini. Pendapat-pendapat itu kemudian akan dicari kebenarannya untuk dijadikan sebagai suatu hal yang pasti atau disebut juga ilmu. Pendapat yang dikemukakan oleh manusia berdasarkan pemikirannya biasanya disebut juga sebagai filsafat. Jika demikian, berarti setiap manusia sebenarnya adalah seorang filsuf atau ahli filsafat. Memang setiap manusia yang berpikir mengenai suatu hal hingga ke akar-akarnya berarti manusia itu sedang berfilsafat. Namun, tidak semua manusia bisa disebut filsuf. Hal ini disebabkan karena tidak semua manusia yang berpikir berusaha untuk membuktikan atau mencari kebenaran dari pemikirannya tersebut. Berbeda dengan filsuf, seorang filsuf akan berusaha untuk membuktikan pemikirannya tersebut hingga menjadi suatu ilmu yang berguna bagi kehidupan manusia. Hingga saat ini, masih banyak orang yang tidak mengerti mengenai filsafat. Sebenarnya, ilmu filsafat itu sendiri sudah kita pelajari sejak kecil. Saat kita diberitahukan mengenai sesuatu yang baru, kita pasti merasa ragu akan kebenarannya sehingga kita akan bertanya apakah hal itu benar? Apa buktinya? Mengapa bisa demikian? Dari semua pertanyaan itu, maka akan timbul rasa ingin tahu yang besar sehingga kita berusaha untuk mencari tahu mengenai hal tersebut. Hal ini biasanya kita temui dalam kehidupan sekolah. Saat mempelajari sesuatu, kita pasti akan berpikir mengenai hal tersebut hingga ke akarakarnya agar semuanya jelas. Jadi, sebenarnya sejak kecil kita sudah diajari untuk berfilsafat. Meskipun sejak kecil kita sudah diajari mengenai filsafat, namun tidak banyak dari kita yang telah mengerti dengan benar apa makna filsafat itu sendiri. Masih banyak orang yang bingung mengenai filsafat, bahkan ada yang menganggap bahwa mempelajari ilmu filsafat itu tidak penting karena hanya berupa pemikiran-pemikiran dari suatu individu. Namun, sebenarnya filsafat itu sangat penting dalam kehidupan kita. Dengan berfilsafat, maka pengetahuan kita akan semakin luas. Itulah alasan saya membahas mengenai apa arti dan makna filsafat bagi kehidupan manusia sehari-hari.
2

2. Pengertian Filsafat Secara Umum Setiap manusia di dunia ini pasti sudah pernah berfilsafat. Namun, sebenarnya apa pengertian dari filsafat itu? Secara etimologis (asal-usul kata), istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philia yang berarti love atau cinta dan sophia yang berarti wisdom atau kebijaksanaan. Jadi, jika disimpulkan, maka filsafat berarti cinta pada kebijaksanaan. 1 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat memiliki pengertian, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya.2 Namun, apabila kita hanya mengetahui pengertian filsafat secara etimologis, maka kita masih belum bisa memahami apa makna filsafat bagi kehidupan. Hal ini disebabkan karena dalam ilmu filsafat, banyak membahas mengenai hal-hal di kehidupan ini. Ilmu filsafat itu sendiri juga banyak cabangnya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui dengan lebih jelas apa itu filsafat. Filsafat itu sangat sulit untuk didefinisikan. Hal ini terbukti dari banyaknya pengertian mengenai filsafat yang diungkapkan oleh beberapa filsuf di dunia ini. Ada tiga faktor yang menyebabkan filsafat menjadi sulit untuk dijelaskan. Pertama, adanya perbedaan pendapat antara filsuf yang satu dengan yang lain dalam menentukan prioritas objek. Contohnya, seorang filsuf lebih menekankan pemikirannya pada Tuhan, alam, dan manusia. Sedangkan, filsuf lain lebih menekankan pada kehidupan sosial, politik, dan budayanya. Kedua, adanya perbedaan antara filsuf zaman dulu dengan sekarang. Filsuf pada zaman Yunani Kuno seperti, Socrates, Plato, dan Aristoteles mampu menulis mengenai berbagai macam bidang kehidupan, baik mengenai alam semesta, bahasa, ilmu pengetahuan, maupun kehidupan sosial, politik, dan budaya. Sedangkan, filsuf zaman sekarang lebih tertarik untuk membahas mengenai ilmu pengetahuan. Mereka tidak lagi tertarik akan hakikat alam semesta, bahasa, kehidupan sosial, politik, dan budaya di dunia ini. Ketiga, filsuf zaman sekarang lebih senang membahas mengenai hakikat kehidupan manusia secara nyata. Contohnya, membahas mengenai penderitaan, kebahagiaan, kebebasan, makna diri, dan lain-lain. Ketiga faktor inilah yang membuat filsafat sulit untuk didefinisikan karena terus berubah.3 Meskipun para filsuf memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai filsafat, tetapi ada kesamaan-kesamaan di antara karya-karya mereka. Pertama, karya-karya mereka
1

