You are on page 1of 31

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Budidaya tanaman tidak akan lepas dari gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT), terutama hama atau penyebab penyakit (Pracaya, 2004). Gangguan tersebut dapat menyebabkan penurunan hasil atau malah tidak menghasilkan sama sekali. Oleh sebab itu perlu adanya upaya pengendalian agar kemungkinan kerusakan dapat dicegah atau dikurangi. Pengendalian OPT yang telah banyak dilakukan yaitu menggunakan bahan kimia atau pestisida. Cara pengendalian ini banyak menimbulkan dampak buruk yaitu resurjensi, resistensi, ledakan hama kedua, residu dan pencemaran lingkungan (Untung, 1993). Oleh karena itu, saat ini banyak dikembangkan pengendalian OPT dengan pengendalian hayati karena dampak samping buruk seperti pengendalian kimia hanya sedikit atau tidak ada sama sekali. Pengendalian hayati dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami untuk mengendalikan OPT. Parasitoid merupakan salah satu kelompok musuh alami hama, sedangkan organisme antagonis merupakan salah satu kelompok musuh alami patogen (Untung, 1993). Pemanfaatan parasitoid dalam pengendalian hayati merupakan cara yang dianjurkan, karena cara pengendalian ini merupakan cara pengendalian yang menggunakan pendekatan ekologi dan sesuai dengan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) (Pabbage dan Tandiabang, 2007). Trichogramma sp merupakan parasitoid yang memarasit telur dari serangga hama Lepidoptera, sehingga dikenal sebagai parasit telur atau egg

-1-

parasitoid. Trichogramma sp Dapat diperbanyak secara in-vivo dengan menggunakan inang telur Corcyra cephalonica (Suhartawan dkk, 1987). Penelitian biologi atau siklus hidup musuh alami yang berupa parasitoid telur (Trichogramma sp) diharapkan dapat menghasikan informasi yang dapat digunakan sebagai salah satu komponen penting dalam mendukung program nasonal pengendalian hayati (Surtikanti, 2006)

B. Tujuan dan Sasaran Kerja Praktik Tujuan kerja praktik ini adalah : i. Mengetahui dan mengamati keadaan umum Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LPHPT) wilayah Surakarta. ii. Mengetahui cara perbanyakan Trichogramma sp. iii. Mengetahui macam alat dan bahan yang digunakan dalam perbanyakan Trichograma sp. Sasaran kerja praktik ini adalah : 1. Mengerti dan memahami kondisi umum Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LPHPT) wilayah Surakarta. 2. Mengerti dan memahami cara perbanyakan Trichogramma sp. 3. Mengerti dan memahami macam alat dan bahan yang digunakan dalam perbanyakan Trichogramma sp

-2-

C. Manfaat Kerja Praktik i. Memberikan informasi tentang struktur kelembagaan dan cara kerja Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LPHPT) wilayah Surakarta. ii. Mampu melakukan analisis terhadap keadaan umum Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LPHPT) wilayah Surakarta. iii. Menambah pengetahuan mengenai cara perbanyakan Trichogramma sp. iv. Menambah pengetahuan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam perbanyakan Trichogramma sp

-3-

II. LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Tabuhan Trichogramma sp termasuk dalam famili Trichogrammatidae. Spesies dalam famili ini jumlahnya lebih kurang 200 jenis (Pracaya, 2004). Menurut Natawigena (1990), taksonomi Tricogramma sp secara lengkap yaitu : Kingdom Phyllum Class Ordo Subordo Family Genus Species : Animalia : Arthropoda : Insecta (Heksapoda) : Hymenoptera : Clistograstra : Trichogrammatidae : Trichogramma : Trichogramma sp.

Panjang tubuh Trichogramma sp yaitu 0,3 1,0 mm dan tubuhnya berwarna hitam kecoklatan atau kekuningan. Antena terdiri atas 3 8 ruas, termasuk satu ruas cincin. Sayap memiliki rambut rambut yang teratur dalam garis atau pita rambut. Rambut terpanjang terletak di tepi sayap. Tabuhan ini memiliki ovipositor pendek (Pracaya, 2004). Menurut De Bach (1991), Trichogramma sp merupakan tabuhan yang bersifat endoparasit pada telur serangga lain. Tabuhan ini berkembang di dalam tubuh inang kecuali imagonya. Imago terbang bebas untuk mencari inang. Urutan perkembangbiakan Trichogramma sp yaitu, (1) imago meletakkan

-4-

telurnya ke dalam telur inang; (2) telur berada dalam inang sampai menetas menjadi larva; (3) larva berkembang menjadi pupa; (4) pupa berubah menjadi imago; (5) imago keluar dari telur inang. Imago betina akan meletakkan telurnya pada telur inang yang lain. Daur hidup Trichogramma sp lebih kurang 1-2 minggu (Pracaya, 2004). Setiap imago betina mampu menghasilkan lebih kurang 60 butir telur (Laba, 2001).

