Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
saat ini telah berakibat buruk yang berkepanjangan. Berdasarkan data BPS pada
maret tahun 2008, angka kemiskinan berjumlah 34,96 juta jiwa (15 persen dari
total penduduk Indonesia yang berjumlah 37,17 juta orang pada tahun 2007).
mencapai 9,75% dari angkatan kerja sebesar 10,55 juta jiwa.1 Oleh karena itu
kota- kota terutama di Pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatra di bangun industri-
pabrik. pekerja anak sampai saat ini masih menunjukan jumlah yang
terdapat 566,526 ribu pekerja anak di Indonesia. Anak-anak yang bekerja rata-rata
berpendidikan rendah (SD atau SMP). Dari data ILO-IPEC tahun 2005, terdapat
52,47% pekerja di Indonesia yang berusia antara 15-19 tahun (termasuk pekerja
anak), tidak pernah bersekolah atau tidak lulus sekolah dasar. Dan 47,46% yang
berpendidikan SMP dan SMA (lulus dan tidak ulus). Anak-anak berusia di bawah
15 tahun kemudian paling banyak dipilih sebagai pekerja dengan alasan upah yang
lebih murah, biaya produksi lebih sedikit, usia mereka relatif muda sehingga sangat
mudah diatur dan tidak banyak menuntut seperti pekerja dewasa. Pekerja anak ini
tidak hanya berasal dari daerah setempat tapi juga dari luar daerah. Anak-anak
pedesaan selain bekerja di desanya, terutama di sektor pertanian, juga banyak yang
terpaksa karena ekonomi dan sosial dari anak itu tidak menguntungkan. Anak itu
boleh bekerja, tetapi tidak boleh menyimpang dari ketentuan dalam UU yang diatur
kurang dai 15 tahun dan hanya boleh bekerja pada jenis-jenis pekerjaan ringan
yang tidak membahayakan fisik, mental dan moral anak, syaratnya tidak boleh
lebih dari 3 jam dan harus seizin orang tua. Disamping itu, anak juga harus tetap
melanggar hak-hak anak, tetapi bekerja pada usia dini juga membawa dampak
buruk bagi anak-anak, baik fisik maupun psikis serta dapat menggangu masa depan
contoh kasus pekerja anak. Sebut saja namanya Narini umurnya 14 tahun, mengaku
tidak ingin bekerja. Ia ingin tetap bersekolah seperti anak-anak sebayanya. Namun,
kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Setiap pagi, ketika teman-
4 Http://www.indosiar.com/new/anda-perlu-tahu/60083_pekerja-anak-dominasi-ekonomi-keluarga,
Pekerja anak, Dominasi Ekonomi Keluarga, 5 september 2008, 13.00.
5 Hardius Usman, Pekerja anak di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004,
hlm.1).
6 Kompas, Malangnya Buruh Anak-Anak Malang, 21 April 2008.
4
yang pada umumnya hanya mengerjakan salah satu bagian dari proses produksi
dicari karena mereka dapat dibayar lebih murah, mereka pun patuh dan tidak
perekonomian keluarga sampai saat ini masih menjadi salah satu penyebab anak
7 Tiurma Junita Veronica, Pekerja Anak Sektor Industri (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 1999,
Hlm.10).
5
kehidupannya.8
terhadap eksploitasi anak. Banyak para pengusaha atau majikan yang masih
yang tidak sesuai dengan kondisi fisik anak dan bahkan berbahaya bagi
keselamatan jiwanya.9 Seperti contoh kasus pekerja anak Narini tersebut, ia tidak
Jam kerja yang panjang menyebabkan anak tidak memiliki waktu lagi
untuk bermain, apalagi mengeyam pendidikan karena waktu mereka habis untuk
bekerja bahkan ada pembagian jam kerja pada malam hari sehingga mereka baru
sampai di rumah pada pagi harinya. Upah yang rendah bagi pekerja anak-anak ini
telah menjadi perjanjian tidak tertulis dari para pemakai buruh anak ini. Kondisi
sayang, bermain dan pendidikan.11 Sama halnya seperti anak-anak yang bekerja di
pabrik rokok keretek tersebut, mereka bekerja penuh selama tujuh jam dalam
sehari dan upahnya sebagai pelinting rokok keretek dihitung secara borongan
berdasarkan hasil produksi harian. Narini dan pekerja lainnya hanya bisa
menyeleseikan sekitar 1.000 batang perhari dengan upah Rp. 6.000 selama tujuh
jam bekerja.12
Bekasi ini merupakan kabupaten yang saat ini menjadi salah satu kota penyangga
peluang anak-anak untuk bekerja bahkan mendatangkan tenaga kerja dari daerah
lain. Adanya pabrik-pabrik tersebut juga jelas membawa dampak perubahan pada
industri. Dampak perubahan tersebut tidak hanya dari aspek pola pikir masyarakat
tetapi juga pandangan masyarakat terhadap bidang ekonomi, sosial, budaya dan
lain-lain.
semestinya berada di bangku sekolah ternyata banyak anak usia sekolah telah
bekerja di konveksi pakaian dan ternyata lowongan kerja bagi mereka cukup
terbuka dan terdapat banyak orang tua yang semestinya menyekolahkan anak-
motivasi para orang tua dan anak dalam mendapatkan pendidikan. Hal inilah yang
kampung Bojong Nangka Pondok Gede Bekasi ini, dimana terdapat pekerja anak
Permasalahan utama yang peneliti angkat dalam penelitian ini yaitu tentang pekerja
anak di sektor industri yang letaknya di kampung Bojong Nangka Pondok Gede
Bekasi. Di mana sebagian besar anak-anak dari keluarga miskin lebih memilih
bekerja dari pada melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk
itu, dalam penelitian empiris di lapangan, peneliti akan memusatkan perhatian pada
pekerja anak dari usia 12 sampai 15 tahun yang bekerja di konveksi Pakaian atau
mereka yang tidak mengeyam pendidikan sama sekali sampai yang hanya lulusan
SMP saja yang telah bekerja di konveksi tersebut. Untuk lebih memfokuskan
2) Apa makna sosial pendidikan bagi pekerja anak yang bekerja di konveksi
8
pakaian?
pakaian?
pekerja anak memaknai arti pendidikan sehingga mereka lebih memilih bekerja
dari pada melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu
2) Signifikasi Praktis
pendidikan.
9
penelitian selanjutnya.
Peneliti akan memaparkan dua tinjauan pustaka dengan penelitian yang akan
tenaga kerja anak dibawah umur dengan bekerja dalam bidang yang
didominasi oleh orang dewasa dengan tingkat upah yang rendah di Muara
angke. Eksploitasi tersebut terjadi karena alasan yaitu kemiskinan
(Rendahnya ekonomi keluarga menyebabkan anak-anak terdorong untuk
bekerja), kebiasaan (Orang tua memiliki kebiasaan yang telah dilakukan
secara turun menurun yaitu bekerja dalam usia yang muda), kesempatan
yang besar atau waktu luang yang banyak karena tidak bersekolah, Alasan
saling membantu yang dipopulerkan oleh pemilik usaha dan tidak adanya
kontrol dari pemerintah terhadap anak-anak yang melakukan pekerjaan di
pinggir laut ini.
Dari kedua penelitian tersebut sangatlah berbeda dengan topik yang akan peneliti
Anak di Konveksi Pakaian Kampung Bojong Nangka Pondok Melati Bekasi Jawa
pengumpulan data primer berupa wawancara mendalam kepada 5 pekerja anak dari
usia 12 sampai 15 tahun atau mereka yang tidak mengeyam pendidikan sama sekali
sampai yang hanya lulusan SMP sebagai key informan yang telah bekerja di konveksi
pakaian dan melakukan observasi terlibat. Selain itu juga menggunakan data sekunder
dari berbagai sumber. Dari data yang diperoleh dapat dikontruksikan bahwa sebagian
besar pendidikan bagi pekerja anak sangatlah penting karena pendidikan merupakan
proses belajar mengajar untuk menggapai cita-cita dan harapannya ingin merubah
status sosialnya lebih tinggi dari orang tuanya agar kehidupannya kelak bisa lebih
baik lagi. Namun kemiskinan orang tua merupakan salah satu faktor penghambat
12
dari keluarga yang memiliki ekonomi rendah telah menghambat pekerja anak untuk
karena pekerjaan yang hendak dilakukan memang cocok dikerjakan oleh anak-anak.
