You are on page 1of 34

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP PERIOPERATIF

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan yaitu preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase. A. AKTIVITAS KEPERAWATAN DALAM PERAN PERAWAT PERIOPERATIF PENGKAJIAN : Rumah/Klinik: - Melakukan pengkajian perioperatif awal - Merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien - Melibatkan keluarga dalam wawancara. - Memastikan kelengkapan pemeriksaan pra operatif - Mengkaji kebutuhan klien terhadap transportasi dan perawatan pasca operatif Unit Bedah : - Melengkapi pengkajian praoperatif - Koordianasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf keperawatan lain. - Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan terjadi. - Membuat rencana asuhan keperawatan Ruang operasi : - Mengkaji tingkat kesadaran klien. - Menelaah ulang lembar observasi pasien (rekam medis) - Mengidentifikasi pasien - Memastikan daerah pembedahan Perencanaan : - Menentukan rencana asuhan - Mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai (contoh: Tim Operasi).
1

Dukungan Psikologis : - Memberitahukan pada klien apa yang terjadi - Menentukan status psikologis - Memberikan isyarat sebelumnya tentang rangsangan yang merugikan, seperti : nyeri. - Mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang lain yang berkaitan.

B. PEMBEDAHAN : INDIKASI DAN KLASIFIKASI Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi, diantaranya adalah : 1. Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi 2. Kuratif : Eksisi tumor atau mengangakat apendiks yang mengalami inflamasi 3. Reparatif : Memperbaiki luka multiple 4. Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik 5. Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh : pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan.

C. TINDAKAN PEMBEDAHAN Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu : 1. Kedaruratan/Emergency Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat luas. 2. Urgen Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
3. Diperlukan

Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih,Gangguan tyroid, katarak.
2

4. Elektif

Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal. 5. Pilihan Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika. Contoh : bedah kosmetik.

KEPERAWATAN PREOPERATIF Preoperatif adalah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada di meja bedah.

PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN A. PERSIAPAN FISIK


1. Status kesehatan fisik secara umum

Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki

riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal 2. Status Nutrisi Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 - 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa. 4. Kebersihan lambung dan kolon Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube). 5. Pencukuran daerah operasi Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat
4

menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan. 6. Personal Hygine Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene. 7. Pengosongan kandung kemih Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan. 8. Latihan Pra Operasi Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain : Latihan Nafas Dalam Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
5

1. Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan

lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang. 2. Letakkan tangan diatas perut
3. Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam

kondisi mulut tertutup rapat 4. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
5. Lakukan hal ini berulang kali (15 kali) 6. Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif

Latihan Batuk Efektif Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
1. Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan

dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk


2. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali) 3. Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak

hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi. 4. Ulangi lagi sesuai kebutuha 5. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.

Latihan Gerak Sendi Keuntungan:


6

1. Lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus 2. Menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus 3. memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. B. PERSIAPAN PENUNJANG Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain : 1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll. 2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah. 3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja. 4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD). 5. Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).

C. PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
7

Berikut pemeriksaan ASA : 1. ASA grade I Status fisik : Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal : penderita dengan herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi muda yang sehat.

Mortality (%) : 0,05

2. ASA grade II Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan oleh penyakit yang akan dibedah. Misal : penderita dengan obesitas, penderita dengan bronkitis dan penderita dengan diabetes mellitus ringan yang akan mengalami appendiktomi

Mortality (%) : 0,4

3. ASA grade III Status fisik : Penyakit sistemik berat; misal : penderita diabetes mellitus dengan komplikasi pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut.

Mortality (%) : 4,5.

4. ASA grade IV Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard

Mortality (%) : 25

5. ASA grade V Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan

misalnya

: insufisiensi koroner atau infark miokard

Mortality (%) : 50.

D. INFORM CONSENT setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi). Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya

E. PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara lain : - Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan - Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.

Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain : - Takut nyeri setelah pembedahan - Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image) - Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti) - Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama. - Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas. - Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi. - Takut operasi gagal.
9

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti : - meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol

- telapak tangan yang lembab - gelisah - menayakan pertanyaan yang sama berulang kali - sulit tidur - sering berkemih Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain : - Pengalaman operasi sebelumnya - Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan operasi - Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang - Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi - Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post operasi) - Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll. Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara: - Membantupasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll. - Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien

10

- Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik - Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
- Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain

karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi. - Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. - Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatan untuk mengantar pasien sampai ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.

F. OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI - Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup - Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. - Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. - Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali. - Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien.

11

ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERATIF

A. PENGKAJIAN Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi:
1. Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus. 2. Integritas ego Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis. 3. Makanan / cairan Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
12

4. Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.


5. Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obatobatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse. Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam. 6. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006) meliputi :
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap

perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi atau krisis maturasi.
2. Gangguan

citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping penanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan penampilan. keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker.

3. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan,

4. Proses

keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks, hospitalisasi/perubahan lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan penampilan. ketidakberdayaan.

5. Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis (misalnya kanker),

6. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak,

kerusakan saraf/otot, dan nyeri.


13

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI Intervensi dan implementasi keperawatan pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006) adalah : 1. Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dread yang disertai dengan respons autonomis ; sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu ; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.ini merupakan tanda bahya yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi ancaman. Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol. Kriteria hasil :
klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat

stress.
klien mampu mempertahankan penampilan peran. klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori. klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik. tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan

Intervensi dan implementasi


Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

R : memudahkan intervensi.
Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di

masa lalu. R : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.
Lakukan

pendekatan dan berikan mengungkapkan pikiran dan perasaan.

motivasi

kepada

pasien

untuk

R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapa-

harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.

14

R : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari

meskipun dalam keadaan cemas. R : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

R : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.


Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga

menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis. R : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.


Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

R : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

2. Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental dari fisik seseorang.

Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh. Kriteria hasil :
pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh. memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan. menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh

Intervensi dan Implementasi

Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang tubuhnya. R : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan persepsi pada citra tubuh. Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh. R : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan pasien sehingga pasien tidak menyukai keadaan fisiknya.

Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui realitas adanya perhatian terhadap perawatan, kemajuan dan prognosis.
15

R : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran koping, mengurangi kecemasan.

Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan martabat pasien. R : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan harga diri dan perasaan berarti dalam diri pasien.

3. Koping individu, ketidakefektifan adalah ketidakmampuan membuat penilaian

yang tepat terhadap stressor, pilihan respons untuk bertindak secara tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia. Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif. Kriteria hasil :

pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk mengisi waktu luang. mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping yang efektif. menimbang serta memilih diantara alternative dan konsekuensinya. berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).

Intervensi dan Implementasi :

Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan pandangan pemberi pelayanan kesehatan. R : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kondisinya.

Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan. R : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan saling percaya, memudahkan intervensi

Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realitas. R : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang kondisi nyata yang ada saat ini. Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain. R : meningkatkan perasaan berarti, memberikan penguatan yang positif. Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan dukungan emosional untuk pasien dan keluarga.
16

R : menciptakan suasana saling percaya, perasaan berarti, dan mengurangi kecemasan.

4. Proses keluarga, perubahan adalah suatu perubahan dalam hubungan dan/atau

fungsi keluarga. Tujuan : pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga. Kriteria hasil :

pasien/keluarga mampu mengidentifikasi koping paien/keluarga berpartisipasi dalam proses membuat keputusan berhubungan dengan perawatan setelah rawat inap.

Intervensi dam Implementasi:

Kaji interaksi antara pasien dan keluarga. R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin menghambat pengobatan. R : mempengaruhi pilihan intervensi. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan ketrampilan koping yang digunakan. R : membantu keluarga dalam memilih mekanisme koping adaptif yang tepat .

Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman masa anak-anak yang normal pada anak yang berpenyakit kronis atau tidak mampu. R : memudahkan keluarga dalam menciptakan/memelihara fungsi anggota keluarga.

5. Ketakutan adalah ansietas yang disebabkan oleh sesuatu yang dikenali secara sadar

dan bahaya nyata dan dipersepsikan sebagai bahaya yang nyata. Tujuan : pasien Kriteria hasil :

akan

memperlihatkan

pengendalian

ketakutan.

mencari informasi untuk menurunkan ketakutan menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan.

17

mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.

