You are on page 1of 28

Skenario Biostatistik Epidemiologi 1

Di pagi tanggal 1 november, 1979, selama perjalanan haji ke makkah, Tim investigasi ditugaskan untuk menyelidiki kasus sakit perut dan diare yang dialami misi Kuwaiti medical di holy masjid sebelum mengelilingi KAbah. Dia telah mempelajari bahwa kejadian yang sama telah berkembang ke anggota misi. Pada malam ke mina diia berinisiatif untuk melakukan penyelidikan. Tim investigasi telah menginterviu beberapa anggota misi yang sakit untuk mengettahui karakteritik yang sakit. Berdasarkan interviu ini, Tim secara cepat menyiapkan sebuah kuisioner dan mengadakan interviu dengan 112 anggota misi. Total dari 66 kasus yang sakit tadi diidentifikasi, 2 telah sakit di Kuwait sebelum dimulai perjalanan haji dan 64 telah mengalami sakit sejak sore 31 Oktober. Deskripsi perjalanan haji Misi Kuuwait medical, terdiri dari 112 anggota, menempuh perjalanan dengan bus dari Kuwait ke Mekkah. Pada 30 Oktober semua anggota misi telah menginap di Mina. Pada waktu matahari terbit 31 Oktober mereka telah berangkat ke Arafah, dimana pada pukul 8.00 a.m. mereka telah minum the dengan atau tanpa susu untuk minum pagi. Susu tadi telah disiapkan segera sebelum dikonsumsi dengan mencampur bubuk susu dengan air panas. Sisa hari mereka tadi telah digunakan untuk melaksanakan ibadah. Pada jam 2.00 p.m., makan siang disajikan untuk semua anggota misi yang ingin makan. Makanan khas Kuwait terdiri dari tiga jenis: nasi, daging, dan saus tomat. Sebagian besar anggota misi mengkonsumsi semua jenis makanan tadi. Makan siang telah disiapkan di Mina pada 30 Oktober dan diantar ke Arafah oleh truk pagi 31Oktober. Pada waktu matahari terbit 31 Oktober misi kembali ke Mina. Deskripsi klinis Investigator mengidentifikasi total 66 kasus GE. Onset kasus tadi akut, ditandai kebanyakan oleh diare dan nyeri perut. Nausea, vomitus, dan darah dalam tinja terjadi tidak sering. Tidak ada kasus pasien yang dilaporakan dengan demam. Semua pulih dalam 12-24 jam. Kira-kira 20% telah meminta pertolongan klinis. Invertigator tidak memperoleh specimen tinja untuk pemeriksaan. Investigator menemukan bahwa 64 kasus mulai sakit selama perjalanan haji, semua yang telah makan siang di Arafah pada pukul 2.00 p.m. pada 31 Oktober. 15 anggota misi tidan makan siang: tidak ada yang sakit.

Pada table 1 informasi yang telah dikumpulkanm oleh investigator. Dua anggota yang sakit sebelum 31 Oktober telah dikeluarkan. 15 anggota yang tidak makan tidak termasuuk dalam table tersebut. Makan siang yang tadi disajikan di Arafah pada pukul 2.00 p.m. pada 31 Oktober disiapkan pada pukul 10.00 p.m. malam sebelum ke Mina. Makanan itu terdiri dari nasi yang dimasak, sebongkah danging yang digoreng dengan minyak, dan saus tomat yang telah disiapkan dari tomat segar yang diiris. Nasi yang telah dimasak tadi ditempatkan di dalam dua pot besar dan daging dibagi diletakkan di atas pot. Saus tomat disimpan dalam pot ketiga. Pot dilapisi dengan tutup logam dan ditempatkan didalam tempat terbuka diantara beberapa batu dekat dapur sepanjang malam. Mereka beranggapan tidak ada yang akan menjamah selama waktu itu. Pagi-pagi tanggal 31 Oktober, pot-pot diantar ke Mina ke Arfah dimana makanan itu berada dalam truk sampai jam 2.00 p.m. temperature di Arafah paad waktu siang hari itu 35 derajat C. Makanan tidak didinginkan dari persiapan sampai waktu dikonsumsi. Juru masak dan orang lain yang menolong mempersiapkan makan tadi secara intensif diinterviu berkaitan dengan setiap kesakitan tadi sebelum atau pada waktu persiapan. Semua orang yang diinterviu menyangkai ada yang sakit dan telah mengetahiu tidak ada yang sakit diantara semua anggota yang menyiapkan makanan. Tidak ada specimen diperoleh untuk dari juru masak untuk pemeriksaan laboratorium. Anda sebagai dokter dalam Tim tsb, diminta untuk melakukan investigasi kasus ini. Table 1 Selected characteristics of Kuwait medical mission members who are ate lunch at Arafat, Saudi Arabia , October 31, 1979 Id # 3 1 7 7 8 1 8 6 1 5 1 Se Age x 36 28 33 29 38 48 M M M M M M Onset of Illness Date Hour Oct,31 5 p.m. Oct,31 5 p.m. Oct,31 10 p.m. Oct,31 10 p.m. Oct,31 10 p.m. Oct,31 10 p.m. Foods Sign/Symptom* Rice Meat TS* D C BS N x x x x x x x x x x x x x x D D D D D D C C C C BS C N BS V F

7 1 8 3 5 8 8 7 6 7 1 1 2 7 2 8 2 9 3 0 5 0 5 9 6 7 7 2 7 3 6 0 6 1 5 1 5 2 5 8 2 2 2 5 3