Karena sifatnya yang sederhana dan tidak terlalu menuntut keterampilan atau
kekuatan fisik. Selain itu dengan memperkerjakan anak, pihak konveksi akan dapat
menghemat biaya karena upah pekerja anak yang rendah dan mudah untuk diaturnya.
Namun karena sebagian besar orang tua informan tidak memiliki pekerjaan tetap,
maka mereka pun kemudian hanya bisa pasrah dan akibatnya pendidikan anak
karena sistem mekanisme kerja yang disamakan dengan pekerja dewasa dengan
A. Pekerja Anak
Fenomena anak bekerja pada usia dini ini tersebar luas di segala sektor,
baik sektor formal maupun informal. Anak-anak yang bekerja di sektor informal
sebagai Street Children. Contoh dari Street Children yaitu pengamen, pengemis
dan lain-lain. Sedangkan anak-anak yang bekerja di sektor formal yaitu mereka
yang bekerja di sektor industri atau disebut juga sebagai buruh anak (Child
13
Labour).13
tahun dan hanya boleh bekerja pada jenis-jenis pekerjaan ringan yang tidak
membahayakan fisik, mental dan moral anak, syaratnya tidak boleh lebih dari 3
jam dan harus seizin orang tua. Disamping itu, anak juga harus tetap bersekolah.
Selain itu, menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi daerah No 5
tahun 2001 tentang penanggulangan pekerja anak pasal 1, dalam keputusan ini
1) Pekerja anak adalah anak yang melakukan semua jenis pekerjaan yang
kembang.
2) Pekerjaan berat dan berbahaya bagi pekerja anak adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pekerja anak yang dapat mengganggu proses tumbuh kembang
3) Tumbuh kembang anak adalah tumbuh dalam arti bertambahnya ukuran dan
masa yaitu tinggi, berat badan, tulang dan panca indra tumbuh sesuai dengan
usia dan kembang daam arti bertambahnya dalam kematangan fungsi tubuh
4) Penanggulangan Pekerja anak atau di sebut PPA adalah suatu kegiatan yang
berusia 15 tahun ke bawah agar terhindar dari pengaruh buruk pekerjaan berat
dan berbahaya.
5) Pengaruh buruk pekerjaan berat dan berbahaya bagi pekerja anak adalah
Dengan demikian dapat disimpukan bahwa pekerja anak sektor industri adalah
anak-anak yang menjual tenaganya untuk mendapatkan upah, dimana kerja yang
mereka lakukan ini sering kali mengganggu perkembangan fisik dan mentalnya.
hak-hak anak (Child Rigt Convention) yang ditandatangani dan diratifikasi oleh
negara-negara dunia termasuk Indonesia. Salah satu pasal dari konvensi tersebut
pekerja anak. Dalam sidangnya pada tahun 1959, disahkannya Deklarasi Hak-hak
perkembangan fisik dan mentalnya. Anak harus dapat menikmati hidup masa
wajar.
tahun keatas.17
16 Hadi Setia Tunggal, Konvensi Hak-Hak anak (Jakarta: Harvarindo, 2000, Hlm.6.)
17 Hardius Usman, Op.Cit. Hlm. 9-10.
16
Secara lebih rinci, dalam Konveksi ILO No. 128 dijelaskan pengertian
dan perdagangan anak, kerja ijon, dan penghambat serta kerja paksa atau
wajib kerja, termasuk pengerahan anak secara paksa atau wajib untuk
4) Pekerjaan yang sifat atau keadaan tempat dimana pekerjaan itu dilakukan
Sama halnya dengan Unicef yang menetapkan beberapa kriteria pekerja anak
1) Kerja penuh waktu (Full time) pada umur yang terlalu dini
7) Pekerjaan yang mengurangi martabat dan harga diri anak seperti perbudakan
C. Industrialisasi
Industri dapat diartikan sebagai bagian dari proses produksi yang tidak
secara langsung mengambil atau mendapatkan bagian dari bahan bumi, akan
membuat atau memproduksi sesuatu barang atau bahan di tempat tertentu untuk
keperluan masyarakat (tukang sepatu atau pembuat kue yang selalu berpindah-
1) Industri berat. Industri hulu yang menghasilkan barang jadi atau bahan baku
untuk industri hilir. Jenis usaha yang termasuk dalam industri berat yaitu:
a. Industri Pertambangan
d. Industri pengangkutan
e. Industri semen
diperkerjakan yaitu:
Berdasarkan lokasi, industri kerajinan rakyat dapat dibagi atas 2 kelompok yaitu:
kelompok usaha industri berdasarkan jumlah perusahaan dan tenaga kerja , yaitu:
1) Industri kerajinan dan rumah tangga, ini pada umumnya mengelola hasil
pertanian untuk dijadikan barang jadi seperti tikar, anyaman bahkan makanan
dan minuman.
orang.
pertahanan. Industri tersebut tertutup untuk usaha swasta dan hanya ditangani
pemerintah.
2) Industri yang dibuka khusus untuk swasta nasional. Khusus diperuntukan bagi
swasta nasional. Jenis usaha yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
3) Industri kunci, seperti industri semen, kimia, pupuk dan sejenisnya pada
4) Industri yang terbuka untuk swasta, semua indistri lain yang tidak termasuk
3) Industri besar, yaitu usaha industri yang memperkerjakan karyawan lebih dari
2) Industri sentral yaitu kelompok jenis industri yang dari segi satuan usaha
produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha menghasilkan barang sejenis.
jenis industri yang masih mempunyai sifat-sifat industri kecil, namun telah
yaitu:
besar)
d. Dilibatkan dalam sistem produksi industri besar dan menengah dan dengan
b. Teknologi pada bantuan unit pelayanan teknis (IPT) yang disediakan oleh
sederhana.
terbatas
sampai industri kecil yang menggunakan teknologi proses madya atau malahan
D. Pendidikan
27 Thee Kian Wie, Industrialisasi di Indonesia (Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia, mei 1996,
Hlm. 106-112).
23
setelah anak-anak dilahirkan mulai terjadi proses belajar pada diri anak. Dan
menghayati dan menerapkan semua nilai yang kita sepakati dan harus diketahui
b. Pendidikan Informal yaitu pendidikan yang dialami oleh manusia sadar atau
sehari-hari.
c. Pendidikan non formal yaitu pendidikan yang diadakan bagi anak-anak untuk
menguasai suatu keterampilan spesifik yang sifatnya tidak formal juga tidak
28 Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1986,
Hlm.120).
29 Daoed Joesoef, Pengantar Umum Pendidikan (Surabaya: Aksara Baru, 1982, Hlm. 92).
24
secara formal mengikuti haluan yang pasti dan diberlakukan di masyarakat yang
bersangkutan.
Menurut Marx bahwa nilai lebih merupakan diferensi antara nilai pekerjaan dengan
nilai tenaga kerja. Teori nilai pekerjaan yang artinya nilai tukar segenap barang
yang ditentukan oleh jumlah pekerjaan yang masuk ke dalam produksinya. Jenis
pertukaran yang terjadi dalam sistem pasar yang bersifat impersonal, dimana
komoditi ditukar dengan uang atau uang ditukar dengan komoditi. Perbedaan
1) Nilai pakai adalah nilai barang diukur dari kegunaannya untuk memenuhi
30 A. Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Ghalia Indinesia, 1986, Hlm. 62).
25
2) Nilai tukar adalah nilai barang kalau dijualbelikan di Pasar. Nilai tukar
ditentukan tidak atas dasar tujuan tertentu, melainkan atas dasar jumlah tenaga
sumber nilai tukar, dimana pekerja anak dilihat sebagai masukan umum untuk
pribadi pekerja anak itu sendiri ataupun untuk kegunaan majikan, melainkan
untuk dijual dalam sistem pasar yang bersifatnya impersonal untuk ditukarkan
dengan uang. Meskipun uang merupakan alat tukar yang umum digunakan
Sedangkan nilai tenaga kerja adalah jumlah nilai semua komoditi yang perlu
dibeli agar ia dapat hidup. Artinya agar ia dapat memulihkan tenaga kerjanya serta
Jadi teori nilai tenaga kerja ini merupakan upah yang wajar atau pekerja anak
mendapat upah yang senilai dengan apa yang diberikannya jadi sesuai dengan
Jadi nilai lebih adalah diferensi antara nilai yang diproduksikan selama
satu hari oleh seorang pekerja dengan biaya pemulihan tenaga kerjanya. Pekerja
anak mampu untuk memproduksikan nilai lebih banyak dari pada yang diminta
memproduksikan jumlah komoditi dengan nilai tukar yang jauh lebih besar dari
pada nilai tukar makanan, pakaian, perumahan dll yang perlu untuk
mempertahankan hidup dan untuk memperoleh tenaga kerja yang lebih banyak
lagi.