B. Peranan dan Pemanfaatan Trichogramma sp Trichogramma sp merupakan parasitoid telur serangga lain. Parasitoid ini bersifat endoparasit. Trichogramma sp memiliki kisaran inang yang luas meliputi serangga ordo Lepidoptera, Coleoptera, Hyemnoptera, Neuroptera, dan Diptera (Metcalf, 1973). Inang yang paling penting yaitu telur serangga ordo Lepidoptera (Li, 1994). Di Indonesia, Trichogramma sp pernah digunakan untuk menghasilkan hama penggerek batang dan pucuk tebu (Untung, 1993). Parasitoid ini juga berpotensi untuk mengendalikan hama pengerek batang padi. Salah satu jenis Trichogramma yang memarasit hama penggerek batang padi yaitu Trichogramma japonicum dengan parasitisme 59,9%(Laba,2001). Pemanfaatan Trichogramma sp untuk mengendalikan serangga hama salah satunya dilakukan dengan teknik augmentasi. Teknik ini juga disebut dengan teknik peningkatan (Stehr, 1982). Teknik augmentasi merupakan upaya pengendalian hayati yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah musuh alami atau pengaruhnya. Sasaran ini dapat dicapai dengan melepas sejumlah musuh alami atau memodifikasi lingkungan agar jumlah dan kemampuan musuh alami dapat ditingkatkan untuk menurunkan populasi hama (Untung, 1993). Pelepasan

-5-

parasitoid dapat dilakukan dengan memperbanyak parasitoid Trichogamma sp tersebut sebelumnya, sedangkan modifikasi lingkungan misalnya dapat dilakukan dengan menyediakan makanan alternatif bagi parasitoid (Stehr, 1982). Pelepasan Trichogramma sp dengan teknik augmentasi dilakukan secara periodik. Menurut Sther (1982), terdapat tiga bentuk pelepasan secara periodik yaitu: 1. Pelepasan Inokulasi Pelepasan inokulasi dilakukan satu kali dalam satu musim atau satu tahun. Tujuan pelepasan ini yaitu agar musuh alami dapat mengadakan pengolonian dan menyebar luas secara alami (Stehr, 1982). Oleh karena itu, musuh alami dapat menjaga populasi hama tetap berada dalam keseimbangan atau di bawah ambang ekonomi (Untung, 1993). Pelepasan inokulasi dilakukan dengan melepas parasitoid dalam jumlah sedikit (Li, 1994). 2. Pelepasan Suplemen Pelepasan supemen dilakukan jika diketahui pada pengamatan, populasi hama mulai meninggalkan populasi parasitoid (Stehr, 1982). Tujuan pelepasan ini adalah untuk membantu musuh alami yang sudah ada agar dapat mengendalikan populasi hama (Untung, 1993). 3. Pelepasan Inundasi Pelepasan inundasi yaitu pelepasan musuh alami dalam jumlah banyak (Li, 1994). Pelepasan ini dilakukan agar musuh alami dapat menurunkan populasi hama secara cepat (Stehr, 1982). Pelepasan inundasi juga disebut insektisida hayati karena diharapkan musuh alami dapat bekerja secepat insektisida biasa (Untung, 1993).

-6-

C. Perbanyakan Trichogramma sp Tahap tahap penting dalam perbanyakan Trichogramma sp yaitu : 1. Perbanyakan inang pengganti 2. Perbanyakan Trichogramma sp itu sendiri Perbanyakan Trichogramma sp dilakukan dengan inang pengganti, yaitu telur Corcyra cephalonica. Corcyra cephalonica merupakan hama pasca panen atau hama gudang sehingga lebih mudah dikembangkan daripada inang asli Trichogramma sp (Warih, 2003). Beberapa alasan pemilihan penggunaan Trichogramma sp, dengan media inang alternatif Corcyra, sebagai pengendali alami hama antara lain: 1. Tricogramma laboratorium mudah dengan dibiakkan menggunakan dalam telur