35 30 27 29 50 39 36 44 48 35 29 51 40 58 28 31 38 32 37 30 35 30 50

M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M

Oct,31 10 p.m. Oct,31 11 p.m Oct,31 11 p.m Oct,31 11 p.m Oct,31 12 p.m. Nov,1 1 a.m. Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 1 a.m. 1 a.m. 1 a.m. 2 a.m. 2 a.m. 2 a.m. 2 a.m. 3 a.m. 3 a.m. 3 a.m. 3 a.m. 3 a.m. 3 a.m. 3 a.m. 3 a.m. 3 a.m. 3 a.m.

x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

x x x x x x x x x x x x

D D D D D D D D D D D D D

C C C C C C C C C C C BS N BS V

x x x x x

D D D D D D

C C C BS C V

x x x x

D D D D

C C C C

2 3 8 7 9 8 0 3 7 6 5 6 6 8 7 8 9 9 0 9 1 9 2 7 0 2 2 1 4 0 7 8 8 2 8 3 8 4 1 4 1 6 9 3 9

26 29 28 30 34 45 41 43 43 38 37 31 34 38 38 27 39 40 34 52 40 30 39

M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M

Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1

3 a.m. 3 a.m. 3 a.m. 4 a.m. 4 a.m. 4 a.m. 4 a.m. 4 a.m. 4 a.m. 4 a.m. 4 a.m. 5 a.m. 5 a.m. 5 a.m. 5 a.m. 5 a.m. 5 a.m. 5 a.m. 5 a.m. 6 a.m. 6 a.m. 6 a.m. 6 a.m.

x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

x x x x

D D D D D D

C C C

C C C C C C C C C

BS

x x x x x x x x x x x x

D D D D D D D D D D D D D

C C C C

x x x x

D D D D C C BS

4 3 3 3 4 8 5 4 3 6 9 4 5 3 1 2 7 4 7 5 9 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 3 1 9 2 0 2 3 2 4 2 6 3 6 3

55 28 38 38 30 30 45 29 22 44 45 40 38 52 35 27 40 40 50 38 38 29 27 47 60 27

M M M M M F F F F M M M F F F F F F M M M M M M M M

Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Nov,1 Well Well Well Well Well Well Well Well Well Well Well Well Well Well

7 a.m. 7 a.m. 7 a.m. 9 a.m. 9 a.m. 10 a.m. 10 a.m. 1 p.m. 2 p.m. 2 p.m. 5 p.m. 11 p.m

x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

x x

D D D D

C C C C C C C C C

D D D

x x x x x x x x x x x x x x x x D D D

BS C

9 4 1 30 M Well 4 2 38 M Well 4 4 50 M Well 4 5 27 M Well 4 6 31 M Well 4 7 46 M Well 4 8 38 M Well 4 9 36 M Well 5 3 36 M Well 5 4 27 M Well 5 5 40 M Well 5 6 30 M Well 5 7 25 M Well 6 2 50 M Well 6 3 44 M Well 6 4 47 M Well 6 8 31 M Well TS* Tomato sauce, D= Diarrhea; F=Fever A. Klarifikasi Istilah
1. 2.

x x x x x x x x x x x x x x x x

x x x x x x x

x x x x x x

x x x x x x x x x x x

x x x C=Cramps; BS: Blood in stool; N= Nausea; V=Vomiting,

Nyeri perut Diare

: Sensasi tidak menyenangkan di daerah abdomen. : Frekuensi BAB lebih dari tiga kali dalam sehari dengan

konsistensi tinja yang cair.

3. 4. 5. 6.

GE Nausea Vomitus Darah dalam tinja

: Radang pada lambung dan usus. : Keinginan untuk muntah. : Pengeluaran isi lambung dari mulut. : Darah yang beasal dari saluran pencenaan

B. Identifikasi masalah

1. Apakah kasus tersebut sudah termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB) ? 2. Apakah jenis KLB pada kasus ? 3. Apakah faktor penyebab dari KLB pada kasus ? C. Analisis masalah I. Penetapan Investigasi di Lapangan :
-

Menyiapkan pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan kasus (literature) sebagai landasan teori untuk mengetahui kemungkina penyebab yang paling berpengaruh dengan kasus.

Administrasi (prosedur administrasi) perlengkapan

: Membuat surat izin, surat tugas dan

Konsultasi (peran masing-masing petugas yang turun ke lapangan) : Pembagian tugas yang jelas dan ada penanggung jawab untuk masing-masing tugas. Menentukan siapa kontak person saat di lapangan.

Membuat kuosioner :

Informasi Identitas

: No kasus, usia

Contoh kuisoner : Hari / Tanggal : NO. RESPONDEN : Kuesioner terdiri dari 5 soal yang berisi pilihan ganda, beri tanda pada kolom IDENTITAS PRIBADI : .

Usia

Jenis Kelamin :

1. Keluhan bapak/ibu : (boleh lebih dari satu) Mual muntah nyeri perut diare ada darah dalam tinja demam

2. Kapan mulai merasakan keluhannya : 31 Oktober 1 November

3. Waktu serangan : 1 a.m 2 a.m 3 a.m 4 a.m 5 a.m Lainnya :

4. Lama serangan : 15mnt 30mnt 45mnt 1 jam 1,5jam Lainnya :

5. Riwayat konsumsi makanan : (boleh lebih dari satu) Nasi daging saus tomat Lainnya :

Informasi Karakteristik demografi Informasi Klinis waktu timbul gejala Informasi Faktor resiko Informasi Pelapor

: Umur, jenis kelamin, ras : Tanda dan gejala, tanggal dan : Informasi kemungkinan penyebab

II.

