You are on page 1of 17

MATERI KELAS 8 1.

KRIYA BATIK
Kita telah mengenal seni rupa terapan daerah di kelas VII, meliputi seni kriya dan desain. Seni rupa terapan Nusantara ini merupakan seni rupa terapan yang mencerminkan niai-nilai budaya nusantara dari berbagai daerah. Seni ini bisa dikatakan gabungan dari aneka ragam seni daerah, yang dipadukan sehingga terliat berciri etnik. Bisa juga, merupakan salah satu seni daerah dengan ciri khas budaya yang hanya ada di Indonesia. Salah satu seni rupa terapan yang memenuhi hal ini adalah seni tekstil kas Indonesia yang disebut batik. A.

Pengertian Batik

Batik adalah gambar/lukisan yang dibuat pada kain dengan bahan lilin dan pewarna (napthol), menggunakan alat yang dinamakan canting dan atau kuas serta teknik tutup-celup. Batik dapat berupa gambar pola ragam hias atau lukisan yang ekspresif. Menggambar atau melukis dengan bahan lilin yang dipanaskan dan menggunakan alat canting atau kuas disebut membatik. Dalam perkembangan selanjutnya, untuk mempercepat proses membatik digunakan cap. Itulah sebabnya, karya batik dengan canting dan cap dikenal dengan istilah batik tulis dan cap. Tetapi dalam hal mutu, karya batik yang dikerjakan dengan cap kurang unggul dibandingkan dengan mutu karya batik yang dikerjakan dengan canting. Selain itu, ada juga kain yang diberi gambar motif batik yang pengerjaannya lebih modern dengan teknik printing. Kain seperti ini bukan kain batik, melainkan kain bermotif batik. Jika peralatan dan proses pengerjaan batik dimodernisasi, kita tidak lagi dapat menyebutnya sebagai membatik. Jika demikian yang ada hanyalah motif batik. Batik memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi praktis dan estetis. Secara praktis, kain batik dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan akan pakaian, penutup tempat tidur, taplak meja, sarung bantal, dan sebagainya. Secara estetis, batik lukis bisa dibingkai dan dijadikan penghias ruangan.

B.

Desain Ragam Hias Untuk Pola Batik

Ragam hias dalam seni rupa bisa berfungsi mengisi kekosongan suatu bidang dan juga berfungsi simbolis. Sebagai contoh, ragam hias burung dalam nekara perunggu mempunyai symbol arwah nenek moyang. Ragam hias berkaitan dengan pola hias dan motif. Pola hias merupakan unsur dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang suatu hiasan. Sedangkan, motif hias merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar dalam perwujudan ragam hias, yang meliputi segala bentuk alami ciptaan Tuhan seperti manusia, binatang, tumbuhan, gunung, batuan, air, awan, dan lainnya serta hasil kreasi manusia. Jadi,

ragam hias adalah susunan pola hias yang menggunakan motif hias dengan kaidah-kaidah tertentu pada suatu bidang atau ruang sehingga menghasilkan bentuk yang indah. Ragam hias dapat dibedakan menjadi tiga motif, yaitu motif geometris, motif non geometris, dan motif benda mati. Motif geometris antara lain berupa : pilin ganda, tumpal, meander, swastika, dan kawung. Motif non geometris berupa : manusia, binatang, dan tumbuhan. Motif benda mati berupa : air, api, awan, batu, gunung , matahari.

C.

Media Berkarya Batik

1. Bahan Bahan untuk berkarya batik terdiri dari kain mori/sutera, lilin, dan zat pewarna. Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas kain mori bermacam-macam jenisnya dan sangat menentukan baik dan buruknya kain batik yang dihasilkan. Selain kain mori, kain sutera dapat juga digunakan sebagai bahan baku batik, tapi harganya sangat mahal. Kebutuhan akan kain sangat ditentukan oleh fungsinya. Misalnya, membuat sapu tangan cukup membutuhkan kain ukuran 40 x 40 cm, taplak meja membutuhkan kain ukuran sekitar 100 x 100 cm, kain jarik membutuhkan kain ukuran sekitar 100 x 250 cm, penutup tempat tidur membutuhkan kain sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Lilin adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Lilin yang digunakan untuk membatik bermacam-macam kualitasnya. Kualitas lilin itu berpengaruh terhadap daya serap warna kain batik. Berikut ini merupakan jenis-jenis lilin untuk membatik : Lilin putih berasal dari minyak latung buatan pabrik Lilin kuning, berasal dari minyak latung buatan pabrik Lilim hitam, berasal dari minyak latung buatan pabrik Lilin tawon berasal dari sarang lebah Lilin klanceng, berasal dari sarang lebah klanceng Gandarukem dan keplak sebagai bahan campuran lilin. Zat pewarna untuk membuat batik dapat diperoleh dari alam dan buatan pabrik. Untuk batik klasik, zat pewarna diperoleh dari alam, misalnya warna hijau dibuat dari daun jarak kepyar, warna merah dibuat dari daun jati muda, dan warna kuning dibuat dari rimpang kunyit yang dicampur dengan kapur sirih. Batik tradisional dan modern sudah menggunakan zat pewarna buatan pabrik, yaitu napthol dan garam. Wujunya berupa serbuk, dan dapat dilarutkan dengan air dingin. Untuk aturan penggunaan napthol dan garam disesuaikan dengan kebutuhan . untuk memperoleh napthol dan garam dapat dibeli ditoko kimia atau sablon. Untuk membuat ramuan pewarna batik siapkan napthol dan garam pada dua wadah dengan komposisi sebagai berikut: Napthol 2gr + soda api 1 gr + TRO 1 gr + 1 liter air panas Garam 6 gr + 1 liter air dingin