Intervensi dam Implementasi :

Kaji respons takut subjektif dan objektif pasien. R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

Berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat menurunkan atau mengurangi takut. R : mempertahankan perilaku koping yang efektif.

Lakukan pendekatan dan berikan mengungkapkan pikiran dan perasaan.

motivasi

kepada

pasien

untuk

R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.

Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani. R : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.

6. Mobilitas fisik, hambatan adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian,

pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih. Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal. Kriteria hasil : penampilan yang seimbang

melakukan pergerakkan dan perpindahan. mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik: 0 = mandiri penuh 1 = memerlukan alat Bantu. 2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran. 3 =membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu. 4 =ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi dam Implementasi


18

Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan. R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas. R : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.

Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu R : menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif. R : mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi. R : sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

D. EVALUASI

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Tumor adalah :
1. Ansietas berkurang/terkontrol. 2. Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh. 3. Pasien menunjukkan koping yang efektif. 4. Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga. 5. Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.

6. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

DAFTAR PUSTAKA : http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/01/konsep-dasar-keperawatanperioperatif.html

19

PERAWATAN INTRAOPERATIF

Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup : - pemasangan IV cath - pemberian medikasi intaravena - melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh pembedahan dan menjaga keselamatan pasien sepanjang prosedur

- Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anstesi, bertinda k sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi denganmenggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh. Perawat yang bekerja di kamar bedah harus telah mengambil program proregristation education courses in anasthetic and operating theater nursing. Dalam pembedahan perawat disebut scrubbed nurse yang bertindak sebagai asisten ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan instrument dan menjamin ketersediaan peralatan ahli bedah untuk terlaksananya pembedahan yangdirencanakan. Circulating nurse bertanggung jawab untuk menjamin terpenuhinya perlengkapanyang dibutuhkan oleh scrubbed nurse dan bertanggung jawab terhadap observasi dan perawatan pasien tanpa menimbulkan kontaminasi daerah steril.

TAHAP INTRAOPERATIF 1. Ruang Sementara (Holding area) Perawat dapat menjelakan tahap-tahap yang akan dilaksanakan untuk menyiapkan klien menjalani pembedahan. Perawat diruang tahanan sementara biasanya adalah bagian dari petugas ruang oprasi dan menggunakan pakaian, topi, dan alas kaki khusus ruang oprasi sesuai dengan kebijakan pengontrolan infeksi rumah sakit. Pada beberapa
20

tempat bedah sehari, perawat primer perioperatif menerima kedatangan klien, menjadi perawat sirkulator selama prosedur berlangsung, dan mengelola pemulihan serta kepulangan klien.

Di dalam ruangan tahanan sementara, perawat, anestesi, atau ahli anestesi memasang kateter infus ke tangan klien untuk memberikan prosedur rutin penggantian cairan dan obat-obatan melalui intravena. Biasanya menggunakan kateter IV yang berukuran besar agar pemasukan cairan menjadi lebih mudah. Perawat juga memasang manset tekanan darah. Manset juga terpasang pada lengan klien selama pembedahan berlangsung sehingga ahli anestesi dapat mengkaji tekanan darah klien.

2. Kedatangan ke Ruang Operasi Perawat ruang opersi identifikasi dan kardeks klien, melihat kembali lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil pemeriksaan. Pastikan bahwa alat prostese dan barang berharga telah dilepas dan memeriksa kembali rencana perawatan preoperatif yang berkaitan dengan intraoperatif.

3. Pemberian Anestesi a. Anestesi Umum Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluluh sensasi dan kesadarannya. Relaksasi mempermudah manipulasi anggota tubuh. Klien juga mengalami amnesia tentang seluruh proses yang terjadi selama pembedahan yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan manipulasi jaringan yang luas. Ahli anestesi memberi anestesi umum melalui jalur IV dan inhalasi melalui empat tahap anestesi. Tahap 1 dimulai saat klien masih sadar. Klien menjadi pusing dan kehilangan kesadaran secara bertahap, dan status analgesic dimulai. Tahap 2 adalah eksitasi. Otot kilen kadang-kadang menegang dan hampir kejang. Reflek menelan dan mudah tetap ada, dan pola nafas klien mungkin menjadi tidak teratur. Tahap 3 dimulai pada saat irama pernafasan mulai teratur. Fungsi vital terdepresi. Tahap 4 adalah tahap depresi pernafasan lengkap.
21