Pengambilan Data : Pengambilan data untuk memastikan jumlah penderita dan menyimpulkan telah adanya KLB.

Outbreak atau KLB adalah peningkatan insidensi kasus yang melebihi ekspektasi normal secara mendadak pada suatu komunitas, di suatu tempat terbatas, misalnya desa, kecamatan, kota, atau institusi yang tertutup pada suatu periode waktu tertentu. Outbreak terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara penjamu, agen, dan lingkungan: (1) Keberadaan patogen (agen yang menimbulkan penyakit) dalam jumlah cukup untuk menjangkiti sejumlah individu; (2) Terdapat modus transmisi patogen yang cocok kepada individu-individu rentan; (3) Terdapat jumlah yang cukup individu-individu rentan yang terpapar oleh patogen. Dalam menentukan outbreak perlu batasan yang jelas tentang komunitas, daerah, dan waktu terjadinya peningkatan kasus. Untuk dapat dikatakan outbreak/ epidemi, jumlah kasus tidak harus luar biasa banyak dalam arti absolut, melainkan luar biasa banyak dalam arti relatif, ketika dibandingkan dengan insidensi biasa pada masa yang lalu, disebut tingkat endemis. Segelintir kasus bisa merupakan epidemi jika muncul pada kelompok, tempat, dan waktu yang tidak biasa. Hakikatnya outbreak merupakan deviasi (penyimpangan) dari keadaan rata-rata insidensi yang konstan dan melebihi ekspektasi normal. Karena itu outbreak ditentukan dengan cara membandingkan jumlah kasus sekarang dengan rata-rata jumlah kasus dan variasinya di masa lalu (minggu, bulan, kuartal, tahun). Besar deviasi yang masih berada dalam ekspektasi normal bersifat arbitrer, tergantung dari tingkat keseriusan dampak yang diakibatkan bagi kesehatan masyarakat di masa yang lalu. Sumber data kasus untuk menenetukan terjadinya outbreak: (1) Catatan surveilans dinas kesehatan; (2) Catatan morbiditas dan mortalitas di rumah sakit; (3) Catatan morbiditas dan mortalitas di puskesmas; (4) Catatan praktik dokter, bidan, perawat; (5) Catatan morbiditas upaya kesehatan sekolah (UKS).

Kriteria menentukan wabah/KLB

Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal di suatu daerah Adanya peningkatan kejadian kesakitan atau kematian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah kesakitan atau kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) bergantung pada jenis penyakitnya

Adanya peningkatan kejadian kesakitan secara terus menerus selama 3 kurun waktu (jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya

Kriteria Untuk Wabah Akibat Keracunan Makanan

Ditemukannya dua atau lebih penderita penyakit serupa, yang biasanya berupa gejala gangguan pencernaan (gastrointestinal), sesudah memakan makanan yang sama

Hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan makanan sebagai sumber penularan Pada kasus, dari 110 anggota misi yang tidak mengalami tanda dan gejala GE

sebelum perjalanan haji, 64 orang atau sebanyak 58,2% mengalami tanda dan gejala GE selama perjalanan haji. Kejadian ini bisa dikatakan KLB jika persentase rata-rata kejadian yang sama (kasus GE) di masa lalu kurang dari angka tersebut.
III.

Penagakan Dignosis dan Diagnosis Tujuan dalam pemastian diagnosis adalah :


1. Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut 2. Untuk menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan

peningkatan kasus yang dilaporkan


3. Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi ,

distribusi ini penting untuk menggambarkan spektrum penyakit, menentukan diagnosis, dan mengembangkan definisi kasus
4. Kunjungan terhadap satu atau dua penderita

Sebagai diagnosis untuk mengetahui etiologi penyebab terjadinya KLB dengan penyakit GE yaitu :

1. Bakerial

Bakteri patogen dapat menginfeksi korbannya melalui pangan yang dikonsumsi. Dalam hal ini, penyebab sakitnya seseorang adalah akibat masuknya bakteri patogen ke dalam tubuh melalui konsumsi pangan yang telah tercemar bakteri. Untuk menyebabkan penyakit, jumlah bakteri yang tertelan harus memadai. Hal itu dinamakan dosis infeksi. Beberapa bakteri patogen yang dapat menginfeksi tubuh melalui pangan sehingga menimbulkan sakit adalah: a. Salmonella Salmonella merupakan bakteri Gram-negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil, dan tidak menghasilkan spora. Salmonella bisa terdapat pada bahan pangan mentah, seperti telur dan daging ayam mentah serta akan bereproduksi bila proses pamasakan tidak sempurna. Sakit yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella dinamakan salmonellosis. Cara penularan yang utama adalah dengan menelan bakteri dalam pangan yang berasal dari pangan hewani yang terinfeksi. Pangan juga dapat terkontaminasi oleh penjamah yang terinfeksi, binatang peliharaan dan hama, atau melalui kontaminasi silang akibat higiene yang buruk. Penularan dari satu orang ke orang lain juga dapat terjadi selama infeksi. Gejala keracunan yaitu pada kebanyakan orang yang terinfeksi Salmonella, gejala yang terjadi adalah diare, kram perut, dan demam yang timbul 8-72 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar. Gejala lainnya adalah menggigil, sakit kepala, mual, dan muntah. Gejala dapat berlangsung selama lebih dari 7 hari. Banyak orang dapat pulih tanpa pengobatan, tetapi infeksi Salmonella ini juga dapat membahayakan jiwa terutama pada anak-anak, orang lanjut usia, serta orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh. Penanganan untuk infeksi salmonella ini berupa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. b. Clostridium perfringens pertolongan yang dapat diberikan cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Lalu segera bawa korban