Dr. Zainal Abidin. 2011. PENGANTAR FILSAFAT BARAT. Edisi 1. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. Hlm. 9. Filsafat Ilmu dalam http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat%20Ilmu%20dan%20Metode%20Riset_ Normal_bab%201.pdf, diakses 24 November 2012, pukul 19.25 WIB. Dr. Zainal Abidin. Op. Cit. Hlm. 1013.

berupaya untuk mencari hakikat atau intisari dari sesuatu yang ditelitinya. Sebenarnya, dari tindakan itu sendiri sudah menjelaskan bahwa filsafat berarti mencari atau memikirkan sesuatu hingga ke akar-akarnya. Contohnya, jika mereka meneliti mengenai manusia, maka mereka akan mencari hakikat atau apa makna menjadi manusia. Kedua, dalam berfilsafat, mereka tidak hanya mencari hakikat dari objek yang diteliti, tetapi juga subjeknya. Jadi, jika mereka telah membuktikan bahwa manusia ini merupakan materi di alam semesta, maka mereka akan menganggap dirinya sendiri sebagai materi. Ketiga, para filsuf tidak melakukan penelitian secara empiris. Itulah sebabnya filsuf berbeda dengan ilmuwan (Abidin, 2011:13). Melalui penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan hasil pemikiran manusia mengenai suatu hal hingga ke akar yang paling mendasar. Menurut Dr. Zainal Abidin dalam bukunya, filsafat adalah sekumpulan pengetahuan manusia yang sangat logis dan sistematis.4 Jadi, dari pemikiran manusia yang sudah dibuktikan kebenarannya itu, kemudian dijadikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia. Filsafat biasanya juga diartikan sebagai sesuatu untuk menyebut watak atau sifat, gaya berpikir, kepribadian, dan tindakan yang dianggap sebagai akibat dari filsafat yang dipegang seseorang. Contohnya, banyak masyarakat yang mengatakan bahwa filsafat politik para politisi kita tidak baik. Jadi, dalam kondisi ini, filsafat adalah pandangan umum manusia tentang hidupnya, cita-citanya, dan nilai-nilainya. Tidak hanya itu saja, filsafat juga dapat dipahami sebagai interpretasi atau evaluasi terhadap apa yang penting bagi hidupnya. Misalnya, jika orang lebih mementingkan kekayaannya, maka kita akan menganggap ia memegang filsafat materialisme atau hedonisme. Pengertian filsafat memang sangatlah kompleks. Selain pengertian di atas, istilah filsafat juga digunakan untuk melihat cara berpikir dalam diri manusia.5

3. Pengertian Filsafat Menurut Para Filsuf Pengertian-pengertian filsafat secara umum yang terdapat pada buku filsafat merupakan rangkuman dari beberapa pendapat filsuf yang ada di dunia ini. Para filsuf mendefinisikan filsafat menurut pandangannya masing-masing. Plato (427348 SM) menyatakan filsafat ialah pengetahuan yang bersifat untuk mencapai kebenaran yang asli.
4 5

Dr. Zainal Abidin. Ibid. Hlm. 26. Nurani Soyomukti. 2011. PENGANTAR FILSAFAT UMUM. Edisi 1. AR-RUZZ MEDIA: Jogjakarta. Hlm. 102.

Sedangkan, Aristoteles (382322 SM) mendefenisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Sedangkan filsuf lainnya, Cicero (106043 SM) menyatakan filsafat adalah ibu dari semua ilmu pengetahuan lainnya. Berbeda dengan Descartes (15961650), menurutnya filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya. Immanuel Kant (1724 1804) juga berpendapat bahwa filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup 4 persoalan, yaitu:6 a. Apakah yang dapat kita ketahui? Jawabannya terdapat pada bidang metafisika. b. Apakah yang seharusnya kita kerjakan? Jawabannya terdapat pada bidang etika. c. Sampai di manakah harapan kita? Jawabannya terdapat pada bidang agama. d. Apakah yang dinamakan manusia itu? Jawabannya terdapat pada bidang antropologi. Selain para filsuf tersebut, ada juga filsuf-filsuf lain yang mengemukakan pendapatnya mengenai definisi filsafat.7 Berikut adalah definisi filsafat dari beberapa filsuf, antara lain: a. Al-Kindi (800870 SM) mengatakan bahwa kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia atau pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran. b. Al-Farabi, mengemukakan bahwa filsafat merupakan ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya. c. Prof. Dr. M.J. Langeveld, berpendapat bahwa apa pun yang kita pikirkan secara radikal, yakni dasar sampai kepada konsekuensi terakhirnya dan sistematis, yakni penuturannya saling berkaitan berarti kita sudah berfilsafat. Filsafat itu sendiri dihasilkan oleh seorang filsuf. Sedangkan, ahli filsafat adalah orang yang mengetahui mengenai filsafat, berbicara, membahas, dan mengajarkan filsafat, tetapi tidak menciptakan karya filsafat. d. Harold H. Titus, menurutnya, filsafat adalah sikap tentang hidup dan alam semesta atau salah satu metode berpikir reflektif dan penyelidikan yang didasarkan pada akal atau seperangkat masalah dan teori, serta sistem pemikiran.