Corcyra sebagai inang pengganti 2. Corcyra mudah dibiakkan dengan beberapa jenis makanan selain beras jagung, yaitu beras, bekatul, pakan ayam, dan lain sebagainya yang banyak terdapat di pasar 3. Trichogramma sp dapat memarasit telur telur penggerek batang dan penggerek tongkol di laboratorium maupun di lapang 4. Penggunaan agen hayati Trichograma sangat aman terhadap lingkungan sehingga layak dikembangkan dan dimasyarakatkan

-7-

(Surtikanti, 2006) Corcyra cephalonica dapat dikembangkan pada medium beras, beras menir, atau jagung. Pada bagian atas dilapisi dengan tepung beras atau dedak. Medium beras menir yang ditutup dengan lapisan dedak menunjukkan hasil yang terbaik. Medium tersebut menyebabkan mortalitas rendah, keperidihan lebih tinggi, presentase gengat betina lebih banyak, dan daur hidup lebih pendek (Suhartawan dkk, 1987). Pemilihan jenis dan tempat induk parasitoid harus disesuaikan dengan jenis dan tempat hama sasaran yang nantinya akan dikendalikan Trichogramma sp yang digunakan sebagai induk awal dapat diambil dari inang yang terparasit. Inang tersebut harus sama dengan jenis hama yang akan dikendalikan. Selain itu, inang tersebut harus diambil di tempat yang nantinya akan menjadi tempat pembebasan parasitoid yang telah diperbanyak. Hal ini dimaksudkan agar parasitoid tidak harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru (Hassan, 1994). Menurut Warih (2003), telur C. cephalonica yang dipaparkan harus menyesuaikan dengan jumlah parasitoid yang tersedia sebagai induk. Perbandingan antara jumlah parasitoid dengan jumlah telur yaitu 1 : 8-12, jika jumlah telur tidak seimbang maka telur telur yang belum dipaparkan dapat disimpan pada suhu 3 7oC. Pemaparan dilakukan selama 24 jam. Telur telur yang terparasit akan berubah warna menjadi hitam kelabu. Telur tersebut dapat dilepas, disimpan, atau digunakan sebagai induk. Penyimpan dilakukan pada suhu 3-7oC.

-8-

III. METODE KERJA PRAKTIK

A. Tempat dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan di Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman wilayah Surakarta pada 8 Agustus 8 Oktober 2007.

B. Materi Kerja Praktik Materi kerja praktik dalam PKL ini meliputi materi umum dan materi khusus. Materi umumnya yaitu mempelajari struktur organisasi, kegiatan, dan peranan LPHPT wilayah Surakarta. Sedangkan materi khususnya adalah mempelajari dan melakukan perbanyakan parasitoid Trichogramma sp.

C. Metode Kerja Praktik 1. Struktur organisasi, kegiatan, dan peranan LPHPT wilayah Surakarta Bahan diambil dari data kondisi umum dan struktur kelembagaan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LPHPT) wilayah Surakarta, arsip, dan sumber lain yang menunjang. Pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder.

-9-

Data primer diperoleh dengan cara mengikuti kegiatan yang dilakukan di LPHPT wilayah Surakarta yang berkaitan dengan tujuan kerja praktik.

2. Perbanyakan Trichogramma sp Alat Alat yang digunakan dalam praktik ini antara lain kotak kardus atau nampan bertutup, tabung karton atau paralon, kain kasa/ kawat halus, kertas pias ukuran 2 cm x 7,5 cm, kuas halus, saringan, gelas/ plastik untuk penyimpanan telur, kulkas, karet gelang, kertas HVS, semprong kaca, kain penutup, gunting, cawan Petri, tabung reaksi diameter 1,5 cm lampu UV 15 Watt, dan UV cabinet.

Bahan Bahan yang digunakan dalam praktik ini meliputi menir Jagung, induk Corcyra cephalonica, induk Trichogramma sp, dan lem kertas cair

Cara Kerja o Corcyra cephalonica dipelihara dan

dikembangkan pada media menir jagung o Imago C.cephalonica yang muncul

dipindahkan ke dalam tabung peletakan telur o Telur yang terkumpul pada tabung

- 10 -

pengumpul

diambil

dengan

kuas

dan

dibersihkan dari kotoran dari kotoran dengan bantuan kuas dan saringan o Telur yang sudah bersih disinari dengan sinar UV selama 30 menit, sedangkan sisa telur yang menempel pada saringan atau masih kotor digunakan sebagai calon induk C.cephalonica o Telur yang sudah disinari UV dipias pada kertas pias ukuran 2 cm x 7,5 cm dalam luas piasan 2 cm x 2 cm o Telur telur yang sudah dipias dapat disimpan atau langsung dipaparkan pada induk Trichogramma sp selama 3 4 hari untuk memparasitasi telur atau selama 6 - 7 hari untuk mendapatkan imago