Dalam teori nilai lebih bahwa untuk menciptakan nilai yang seimbang
dengan upahnya, sebenarnya pekerja anak hanya perlu bekerja selama 4 jam,
tetapi karena ia sudah menjual seluruh tenaga kerja kepada majikan, ia harus
jam melebihi apa yang perlu untuk menggantikan tenaga kerja anak itu adalah
nilai lebih.
karena nilai lebih yang diciptakan oleh pekerja anak dengan pekerjaan yang tidak
dibayarkan kepadanya. Oleh karena itu Menurut Karl Marx bahwa para pekerja
31 Franz Magnis, Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Utopis Keperselisihan Revisionisme. (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2003, Hlm.181-184)
27
mereka.32
suatu masyarakat.
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sementara itu, Kirk
memaknai arti pendidikan sehingga mereka lebih memilih bekerja dari pada
pakaian tersebut.
data deskriftif, dimana tipe deskriftif sendiri berupa kata-kata tertulis atau
lisan serta gambaran dari para informan yang kita amati. Maka hal tersebut
pun sesuai yang dijelaskan Moleong bahwa penelitian dengan jenis atau tipe
deskriftif ini memerlukan sejumlah data baik berupa kata-kata, gambar, video
lebih mendalam dan akurat, maka informan penelitian yang terpilih adalah
Pekerja anak ke dalam kelompok key informan yang telah yang telah bekerja
konveksi tersebut dari usia 12 sampai 15 tahun atau mereka yang tidak
mengeyam pendidikan sama sekali sampai yang hanya lulusan SMP saja.
34 Lexy Moleong, Metodologi Pendekatan Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Hlm.
6.
29
Sedangkan informan lainnya yaitu 5orang tua dari pekerja anak yang
istirahat serta mengamati pekerja anak yang sedang bekerja dari jarak dekat.
Dengan demikian dapat lebih jelas terlihat realitas dari permasalahan yang
sedang diteliti di dalam observasi ini serta selalu di catat gejala-gejala yang
1) Data Primer
a. Wawancara mendalam.
b. Observasi Terlibat
2) Data Sekunder
sekunder dari berbagai sumber, seperti studi pustaka, internet, data BPS
Etika dalam suatu penelitian adalah hal yang sangat penting untuk
dengan informan. Informan akan merasa nyaman, tidak terganggu, dan dapat
berkomunikasi tanpa jarak, serta memiliki rapport yang baik dengan peneliti.
Dengan demikian informan dengan terbuka, mendalam dan jujur pada saat
Untuk memudahkan dalam penulisan penelitian ini dan agar lebih sistematis,
BAB 1 Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
BAB II Bab ini menyajikan deskripsi lokasi penelitian yang meliputi gambaran
BAB III Bab ini menyajikan temuan hasil penelitian tentang dilema
32
Dalam bab ini terdiri dari tiga sub pokok bahasan yaitu latar belakang
waktu.
terdiri dari tiga sub pokok bahasan yaitu konstruksi sosial pekerja anak
BAB V Bab ini berisi kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian.
BAB II
Pada pokok bahasan ini, peneliti akan menguraikan sejarah terbentuknya kampung
Bojong Nangka dan demografi kampung tersebut sampai saat ini. Peneliti pun juga
Nangka.
bahwa pada tahun 1940’an, kampung Bojong Nangka hanya sebuah hutan yang
dipenuhi dengan pepohonan besar, khususnya pohon nangka, oleh karena itu pohon
penduduk yang menetap di sana, paling hanya beberapa keluarga saja yang
34
menetap disana. Kondisi rumah yang mereka tempati pun sangat sederhana. Atap
rumah beserta dindingnya masih berupa triplek serta alas rumahnya pun masih
berupa tanah. Belum ada listrik yang menerangi perkampungan tersebut sehingga
warga setempat masih memakai lampu tempel untuk menerangi rumahnya. Jalan
setapak di kampung tersebut pun masih berupa tanah yang dipenuhi oleh bebatuan.
Kampung tersebut ada suatu makam keramat yang dibangun sudah ratusan tahun
daerah membeli tanah baik oleh warga asli pribumi maupun pemda Bekasi.
padat.
bujung timur dan 670-6150 derajat lintang selatan dengan ketinggian 19 m diatas
Bekasi, sebelah selatan kabupaten Bogor, sebelah barat kota Jakarta Timur dan
Iklim kota Bekasi cenderung panas dengan curah hujan yang cukup tinggi
khususnya di bulan Januari, biasanya curah hujan tertinggi terjadi dibagian utara.
penduduknya ada 52.157 jiwa diantaranya jumlah penduduk laki-laki ada 25.473
RT dan terdapat 5.280 KK. Kampung Bojong Nangka sendiri di bagi menjadi 4
Barat, namun sebagaian besar penduduk asli pribumi ini merupakan penduduk
asli Betawi. Hal ini dikarenakan kampung Bojong Nangka letaknya berbatasan
terdiri dari berbagai suku dan adat istiadat serta kebiasaan yang beragam dapat
Dalam hal ini dapat tercermin dari kegiatan sosial warga yang saling membantu
bergotong royong satu sama lainnya, seperti kegiatan kerja bakti yang
P2KP dan UPK-PPMK sementara ini dapat membatu meringankan beban warga
masyarakat. Dalam hal ini disebabkan bantuan yang diberikan sangat terbatas,
agama Islam, Kristen, Khatolik, Hindu dan Budha. Tetapi mayoritas penduduk
umat beragama di wilayah kampung Bojong Nangka selalu bekerja sama dengan
Alim ulama dan tokoh masyarakat, baik dalam kegiatan keagamaan maupun
barokah sesuai dengan keyakinan masing-masing selama ini tidak ada beda
rendah, sehingga tidak heran kalau masih ada anak di usia sekolah yang lebih
Pondok Melati cukup memadai hanya lokasinya yang kurang menyebar atau
kurang merata disetiap lingkungan RW, sehingga cukup merepotkan para orang
pendidikan tingkat SLTP dan SLTA belum memadai, sehingga masyarakat yang
perkampungan Bojong Nangka, namun ada juga yang sebagai buruh bangunan
dan pedagang.
Sarana dan prasarana umum yang ada di kampung Bojong Nangka sudah
pakaian sudah lama berdiri sekitar tahun 1990. Gedung konveksi ini dulunya
waktu zaman penjajahan Jepang, kampung Bojong Nangka ini masih berupa
hutan dengan pepohonan yang lebat. Sehingga para militer Jepang membangun
Indonesia merdeka dan semua tentara militer Jepang meninggalkan tanah air
industri di sana. Tentu saja adanya pengusaha asing tersebut dapat memberi
adanya investor asing yang akan membangun sebuah konveksi pakaian yang akan
Ganeca maka daya serap tenaga kerja akan semakin besar sehingga jumlah
dengan sekretaris konveksi tersebut. Berdasarkan data yang peneliti dapat dari
(memproduksi barang), bahkan sering kali terlihat hari minggu pun konveksi
masih jalan dengan memakai tenaga kerja yang lembur dan mendapat bayaran di
luar gaji. Gedung konveksi pakaian tersebut terdiri dari 4 ruangan, diantaranya
ruangan paling depan terdapat meja pemilik konveksi pakaian, meja sekretaris
dan meja personalia, ruangan ke dua tempat untuk menjahit pakaian dan
41
setempat karena mereka mau dibayar murah dan mau bekerja dengan jam kerja
yang panjang. Pegawai konveksi ini tidak hanya berasal dari penduduk setempat
Berdasarkan data yang saya peroleh dari pihak konveksi pakaian tahun 2008
bahwa:
Berdasarkan data yang ada bahwa di konveksi pakaian ini memang ada pekerja
anak. Pihak konveksi ini masih memperkerjakan anak yang berusia di bawah 15
karena upah yang lebih murah, biaya produksi lebih sedikit, usia mereka yang
relatif muda sehingga sangat mudah diatur dan tidak banyak menuntut seperti
pekerja dewasa.