Clostridium perfringens merupakan bekteri Gram-positif yang dapat membentuk endospora serta bersifat anaerobik. Bakteri ini terdapat di tanah, usus manusia dan hewan, daging mentah, unggas, dan bahan pangan kering. Clostridium perfringens dapat menghasilkan 5 enterotoksin yang tidak dihasilkan pada makanan sebelum dikonsumsi, tetapi dihasilkan oleh bakteri di dalam usus. Gejala keracunan dapat terjadi sekitar 8-24 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar bentuk vegetatif bakteri dalam jumlah besar. Di dalam usus, sel-sel vegetatif bakteri akan menghasilkan enterotoksin yang tahan panas dan dapat menyebabkan sakit. Gejala yang timbul berupa nyeri perut, diare, mual, dan jarang disertai muntah. Gejala dapat berlanjut selama 12-48 jam, tetapi pada kasus yang lebih berat dapat berlangsung selama 1-2 minggu (terutama pada anak-anak dan orang lanjut usia). Penanganan pada infeksi ini tidak ada penanganan spesifik, kecuali mengganti cairan tubuh yang hilang. Tindakan pengendalian khusus terkait keracunan pangan akibat bakteri ini bagi rumah tangga atau pusat penjual makanan antara lain dengan melakukan pendinginan dan penyimpanan dingin produk pangan matang yang cukup dan pemanasan ulang yang benar dari masakan yang disimpan sebelum dikonsumsi. c. Escherichia coli Bakteri Escherichia coli merupakan mikroflora normal pada usus kebanyakan hewan berdarah panas. Bakteri ini tergolong bakteri Gram-negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora, kebanyakan bersifat motil (dapat bergerak) menggunakan flagela, ada yang mempunyai kapsul, dapat menghasilkan gas dari glukosa, dan dapat memfermentasi laktosa. Kebanyakan strain tidak bersifat membahayakan, tetapi ada pula yang bersifat patogen terhadap manusia, seperti Enterohaemorragic Escherichia coli (EHEC). Escherichia coli O157:H7 merupakan tipe EHEC yang terpenting dan berbahaya terkait dengan kesehatan masyarakat. E. coli dapat masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui konsumsi pangan yang tercemar, misalnya daging mentah, daging yang dimasak setengah matang, susu mentah, dan cemaran fekal pada air dan pangan. Gejala keracunan yang disebabkan oleh EHEC adalah kram perut, diare (pada beberapa kasus dapat timbul diare berdarah), demam, mual, dan muntah. Masa inkubasi berkisar 3-8 hari,sedangkan pada kasus sedang berkisar antara 3-4 hari.

2. Intoksikasi

Keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik bakteri patogen (baik itu toksin maupun metabolit toksik) disebut intoksikasi. Bakteri tumbuh pada pangan dan memproduksi toksin Jika pangan ditelan, maka toksin tersebut yang akan menyebabkan gejala, bukan bakterinya. Beberapa bakteri patogen yang dapat mengakibatkan keracunan pangan melalui intoksikasi adalah:
a. Bacillus Cereus

Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang, tergolong bakteri Gram-positif, bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. Keracunan akan timbul jika seseorang menelan bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam usus, atau seseorang mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin tersebut. Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare dan toksin yang menyebabkan muntah (emesis). Gejala keracunannya yaitu bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab diare, maka gejala yang timbul berhubungan dengan saluran pencernaan bagian bawah berupa mual, nyeri perut seperti kram, diare berair, yang terjadi 8-16 jam setelah mengkonsumsi pangan. Selanjutnya, bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab muntah, gejala yang timbul akan bersifat lebih parah dan akut serta berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas, berupa mual dan muntah yang dimulai 1-6 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar. Bakteri penghasil toksin penyebab muntah bisa mencemari pangan berbahan beras, kentang tumbuk, pangan yang mengandung pati, dan tunas sayuran. Sedangkan bakteri penghasil toksin penyebab diare bisa mencemari sayuran dan daging. Tindakan pengendalian khusus bagi rumah tangga atau penjual makanan terkait bakteri ini adalah pengendalian suhu yang efektif untuk mencegah pertunasan dan pertumbuhan spora. Bila tidak tersedia lemari pendingin, disarankan untuk memasak pangan dalam jumlah yang sesuai untuk segera dikonsumsi. Toksin yang berkaitan dengan sindrom muntah bersifat resisten terhadap panas dan pemanasan berulang, proses penggorengan pangan juga tidak akan menghancurkan toksin tersebut.
b. Clostridium Botulinum