b. Anestesi Regional Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh tertentu. Selama pembedaan berlangsung klien dengan anestesi regional akan tetap sadar kecuali jika dokter memprogramkan pemberian tranquilizer yang dapat menyebabkan klien tidur. Perawat harus ingat bahwa luka bakar dan cidera lainnya dapat terjadi pada bagian tubuh yang berada dibawah pengaruh anestesi tanpa disadari oleh klien. Oleh karena itu posisi ekstermitas dan kondisi kulit klien perlu sering observasi. c. Anestesi Lokal Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan (mis, adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea mata). Obat anestesi (mis, lidokain ) menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi kedalam sirkulasi. Klien akan kehilangan rasa nyeri dan sentuhan, aktifitas motorik, dan otonom. 4. Pengaturan Posisi Klien Selama Pembedahan Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu pengaturan posisi karena posisi yang diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah : Letak bagian tubuh yang akan dioperasi. Umur dan ukuran tubuh pasien. Tipe anaesthesia yang digunakan. Nyeri/Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).

Hal-hal yang dilakukan oleh perawat terkait dengan pengaturan posisi pasien meliputi : a. Kesejajaran fungsional Maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula. Contoh : Supine (dorsal recumbent) : hernia, laparotomy, laparotomy eksplorasi, appendiktomi, mastectomy atau pun reseksi usus. Pronasi : operasi pada daerah punggung dan spinal. Misal : Lamninectomy Trendelenburg : dengan menempatkan bagian usus diatas abdomen, sering digunakan untuk operasi pada daerah abdomen bawah atau pelvis. Lithotomy : posisi ini mengekspose area perineal dan rectal dan biasanya digunakan untuk operasi vagina. Dilatasi dan kuretase dan pembedahan rectal seperti : Hemmoiroidektomy Lateral : digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul.
22

b. Pemajanan area pembedahan Pemajanan daerah bedah maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drapping c. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi Posisi pasien di meja operasi selama prosedur pembedahan harus dipertahankan sedemikian rupa. Hal ini selain untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi fisiologis dan mencegah terjadinya injury.

5. Peran Perawat Selama Pembedahan a. Perawat instrumentator (scrub nurse) Perawat instrumentator (scrub nurse) atau perawat sirkulator memberikan intrumen dan bahan-bahan yang di butuhkan oleh dokter bedah selam pembedahan berlangsung dengan menggunakn tehnik aspek pembedahan yang ketat dan terbiasa dengan intrumen pembedahan. b. Perawat Sirkulator Perawat Sirkulator adalah asisten perawat intrumentator dan dokter bedah. Perawat sirkulator membantu mengatur posisi klien dan menyediakan alat dan duk bedah yang di butuhkan dalam pembedahan. Perawat sirkulator menyediakan bahanbahan yang di butuhkan perawat instrumentator, membuang alat dan spon kasa yang telah kotor, serta tetap hitung instrument jarum dan spon kasa yang telah di gunakan. Perawat sirkulator juga dpat membantu mengubah posisi klien atau memindahkan posisi lampu opersi. Perawat sirkulator juga menggunakan teknik aseptik bedah. Apabila teknik aseptik telah hilang, Perawat sirkulator membantu anggota tim bedah dengan mengganti dan memakai gaun dan sarung tangan steril. Prosedur ini mencegah tertinggalnay bahan-bahan tersebut di dalam luka bedah klien.

ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF 1. Pengkajian Keperawatan Salah satu hal yang perlu di kaji dalam intra bedah adalah pengaturan posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauan fisiologis, perubahan tanda vital, system, kardiovaskular keseimbnagan cairan, dan pernafasan.