Berdasarkan informasi yang peneliti dapat baik dari pemilik konveksi tersebut
maupun dari pekerja anak sendiri, mekanisme kerja tersebut antara lain:
pihak ketiga seperti universitas atau sekolah dalam proses perekrutan terutama
penerimaan pekerja. Pelatihan yang diberika tentunya tidak terlalu sulit dan
lama.
dari mulut ke mulit. Jaringan yang dimiliki ini biasanya melalui hubungan
sosial antara pekerja dengan salah satu kerabatnya yang sudah lebih dahulu
bekerja di konveksi tersebut. Jika metode ini tidak memberikan hasil yang baik,
44
a) Pendidikan SD sederajat.
kerja
untuk mengikuti seleksi ini ada beberapa hal yang harus dipatuhi oleh calon
terakhir, foto dan mencantumkan pengalaman kerja. Jika kta melihat kriteris
yang ditentukan, terlihat bahwa tidak ada kritera khusus yang meminta keahlian
khusus seseorang untuk bekerja di konveksi ini, yang penting calon pegawai
tersebut bersekolah.
seleksi. Tahap seleksi dalam konveksi ini hanya diberikan tes wawancara saja.
motivasi kerjanya serta calon pegawai baru tersebut nantinya akan ditempatkan
dibagian apa. Mereka tidak memberikan tes tertulis karena mereka tidak
Setiap pegawai baru tidak bisa langsung menjadi pegawai tetap namun
tangan kontraknya. Di dalam kontraknya ada perjanjian jam kerja dan upahnya
serta keterangan hak dan kewajiban pegawai baik secara tertulis maupun tidak
tertulis.
Aturan-aturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua pegawai yaitu:
Sanksi (hukuman) yang akan diterima pegawai apabila melanggar aturan atau
melakukan kesalahan saat bekerja mungkin awalnya hanya ditegur saja oleh
atasannya. Apabila pegawai tidak masuk kerja maka gajinya akan dipotong dan
dari pekerjaannya.
Pelatihan bagi pekerja anak hanya dilakukan pada saat awal mereka
bekerja. Hal ini lebih dilandasi kebutuhan, karena pada saat masuk ke pasar kerja,
dapat dikatakan tenaga kerja anak tersebut belum punya keterampilan apa-apa.
mereka mengenal pekerjaan mereka yang baru. Pelatihan tersebut akan dilakukan
selama 3 hari. Pegawai baru akan melihat dan mengamati pegawai lama dalam
melakukan pekerjaan. Apabila dia sudah paham dan bisa melakukannnya sendiri
baru dia bisa memulai bekerja. Pelatihan-pelatihan untuk pegawai baru antara lain
pakaian. Namun semua itu sesuai bagian apa yang akan dia kerjakan.
sekali atau dua kali pengawas akan melakukan evaluasi terhadap pegawai baru
47
tersebut. pengawas tersebut akan melihat dan dan memeriksa semua pekerja baik
a) Tunjangan kesehatan.
Setiap pegawai boleh mendatangi rumah sakit mana saja ketika ia sakit,
dengan cara menunjukan kwitansi ada. Pihak konveksi saat itu juga telah
menjalin kerja sama dengan beberapa rumah sakit, sehingga kalau ada
pegawainya yang sakit ia dapat menuju rumah sakit tersebut yang mana
b) Asuransi. Asuransi yang akan diberikan oleh pihak konveksi jika pegawainya
c) Bonus.
performa konveksi. Jadi kalau untung perusahaan lagi besar, tentunya jumlah
bonusnya akan lebih besar. Namun ada juga Reward yang akan diberikan pihak
konveksi apabila pekerja tersebut dapat melebihi target barat yang telah
48
d) THR. Tunjangan hari raya jumlahnya minimal 1 bulan gaji dan syaratnya
Pihak konveksi akan memberikan masa cuti selama 2 hari untuk semua
pegawai di sini. Pihak konveksi juga memberikan uang shift kepada pegawai
yang telah kebagaian kerja shif malam Namun persyaratan agar pegawai bisa
pegawai tetap di sini itu pun juga kalau dia giat kerja dengan hasil yang bagus.
Adanya perbedaan sistem kerja berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dan
pegawai perempuan biasanya lebih ringan hanya 9 jam perhari. Ada berbagai
Dalam sistem kerja borongan, misalnya memproduksi pada waktu hari raya
biasanya tinggi, sehingga kebutuhan pekerja yang mau bekerja borongan makin
49
tinggi. Melakukan pekerjaannya terserah pihak konveksi, kapan mereka mau dan
Dalam sistem kerja paruh waktu tergantung pada waktu luang yang tersedia bagi
si pekerja, misalnya pada waktu jam 8 pagi sampai jam 12 siang atau dari jam 12
c) Sistem kerja penuh. Dalam sistem kerja penuh misalnya dari jam 8 pagi sampai
jam 5 sore.
Dalam sistem kerja secara bergantian dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang, dari
jm 1 siang sampai jan 5 sore, dari jam 8 malam sampai jam 12 malam, dan dari
e) Sistem kerja lembur di malam hari biasanya dari jam 8 malam sampai jam 5
pagi.
dari jumlah output yang besar, biasanya pekerja musiman ini disewa untuk
mengejar waktu yang ditetapkan oleh konsumen konveksi. Pekerja musiman ini
membutuhkannya lagi.
a) Jumlah jam kerja perharinya selama 9 jam dengan upah Rp. 15.000
b) Jumlah jam kerja perminggunya selama 54 jam dengan upah Rp. 90.000
c) Jumlah jam kerja perbulannya selama 216 jam dengan besar upahnya sekitar
Rp. 450.000
Konveksi ini juga membuat kriteria besarnya upah yang diterima pegawai
kancing, memasang payet dan memasang ukuran upahnya sekitar Rp. 5000
perharinya.
b) Pekerja yang kerjanya hanya menjahit pakian upahnya Rp. 15.000 perharinya,
c) Pekerja yang kerjanya hanya menggosok baju upahnya Rp. 10.000 perharinya.
kenaikan upah tersebut harus berdasarkan hasil promosi, apakah kinerja seorang
pekerja memang baik dan bisa melampau target produksi. Biasanya terjadinya
gaji pegawai
pengawas, sekretaris dan manajer. Semua pegawai akan ada pengangkatan kerja.
Namun persyaratannya agar agar terjadi peningkatan posisi seorang pegawai dari
tingkat yang satu ketingkat yang lain yang lebih tinggi posisinya juga sekaligus
51
memberikan kenaikan gaji atau pemberian bonus sesuai dengan kinerja yang
dicapai oleh seorang pegawai selama 5 tahun, pegawai tersebut harus melakukan
evaluasi ini dilakukan oleh pihak konveksi setiap tahun. Hal ini menunjukan bahwa
jika kinerja seorang pekerja memang baik dan bisa melampaui target yang
peningkatan jabatan pada setiap tahunnya. Tentu saja peningkatan tersebut harus
melalui beberapa proses evaluasi yang tidak mudah untuk melihat prestasi pekerja.
Kenaikan posisi atau jabatan itu sendiri dapat diberikan kepada seorang pekerja
jika memang ada posisi kosong diatasnya. Atau dengan kata lain, promosi baru
dilakukan apabila ada pegawai yang pensiun atau keluar dari konveksi ini.