Clostridium botulinum merupakan bakteri Gram-positif yang dapat membentuk spora tahan panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi. Toksin yang dihasilkan dinamakan botulinum, bersifat meracuni saraf (neurotoksik) yang dapat menyebabkan paralisis. Toksin botulinum bersifat termolabil. Pemanasan pangan sampai suhu 800 C selama 30 menit cukup untuk merusak toksin. Sedangkan spora bersifat resisten terhadap suhu pemanasan normal dan dapat bertahan hidup dalam pengeringan dan pembekuan. Gejala keracunan botulism berupa mual, muntah, pening, sakit kepala, pandangan berganda, tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri perut, letih, lemah otot, paralisis, dan pada beberapa kasus dapat menimbulkan kematian. Gejala dapat timbul 12-36 jam setelah toksin tertelan. Masa sakit dapat berlangsung selama 2 jam sampai 14 hari. Penanganan botulism ini tidak ada penanganan spesifik untuk keracunan ini, kecuali mengganti cairan tubuh yang hilang. Kebanyakan keracunan dapat terjadi akibat cara pengawetan pangan yang keliru (khususnya di rumah atau industri rumah tangga), misalnya pengalengan, fermentasi, pengawetan dengan garam, pengasapan, pengawetan dengan asam atau minyak. Bakteri ini dapat mencemari produk pangan dalam kaleng yang berkadar asam rendah, ikan asap, kentang matang yang kurang baik penyimpanannya, pie beku, telur ikan fermentasi, seafood, dan madu. Tindakan pengendalian khusus bagi industri terkait bakteri ini adalah penerapan sterilisasi panas dan penggunaan nitrit pada daging yang dipasteurisasi. Sedangkan bagi rumah tangga atau pusat penjualan makanan antara lain dengan memasak pangan kaleng dengan seksama (rebus dan aduk selama 15 menit), simpan pangan dalam lemari pendingin terutama untuk pangan yang dikemas hampa udara dan pangan segar atau yang diasap. Hindari pula mengkonsumsi pangan kaleng yang kemasannnya telah menggembung.
c. Staphilococcus Aureus

Terdapat 23 spesies Staphilococcus, tetapi Staphilococcus aureus merupakan bakteri yang paling banyak menyebabkan keracunan pangan. Staphilococcus aureus merupakan bakteri berbentuk kokus/bulat, tergolong dalam bakteri Gram-positif, bersifat aerobik fakultatif, dan tidak membentuk spora. Toksin yang dihasilkan bakteri ini bersifat tahan panas sehingga tidak mudah rusak pada suhu memasak normal. Bakteri dapat mati,

tetapi toksin akan tetap tertinggal. Toksin dapat rusak secara bertahap saat pendidihan minimal selama 30 menit. Pangan yang dapat tercemar bakteri ini adalah produk pangan yang kaya protein, misalnya daging, ikan, susu, dan daging unggas; produk pangan matang yang ditujukan dikonsumsi dalam keadaan dingin, seperti salad, puding, dan sandwich; produk pangan yang terpapar pada suhu hangat selama beberapa jam; pangan yang disimpan pada lemari pendingin yang terlalu penuh atau yang suhunya kurang rendah; serta pangan yang tidak habis dikonsumsi dan disimpan pada suhu ruang. Gejala keracunan dapat terjadi dalam jangka waktu 4-6 jam, berupa mual, muntah (lebih dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram perut hebat, distensi abdominal, demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat dapat timbul sakit kepala, kram otot, dan perubahan tekanan darah. Penanganan keracunannya adalah dengan mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah atau diare. Pengobatan antidiare biasanya tidak diperlukan. Untuk menghindari dehidrasi pada korban, berikan air minum dan lanjut, hubungi puskesmas atau rumah sakit terdekat. 3. Parasite 4. Virus d. Penegakan diagnosis faktor penyebab KLB Pada kasus, penegakkan diagnosis dilakukan dengan memperhatikan gejala dan tanda yang ditimbulkan dengan onset kejadian yang akut, serta menentukan etiologi untuk penyebab terjadinya KLB pada penyakit GE dapat dilihat dari masa inkubasi dari bakteri penyebabnya karena tidak adanya specimen tinja untuk pemeriksaan laboratorium. Dari 112 anggota misi, didapatkan total 66 kasus GE. Gejala diare dan cramp paling sering ditemukan, dibandingkan dengan nausea, vomitus dan darah dalam tinja yang jarang terjadi. Sedangkan tidak ada kasus pasien yang dilaporkan mengalami demam. Onset gejala akut dan pulih dalam 12-24 jam. e. Diagnosis Berdasarkan dari hasil yang dilihat dari penegakkan diagnosis diatas, maka dapat disimpulkan bahwa infeksi terjadi karena bakteri yang terdapat ada makanan yang dikonsumsi, larutan elektrolit yang banyak dijual sebagai minuman elektrolit dalam kemasan. Untuk penanganan leboih

sesuai dengan masa inkubasinya maka etiologi penyebab terjadinya GE pada kasus KLB ini berupa bakteri Clostridium perfringens.
IV.

Membuat Definisi Kasus Peneliti melakukan verifikasi apakah kasus-kasus yang dilaporkan telah didiagnosis

dengan benar (valid). Peneliti outbreak mendefinisikan kasus dengan menggunakan seperangkat kriteria sebagai berikut: (1) Kriteria klinis (gejala, tanda, onset); (2) Kriteria epidemiologis (karakteristik orang yang terkena, tempat dan waktu terjadinya outbreak); (3) Kriteria laboratorium (hasil kultur dan waktu pemeriksaan) Definisi kasus harus valid (benar), baku, dan sebaiknya seragam. Definisi kasus yang baku dan seragam penting untuk memastikan bahwa setiap kasus didiagnosis dengan cara yang sama, konsisten, tidak tergantung pada siapa yang mengidentifikasi kasus, maupun di mana dan kapan kasus tersebut terjadi. Definisi kasus yang baku memungkinkan dilakukannya perbandingan jumlah kasus penyakit yang terjadi di suatu waktu atau tempat dengan jumlah kasus yang terjadi di waktu atau tempat lainnya. Dengan menggunakan definisi kasus, maka individu yang diduga mengalami penyakit akan dimasukkan dalam salah satu klasifikasi kasus. Berdasarkan tingkat ketidakpastian diagnosis, kasus dapat diklasifikasikan menjadi: (1) kasus suspek (suspected case, syndromic case), (2) kasus mungkin (probable case, presumptive case), dan (3) kasus pasti (confirmed case, definite case).