Trichogramma sp yang baru o Telur yang telah terparasitasi oleh

Trichogramma sp dapat disimpan dalam kulkas atau langsung digunakan dilapang

- 11 -

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis SWOT Kondisi Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LPHPT) 1. Kondisi Wilayah Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LPHPT) wilayah Surakarta terletak di desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Karisidenan Surakarta dengan batas batas sbb: Sebelah selatan berbatasan dengan asrama militer Batalyon Infantri Kostrad Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar Sebelah timur berbatasan dengan desa Jati Malang

- 12 -

Sebelah barat berbatasan dengan asrama militer Brigade Infantri Kostrad

LPHPT wilayah Surakarta membawahi enam Kabupaten dan satu Kotamadya. LPHPT wilayah Surakarta dilengkapi dengan dua Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK) yaitu SMPK Kabupaten Wonogiri dan SMPK Mojolaban, Sukoharjo. Selain itu LPHPT juga dilengkapi lampu perangkap serangga (light trap).

2. Sejarah Perkembangan LPHPT wilayah Surakarta merupakan salah satu instalasi Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura (BPTPH) Jawa Tengah yang bertugas melakukan pengamaan dan pencatatan hama dan penyakit tanaman. Pemerintah pada tahun 1979 melalui Departemen Pertanian telah mengangkat petugas Pengamat Hama dan Penyakit (PHP). Petugas PHP berada di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), dalam satu BPP ditempatkan seorang PHP dengan wilayah pengamatan empat sampai lima kecamatan. Laporan hasil pengamatan PHP tiap bulan diserahkan langsung ke Direktorat Bina Perlindungan Tanaman (Ditlin) melalui pos. Bentuk laporan yang demikian tidak efektif, sehingga kemudian mendorong diambilnya suatu kebijaksanaan pada tahun 1983 yaitu adanya seorang koordinator PHP di tingkat karesidenan. Kordinator PHP bertugas mengumpulkan laporan bulanan dari para PHP dan mengirimnya ke Ditlin serta mengkoordinasikan PHP dalam urusan keuangan, administrasi, dan teknis. Koordinator PHP bertempat di sub perlindungan tanaman, Dinas Pertanian Propinsi.

- 13 -

Bencana nasional bagi petani yaitu adanya ledakan hama wereng coklat terjadi pada tahun 1985/1986. Serangan hama ini di wilayah Jawa Tengah mencapai 75.000 ha. Hal tersebut mendorong keluarnya Instruksi Presiden No.3 tahun 1986 yangmemberikan keputusan tentang pelaksanaan PHT di lapangan untuk mengendalikan hama padi. Hal ini pula yang mendorong pemerintah Indonesia pada tahun 1988 mengadakan kerjasama persahabatan dengan pemerintah Jepang melalui Japan International Corporation Agensiacy (JICA) membangun Labortorium Pengamatan dan Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan dan Holtikultura (LPHPT). LPHPT merupakan salah satu dari 38 LPHPT yang dibangun. wilayah Surakarta

3. Organisasi Struktur organisasi LPHPT wilayah Surakarta menggunakan sistem fungsional garis lurus yang berarti bawahan bertanggung jawab kepada atasan. Kekuasaan tertinggi dipegang oleh Kepala Laboratorium kemudian mengalir pada jabatan fungsional. Dari Kepala Laboratorium terdapat cabang ke masing masing koordinator PHP di tiap kabupaten dan kota. Kelompok jabatan fungsional merupakan kelompok jabatan teknis dalam kegiatan kegiatan yang berhubungan langsung maupun tidak langsung terhadap pengamatan hama dan penyakit tanaman. Jabatan fungsional tersebut terdiri dari pelaksana : a. Analisis serangan dan data OPT b. Diagnosis jasad pengganggu c. Data iklim dan bencana alam

- 14 -

d. Penetapan ambang pengendalian dan penggunaa pestisida e. Penentuan peran OPT dan taksasi kehilangan hasil f. Pengembangan agensia hayati Setiap pelaksana terdiri dari satu pimpinan dan dua asisten pelaksana LPHPT wilayah surakarta mempunyai 6 koordinator PHP dan 66 PHP yang bertugas di lapang dan 2 koordinator cabang Dinas Pertanian bagian Brigade Proteksi. Staf lain yang ikut membantu kelancaran kegiatan yaitu pengemudi, peramu kantor, dan penjaga. Berdasarkan jenjang pendidikan pegawai, terdapat 17 sarjana, 56 D1, 12 SLTA, 1 SLTP, dan 2 SD. Pegawai Laboratorium Koordinator PHP PHP Jumlah Sarjana 7 2 8 17 Pendidikan Terakhir D1 SMA SMP 4 9 1 4 48 10 56 19 1 Jumlah SD 2 2 23 6 66 95