Dalam hal evaluasi, proses ini dilakukan secara kontinyu kepada semua
pekerjaannya, tanggung jawab, kerja sama dan hasil kerjanya. Sistem penilaian
promosi tersebut secara administratif atau individual dimana ada form khusus
yang dipersiapkan oleh bagian HRD yang harus diisi oleh masing-masing manajer
dan bawahannya.
Berdasarkan data dari berbagai informan yang ada bahwa pekerja anak
menjadi komoditi dalam tenaga kerjanya dalam memproduksi suatu pakaian serta
Sedangkan nilai ekonomis pekerja anak bagi keluarga mereka hanya untuk
keluarganya.
membungkus pakaian.
karena upah pekerja anak tidak tinggi dan mudah untuk diaturnya
Akan banyak hal yang berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran tenaga
Pada konveksi ini, produksi pada waktu sekitar hari raya biasanya sangat
tinggi, sehingga kebutuhan pekerja yang mau bekerja borongan atau paruh
waktu sangat tinggi. Pekerja paruh waktu ini diminati karena tidak
dengan upah yang rendah dan tidak dapat membela hak-hak mereka.
Tersedianya tenaga kerja anak juga sangat berpengaruh dalam hal ini, antara
lain:
anak sangat tergantung pada waktu luang yang tersedianya bagi anak
kebiasaan untuk melibatkan anak dalam kegiatan kerja, baik di rumah atau di
luar rumah bukanlah hal yang baru. Bahkan ada kesan kuat melibatkan dan
melatih anak untuk bekerja sejak dini dipandang sebagai sebuah keharusan dan
proses yang mesti dilalui anak sebelum mereka beranjak dewasa memasuki
adiknya yang masih kecil. Pada saat ayah dan ibunya bekerja, anak yang sudah
berusaha 10 tahun apalagi yang sudah mencapai usia belasan tahun, biasanya
makanan, adiknya. Tidak jarang pula terjadi seorang anak yang terpaksa
mengasuh anak kerabatnya atau anak tetangganya yang masih kecil dengan
upah atau imbalan dan tidak selalu berupa uang sebagai balas jasa mereka yang
Pada saat mulai dirasa cukup kuat dan ini batasannya sangat relatif
sekali, selain pekerjaan domestik rumah tangga, beban lain yang biasanya mesti
dalam kegiatan produktif, entah itu sebagai pekerja keluarga atau bekerja di
Bagi keluarga miskin informan II, anak pada dasarnya memang memiliki
fungsi ekonomi yang cukup penting dan bahkan tidak jarang terjadi anak
menjadi salah satu tiang penyangga ekonomi keluarga yang sangat strategis.
Anak-anak yang bekerja di sektor industri kecil dengan upah harian, diakui
antara lain:
a. Lingkungan fisik
56
raya besar.
sepanjang jalan.
b. Di bidang ekonomi.
semakin meningkat.
c. Di bidang Sosial.
menyerap tenaga kerja yang lebih besar lagi sehingga dapat mengurangi
58
a. Lingkungan fisik
Pengaruh yang negatif dilihat dari adanya polusi udara, air dan suara
yang sering keluar masuk konveksi dan bisingnya suara mesin yang
b. Lingkungan sosialnya.
rendah dan SDM yang kurang hal ini dikarenakan banyakya anak-anak
sekolahnya. Hal ini dikarena orang tua mereka yang sudah tidak mampu
BAB III
belakang dan motivasi yang berbeda, salah satu motivasi anak untuk bekerja karena
tekanan kondisi ekonomi sosial orang tuanya yang tidak cukup untuk biaya
kebutuhan sehari-hari. Adanya berbagai faktor yang menyebabkan pekerja anak tidak
dapat melanjutkan sekolahnya lagi dan Sulitnya pekerja anak dalam mengatur alokasi
Dari hasil data yang peneliti dapat di lapangan, bahwa sebagian besar
pekerja anak berasal dari keluarga miskin dengan kondisi perekonomian yang
orang tua informan 1 sudah berusia 40 tahun dan pendidikannya sangat rendah
yang hanya lulusan SD saja, namun ia tetap semangat bekerja walaupun hanya
sebagai penjual nasi uduk saja dan penghasilan perbulannya hanya sekitar Rp
Rp.450.000 sebulan, namun sekolahnya tidak sampai lulus SMP, sedangkan anak
yang ke dua usinya 9 tahun dan masih sekolah SD kelas 3 dan anak yang
terakhir masih 4 tahun usianya. Orang tua informan 1 tidak mampu lagi
800.000 sebulan, sedangkan istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga saja.
usianya 17 tahun dan ia lulusan SMP namun ia sudah kerja di bengkel dan
penghasilannya hanya Rp 300.000 bulan, anak kedua laki-laki usia 15 tahun dan
sebulan, namun ia sekolahnya tidak sampa lulus SMP, sedangkan anak yang
ketiga masih sekolah SD kelas 6 dan anak yang terakhir masih SD juga kelas 3.
Latar belakang sosial ekonomi pada keluarga informan III tak kalah
minimnya, Orang tua informan III berusia 46 tahun dan ia hanya lulusan SD saja.
Rp. 500.000 sebulan contohnya, orangtua Informan V sudah berusia 40 tahun dan
62
pendidikan ia sangat rendah yang hanya lulusan SD saja. Istrinya sudah lama sakit
keras dan dirawat di rumah. Istrinya sudah hampir 3 tahun merasakan sakit namun
mereka tidak mampu membawa istrinya kerumah sakit untuk berobat dan dirawat
rumah.
usianya sudah 18 tahun dan lulusan SMP namun ia tidak bekerja karena susahnya
mendapatkan pekerjaan saat ini, Anaknya yang kedua usianya 16 tahun dan lulusan
450.000 sebulan. Sama halnya seperti anaknya yang ketiga usianya baru 14 tahun,
namun sekolahnya hanya sampai kelas 2 SMP saja karena ia tidak mau meneruskan
hanya Rp 450.000 sebulan. Anak yang keempat usianya 10 tahun dan masih
lebih baik dari ketiga informan di atas. Orang tua informan IV usianya 45 tahun
dan pendidikan akhirnya hanya SD. Ia bekerja sebagai satpam di sekolah dan
masih 14 tahun dan ia hanya lulusan SD saja, namun ia sudah kerja di konveksi
pakaian dan penghasilannya sekitar Rp 450.000 sebulan, anak yang kedua masih
10 tahun, ia juga berhenti sekolah di kelas 4 SD, anak yang ketiga baru masuk
kelas 1 SD sedangkan anak yang keempat masih kecil usianya baru 3 tahun.
Kalau peneliti amati bahwa kedua orang tua informan IV sudah bekerja ditambah
semua anaknya, tapi kenapa anaknya yang kedua malah berhenti di tengah jalan.
64
kehidupan ekonomi keluarga. Di usia yang masih produktif mereka sudah harus
Faktor utama penyebab anak putus sekolah adalah kesulitan ekonomi atau
karena orang tua tidak mampu menyediakan biaya bagi sekolah anak-anaknya.
observasi peneliti di lapangan bahwa kondisi ekonomi dan sosial pada keluarga
informan V sangat minim sekali. Orang tua informan V sudah berusia 47 tahun
dan pendidikan ia sangat rendah yang hanya lulusan SD saja, namun ia tetap
semangat bekerja walaupun hanya sebagai supir angkot saja dan penghasilan
usianya 17 tahun dan sudah bekerja di konveksi pakaian serta penghasilannya Rp.