Tabel klasifikasi kasus menurut kriteria pemeriksaan klinis, epidemiologis, dan laboratoris.

Klasifikasi kasus bersifat dinamis, bisa berubah dan direvisi selama investigasi seiring dengan adanya tambahan informasi baru tentang sumber, modus transmisi, agen etiologi. Tabel distribusi gejala dan tanda GE pada kasus Gejala dan tanda Diare Nyeri abdomen Diare + nyeri Abdomen Darah dalam tinja Diare+darah dalam tinja Diare+ nyeri abdomen+ darah dalam tinja Nausea Vomitus Demam Jumlah Kasus 62 52 50 8 4 4 2 2 0 Percent 96,9 81,3 78,1 12,5 6,25 6,25 3,1 3,1 0

Definisi kasus: Klinis: kejadiannya akut berupa diare dan atau diare. Nausea, vomitus, dan darah didalam feses jarang terjadi.

Waktu: kejadian atau onset terjadi pada tanggal 31 Oktober 1979 hingga 1 Novermber 1979, tepatnya setelah mengonsumsi makan siang yang telah disiapkan di Mina pada 30 Oktober.

Tempat/orang: Kejadian ini terjadi pada anggota misi Kuwait yang sedang berada dalam perjalanan haji ke Mekkah

Tabel Food Specific Attack Rate Food item disajikan Nasi Daging Saus tomat V. yang Jumlah orang yang makan Sakit Sehat Total Attack rate 62 63 50 31 25 26 93 88 76 66,7% 71,6% 65,8% Jumlah orang yang tidak makan Sakit Sehat Total Attack rate 2 1 14 0 6 5 2 7 19 100,0% 14,3% 73,7%

Epidemiologi Deskriptif Tujuan epidemiologi deskriptif adalah mendeskripsikan frekuensi dan pola penyakit pada populasi menurut karakteristik orang, tempat, dan waktu. Dengan menghitung jumlah kasus, menganalisis waktu, incidence rate, dan risiko, peneliti outbreak mendeskripsikan distribusi kasus menurut orang, tempat, dan waktu, menggambar kurva epidemi, mendeskripsikan kecenderungan (trends) kasus sepanjang waktu, luasnya daerah outbreak, dan populasi yang terkena outbreak. Dengan epidemiologi deskriptif peneliti outbreak bisa mendapatkan menduga kausa dan sumber outbreak. Tabulasi. Langkah pertama, peneliti mendeskripsikan data epidemi menurut karakteristik orang (kasus). Peneliti mempelajari perbedaan risiko kelompok-kelompok populasi yang terkena outbreak berdasarkan karakteristik umur, gender, ras, pekerjaan, kelas sosial, status kesehatan, dan sebagainya. Distribusi risiko (dengan kata lain, Attack Rate) berbagai kelompok ditampilkan dalam tabel. Kurva epidemi. Langkah kedua, peneliti mendeskripsikan data outbreak menurut waktu, dengan membuat kurva epidemi. Kurva epidemi adalah grafik yang menghubungkan tanggal onset atau masa inkubasi penyakit pada sumbu X dan jumlah kasus penyakit pada sumbu Y. Manfaat kurva epidemi: (1) Memberikan petunjuk tentang agen infeksi dan masa inkubasi; (2) Mengisyaratkan besarnya masalah dan perjalanan waktu outbreak; (3) Menunjukkan pola penyebaran (yakni, sumber bersama, kontinu, atau propagasi); (4) Menunjukkan posisi populasi berisiko dalam perjalanan waktu epidemi; (5) Dapat dilakukan stratifikasi menurut

tempat (tempat tinggal, tempat kerja, sekolah), atau karakteristik individu (umur, gender, ras, dan sebagainya), sehingga memungkinkan peneliti untuk mempelajari variasi onset menurut tempat dan karakteristik orang; (6) Membantu peneliti dalam melakukan monitoring dan evaluasi; (7) Memberikan petunjuk tambahan (misalnya, adanya outlier). Dalam menganalisis sebuah kurva epidemi, faktor-faktor berikut perlu diperhatikan untuk membantu menafsirkan outbreak: (1) pola keseluruhan epidemi; (2) periode waktu orang terpapar; (3) keberadaan outlier. Dengan menggunakan kurva epidemi dapat dilihat pola penyebaran patogen, sehingga dapat dibedakan 3 jenis utama outbreak: (1) Common-source outbreak (point-source outbreak), (2) Continual- source outbreak, dan (3) Propagated (person-to-person, progressive) outbreak. Gambar 6.3 menyajikan kurva epidemi sebuah common-source outbreak, ditandai oleh peningkatan jumlah kasus dengan tajam, lalu menurun perlahan-lahan

Gambar Common-source outbreak Common source outbreak terjadi jika agen penyebab ditularkan kepada orang-orang yang terjangkit dari sumber yang sama pada saat yang sama, selama periode waktu yang terbatas (pendek), biasanya selama satu masa inkubasi, biasanya terjadi pada satu tempat. Bentuk kurva ini umumnya meningkat dengan tajam dan memiliki puncak yang tegas, disusul dengan penurunan secara gradual. Kadang-kadang, sejumlah kasus tampak seperti gelombang yang menyusul sumber titik selama satu masa inkubasi atau interval waktu. Penularan ini disebut point source with secondary transmission (sumber titik dengan penularan sekunder).

