You are on page 1of 2

Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

M. Zubair Al Kaubraa 1206249201

Judul Data Publikasi

: Awal Perkembangan Islam dan Organisasi Islam di Indonesia : HD, Kaelany. 2008. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press. Ricklefs, M.C. 2001. A History of Modern Indonesia since c.1200, 3rd Edition. London: Macmillan.

Perkembangan Islam di Indonesia bisa dibilang sebagai sebuah bagian dari sejarah panjang Indonesia yang paling signifikan. Dikabarkan bahwa jauh sebelum Islam diterima oleh masyarakat lokal di Nusantara, para pedagang Muslim telah hadir di wilayah Nusantara. Namun, kapan tepatnya, dan bagaimana Islam masuk ke Indonesia telah menjadi perdebatan di kalangan para cendekiawan. Ada dua penyebab umum tentang bagaimana Islam masuk ke Indonesia; masyarakat asli Indonesia berhubungan dengan Islam dan kemudian masuk Islam dan/atau pendatang dari luar (Arab, Cina, India dan lain-lain) yang memang telah beragama Islam kemudian tinggal di wilayah Nusantara, lalu menikah, atau dengan mengadopsi cara hidup orang Indonesia dan kemudian menjadi orang Jawa, orang Melayu dan sebagainya. Namun berdasarkan kesimpulan yang diambil dalam seminar Masuknya Islam di Indonesia yang berlangsung pada tanggal 17 s.d. 20 Maret 1963 di Medan, Islam pertama kali masuk ke wilayah Indonesia semenjak abad ke-7 Masehi atau abad pertama Tahun Hijriah. Meskipun Islam telah menyentuh pada masa itu Islam baru mulai menyeluruh Nusantara pada abad ke-13 Masehi dan sudah menyebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi dll. Semenjak itu masyarakat Muslim dari berbagai wilayah di Nusantara ikut serta secara aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia serta melawan penjajah. Cara yang dilakukan mulai dari mengangkat senjata sampai tergabung dalam organisasi organisasi Islam maupun partai politik. Pada abad 16 sampai abad 20, umat Islam menghadapi tantangan para penjajah dan mengadakan perlawanan bagi fase penjajahan. Contohnya ketika fase persaingan dagang. Kala itu Kerajaan Islam di Demak melawan Portugis di Malaka (1512). Selain itu Sultan Khairuddin dan Sultan Babullah yang

melawan Portugis di Ternate. Lalu Aceh melawan Portugis di Malaka, dan Sultan Hasanuddin dari Gowa dan Tallo yang melawan VOC. Kemudian ketika fase penetrasi dan agresi. Sultan Agung (Mataram) menyerang Batavia pada 1627 dan 1629; Sultan Ageng Tirtayasa bersama Syekh Yusuf dari Mataram yang melawan penetrasi VOC ke Banten pada 1680; Kesultanan Aceh melawan agresi Hindia Belanda pada 1873 sebagai awal dari perjuangan Aceh yang terus menerus melakukan perlawanan terhadap Belanda. Selanjutnya pada fase perluasan daerah jajahan. Masyarakat melakukan perlawanan pada penjajah seperti ketika Perang Diponegoro dari 1825 sampai 1830. Contoh lain adalah ketika terjadinya Perang Padri di Sumatra Barat. Contoh yang lain adalah ketika fase penindasan. Pada 1886, terjadi Geger Cilegon yaitu sebuah pemberontakan yang dipelopori oleh petani dibawah bimbingan kaum ulama. Peristiwa itu menjadi sebuah contoh dari peran ulama yang sangat besar di berbagai wilayah di Nusantara. Islam selalu mengajarkan umat untuk mencintai tanah airnya sendiri. Hal itu menjadi sebuah pemicu bagi umat untuk melakukan perlawanan terhadap bangsa penjajah serta melahirkan banyak pemimpin pemimpin Muslim besar di Indonesia dan salah satu penyebab dari lahirnya masa Pergerakan Nasional (19001945). Pada 16 Oktober 1905, berdirilah Sarekat Dagang Islam yang dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta yang kemudian pada tanggal 10 September 1912, Sarekat Dagang Islam berganti nama menjadi Sarekat Islam. Organisasi tersebut pada awalnya bertujuan sebagai wadah para pedagang Muslim dan Pribumi. Kemudian organisasi tersebut tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi namun juga dalam bidang politik. Sarekat Islam dipandang sebagai pelopor pergerakan partai Islam yang banyak menanamkan kesadaran politik kebangsaan. Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, umat Islam memberikan berbagai kontribusi penting baik melalui organisasi kemasyarakatan maupun melalui partai politik. Partai partai kebangsaan dan/atau politik lain yang berlandaskan Islam diantaranya; Persatuan Muslimin Indonesia (Permi, 1930), Partai Islam Indonesia (PII), Muhammadiyah (1912), Persatuan Islam (Persis, 1923), Persatuan Umat Islam (PUI, 1925), Nahdlatul Ulama (NU, 1929), Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI, 1937) serta partai politik Masyumi yang seelumnya merupakan Majelis Syuro (1945). Sampai saat ini, umat Islam masih turut mengisi kemerdekaan. Dalam mengisi kemerdekaan, umat Islam bersama pemerintah berusaha membangun Negara di bidang ekonomi, sosial budaya keamanan, dan lain lain. Selain itu umat Islam juga berperan dalam mencerdaskan bangsa melalui lembaga sosial, pendidikan, dan sebagainya.

You might also like