65
450.000 sebulan, anak yang kedua masih berusia 14 tahun dan sekarang ia masih
penghasilannya Rp. 168.000, anaknya ketiga usianya 12 tahun dan masih kelas 6
SD dan anak usianya masih 9 tahun dan kelas 3 SD. Istri beliau bekerja sebagai
2. Informan.II
Ayah 44 thn Lulusan SD Buruh Bangunan Rp. 800.000
Ibu - - Ibu Rumah Tangga -
Anak 1 17 thn Lulusan SMP Bekerja di Bengkel Rp. 300.000
Anak 2 15 thn Tidak lulus SMP Bekerja di Konveksi Rp. 500.000
Anak 3 12 thn Kelas 6 SD _ _
Anak 4 9 thn Kelas 3 SD _ _
3. Informan.III
Ayah 46 thn Lulusan SD Pedagang Makanan Rp.500.000
Ibu (Sakit) - - Ibu Rumah Tangga -
Anak 1 18 thn Lulusan SMP Pengangguran -
Anak 2 16 thn Lulusan SMP Bekerja di Konveksi Rp. 450.000
Anak 3 14 thn Tidak lulus SMP Bekerja di Konveksi Rp. 450.000
Anak 4 10 thn Kelas 4 SD _ _
Anak 5 3 thn - _ _
4. Informan.IV
Ayah 45 thn Lulusan SD Satpam di Sekolah Rp. 800.000
Ibu - - Pedagang Minuman Rp. 400.000
Anak 1 14 thn Lulusan SD Bekerja di Konveksi Rp. 450.000
Anak 2 10 thn Tidak Lulus SD _ -
66
1) Bidang Ekonomi
a) Kemiskinan
Kemiskinan orang tua adalah merupakan salah satu faktor yang sering
perekonomian keluarga sampai saat ini masih. menjadi alasan anak untuk
meningkat dan jumlah pengangguran pun ikut meningkat yang pada akhirnya
semakin rendah.
“Saya berhenti sekolah karena orangtua saya gak punya uang lagi
untuk membiayai sekolah saya yang mahal, saya kan dari kluarga
miskin mbak, makanya saya lebih baik bekerja untuk membantu
perekonoman keluarga.” Ujar informan I.
67
Dengan kondisi yang demikian jelaslah bahwa kemiskinan orang tua akan
tidak ada alternatif lain bagi orang tua selain mengharapkan anak-anaknya
meningkat dan hampir tak terpikul di pundak orang tua dari golongan bawah,
ke sekolah dan banyak lagi yang harus berhenti sekolah. Di samping itu juga
biaya pendidikan yang cukup besar, tidak seimbang dengan uang yang
belakang pendidikan orang tua yang relatif rendah atau bahkan sama sekali
acuh tak acuh pada urusan sekolah anaknya. Orang tua memang sulit
68
pada sekolah. Karena bagi mereka sekolah hanyalah membuang waktu dan
Orang tua selalu berpikir dan menimbang untung ruginya daripada sekolah itu.
Orang tua yang ekonominya tidak mampu ditambah lagi dengan pendidikan
yang kurang, tidak mendorong anak-anaknya untuk lebih lama tetap tinggal di
yang lebih baik dari mereka, karena mereka sendiri tidak punya kesempatan
dalam hal itu. Sehingga anak dengan terpaksa bekerja di konveksi pakaian
tersebut.
memang cukup luas, tetapi pengadaan sekolah masih terbatas di kota-kota saja
pula dibangun pada daerah tertentu, dengan demikian sebagian anak-anak tidak
dapat memasuki sekolah itu, karena jaraknya jauh dan akibatnya anak tersebut
“Duh mbak jujur saja, saya malas mbak belajar habisnya susah
banget pelajarannya, apalagi jarak dari rumah saya ke sekolah
jauh banget, makanya saya lebih memilih bekerja dan punya
uang sendiri.” Ujar Informan III.
Apabila jarak tempat tinggal murid dari sekolah jauh, murid-murid kadang-
kadang tidak teratur datang ke Sekolah. Orang tua pun jadi enggan untuk
melepas anaknya pergi ke sekolah, mereka takut dengan keadaan di jalan yang
tidak terjamin, akibatnya anak sering absen akhirnya dikeluarkan dari sekolah.
adalah merupakan penanaman modal. Enam tahun belajar di sekolah dasar, tiga
tahun di sekolah menengah tingkat pertama dan tiga tahun pula di sekolah
menengah tingkat atas serta empat tahun pula di penguruan tinggi. Seandainya
tidak ada tinggal kelas, minimal delapan belas tahun lamanya untuk menuntut
ilmu pengatahuan dan berapa banyak uang yang dihabiskan untuk itu? berapa
banyak pula uang yang hilang karena kita bersekolah namun tidak dapat
70
bekerja?
tidak dapat langsung bekerja baik karena lowongan yang tidak ada maupun
beban orang tua, walaupun sudah mengeluarkan biaya cukup besar untuk
menyekolahkan mereka.
3) Bidang Budaya
Pekerja anak di pedesaan selalu berkaitan dengan tradisi atau budaya membantu
orang tua. Orang tua pun meyakini bahwa memberi pekerjaan kepada anak
dan proses yang harus dilalui agar ia bisa lebih mandiri sebelum mereka
konteks ini, berbagai langkah dapat dilakukan, seperti memberi kredit lunak
miskin.
Membebaskan uang sekolah bagi anak-anak terutama yang berasal dari keluarga
sekolah. Tetapi harus pula disertai dengan memberikan berbagai keperluan lain,
seperti seragam, buku dan sebagainya. Khusus pekerja anak yang merupakan
pendapatannya yang hilang akibat bekerja. Jenis pendidikan pun tidak harus
72
pendidikan formal, terutama bagi pekerja anak yang telah putus sekolah, tetapi
sehingga yang diterima antar tamatan tingkat pendidikan yang rendah dan tinggi
jelas berbeda. Dengan demikian, ada rangsangan bagi orang tua untuk berupaya
anak, tetapi juga bagi orang tua. Sebab, berdasarkan penelitian ini, pandangan
timbulnya pekerja anak. Meminta kepala rumah tangga yang umumnya telah
dewasa untuk duduk kembali ke bangku sekolah tentunya sangat sulit. Oleh
melibatkan tokoh agama atau tokoh masyarakat. Adanya pemerataan sarana dan
adalah berada pada pusat perkampungan penduduk atau berada dalam daerah
jangkauan, sehingga anak-anak umur sekolah yang berada pada jarak terentu
kejenjang yang lebih tinggi. Namun faktor penyebab putusnya sekolah anak di
tengah jalan juga karena kesibukan anak dengan bekerja. Oleh karena itu pola
sangatlah penting.
Pekerja anak harus dapat mengatur waktu baik untuk belajar di sekolah
maupun untuk bekerja di konveksi tersebut. Hampir setiap hari jam 5 pagi pekerja
piring dan memasak makanan untuk sarapan pagi. Setelah jam 6.30 pagi pekerja
anak akhirnya berangkat sekolah. Ia lebih memilih berjalan kaki dari rumah
terbiasa dengan cara seperti itu. Ia hanya bermodal semangat yang tinggi dan
hanya memegang uang sekedarnya saja untuk membeli buku. Ia membawa bekal
makanan dan minuman dari rumah, semua itu ia lakukan untuk mengirit biaya.
74
jam masuk sekolah. Jam 7.30 pelajaran pertama dimulai, dengan tenang dan
penuh semangat ia menyimak pelajaran yang diterangkan oleh ibu guru di depan
kelas. Pada saat jam istirahat tepatnya jam 9.00 semua siswa tergesa-gesa ke
kantin untuk makan siang, namun karena ia membawa bekal makanan siang dari
rumah jadi ia tidak ikut bersama teman-teman ke kantin, ia lebih baik tetap berada
di dalam kelas untuk memakan makanan bekal yang dibawa dari rumah. Setelah
Akhirnya bel pulang sekolah telah berbunyi tepatnya jam 12 siang, ia pun
langsung mengganti baju dan menaruh tas yang berisi buku pelajaran sekolah, Ia
sempatkan diri untuk makan siang walau hanya sesuap atau dua suap agar punya
tenaga untuk bekerja. Setelah makan siang ia langsung pergi ke konveksi pakaian
yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Jam 1 ia tiba di konveks pakaian dan
hanya separuh waktu saja dari jam 1 siang sampai jam 6 sore. Namun
pekerjaannya ini hanya bersifat sementara saja, kalau kontraknya habis atau
gajinya akan digunakan unuk biaya sekolahnya dan untuk uang jajan adik-
adiknya.