Gambar Continual-source outbreak Continual-source outbreak terjadi jika sumber outbreak terus terkontaminasi, individu rentan terus terpapar sumber tersebut, sehingga penularan terus berlangsung. Paparan terhadap sumber infeksi yang berkepanjangan bisa berlangsung lebih dari satu masa inkubasi. Gambar diatas menyajikan kurva epidemi continual-source outbreak, dengan karakteristik peningkatan kasus secara gradual lalu mendatar.

Gambar Propagation (person-to-person) outbreak Propagated (person-to-person, progressive) outbreak terjadi jika sebuah kasus penyakit berperan sebagai sumber infeksi bagi kasus-kasus berikutnya, dan kasus-kasus berikutnya berperan sebagai sumber infeksi bagi kasus berikutnya lagi, bisa terjadi pada berbagai tempat. Gambar di atas menyajikan kurva epidemi person-to-person outbreak. Bentuk kurva terdiri dari sejumlah puncak, dipisahkan oleh masa inkubasi, mencerminkan jumlah kasus yang meningkat melalui kontak orang ke orang, hingga tidak terdapat lagi orang yang rentan atau dimulainya upaya pengendalian. Pada Kasus menggunaka kurva epidemiologi berupa Common-source outbreak.

VI.

Menentukan jumlah hitung minimum, maksimum, mean, median, modus, rata-rata sebagai periode inkubasi. Tabel frekuensi (onset terjadinya penyakit) Jam/Onset Gejala 2 pm 3 pm 4 pm 5 pm 6 pm 7 pm 8 pm 9 pm 10 pm 11 pm 12 pm 1 am 2 am 3 am 4 am 5 am 6 am 7 am 8 am 9 am 10 am 11 am 12 am 1 pm 2 pm 3 pm 4 pm 5 pm 6 pm 7 pm 8 pm 9 pm 10 pm 11 pm Total Hitungan Jam 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Frekuensi Hitung Jam x Frekuensi

4 3 1 4 4 13 8 8 4 3 2 2

40 27 10 44 48 169 112 120 64 51 38 40

1 2

23 48

27

1 64

33 900

Dari data tabel diatas, maka dapat ditemukan : Jumlah minimum Jumlah maksimum Rata-rata/Range Mean Modus Median Standar deviasi 95% CI= x 1.96 SD = 14 2*5 = 14 10 = 4 24 jam Artinya 95% kita percaya bahwa periode inkubasi antara 4-24 jam 3 jam 33 jam 33 jam- 3 jam = 30 jam 900/64 = 14,0624 14 jam 13 jam Berada di/pada interval 13-14 jam 5 jam

Ringkasan menurut orang, tempat, waktu: kurva epidemik mengindikasikan bahwa wabah/KLB telah mereda, tidak ada kasus baru setelah tanggal 1 November. Tipe KLB adalah common source. VII. Menilai/Menguji Hipotesis Design Studi : Cohort Tabel : foot specific attack rate Makanan yang disajikan Sakit Attack Nasi 100,0% Daging Saos Tomat 73,7% Analisis data dengan Tabel 2x2 Sakit a c Tidak a+c 1. Makan Nasi Sakit 62 2 (93)=66,7% 31 0 Sehat Total Attack Rate Ya 93 AR1= 62/ b+d B D Sehat Total Terapapar a+b AR1=a/(a+b) c+d AR2=c/(c+d) Attack Rate Ya 63 50 62 25 26 31 88 Rate 93 Rate 66,7% 2 6 14 7 0 2 Sehat Total Attack jumlah orang yang makan jumlah orang yang tidak makan Sakit Sehat Total

71,6% 1 76 65,8%

14,3% 5 19

RR=AR1/AR2

Tidak a+c b+d

AR2= 2/(2) = 100% RR=66,7/100= 0,67

Ho : Tidak ada hubungan antara makan nasi dengan kejadian KLB pada penyakit GE H1 : Ada hubungan antara makan nasi dengan kejadian KLB pada penyakit GE. Hasil uji chi-square : Kriteria Ho di terima bila nilai hitungan < nilai tabel dengan alfa 0,05 ( 3,841). Pada perhitungan nilai hitung = 0,67 < 3,841 maka Ho diterima ( tidak ada hubungan antara makan Nasi dengan GE).

2. Makan daging Sakit 63 1 Tidak a+c b+d 25 6 Sehat Total Attack Rate Ya 88 7 AR1= 63/88=71,6% AR2= 1/7 = 14,29%

RR=71,6%/14,29%= 5,01

Ho : Tidak ada hubungan antara makan daging dengan kejadian KLB pada penyakit GE H1 : Ada hubungan antara makan daging dengan kejadian KLB pada penyakit GE. Hasil uji chi-square : Kriteria Ho di terima bila nilai hitungan < nilai tabel dengan alfa 0,05 ( 3,841) Pada perhitungan nilai hitung = 5,01 > 3,841 makan Ho ditolak ( ada hubungan antara makan daginf dengan GE. 3. Makan Saus Tomat