23

2. Diagnosis Keperawatan Risiko terjadinya cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan.

3. Perencanaan Keperawatan Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperwatan selam 1 x 24 jam, masalah resiko terjadinya cidera pada pasien dapat tertasi. Kriteria Hasil 1. Tidak terjadinya resiko cedera pada pasien 2. Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman dan aman

Rencana tindakan 1. Gunakan semua alat atau instrument untuk tindakan pembedahan seperti pemakaian baju bedah, tutup kepala, masker, penutup sepatu, celemek, dan sarung tangan, serta penyucian tangan. 2. Lakukan Persiapan pelaksanaan anestesi sebelum tindakan pembedahan 3. Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan

4.

Pelaksanaan (tindakan ) keperawatan a. Menggunakan baju seragam Penggunaan baju seragam bedah didesain secara khusus dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari luar, berprinsip bahwa semua baju dari luar diganti dengan baju bedah yang steril, atau baju harus dimasukan kedalam celana, atau harus menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, dan gunakan tutup kepala, masker, sarung tangan, serta celemek steril. b. Mencuci Tangan Sebelum Pembedahan Gunakan air mengalir dari kran Sikat tangan secara sistemati, satu per satu jari dicuci Sikat kuku dan lengan bahwa sampai siku

24

Ulangi lagi beberapa kali : dengan selam 10 menit ; dengan larutan desinfektan standar selama 3-5 menit Tutup kran dengan siku (buka seperti biasanya menutup kran) Posisikan tangan selau lebih tinggi dari siku Ambil handuk tangan steril, keringkan urut mulai tangan, pergelangan, hingga siku, lalu jatuhkan handuk.

c. Menerima Pasien di Daerah Bedah Sebelum memasuki wialyah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang di ruang penerimaan untuk megecek kembali nama, bedah yang akan dilakukan, nomor status registrasi pasien, berbagi hasil laboratorium dan x-ray, persiapan darah setelah dilakukan pemerikasaan silang dan golongan darah, alat protesa, dan lain-lain.

d. Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke Kamar Bedah Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup, trendelenburg, lithotomi, lateral, dan lain-lain. e. Pembersihan dan Persiapan Kulit Pelaksanaan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah bebas dari kotoran dan lemak kulit serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakn dalam pembersihan kulit ini harus memiliki spectrum khasiat, memiliki kecepatan khasiat, atau memiliki potensi yang baik serta tidak menurun bila adanya kadar alcohol, sabun detergen, atau bahan organik lainya. f. Penutupan daerah Steril Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan doek steril agar daerah seputar bedah tetap steril dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah yang steril dan tidak. g. Pelaksanaan Anestesi Terdiri dari anestesi umum, anestesi regional, dan anestesi lokal. h. Pelaksanaan Pembedahan Setelah dilakukan anestesi, timbedah akan melaksanakan pembedahan sesuai dengan ketentuan pembedahan.

25

5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti normalnya tanda vital, kardiovaskular, pernapasan, ginjal, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA http://robbybee.wordpress.com/2009/02/25/keperawatan-intra-operatif/ http://rosalinameisuri.blogspot.com/2011/08/konsep-dasar-keperawatan-perioperatif.html

PERAWATAN POST OPERATIF

Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman. TAHAPAN KEPERAWATAN POST OPERATIF Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah : - Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery room), - Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room) - Transportasi pasien ke ruang rawat, - Perawatan di ruang rawat.

1. PEMINDAHAN PASIEN DARI KAMAR OPERASI KE RUANG PEMULIHAN Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan atau unit perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) memerlukan pertimbangan-pertimbangan
26

khusus. Pertimbangan itu diantaranya adalah letak incisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Letak incisi bedah harus selalu dipertimbangkan setiap kali pasien pasca operatif dipidahkan. Banyak luka ditutup dengan tegangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah regangan sutura lebih lanjut. Selain itu pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan selang drainase.

Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu posisi ke posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi lateral ke posisi terlentang. Bahkan memindahkan pasien yang telah dianastesi ke brankard dapat menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga. Untuk itu pasien harus dipindahkan secara perlahan dan cermat. Segera setelah pasien dipindahkan ke barankard atau tempat tidur, gaun pasien yang basah (karena darah atau cairan lainnnya) harus segera diganti dengan gaun yang kering untuk menghindari kontaminasi. Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti dan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury. Selain hal tersebut diatas untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan pasien. Selang dan peralatan drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat berfungsi dengan optimal. Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi dari dokter anastesi yang bertanggung jawab.