“Ya tadinya saya gak setuju mbak kalau anak saya bekerja, habisnya
saya takut sekolahnya terganggu trus berhenti deh sekolahnya, kan sia-
sia saja perjuangan saya selama ini membanting tulang hanya untuk
kelanjutan sekolahnya, Siapapun orang tua pasti menginginkan anak-
anaknya sekolah sampai keperguruan tinggi tapi karena anak saya sudah
berjanji tidak akan meninggalkan sekolahnya ya akhirnya saya
mengijinkannya juga untuk bekerja sambil sekolah.” Tutur kata orang
tua informan V.
Awalnya orang tuanya tidak setuju kalau ia bekerja dikonveksi ini, karena
mereka takut menggangu konsentrasi sekolahnya tapi karena niat dan tekad
rumah, walau secara fisik ia merasa lelah namun secara batin ia bahagia karena ia
bisa membantu orang tua membiayai sekolahnya sendiri tanpa membebani orang
tua. Sesampainya di rumah ia langsung mandi dan makan malam bersama orang
tua dan adik-adiknya, walaupun orang tuanya dan ia selalu disibukkan sehari-
harinya dengan bekerja namun hal yang paling membahagiakan di saat makan
dengan mencari pekerjaan sampingan atau menambah jam kerja kerja, upaya lain
yang basanya dilakukan adalah berusaha bersikap lebih hemat dalam kehidupan
PRnya, selesai belajar ia langsung tidur di kamar untuk beristirahat agar esoknya
ia bangun lebih segar dan bisa mengawali pagi yang cerah. Setiap hari aktifitas Ia
sekolah sambil bekerja dapat mengakibatkan kita berhenti sekolah di tengah jalan
karena kesibukan bekerjanya, tetapi apabila kita dapat mengatur waktu antara
beriringan jadi tidak ada yang ditinggalkan. Ia lebih mengutamakan belajar dari
belajar di rumah dan tentu saja ia pun tidak lupa membantu orang tuanya di
BAB IV
Pada pokok bahasan ini saya ingin menggambarkan perbedaan pandangan orang tua
dan anak dalam memaknai arti pendidikan sehingga pekerja anak lebih memilih
bekerja dari pada melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Selain
itu juga saya ingin menggambarkn bentuk-bentuk eksploitasi yang didapatkan pekerja
anak selama bekerja dikonveksi pakaian tersebut dan dampak-dampak dari eksploitasi
dalam suatu pola tindakan, ingin bertindak ke arah yang lebih baik dan mapan.
Dinamika dalam masyarakat timbul dan ada karena individu sebagai anggota
79
masyarakat tidak puas dengan apa yang ada. Mereka ingin selalu bergerak maju
dan menguasai lama dengan teknologi mutakhir. Mereka ingin bertindak lebih
efisien dan efektif, tepat guna dan berdaya guna. Menurut masyarakat dinamis
bahwa pendidikan adalah alat utama dan menentukan demi perkembangan masa
membimbing individu agar dapat mengembangkan diri sendiri dan mampu hidup
lebih baik dalam masyarakat, sesuai dengan keadaan dan lingkunganya masing-
masing.
Berdasarkan data yang peneliti peroleh bahwa pada dasarnya setiap orang tua
ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya agar anak-anak mereka
kelak mempunyai masa depan yang cerah. Namun semua hal itu tetap terkait
dengan latar belakang ekonomi sosial orang tua yang dimilikinya. Pandangan
anaknya
sehingga tidak punya uang lagi untuk membiayai sekolah semua anaknya. Ia
menganggap bahwa pendidikan itu penting untuk masa depan anaknya, karena
mampu menyekolahkan anaknya yang ketiga dan anak kempat saja dengan
fasilitas belajar yang pas-pasan, buku tulis yang kumal, tas yang sederhana,
Sepanjang orang tua masih memiliki sumber pendapatan yang bisa diandalkan
untuk hidup, sebenarnya mereka mengakui tidak memiliki keinginan sama sekali
untuk meminta anaknya putus sekolah ditengah jalan, minimal sampai lulusan
SD. Namun karena sebagian besar orang tua responden tidak memiliki pekerjaan
tetap atau hanya bersifat temporer saja, maka mereka pun kemudian hanya bisa
Rendahnya pendidikan dan wawasan orang tua, dalam banyak hal akan
dibesarkan dalam keluarga yang orang tuanya tidak berpendidikan dan ditambah
akan ikut apatis terhadap arti penting sekolah. Keluarga-keluarga yang tak
Latar belakang tingkat pendidikan orang tua yang relatif rendah atau bahkan sama
sekali tidak pernah sekolah, memang sulit berharap orang tua responden mau dan
formalitas saja. Pandangan dan harapan orang tua informan IV yang sempit
seperti ini menyebabkan orang tua si anak biasanya bersikap acuh tak acuh pada
urusan sekolah anaknya. Sehingga mereka lebih memilih anaknya untuk bekerja
dari pada sekolah. Karena bagi mereka sekolah hanyalah membuang waktu dan
uang saja.
sehingga ia mampu hidup dan melanjutkan kehidupan pendidikan dalam arti yang
hakiki adalah mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan
melanjutkan kehidupan.
supaya menjadi orang besar yang berjasa kepada nusa dan bangsa, menjadi
dokter, insinyur dan lain-lain. Semua itu tergantung kepada keinginan seorang
anak.
mempertahankan hidup. Kebutuhan hidup mereka penuh dari usaha yang mereka
“Duh mbak jujur saja, saya malas mbak belajar udah jauh
sekolahnya dan susah banget pelajarannya, makanya saya
lebih memilih bekerja dan punya uang sendiri. Lagian juga
orangtua saja tidak mampu membiayai sekolah saya lagi.
Kasihan bapak saya uangnya sudah habis untuk membeli obat
ibu saya.” Tutur kata informan III.
Kondisi ekonomi sosial keluarga telah mempengaruhi minat sang anak untuk
berhenti sekolah. Seperti yang dirasakan informan III ini, ia merasa prihatin
Ayahnya yang sibuk berdagang dari pagi sampai sore dan ibunya yang sedang
terbaring sakit menyebabkan ia kekurangan kasih sayang dan perhatian dari kedua
orang tuanya. Sehingga si anak sendiri kemudian tidak pernah merasakan bahwa
sekolah itu memang penting bagi masa depannya Hal ini menyebabkan si anak
menjadi malas untuk belajar baik di rumah maupun di sekolah, karena ia melihat
teman-temannya yang sudah bekerja dan punya uang sendiri, sehingga ia pun ikut-
Walaupun Informan IV sudah tidak belajar di sekolah lagi, namun ia dapat belajar
kehidupan baru dengan spesialisasi yang baru pula. Pendidikan yang baik adalah
sekolah dengan bekerja pasti semuanya dapat berjalan dengan beriringan. Adapun
86
kepada anak untuk bekal hidupnya setelah ia tamat dan sekaligus merupakan
mendatang.
bekerja dari pada melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Pekerja
anak ingin mempertahankan hidup dengan bekerja dalam jumlah jam yang panjang
dan upah yang rendah. Semua itu ia lakukan karena mereka tidak mempunyai
pilihan lain karena tidak memiliki alat produksi. Jadi satu-satunya pilihan mereka
87
adalah menawarkan tenaga mereka dengan upah dan jam kerja yang ditentukan
keluarga mereka. Para suami atau ayah dipaksa memperlakukan anggota keluarga
Teori nilai lebih menurut Marx merupakan diferensi antara nilai pekerjaan
dengan nilai tenaga kerja. Pekerja anak mampu memproduksikan suatu barang
dengan jumlah yang banyak dan jam kerja yang panjang, namun upah yang
diterima pekerja anak sangat rendah tidak sesuai dengan pengorbanannya dalam
mekanisme sistem kerja anak. Dimana jumlah jam kerja pegawai laki-laki 9 jam ke
perminggunya selama 54 jam dan jam kerja perbulannya selama 216 jam.
Panjangnya jam kerja ini tentu saja sangat menyiksa pekerja anak yang umurnya
masih terlalu dini. Anak yang seharusnya dapat menikmati hidup masa kanak-
kanaknya dengan hak-hak dasar mereka yang ingin berkembang secara sehat dan
wajar.