Pegawai teknis, maupun PHP mempunyai tugas masing masing yaitu a. Pelaksana penetapan amabang pengendalian mempunyai tugas : Melakukan pengujian pengujian mengenai bioteknologi OPT, musuh alami, dan pestisida Mengadakan surveilance Bertanggung jawab terhadap laboratorium hama Membuat laporan kegiatan di laboratorium setiap bulan Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua orang asisten, yang bertugas melaksanakan pengkajian dan analisis ambang ekonomi OPT, khususnya masalah pestisida, yaitu: Menyiapkan daftar kios pestisida di wilayah kerja laboratorium

- 15 -

Menyiapkan daftar pestisida yang beredar termasuk pestisida palsu Menyiapkan petunjuk yang ada kaitannya dengan pestisida Melaksanakan pengawasan pestisida dan membuat evaluasi Mengumpulkan dan menyiapkan laporan pestisida dari PHP b. Pelaksana analisis serangan mempunyai tugas : Menganalisis data hasil pengamatan PHP Membuat laporan tengah bulan yang dikirim ke BPTPH V Menyebarluaskan informasi keadaan OPT kepada cabang dinas Pertanian yang berkaitan dengan peramalan Bertanggung jawab terhadap laboratorium penyakit Melaksanakan surveillance. c. Pelaksana taksasi kehilangan hasil memiliki tugas : Menganalisis data PHP tentang pelaksanaan taksasi kehilangan hasil pada tiap periode musim tanam Menyiapkan petunjuk pelaksana taksasi satuan ubinan Melaksanakan pengujian di laboratoriun atau green house Membantu tata usaha dalam pengurusan pajak sepeda motor d. Pelaksana data iklim dan bencana alam memiliki tugas : Melaksanakan pengkajian dan analisis data iklim (curah hujan, hari hujan, kelembaban, dan suhu) SMPK dan bencana alam dari laporan PHP dalam hubungannya dengan OPT Melakukan pengamatan SMPK di laboratorium serta membuat laporan data bulanan ke BPTP dan BMG Semarang

- 16 -

Bertanggung jawab terhadap semua peralatan SMPK di laboratorium Mengadakan pengujian di laboratorium dan green house e. Pelaksana diagnosis jasad pengganggu memiliki tugas : Melaksanakan pengamatan dan penetapan hama, penyakit, serta gulma yang berada di wilayah kerja LPHPT Surakarta Melakukan evaluasi populasi dan tingkat serangan hama untuk keperluan rekomendasi pengendalian dan menyiapkan anjuran rekomendasi Membuat lokasi basah atau kering OPT, predator, dan gulma yang ada di wilayah kerja LPHPT wilayah Surakata Membuat tugas analisis serangan dalam mengumpulkan data dari PHP Bertanggung jawab terhadap penggunaan dan keamana rumah kaca Pelaksana ini memiliki dua asisten yang membantu tugas mengamati light trap di laboratorium, merekapitulasi data dan pengamatan feromon trap, dan bertanggung jawab terhadap operasional komputer

f. Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK) SMPK melakukan tugas pengamatan dan pencatan unsur unsur iklim yang berkaitan erat dengan perkembangan populasi hama. Unsur cuaca atau iklim yang diamati antara lain curah hujan, suhu udara, kelembaban, lama penyinaran, penguapan, kecepatan angin, dan suhu tanah. g. Pelaksana tata usaha mempunyai tugas : Mengatur dan bertanggung jawab atas kelancaran dan ketertiban pelayanan teknis dan administrasi pada semua aturan pelaksana dalam lingkup LPHPT wilayah Surakarta