Filsafat Ilmu dalam http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat%20Ilmu%20dan%20Metode%20Riset_ Normal_bab%201.pdf. Loc. Cit. 7 Nurani Soyomukti. Op. Cit. Hlm. 99101.

e. Ibnu Sina (9801037), mengatakan bahwa fisika dan metafisika merupakan ilmu tak terbagi. Kedua bidang ini mempelajari seluruh kenyataan yang ada sejauh yang dapat dicapai oleh manusia. Seorang filsuf akan menghadapi bahwa yang berwujud di dunia ini berbeda-beda. f. Ibnu Rushd (11261198), berpendapat bahwa filsafat itu hikmah berupa pengetahuan otonom yang perlu ditimba oleh manusia sebagai makhluk Allah yang dikarunai akal. Filsafat juga diwajibakan oleh Al-Quran agar manusia dapat mengagumi karya Tuhan di dunia ini. g. Prof. Dr. N. Driyakarya S.J. (19131967) mengemukakan bahwa filsafat ialah pikiran manusia yang radikal, yaitu berusaha untuk mencari dan memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari pandangan lain dengan mengesampingkan pendirianpendirian atau pendapat yang diterima begitu saja. Jadi, misalnya dalam berfilsafat mengenai masyarakat, hukum, sosiologi, kesusilaan, dan sebagainya, seseorang tidak akan menfokuskan pandangannya pada sebab-sebab awal, melainkan fokus pada sebab dari semua sebab yang ada. Menurut http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat%20Ilmu%20dan%20Metode%20Ri set_ Normal_bab%201.pdf,8 setidaknya ada tiga karakteristik dalam berpikir filsafat, yakni: a. Sifat menyeluruh: Seorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain, kaitannya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini akan membawa kebahagian dirinya. Hal inilah yang membuat ilmuwan tidak merasa sombong dan paling hebat. Contoh: Socrates menyatakan bahwa dia tidak tahu apa-apa. b. Sifat mendasar: Sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana kriterianya sehingga ilmu itu dikatakan benar? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Semua pertanyaan tersebutlah yang menunjang seseorang untuk berfilsafat atau mengetahui mengenai suatu hal hingga ke dasar yang paling dalam. c. Spekulatif: Dalam berfilsafat, dibutuhkan sebuah sifat spekulatif. Spekulatif di sini berarti seseorang dalam bersifat akan berandai-andai mengenai semua kemungkinan yang terjadi. Hal ini dilakukan baik dari sisi proses, analisis, maupun pembuktiannya,

Filsafat Ilmu dalam http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat%20Ilmu%20dan%20Metode%20Riset_ Normal_bab%201.pdf. Op. Cit.

sehingga pada akhirnya bisa didapatkan ilmu yang pasti sesuai dengan pemikiran yang logis. Sir Isacc Newton, President of the Royal Society, merupakan salah satu ilmuwan yang memiliki ketiga karakteristik di atas. Ada banyak penyempurnaan dari penemuanpenemuan ilmuwan sebelumnya yang ia lakukan. Dalam pencariannya akan ilmu, Newton tidak hanya percaya pada kebenaran yang sudah ada (ilmu pada saat itu), tetapi ia meneliti ulang hasil penelitian terdahulu. Bagi Newton tak ada yang kekal di dunia ini, semua yang ada bersifat dinamis, selalu mungkin berubah dan tidak pernah selesai. Jadi, sebenarnya Newton telah menggunakan konsep filsafat dalam menemukan ilmu-ilmu barunya.9

4. Penutup Berdasarkan pembahasan mengenai teori-teori filsafat di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya filsafat merupakan ilmu yang mempelajari mengenai suatu hal hingga ke bagian yang paling mendasar. Filsafat dapat digunakan untuk mengetahui sifat, gaya berpikir, maupun kepribadian seseorang. Dengan berfilsafat, seseorang dapat memperoleh kebenaran yang logis dan sistematis, serta dapat menjadi ilmu yang berguna bagi kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan oleh beberapa filsuf terkemuka di zaman dahulu. Menurut para ilmuwan, berfilsafat berarti kita berusaha untuk mencari sebab dari semua sebab yang ada. Dalam berfilsafat itu sendiri, kita harus mempunyai tiga karakteristik, yaitu sifat menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Jadi, dengan mengetahui makna filsafat, sebagai manusia kita akan menjadi lebih rasional dalam berpikir. Kita tidak boleh menerima semua ilmu begitu saja, tetapi kita harus berpikir apakah hal itu logis dan benar.

Daftar Pustaka
Abidin, Dr. Zainal. 2011. PENGANTAR FILSAFAT BARAT. Edisi 1. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. Filsafat Ilmu dalam http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat%20Ilmu%20dan%20Metode%20Riset_ Normal_bab%201.pdf, diakses 24 November 2012, pukul 19.25 WIB. Soyomukti, Nurani. 2011. PENGANTAR FILSAFAT UMUM. Edisi 1. AR-RUZZ MEDIA: Jogjakarta.

Filsafat Ilmu dalam http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat%20Ilmu%20dan%20Metode%20Riset_ Normal_bab%201.pdf. Ibid.

You might also like