Menurut teori nilai lebih Kalr Marx bahwa untuk menciptakan nilai yang
88
seimbang dengan upahnya, sebenarnya pekerja anak hanya perlu bekerja selama 4
jam, tetapi karena ia sudah menjual seluruh tenaga kerja kepada majikan, ia harus
jam melebihi apa yang perlu untuk menggantikan tenaga kerja anak itu adalah nilai
lebih.
Dalam nilai tenaga kerja bahwa pekerja anak di dalam konveksi pakaian
tersebut masih rendah. Dimana sebagian besar pekerja anak yang bekerja
memasang kancing, memasang payet dan memasang ukuran baju dalam waktu 9
jam dengan upah perharinya hanya Rp 15.000 saja atau perbulannya hanya Rp.
450.000. Upah ini tentunya sangat kecil bagi pekerja anak. Sebagian besar
informan mengaku bahwa upahnya itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari. Belum lagi di konveksi ini pernah terjadi penunggakan gaji yang tidak
nilai lebih yang diciptakan oleh pekerja anak dengan pekerjaan yang panjang jam
kerjanya serta upah yang rendah. Oleh karena itu Menurut Karl Marx bahwa para
89
pekerja anak dalam sistem kapitalis dipaksa melaksanakan pekerja yang tidak
sangat baik meskipun diantara pekerja anak pernah dimarahi oleh atasannya.
bekerja.
Namun ada juga pernyataan dari Informan III bahwa kemarahan atasan bekenaan
dengan kualitas produk yang dihasilkan, maka dapat dikatakan bahwa umumnya
hubungan pekerja anak dengan teman-teman kerjanya ternyata cukup baik, karena
sesuai dengan pernyataan semua informan bahwa mereka tidak pernah bertengkar
yang berada dikawasan konveksi juga terjalin dengan baik karena sebagian besar
mengenal.
sangat terasa. Ruangan yang tidak cukup luas di penuhi dengan bahan-bahan dan
peralatan yang memakan banyak tempat. Meskipun demikian, para pekerja anak
tetap jauh dari bahan dan alat yang berbahaya. Semua informan peneliti
pekerjaan. Yang dimaksud gangguan dalam hal ini meliputi suara bising, asap,
Lepas dari risiko yang memang melekat pada suatu jenis pekerjaan, bahwa pada
informan I dan II pernah terluka akibat kecelakaan kerja. Untungnya hanya luka
Dalam hal fasilitas kesejahteraan, mereka mendapatkan apa yang didapatkan oleh
pekerja dewasa pada tingkatan yang sama. Jika pekerja anak mengalami
Puskermas.
Panjangnya jam kerja tentu saja membawa berbagai dampak buruk bagi
pekerja anak baik secara fisik maupun mentalnya. Bekerja dalam jangka waktu
yang panjang, selain tidak sesuai dengan kondisi fisik anak-anak, juga mempunyai
pendidikan karena waktu mereka habis untuk bekerja bahkan ada pembagian
jam kerja pada malam hari sehingga mereka baru sampai di rumah pada pagi
harinya. Jam kerja yang panjang tersebut menyebabkan sang anak disibukkan
92
b. Kasih sayang: Kasih sayang kedua orang tuanya pun agak berkurang karena
terbatas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
cita dan harapannya agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi.
Pendidikan yang baik adalah yang mampu menciptakan lapangan kerja baru
pekerja anak juga memperoleh sikap, nilai, keterampilan dan pengetahuan dari
Kemiskinan orang tua adalah merupakan salah satu faktor yang sering
sebagian besar Informan berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi rendah.
Disamping itu juga biaya pendidikan yang cukup besar, tidak seimbang dengan
uang yang mungkin mereka terima sebagai pekerja. Selaion itu juga terjadinya
penyediaan sarana dan prasarana sekolah telah menghambat pekerja anak untuk
anak ingin merubah status sosialnya lebih tinggi dari orang tuanya agar
94
anak untuk bekerja karena pekerjaan yang dilakukan memang cocok dikerjakan
anak ini banyak dicari karena mereka dapat dibayar lebih murah, mereka pun patuh
dan tidak membantah, mau ditempatkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan
pekerjaan tetap atau hanya bersifat temporer saja, maka mereka pun kemudian
hanya bisa pasrah dan akibatnya pendidikan anak terpaksa dikorbankan. Pekerja
anak dengan pilihan rasionalnya beserta alasan yang kuat sehingga ia lebih
memilih bekerja dari pada melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi.
Pekerja anak bekerja dengan jumlah jam yang panjang dan upah yang rendah.
Namun pekerja anak hampir tidak mempunyai pilihan lain karena tidak memiliki
alat produksi. Jadi satu-satunya pilihan mereka adalah menawarkan tenaga mereka
dengan upah dan jam kerja yang ditentukan oleh majikannya itu supaya dapat
bertahan hidup.
keuntungan karena nilai lebih yang diciptakan oleh pekerja anak dengan pekerjaan
yang panjang jam kerjanya serta upah yang rendah. Oleh karena itu Menurut Karl
Marx bahwa para pekerja anak dalam sistem kapitalis dipaksa melaksanakan
95
Mekanisme jumlah jam kerja yang berlaku pada konveksi pakaian ini
telah mengeksploitasi tenaga pekerja anak yang berbeda berdasarkan jenis kelamin.
Jumlah jam kerja pegawai seharinya sekitar 9 jam. Panjangnya jam kerja ini tentu
saja sangat menyiksa pekerja anak yang umurnya masih terlalu dini. Anak yang
mereka yang ingin berkembang secara sehat dan wajar. Selain itu juga Upah yang
rendah tidak sesuai tenaga yang dikeluarkan pekerja anak. Upah perhari pekerja
anak hanya Rp. 15.000 atau perbulannya hanya sekitar Rp 450.000. Upah ini
tentunya sangat kecil bagi pekerja anak. Sebagian besar informan mengaku bahwa
Panjangnya jam kerja tentu saja membawa berbagai dampak buruk bagi
pekerja anak baik secara fisik maupun mentalnya. Bekerja dalam jangka waktu
yang panjang, selain tidak sesuai dengan kondisi fisik anak-anak, juga mempunyai
kehilangan empat hak dasarnya yaitu jam kerja yang panjang menyebabkan anak
tidak memiliki waktu lagi untuk mengeyam pendidikan karena waktu mereka habis
untuk bekerja, kasih sayang kedua orang tuanya pun agak berkurang karena
mereka selalu disibukan dengan bekerja dan waktu bermain dengan teman-
5.2 Saran
1) Anak yang masih diusia 15 kebawah, harus lebih fokus dengan sekolahnya
karena pendidikan itu sangat penting bagi masa depannya. Kalaupun emang
mengambil waktu sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia yaitu hanya
4 jam dalam sehari dan juga pekerja anak harus bisa mengatur waktu baik
2) Adanya kesadaran orang tua khususnya dari keluarga miskin untuk menganggap
penting pendidikan anak serta peran orang tua membantu anak dalam mengatur
3) Diharapkan bagi pihak konveksi pakaian untuk memberikan waktu kerja bagi
pekerja anak sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia yaitu hanya 4 jam
saja agar pekerja anak dapat melanjutkan pendidikannya lagi dan memberi upah
DAFTAR PUSTAKA
Azhary, Irsan. Industri kecil: sebuah tinjauan dan perbandingan. Jakarta: LP3 ES,
1986.
Haryati, Lin. Perlindungan Hak Anak pada Pekerja Anak (Survey pada Pekerja Anak
Http://www.kotabekasi.go.id/content/script/close%20tanpa%20tanggapan.php?&id=2
Http:www.datastatistik_indonesia.com/compenent/option,com_tabel/kat,1/idtabel,111
Http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-res-2000-
Oktober 2008.
Http://www.indosiar.com/new/anda-perlu-tahu/60083_pekerja-anak-dominasi-
Rosdakarya, 2004.
Rika Mahardhika, Rika. Eksploitasi terhadap Pekerja Anak Nelayan (Sudi di Muara
Angke, Pluit, Jakarta Utara). Jakarta: Program Studi PPKN, jurusan ISP,
Jakarta, 2006.
Indonesia, 2004.
Veronica, Tiurma Junita. Pekerja Anak Sektor Industr: study Korelasi Persepsi
Mei 1996.