- 17 -

Mengatur pengelolaan anggaran Menghimpun perundang undangan dan peraturan Mengelola kepegawaian h. Pengamat Hama dan Penyakit memiliki tugas : PHP bertugas melaksanakan pengamatan OPT di wilayah kerjanya dan mnginformasikan hasil hasilnya disertai rekomendasi pengendalian (apabila perlu) kepada unit unit kerja yang memerlukanya. Dalam melaksanakan tugasnya PHPmenyelenggarakan fungsi : Pengamatan keliling untuk mencari sumber serangan OPT dan mengevaluasi keadaan OPT secara umum. Pengamatan populasi hama dengan lampu perangkap, jarring serangga, dan penamatan langsung pada tanaman contoh Wawancara dengan petani untuk mengetahui kegiatan petani di bidang pelindungan tanaman Pengamatan faktor cuaca Partisipasi dalam pertemuan dan pelatihan yang dilaksanakan di LPHPT atau Dinas Analisis hasil pengamatan, membuat laporan bulanan, membuat peringatan dini, dan menyebarluaskan hasil pengamatan tersebut Pembinaan pengendalian OPT i. Koordinator PHP memiliki tugas : Menganalisis data hasil pengamatan yang dilakukan oleh PHP dan membuat laporan setengah bulan untuk dikirimkan ke LPHPT wilayah Surakarta dan Dinas Pertanian Kabupaten

- 18 -

Membuat laporan taksasi kehilangan hasil setiap musim. Laporan merupakan hasil percobaan yang dilakuka oleh PHP dengan berbagai cara pengendalian pada suatu lahan yang terserang beragam OPT Mengumpulkan data luas tambah tanam dan penyebaran varietas dari dinas Pertanian Kabupaten, data ini untuk menunjang data pemetaan yang dilakukan oleh laboratorium Mengawasi serta mengkoordinasikan dilaksanakan oleh PHP kegiatan kegiatan yang

4. Misi dan Kegiatan Utama LPHPT wilayah Surakarta merupakan pusat pengamatan dan peramalan keadaan hama dan penyakit. Dalam rangka menjalankan fungsinya tersebut LPHPT wilayah Surakarta mempunyai beberapa misi yaitu: 1. Membantu petani dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman pangan dan holtikultura sehingga mampu meningkatkan hasil panen. 2. Mengembangkan agensia hayati sebagai salah satu cara pengendalian hama dan penyakit yang ramah lingkungan. 3. Meningkatkan partisipasi petani dalam

mengendalikan hama dan penyakit tanaman. 4. Mengembangkan sarana dan prasarana

sehingga mampu menjadi tempat konsultasi

- 19 -

masalah pertanian Menurut SK Dirjen Pertanian Tanaman Pangan No.1 HK.050.87.12 tentang tata kerja Balai Proteksi Tanaman Pangan, tugas LPHPT adalah : a. Menganalisis data hasil pengamatan yang dilaksanakan oleh PHP serta melaksanakan surveilance, serta peramalan jasad pengganggu tanaman pangan b. Melakukan pengganggu c. Melaksanakan kajian dan analisis ambang ekonomi jasad pengganggu secara lokal d. Mengawasi dan mengkoordinasi kegiatan kegiatan yang dilaksanakan oleh para petugas PHP Kegiatan LPHPT wilayah Surakarta antara lain adalah : a. Membina dan mengkoordinasi wilayah pngamatan b. Mengamati perkembangan hama dan penyakit di wilayah kerjanya c. Menganalisis data hasil pengamatan PHP d. Melaksanakan surveillance dan peramalan OPT e. Melaksanakan identifikasi dan diagnosis OPT baru f. Menerapkan dan mengembangkan teknik pengendalian OPT yang bersifat spesifik lokasi g. Membuat laporan hasil analisis dan melaporkan kepada intansi sebagaimana diatur dalam buku Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura h. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pengamatan dan pengambilan kajian dan percobaan lapangan pengendalian jasad

- 20 -

contoh OPT dan agensia hayati i. Melaksanakan pengamatan dalam rangka menetapkan ambang ekonomi suatu OPT j. Melakukan pengawasan pestisida k. Mengawasi dan mengkoordinasi kegiatan yang dilakukan PHP di lapang

5. Analisis SWOT Kegiatan yang dilakukan LPHPT wilayah Surakarta cenderung stabil. LPHPT mempunyai Pengamat Hama dan Penyakit (PHP) ditempatkan di setiap kecamatan di Karesidenan Surakarta yang bertugas mengamati kegiata pertanian dan munculnya OPT. LPHPT wilayah surakarta berusaha mengenalkan dan memasyarakatkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) dengan bekerja sama dengan kelompok tani yang ada di wilayah kerja. Kelompok tani tersebut biasanya merupakan alumni dari Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL PHT). Kegiatan kelompok tani dipantau terus oleh LPHPT melalui PHP dan dinas Pertanian Kabupaten. LPHPT wilayah Surakarta merupakan suatu organisasi pemerintah, pengetahuan analisis SWOT perlu diperhatikan untuk mengembangkan organisasi tersebut. Analisis SWOT meliputi pengkajian tentang Kekuatan (strength), Kelemahan (weakness), Peluang (opportunity), dan tantangan (threat).

