You are on page 1of 16

PAPER KAJIAN KURIKULUM FISIKA SEKOLAH SEJARAH KURIKULUM PENDIDIKAN INDONESIA

Disusun Oleh: Dinar Angga Sari (08302241012) Jaya Nor Fitriana (08302241013) Endah Susilowati (08302241019)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010

Abstract At the beginning of curriculum is formed in 1947, it was called by Rentjana Pembelajaran (learning plan) 1947. This curriculum in the past time continued the curriculum that had been used by Netherlands because it is still in process fighting to take independence of indonesia. The main charateristic of this curriculum is more pushed in forming the charateristic of the humans who have similar position with the other nation. After Rentjana pembelajaran (Learning Plan) 1947, in 1952 the indonesias curriculum experienced completing and it was called by Rentjana Pelajaran 1952. The charateristic of this curriculum is every lessons have to pay attention the content of the lessons that is relationed with the daily life. After 1952, beginning 1964 the government recompleting the education curriculum system in indonesia It was called by Rentjana Pendidikan (Learning Plan) 1964. The charateristic of this curriculum is the learning process is centered in Pancawardhana program. It was development of morality, intelligence, emotionality and body. The curriculum 1968 is refreshing of the curriculum 1964 that it is the change of education structure from pancawrdhana into development of the five basic principles of the Republic of Indonesia (Pancasila) soul, basic knowledge and particular skill. The learning is directed on activities to improve the intellegence, skill and development of the healthy physical and strong. The curriculum 1975 as the curriculum subtituter 1968 that pushed in the aim, in order to the education is more efficient and effective. The curriculum 1984 used the process of skill approach. Although give priority to process approach, but the aim factors is important. The curriculum is often called by the curriculum 1975 that is completed. The position of students is placed as subject of study. From the observe something, grouped, discussed until reported. The model is called by Cara Belajar Siswa Aktif ( The Learning methods of active student) CBSA. The curriculum 1994 is used as the effort to fuse the previous curriculums and the completing of curriculum 1984 and it was held like law number 2 year 1989 about national education system. This condition impacted on system of the lessons time division. Because it change from system of the 6 months into 4 months. By the system 4 months that its division in one year change into 3 steps is hoped could give the chance for students to accept the more material of lessons. The main charateristic in curriculum 1994 is The steps division of lessons in the school is changed into 4 months system, The learning in school more phused the material of lessons that is enough soil (oriented to material of lessons / content), The curriculum 1994 has charateristic using one system of curriculum to all student in indonesia. The curriculum allow the school to improve the teaching by itself and it is adaptabled with the surroundings and the requirement of people. In the activities , teacher have to choose and use the strategies that involve the student actively in study by give the problems that need the opened answer and research, In learning, the lessons have to be adaptabled with the charateristic of concept and the improvement of the thinking way of students so wiil result in the harmony of the concept understanding and teaching that push on skill to solve and finish the problems. The teaching from the real things to the abstract things, or easy to difficult and simple to complex. Reviewing

the material that is reputed difficult to consolidation the understanding. (KBK) Competence based curriculum is a set of plans and setting about competence and learning outcomes that have to be reached by students, assessment, learning activity and development the education sources in curriculum improvement of school. The charateristic of this curriculum according ti DEPDIKNAS (2002) are Pushed on the success of the competence the students individually or classically. Oriented on the learning outcomes and the variety. Theaching use the approachment and variety metods Learning resources is not only teacher but also the other education unsure. The next curriculum is KTSP or education unit level of curriculum that is implementation form of law number 20 year 2003 about national education system. Substantionally, the curriculum of education unit leve is according to government law number 19 year 2005. But the content and direction of learning development is still has the charateristic success in packages competence and they are. The next curriculum is KTSP or education unit level of curriculum that is implementation form of law number 20 year 2003 about national education system. KTSP has the similar charaterstic with KBK. The difference between KBK and KTSP are in KTSP the schools is given authority fully in compose the education planing refer to standard, begin at the aim, vision and mision, structure and contents of curriculum, learning burden, education calender until the sylabus development. A. Pengertian Kurikulum Dalam banyak literature kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman belajar. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut. Pengertian kualitas pendidikan di sini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil belajar dan proses pendidikan yang harus dimiliki dan dialami peserta didik. Kurikulum dalam bentuk fisik ini seringkali menjadi fokus utama dalam setiap proses pengembangan kurikulum karena menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil keputusan yang digunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum sebagai suatu pengalaman.

Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam definisi kurikulum sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran tertentu tentang kualitas pendidikan yang diharapkan. Perbedaan pemikiran atau ide akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kurikulum yang dihasilkan, baik sebagai dokumen maupun sebagai pengalaman belajar Pengertian kurikulum berdasarkan UU No 20 tahun 2003 pasal 19 ayat 1 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (http://abinissa.wordpress.com/2007/11/20/sejarah-kurikulum-indonesia/) B. Sejarah Kurikulum Indonesia Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia sering mengalami perubahan setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. (http://www.gamalielschool.org/index.php? option=com_content&view=artice&id=28:evolusi-kurikulumpendidikanindonesia&catid=3:kurikulum& Itemid =11). Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945. (http://zamzamisaleh.blogspot.com /2010/03/sejarahperkembangan

kurikulum.html). Berikut kurikulum-kurikulum yang pernah dan sedang diterapkan di dalam sistem pendidikan di indonesia :

1. Rentjana Peladjaran 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda artinya rentjana peladjaran. Saat itu kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Peladjaran 1947 yakni sebutan kurikulum saat itu merupakan pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dengan bangsa lain. (http://www.gamalielschool.org/index.php? option=com_content&view=article&id=28:evolusi-kurikulum-pendidikanindonesia&catid=3:kurikulum &Itemid=11). Pendidikan berubah dari orientasi pendidikan Belanda ke

kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rentjana Peladjaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajaran. watak, Rentjana kesadaran dan Peladjaran bernegara 1947 dan mengutamakan perhatian pendidikan

bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, terhadap kesenian pendidikan jasmani. (http://abinissa.wordpress.com/2007/11/20/sejarah-kurikulum-indonesia/)
2. Rentjana Peladjaran Terurai 1952

Setelah Rentjana Peladjaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Peladjaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional, lebih merinci dan silabus mata pelajarannya jelas sekali. Ciri yang paling menonjol dan sekaligus ciri

dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan seharihari. (http://www.gamalielschool.org/index.php?option=com.content& view=article&id=28:evolusi-kurikulum-pendidikan-indonesia&catid=3: kurikulum &Itemid=11). 3. Rentjana Pendidikan 1964 Menjelang tahun 1964, dilakukan kembali penyempurnaan sistem kurikulum di Indonesia, yang hasilnya dinamakan Rentjana Peladjaran 1964. Yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah penekanan pada pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional / artistik, keprigelan, dan jasmani. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. (http://www.gamalielschool.org/index.php? option=com.content&view =article&id=28:evolusi-kurikulum-pendidikanindonesia&catid=3: kurikulum &Itemid=11).
4. Rencana Pendidikan 1968 atau kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasandan keterapilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. (http://www.scribd.com/doc/15072980/Perjalanan-Kurikulum-DiIndonesia)

Kurikulum 1968 bertujuan membentuk manusia pancasila sejati yang menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan kurikulum bulat. Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. (http://dedidwitagama.wordpress.com/2008/03/24/tentangkurikulum-indonesia/) 5. Kurikulum 1975 Sebagai pengganti kurikulum 1968 adalah kurikulum 1975. Dalam kurikulum ini menggunakan pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), mengarah kepada tercapainya tujuan spesifik, yang dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Dalam pelaksanaannya banyak menganut psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon dan latihan. (http://www.gamalielschool.org/index.php? option=com_content&view=article&id=28:evolusi-kurikulum-pendidikanindonesia&catid=3:kurikulum &Itemid=11) Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Pada zaman ini dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi, yaitu; petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Pada kurikulum 1975 fokus pelajaran pada matematika, pancasila dan kewarganegaraan. Menurut kurikulum ini, dalam menyusun kurikulum fisika ( waktu itu disebut Ilmu Alam ), perlu memperhatikan tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus;

baru kemudian langkah pembelajaran dan isi fisiska yang mau diajarkan. Dalam merumuskan tujuan instruksional khusus, harus sampai pada kemampuan siswa untuk dapat melakukan sesuatu setelah mereka mempelajari bahan fisika tertentu. Misalnya, siswa dapat merangkaikan rangkaian paralel secara benar; siswa dapat menghitung besarnya tahanan keseluruhan pada rangkaian paralel secara benar. (Suparno, Paul. 2009. Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan KTSP. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma). Guru disibukkan dengan menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian indonesia/) 6. Kurikulum 1984 Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). (http://zamzamisaleh.blogspot.com/2010/03/sejarah-perkembangankurikulum.html) Pendekatan CBSA di dalam kelas terdapat kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa (melibatkan siswa secara aktif). Hanya saja kadar keterlibatan siswa itulah yang berbeda. Kalau dahulu guru lebih banyak menjejalkan fakta, informasi atau konsep kepada siswa, akan tetapi saat ini dikembangkan suatu keterampilan untuk memproses perolehan siswa. Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984. (http://dedidwitagama.wordpress.com/2008/03/24/tentang-kurikulum-

terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu, betapapun sederhananya. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif. Hakekat terjadinya: Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya keterampilan Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan (http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/pendekatancbsa/). Pendekatan CBSA sangat mempengaruhi bagaimana para guru fisika merencanakan pembelajaran dan juga menyajikan pelajaran fisika di kelas. Yang khas pada zaman itu adalah dalam mengajarkan fisika, siswa harus diajak aktif, melakukan aktivitas yang nyata. Maka model siswa melakukan eksperimen, mengerjakan soal, melakukan proyek bersama sangat menonjol. Dalam mengajarkan suatu teori, guru perlu membantu siswa untuk mencermati proses terjadinya. Proses menemukan teori ini sangat penting karena dengan demikian siswa diharapkan sungguh mengerti secara mendalam. Kesulitan yang kadang muncul adalah sering guru membiarkan siswa bergulat dengan proses, dan tidak membantu siswa sampai menemukan yang dicari. Maka banyak siswa tidak mencapai kompetensi yang diharapkan sehingga muncul sindiran, CBSA= cah bodo saya akeh (anak yang bodoh semakin banyak). (Suparno, Paul. 2009. Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan KTSP. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma). CBSA adalah proses keterlibatan intelektualemosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut: Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan, diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul permasalahan. Kurikulum 1994 yang berorientasi pada isi, menekankan pada banyaknya bahan fisika yang diajarkan di SMA. Oleh karena bahan fisika yang diajarkan sangat banyak, dan waktunya sering tidak cukup, maka muncullah model pembelajaran ceramah ketat dan hafalan. Meskipun bahan selesei, tetapi siswa tetap siswa tidak mengetahui bahan itu. (Suparno, Paul. 2009. Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan KTSP. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma). Permasalahan ini

mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1999. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu; Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa. Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran. (http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/16/bagaimanakah-perjalanankurikulum-nasional-pada-pendidikan-dasar-dan-menengah/) 8. Kurikulum 2004 Kurikukum yang dikembangkan pada tahun 2004 diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan kurikulum sumber daya pendidikan kompetensi dalam dalam pengembangan sekolah. Rumusan

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten. Pendidikan dengan standar berbasis performance kompetensi yang telah menitikberatkan ditetapkan. pada pengembangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu sesuai Kompetensi

merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum adalah sebagai berikut; a. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks. b. Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten.
c. Kompeten merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang

menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran. d. Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur. Penerapan pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi di tingkat global. KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, maupun klasikal.

metode yang bervariasi. yang memenuhi unsur edukatif. penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. kelas dan semester.

Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Guru akan menggunakan indikator sebagai dasar untuk menilai apakah
(http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/16/bagaimanakahperjalanan-kurikulum-nasional-pada-pendidikan-dasar-danmenengah/)

pelajaran pada setiap level.

siswa telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.

Dalam bidang fisika, kurikulum juga disusun dengan pertama-tama memperhatikan kompetensi fisika apa yang perlu dikuasai siswa dalam mempelajari topik fisiska tertentu. Setelah ditentukan kompetensi yang perlu dipunyai siswa, barulah dicari indikator pencapaiannya, dan dipilih bahan yang sesuai. Jadi perencanaan kurikulum fisika bukan mulei dari bahannya apa, tetapi dari kompetensi yang diharapkan apa. Dari pemerintah pusat telah dibuatkan standar kompetensi belajar fisika di SMA, guru tinggal mempelajari, memperluas, dan mengajarkannya. Yang menarik pada saat itu adalah munculnya buku-buku teks fisika lama, yang dengan cepat diganti model kompetensi. Maka siswa harus berganti buku teks yang baru. Oleh karena buku-buku lain juga diganti model KBK, maka siswa SMA hrus membeli buku teks macam-macam yang banyak. Maka mulei ada keluhan tentang mahalnya buku teks di SMA. (Suparno, Paul. 2009. Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan KTSP. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma). 9. Kurikulum 2006 ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Awal 2006 KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini

disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengembangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (http://zamzamisaleh.blogspot.com/2010/03/sejarah-perkembangankurikulum.html). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah . Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL. Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari

perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan)

DAFTAR PUSTAKA
Suparno, Paul. 2009. Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan KTSP. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma http://abinissa.wordpress.com/2007/11/20/sejarah-kurikulum-indonesia/ diakses pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.33 WIB http://dedidwitagama.wordpress.com/2008/03/24/tentang-kurikulum-indonesia/ diakses pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.24 WIB http://www.gamalielschool.org/index.php? option=com_content&view=artice&id=28:evolusi-kurikulumpendidikanindonesia&catid=3:kurikulum& Itemid =11 diakses pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.28 WIB http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan diakses pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.20 WIB http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/pendekatan-cbsa/ diakses pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.17 WIB http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/16/bagaimanakah-perjalanan-kurikulumnasional-pada-pendidikan-dasar-dan-menengah/ diakses pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.19 WIB http://www.scribd.com/doc/15072980/Perjalanan-Kurikulum-Di-Indonesia diakses pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.08 WIB http://zamzamisaleh.blogspot.com/2010/03/sejarah-perkembangankurikulum.html diakses pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.32 WIB

You might also like