2. PERAWATAN POST ANASTESI DI RUANG PEMULIHAN (RECOVERY ROOM) Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus dirawat sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan). PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk : a. perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat anastesi) b. ahli anastesi dan ahli bedah c. alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.

27

Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang ada diantaranya adalah alat bantu pernafasan : oksigen, laringoskop, set trakheostomi, peralatan bronkhial, kateter nasal, ventilator mekanik dan peralatan suction. Selain itu di ruang ini juga harus terdapat alat yang digunakan untuk memantau status hemodinamika dan alat-alat untuk mengatasi permasalahan hemodinamika, seperti : apparatus tekanan darah, peralatan parenteral, plasma ekspander, set intravena, set pembuka jahitan, defibrilator, kateter vena, torniquet. Bahan-bahan balutan bedah, narkotika dan medikasi kegawatdaruratan, set kateterisasi dan peralatan drainase.

Selain alat-alat tersebut diatas, pasien post operasi juga harus ditempatkan pada tempat tidur khusus yang nyaman dan aman serta memudahkan akses bagi pasien, seperti : pemindahan darurat. Dan dilengkapi dengan kelengkapan yang digunakan untuk mempermudah perawatan. Seperti tiang infus, side rail, tempat tidur beroda, dan rak penyimpanan catatan medis dan perawatan. Pasien tetap berada dalam PACU sampai pulih sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu tekanan darah stabil, fungsi pernafasan adekuat, saturasi oksigen minimal 95% dan tingkat kesadaran yang baik. Kriteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari PACU adalah : a. Fungsi pulmonal yang tidak terganggu b. Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat c. Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah d. Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang e. Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam f. Mual dan muntah dalam kontrol g. Nyeri minimal

3. TRANSPORTASI PASIEN KE RUANG RAWAT Transportasi pasien bertujuan untuk mentransfer pasien menuju ruang rawat dengan mempertahankan kondisi tetap stabil. Jika anda dapat tugas mentransfer pasien, pastikan score post anastesi 7 atau 8 yang menunjukkan kondisi pasien sudah cukup stabil. Waspadai hal-hal berikut : henti nafas, vomitus, aspirasi selama transportasi.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat transportasi klien : a. Perencanaan


28

Pemindahan klien merupakan prosedur yang dipersiapkan semuanya dari sumber daya manusia sampai dengan peralatannya. b. Sumber daya manusia (ketenagaan) Bukan sembarang orang yang bisa melakukan prosedur ini. Orang yang boleh melakukan proses transfer pasien adalah orang yang bisa menangani keadaan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi sselama transportasi. Perhatikan juga perbandingan ukuran tubuh pasien dan perawat. Harus seimbang. c. Equipment (peralatan) Peralatan yang dipersiapkan untuk keadaan darurat, misal : tabung oksigen, sampai selimut tambahan untuk mencegah hipotermi harus dipersiapkan dengan lengkap dan dalam kondisi siap pakai. d. Prosedur Untuk beberapa pasien setelah operasi harus ke bagian radiologi dulu dan sebagainya. Sehingga hendaknya sekali jalan saja. Prosedur-prosedur pemindahan pasien dan posisioning pasien harus benar-benar diperhatikan demi keamanan dan kenyamanan pasien. e. Passage (jalur lintasan) Hendaknya memilih jalan yang aman, nyaman dan yang paling singkat. Ekstra waspada terhadap kejadian lift yang macet dan sebagainya.

4. PERAWATAN DI RUANG RAWAT Ketika pasien sudah mencapai bangsal, maka hal yang harus kita lakukan, yaitu : a. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal setelah post operasi. b. Manajemen Luka Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan. c. Mobilisasi dini Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
29

d. Rehabilitasi Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala. e. Discharge Planning Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.