a. Kekuatan (Strength)

- 21 -

Pegawai LPHPT wilayah Surakarta terutama staf teknis dan PHP berjenjang pendidikan tinggi Adanya transportasi yang memadai Adanya kerjasama yang baik dengan civitas antara LPHPT

masyarakat, akademika, dan

pemerintah Adanya pengamatan OPT Adanya telekomunikasi Memiliki greenhouse Memiliki pendukung (misalnya komputer) Terdapat sumber dana peralatan kerja rumah kaca/ sarana peralatan

tetap dari pemerintah b. Kelemahan (Weakness) Terbatasnya sarana untuk

- 22 -

pengembangan

teknologi

perlindungan tanaman Terbatasnya sarana

adminstrasi dan penunjang kerja lainnya Letak laboratorium yang

jauh dari jalan raya Terbatasnya jumlah PHP Permodalan lemah Kerja bersifat musiman

(tidak kontinu) c. Peluang (Opportunity) Respon masyarakat baik dari dalam

menyikapi kegiatan LPHPT wilayah Surakarta Terbatasnya lembaga yang menangani perlindungan masalah tanaman di

wilayah Surakarta Tersedianya teknologi Tersedianya sumber daya pertanian Kerjasama yang baik

- 23 -

dengan lembaga lain Masyarakat pentingnya tanaman d. Tantangan (Threat) Mengatasi ketergantungan memahami perlindungan

pada pemerintah Sistem masyarakat konvensional Wilayah kerja yang luas Keberadaaan LPHPT belum dikenal masyarakat secara luas Berdasarkan analisis SWOT dapat dikataka LPHPT wilayah Surakarta berpotensi untuk dikembangkan. Terkait dengan ketergantungan terhadap pemerintah merupakan tantangan yang menyebabkan LPHPT tidak dapat berkembang secara mandiri dan menghambat pemenuhan kebutuhan lokal dan administrasi. Pengoptimalan kekuatan dan peluang yang dimiliki harus dilakukan agar LPHPT dapat berkembang lebih baik. Juga dilakukan upaya upaya untuk mengatasi segala kelemahan dan tantangan yang dihadapi, diantaranya pendidikan dan pelatihan bagi staf untuk meningkatkan kecakapan baik dalam hal perlindungan tanaman maupun administrasi. Peningkatan sosialisasi terhadap pertanian yang masih

- 24 -

masyarakat pun harus dilakukan sehingga LPHPT dapat memberikan manfaat yang sebesar besarnya bagi masyarakat, khususnya para petani, misalnya dengan pelatihan, pendampingan, dan penyuluhan yang merata di seluruh wilayah kerja.

B. Perbanyakan Trichogramma sp Perbanyakan parasitoid Trichogramma sp dilakukan secara in vivo menggunakan telur Corcyra cephalonica. Oleh karena itu proses perbanyakan Trichogramma sp dimulai dengan membiakkan C.cephalonica untuk

perbanyakan telur serangga tersebut. Ngengat C.cephalonica bersifat kosmopolit dan polifag. Pakan yang biasa digunakan untuk pemeliharaan larva antara lain tepung/ menir jagung, tepung gandum, tepung pearl millet, beras, beras menir, bekatul, gaplek, dan pakan ayam atau campuran dari bahan bahan tersebut. Dalam praktik ini C.cephalonica dibiakkan pada medium menir jagung. Pakan dimasukkan dalam wadah pembiakkan ngengat yang terbuat dari kotak kardus bertutup atau nampan yang ditutup tripleks. Tutup kotak atau nampan diberi ventilasi dari kasa. Pakan diratakan pada wadah hingga setinggi 2,5 cm. Selanjutnya ditaburkan telur C.cephalonica pada pakan tersebut. Setelah 30 40 hari, ngengat akan muncul dan siap dipindahkan ke tabung pengumpul telur. Tabung tabung tersebut dibuat dari karton yang dibentuk silinder atau dari pipa paralon dengan diameter 10 cm dan tinggi 25 cm dan ditutup dengan kain kasa 25 mesh. Pemindahan ngengat ngengat tersebut ke tabung pengumpul telur dilakukan dengan bantuan tabung reaksi. Sisi tabung dibuat lubang untuk

- 25 -

memasukkan ngengat. Satu tabung dapat memuat sekitar 200 ngengat C.cephalonica. Tabung tabung yang sudah berisi ngengat di letakkan di rak dengan posisi tegak dengan di alasi cawan petri.