Sakit 51 14 Tidak a+c GE b+d 26 5

Sehat

Total

Attack Rate Ya 76 19 AR1= 51/77 = 66,2% AR2= 13/18 = 72,2%

RR=66,2%/72,2%= 0,91

Ho : Tidak ada hubungan antara makan saus tomat dengan kejadian KLB pada penyakit H1 : Ada hubungan antara makan saus tomat dengan kejadian KLB pada penyakit GE. Hasil uji chi-square : Kriteria Ho di terima bila nilai hitungan < nilai tabel dengan alfa 0,05 ( 3,841) Pada perhitungan nilai hitung = 0,91 < 3,841 makan Ho diterima ( tidak ada hubungan antara makan daginf dengan GE. Kesimpulan kasus : Ada hubungan antara makan daging dengan kejadian KLB pada penyakit GE VIII. Memperbaiki Hipotesis dengan Melakukan Investigasi Tambahan Memperbaiki hipotesis dan melakukan penelitian tambahan Membuat rencana penyelidikan lebih lanjut yang mana harus dilakukan. Membuat daftar beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kontaminasi

makanan. Hal-hal yang harus ditanyakan sebagai bahan investigasi tambahan, yaitu :
1. Asal daging, dalam proses pemotongan yang biasanya sering terkontaminasi pada

saat pemotongan karena faktor yang sulit dikontrol, misal pisau, tempat pemotongan, papan pemotongan, dan wadah. 2. Proses pencucian.
3. Penyimpanan sampai proses memasak.

4. Prosedur memasak. Suhu dan lama temperature optimum dari masakan, yang biasanya gagal mencapai temperature masak yang adekuat.

5. Refrigerator atau penyimpanan makanan yang telah dimasak yang tidak adekuat. 6. Prosedur pemasakan dan temperatur pemasakan ulang setelah disimpan yang tidak

adekuat. 7. Wadah atau tempat penyajian yang terkontaminasi.


8. Tidak sesuainya suhu ketika penyajian.

9. Proses pemanasan makanan tidak dilakukan berulang-ulang. IX. Melaksanakan Pengendalian dan Pencegahan
1. Upaya pada pengendalian yaitu dilakukan pada tindakan pengendalian pada rantai

infeksi seawal mungkin jika sudah diketahui adanya sumber wabah/KLB. 2. Mencegah konsumsi sisa makanan yang menjadi sumber wabah. 3. Melakukan prosedur pemasakan sampai penyajian makanan dengan benar. Prinsip dasar untuk mencegah bakteri C. perfringens pada makanan :
a. Masak semua makanan dengan temperature internal minimal 165oF b. Sajikan segera atau pertahankan pada suhu > 140oF c. Setiap sisa makanan harusnya dibuang atau segera didinginkan dan jaga pada

suhu < 40oF menggunakan shallow pans


d. Semua sisa makanan harus dipanaskan kembali dan jaga pada suhu > 140oF untuk

makanan yang telah dimasak. X. Menyampaikan Hasil Penyelidikan atau Laporan Cara menyampaikan hasil laporan dilakukan dengan dua cara;
1. Secara lisan, misalnya bisa berupa pertemuan singkat (briefing) atau penyuluhan

dengan petugas kesehatan dan yang bertanggung jawab untuk pengendalian dan pencegahan menguraikan temuan sejelas mungkin dan meyakinkan, melaporkan apa yang telah dikerjakan, apa yang ditemukan dan apa yang seharusnya dikerjakan, dan menyampaikan temuan secara ilmiah.
2. Secara tulisan yaitu berupa laporan dengan format yang ilmiah yaitu pendahuluan,

latar belakang, metode penelitian, hasil, pembahasan dan rekomendasi.

DIARE Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Penyebab USAID (united state agency international development) (2007), dalam program ESP (environment service program) menyebutkan bahwa penyebab diare adalah: 1. Infeksi dari berbagai bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air minum. 2. Infeksi berbagai macam virus 3. Alergi makanan, khususnya susu atau laktosa (makanan yang mengandung susu) 4. Parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang kotor Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus. Gastroenteritis ini disebabkan karena memakan makanan yang tercemar oleh toksin (racun) yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium perfringens. Beberapa strain Clostridium menyebabkan penyakit ringan sampai sedang yang membaik tanpa pengobatan. Strain yang lainnya menyebabkan gastroenteritis berat, yang sering berakibat fatal. Beberapa racun tidak dapat dirusak oleh perebusan,sedangkan yang lainnya dapat. Daging yang tercemar biasanya merupakan penyebab terjadinya keracunan makanan karena Clostridium perfringens Gastroenteritis yang terjadi biasanya ringan meskipun dapat menjadi berat dengan gejala berupa:

Nyeri perut Perut kembung karena penimbunan gas Diare berat Dehidrasi Syok Gastroenteritis akut, masa inkubasi selama 13 jam, dan gejala klinis khas berupa nyeri

kolik abdomen, diarem dan tidak demam diduga disebabkan oleh Clostridium perfingens. Sumber dari kontaminasi ini yaitu dari bahan makanan yang dikonsumsi pada saat makan siang di Arafah. Masa inkubasi 13 jam diduga Clostridium perfingens, Bacillus cereus, Vibrio parahemolitycus, and lebih sedikit disebabkan oleh Vibrio cholerae non-O1, dan enterotoksin yang dihasilkan oleh E.coli

Tipe organisme, jenis makanan yang biasanya dikontaminasi, tingginya attack rate pada yang memakan, dan rendahnya attack rate pada yang tidak memakan menunjukkan ke daging sebagai penyebab wabah GE ini. Prinsip dasar untuk mencegah Clostridium perfringens:
a. b. b.

Masak semua makanan dengan temperature internal minimal 73oC Sajikan segera atau pertahankan pada suhu >60oC Setiap sisa makanan harusnya dibuang atau segera didinginkan dan jaga pada Semua sisa makanan harus dipanaskan kembali dan jaga pada suhu >60oC untuk

suhu <4oC menggunakan shallow pans


c.

makanan yang telah dimasak.

You might also like