You are on page 1of 6

UJI TRIANGLE I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengujian organoleptik mempunyai bermacam-macam cara.

Penilaian organoleptik atau penilaian dengan indera merupakan penilaian kualitas makanan yang paling primitive. Penilaian dengan indera ini sebenarnya cara penilaian yang kuno, namun cara ini sangat umum digunakan. Cara ini banyak digunakan untuk menilai mutu komoditi hasil pertanian, bahkan para konsumen dan ibu rumah tangga juga menggunakan cara ini dalam memilih keperluan sehari-hari. Ada bermacam-macam metode pengujian organoleptik yang dapat digolongkan dalam beberapa kelompok. Metode pengujian yang populer adalah kelompok pengujian pembedaan (difference test) dan kelompok pengujian pemilihan (preference test), yang ternyata banyak digunakan dalam penelitian, analisis proses, dan penilaian hasil akhir. Pengujian pembedaan juga dapat digunakan untuk menilai pengaruh macammacam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri atau untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama. Salah satu contoh pengujian pembedaan adalah uji triangle yang lebih banyak digunakan karena lebih peka daripada uji pasangan. Hal inilah yang mendasari dilakukan acara praktikum uji triangle. B. TUJUAN Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan ada tidaknya perbedaan diantara tiga sample yang berasal dari dua jenis dan untuk mengetahui arah perbedaannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA Penginderaan adalah proses fisiologis dan reaksi psikologis (mental). Indera

manusia merupakan alat tubuh untuk mengadakan reaksi mental (sensation, penginderaan) jika mendapat rangsangan atau stimulus dari luar reaksi mental ini dapat menimbulkan kesadaran atau kesan akan benda yang menimbulkan rangsangan, dilain pihak kesadaran atau kesan itu menimbulkan sikap terhadap benda yang merangsang itu.

Sikap itu dapat berwujud tidak menyukai jika rangsangan itu menimbulkan kesan yang tidak menyenangkan, sebaliknya dapat berupa sikap menyukai jika rangsangan itu menyenangkan. (Soekarto, 1985). Soekarto (1985) menyebutkan bahwa uji triangle termasuk salah satu dari uji pembedaan yang digunakan untuk mendeteksi perbedaan yang kecil. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua contoh produk sehingga tidak ada produk sebagai pembanding. Pembedaan dalam uji triangle tidak terarah, tidak perlu disertai pernyataan sifat yang satu lebih dari yang lainnya, cukup menyatakan ada perbedaan atau tidak. Pengujian ini lebih banyak digunakan karena lebih peka daripada uji berpasangan. Dalam pengujian ini kepada masing-masing panelis disajikan secara acak tiga contoh produk dengan kode berbeda dimana dua dari ketiga produk sama. Panelis diminta memilih satu di antara tiga contoh mana yang mempunyai perbedaan. Keseragaman tiga contoh sangat penting seperti ukuran atau bentuk. Sifat contoh yang tidak sama dimiliki dari ketiga contoh tersebut dibuat sama (Soekarto, 1985 dalam Tjahjaningsih, 1998). Mula-mula metode ini dikembangkan oleh Bengtsson untuk pengendalian mutu dan riset, selanjutnya juga digunakan untuk seleksi panelis (Amrine, 1965). Uji triangle ini ada yang bersifat sederhana, artinya hanya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dua macam sample, tetapi ada yang sifatnya lebih terarah, untuk mengetahui sejauh mana perbedaan antara dua sample tersebut. Pengujian ini menggunakan tiga sample berkode secara acak. Dua dari tiga sample tersebut sama dan sample yang ketiga berbeda. Panelis diminta memilih satu diantara tiga sample yang berbeda dari dua sample yang lain. Dalam uji ini tidak ada contah baku atau pembanding. Kehandalan dari uji triangle ini tergantung dari pengenalan sifat masingmasing mutu yang diinginkan, tingkat latihan dan kepekaan masing-masing panelis. Pada praktikum ini, digunakan panel agak terlatih yaitu mahasiswa. Menurut Soekarto (1985), panelis dalam kategori ini, mengetahui sifat-sifat sensorik dari contoh yang dinilai karena mendapat penjelasan atau sekedar latihan. Panelis untuk panel agak terlatih jumlahnya

terletak diantara panelis terlatih dan panelis tidak terlatih. Jumlah itu berkisar antara 1525 orang. Makin kurang terlatih makin besar jumlah panelis yang diperlukan. III. ALAT DAN BAHAN A. Alat 1. Nampan 2. Gelas 3. Kantong plastik 4. Label 5. Kartu evaluasi 6. Alat tulis B. Bahan 1. Air putih 2. Biskuit marie bermerk Roma 3. Biskuit marie bermerk Regal IV. PROSEDUR KERJA Alat dan bahan disiapkan. Sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik. Sampel itu ditempatkan di atas nampan. Masing-masing sampel diberi kode dengan tiga angka yang berbeda-beda (salah satu sampel disajikan duplo dengan kode berbeda) Misal : 147 dan 235 untuk biskuit marie bermerk Regal 315 untuk biskuit marie bermerk Roma

Pengujian oleh panelis, pasangan sampel disajikan bersamaan, panelis memilih satu sampel yang berbeda di antara tiga sampel. Hasil pengujian ditulis pada kartu evaluasi yang telah disediakan. Analisis data dilakukan. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabulasi Data Pengamatan Tabel 1. Parameter : Warna Panelis 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Jumlah Tanggapan Benar Salah X X X X X X X X X X X X X X X 15 Tabel 2. Parameter : Tekstur Panelis 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Jumlah X 7 X X 8 X X X X X X X X Tanggapan Benar Salah X X X X

Tabel 3. Parameter : Rasa

Panelis 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Jumlah

Tanggapan Benar Salah X X X X X X X X X X X X X X X 7 8

B. Perhitungan Berdasarkan Tabel 4 di bawah ini, jika jumlah panelis 12 orang pada tingkat signifikasi : Lima %, maka jumlah minimum panelis yang harus benar adalah 8 orang. Satu %, maka jumlah minimum panelis yang harus benar adalah 9 orang. Nol koma satu %, maka jumlah minimum panelis yang harus benar adalah 10 orang. Ternyata, pada tabulasi data pengamatan menunjukkan jumlah minimum panelis yang benar untuk parameter o Cita rasa adalah 9 orang (sesuai dengan tingkat signifikasi 1%). o Kerenyahan adalah 8 orang (sesuai dengan tingkat signifikasi 5%). o Tekstur adalah 8 orang (sesuai dengan tingkat signifikasi 5%). Jadi untuk parameter

Cita rasa pada biskuit marie bermerk Regal dan Roma sangat berbeda nyata. Kerenyahan pada biskuit marie bermerk Regal dan Roma berbeda nyata. Tekstur pada biskuit marie bermerk Regal dan Roma berbeda nyata B. Pembahasan VI. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN B. SARAN Daftar Pustaka Kartika B., P.Hastuti dan W.Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta. 1990. Petunjuk Evaluasi Produk Industri Hasil Pertanian. PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta. Rahardjo, J. T. M. 1998. Uji Indrawi. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Soekarto, Soewarno T. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Winarno, F. G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

You might also like