Gambar 1. Wadah pembiakan C.cephalonica berisi pakan menir jagung

Gambar 2. Rak berisi wadah pembiakan C.cephalonica dan tabung pengumpul telur Setelah dibiarkan semalaman, kemudian telur telur ngengat dikumpulkan. Ngengat betina biasanya akan menempatkan telurnya pada kasa sehingga untuk mengumpulkan telur dilakukan penyikatan kasa menggunakan kuas halus dengan hati hati. Ngengat dapat produktif menghasilkan telur

- 26 -

hingga 4 hari.

Gambar 3. Pengumpulan telur C.cephalonica dari tabung pengumpulan

Telur telur yang berhasil terkumpul biasanya masih kotor oleh debu, sisik, dan kotoran ngengat. Telur telur tersebut dibersihkan dengan menggunakan saringan teh untuk membersihkan kotoran yang ukurannya relatif lebih besar. Sedangkan untuk kotoran yang halus, dibersihkan dengan cara meluncurkan telur pada kertas putih yang dimiringkan. Telur telur yang terikut pada tampungan kotoran dikumpulkan untuk dikembangkan menjadi indukan C.cephalonica yang baru. Telur tersebut dapat diletakkan langsung pada media yang belum berisi telur atau disimpan sebagai stok. Telur telur hasil saringan yang sudah bersih disterilkan dengan penyinaran ultraviolet selama 30 menit di dalam UV cabinet. Tujuannya adalah untuk mematikan atau menghambat perkembangan embrio di dalam telur, sehingga telur dapat disimpan lebih lama. Selain itu juga karena parasitoid lebih menyukai telur yang masih muda atau embrio yang belum berkembang. Perbanyakan parasitoid Trichogramma sp dilakukan pada telur segar C.cephalonica yang sudah ditaburkan pada kertas pias. Telur telur ini

- 27 -

dipaparkan pada induk parasitoid. Induk parasitoid ini dapat diperoleh dari eksplorasi maupun hasil parasitasi pias telur C.cephalonica. Pemiasan telur dilakukan dengan menempelkan telur dengan lem cair pada potongan kertas manila berukuran 2cm x 7,5cm. Bagian yang ditempeli telur seluas 2cm x 2cm (4cm2). Telur ditaburkan secara merata pada luasan area tersebut pada saat lem masih basah agar dapat menempel. Setiap 4cm2 dapat menampung sekitar 2000 butir telur C.cephalonica.

Gambar 4. Telur telur C.cephalonica yang sudah ditaburkan di kertas pias Pemaparan parasitoid pada piasan telur dilakukan pada tabung kaca/ semprong kaca dengan perbandingan antara jumlah piasan telur yang akan diparasitkan dengan starter (telur yang sudah terparasit sebelumnya) adalah 6 : 1. Selanjutnya ujung ujung tabung ditutup dengan kain dan disimpan beberapa hari. Setelah 3 4 hari telur yang telah terparasit tampak dengan adanya perubahan warna menjadi hitam kelabu. Telur - telur ini dapat diambil untuk langsung digunakan di lapang atau disimpan sebagai stok starter. Setelah 3 4 hari sejak perubahan warna, telur yang sudah terparasit akan menjadi imago Trichogramma sp.

- 28 -

Gambar 5. Piasan telur yang siap dipaparkan pada starter Trichogramma sp

Gambar 6. Piasan telur yang telah terparasit oleh Trichogramma sp

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

- 29 -

1. LPHPT wilayah Surakarta memiliki pera penting dalam usaha perlindungan tanaman. Lembaga ini berpotensi untuk dikembangkan dengan optimalisasi

kekuatan dan peluang untuk mengatasi tantangan yang harus dihadapi 2. Perbanyakan dilakukan inang Trichogramma dengan sp

memperbanyak dan selanjutnya

penganti

memperbanyak parasitoid itu sendiri. Inang pengganti yang digunakan

berupa telur Corcyra cephalonica yang dibiakkan dalam media menir jagung (jagung giling). Telur telur

C.cephalonica

diambil,

dibersihkan

dan disterilkan dengan UV untuk kemudian dipaparkan sp. pada starter

Trichogramma

Parasitasi

berlangsung selama 1-4 hari setelah pemaparan yang ditandai perubahan warna telur menjadi hitam keabuan.

B. Saran 1. Perlu adanya peningkatan sarana

- 30 -

laboratorium 2. Perlu adanya peningkatan kecakapan pegawai melalui pendidikan dan pelatihan 3. Peningkatan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatan Trichogramma sp dalam pertanian dan cara perbanyakannya

- 31 -

You might also like