Ada 2 macam discharge planning : 1. Untuk perawat Berisi poin-poin discharge planning yang di berikan kepada klien (sebagai dokumentasi). 2. Untuk pasien Dengan bahasa yang bias dimengerti pasien dan lebih detail Merencanakan kepulangan pasien mempertimbngkan beberapa hal: 1. Home Care Preparation Memodifikasi lingkungan rumah sehingga tidak mengganggu kondisi klien 2. Client/Family Education Beri edukasi tentang kondisi klien. Cara merawat luka dan hal-hal yang harus dilakukan atau dihindari 3. Psychososial Preparation Memastikan hubungan interpersonal social dan aspek psikososial klien tetp terjaga. 4. Health Care Resources Pastikan bahwa klien dn keluarga mengetahui adanya pusat pelayanan kesehatan yang terdekat dari ruma klien, jadi jika dalam keadaan darurat bias segera ada pertolongan.

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF A. PENGKAJIAN

30

Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan diantaranya adalah kesadaran, kualitas jalan nafas, sirkulasi, dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit , kardiovaskuler, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang digunkan dalm pembedahan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OPERATIF 1. Gangguan pertukaran gas b.d efek samping dari anaesthesi. 2. Kerusakan integritas kulit b.d luka post operasi 3. Nyeri akut b.d proses pembedahan

C. TUJUAN , KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI 1. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas b.d efek samping dari anaesthesi.

Tujuan : kerusakan per-tukaran gas tidak terjadi Kriteria hasil : Status neurologis DBN Dispnea tidak ada PaO2, PaCO2, pH arteri dan SaO2 dalam batas normal Tidak ada gelisah, sianosis, dan keletihan intervensi : Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman dan usaha nafas. Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
Pantau hasil gas darah dan kadar elektrolit

Pantau status mental Observasi terhadap sianosis, terutama membran mukosa mulut Pantau status pernapasan dan oksigenasi Jelaskan penggunaan pengisap,spirometer) alat bantu yang diperlukan (oksigen,

Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi

31

Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misal: bunyi napas, pola napas, sputum,efek dari pengobatan) Berikan oksigen atau udara yang dilembabkan sesuai dengan keperluan

2. Diagnosa

: Kerusakan integritas kulit b.d luka post operasi : kerusakan integritas kulit tidak terjadi :

Tujuan Kriteria hasil

Kerusakan kulit tidak adaEritema kulit tidak ada Luka tidak ada pus Suhu kulit DBN

Intervensi : Ganti balutan plester dan debris Cukur rambut sekeliling daerah yang terluka, jika perlu Catat karakteristik luka bekas operasi Catat katakteristik dari beberapa drainase Bersihkan luka bekas operasi dengan sabun antibakteri yang cocok Rendam dalam larutan saline yang sesuai Berikan pemeliharaan lokasi IV
Sediakan pemeliharaan luka bekas operasi sesuai kebutuhan

Berikan pemeliharaan kulit luka bernanah sesuai kebutuhan


Gunakan unit TENS (Transcutaneous Elektrikal Nerve Stimulation) untuk

peningkatan penyembuhan luka bekas operasi yang sesuai Gunakan salep yang cocok pada kulit/ lesi, yang sesuai
Balut dengan perban yang cocok

Pertahankan teknik pensterilan perban ketika merawat luka bekas operasi Periksa luka setiap mengganti perban
32

Bandingkan dan mencatat secara teratur perubahan-perubahan pada luka

Jauhkan tekanan pada luka Ajarkan pasien dan anggota keluarga prosedur perawatan luka

3. Diagnosa

: Nyeri akut b.d proses pembedahan\ : Nyeri dapat teratasi :

Tujuan Kriteria hasil

Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3 Ekspresi wajah tenang klien dapat istirahat dan tidur

Intervensi : Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ). Observasi reaksi NV dr ketidak nyamanan. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis). Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri. Evaluasi tindakan pengurang nyeri Monitor TTV

D. EVALUASI
33

Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahnkan status kesehatan , seperti adanya peningkatan proses penyembuhan luka, system sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, system eliminasi, serta tidak ditemukn tanda kecemasan lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

http://robbybee.wordpress.com/2009/02/25/keperawatan-post-operatif/ http://rosalinameisuri.blogspot.com/2011/08/konsep-dasar-keperawatan-perioperatif.html

34

You might also like