Ada beberapa jnis napthol yang namanya berupa singkatan. Yaitu : AS-G, AS. AS-D AS-OL, AS-BO, AS-BS. AS-BG AS-GR, AS-BR, AS-LB. Garam pewarna juga ada bermacam-macam. Yaitu yellow GC, orange GC, scarlet GC, scarlet R, red 3GL, red B, bourdeaux GP, violet B, blue BB. Blue B, black B. Paduan napthol dan garam yang berbeda akan menciptakan hasil akhir warna yang berbeda pula. AS-G neghasilkan warna muda. Seterusnya warna semakin tua sampai AS- LB yang menghasilkan warna paling tua (mulai dari kuning - jingga merah coklat). 2. Alat Peralatan untuk membatik sejak dahulu tidak banyak mengalami perubahan. Peralatan membatik dan cara mengerjakannya tidak dapat dimodernisasi karena akan menghilangkan arti batik. Hal yang perlu dimodernisasi adalah kualitas produk dan kualitas peralatan. Adapun peralatan membatik standart adalah canting, kuas, wajan, kompor, gawangan, sarung tangan, dandang besar dan setrika. Canting adalah alat pokok membatik yang menentukan apakah hasil pekerjaan disebut batik atau bukan batik. Canting berfungsi untuk menulis atau melukiskan cairan lilin pada kain, membuat motif-motif batik yang diinginkan. Alat ini terbuat dari bahan tembaga yang dipadukan dengan bamboo sebagai tangkainya. Canting terdiri dari tangkai yang terbua dari bambu, badan canting yang berfungsi untuk mengambil dan menampung cairan lilin dari wajan, dan carat pipa kecil melengkung untuk jalan keluar cairan lilin. Menurut fungsinya , canting dapat dibedakan menjadi dua, yaitu canting rengrengan (batikan pertama kali sesuai dengan polanya), dan canting isen (mengisi bidang batik). Menurut besar kecilnya, canting dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : canting kecil, sedan dan canting besar. Menurut banyaknya carat, canting dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : canting cecekan, canting loron, dan canting talon (bercarat tiga), Kuas untuk membatik hendaknya tahan panas, fungsi kuas untuk menutup bidang yang luas, sehingga cepat selesai. Wajan adalah peralatan yang terbuat dari logam baja yang berguna untuk mencairkan lilin untuk membatik. Ukuran wajan untuk membatik biasanya kecil. Wajan yang baik hendaknya memiliki tangkai, sehingga mudah untuk diangkat dan diturunkan dari kompor. Kompor untuk membatik beruuran kecil. Gunanya untuk memanaskan wajan, sehingga lilinnya cepat mencair. Gawangan adalah peralatan yang berguna untuk membentangkan kain yang dibatik. Gawangan dapat dibuat dari kayu atau bamboo. Gawangan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipindahkan., tetapi harus kuat dan ringan. Sarung tangan gunanya untuk melindungi tangan agar tidak terkena warna saat proses pewarnaan. Dandang besar berguna untuk pelarutan lilin yang melekat pada kain dengan merendam dan mendidihkan air serta diberi soda abu.

Setrika berguna untuk menghilangkan lilin pada kain. Dengan panas dari setrika, lilin akan berpindah ke kertas Koran. 3. Teknik Membatik Teknik membatik pada umumnya adalah tutup-celup. Kain ditutup dengan lilin, kemudian dicelup pada zat pewarna. Untuk variasi teknik dapat juga menggunakan cara ikat celup, yaitu kain diikat dengan tali, kemudian dicelup dengan zat pewarna.

D.

Langkah-Langkah Membatik
1. Desain Desain adalah menggambar pola hias pada kertas gambar. Setelah itu gambar pola hias dipindahkan ke kain menggunakan pensil gambar. 2. Persiapan Hal-hal yang perlu disiapkan dalam membatik adalah bahan atau kain yang sudah digambari, lilin, pewarna, serta alat berupa canting, kuas wajan dan kompor atau anglo. Pertama kali kompor dinyalakan, kemudian wajan diletakkan diatas kompor, setelah itu masukkan lilin ke dalam wajan. Tunggu hingga lilin mencair atau meleleh. 3. Proses a. Lilin yang sudah mencair diambil dengan canting. b. Menuangkan lilin dalam canting melalui carat di atas permukaan kain sesuai dengan garis gambar. Kalau perlu, ditiup agar lilin tidak menyumbat. c. Kain diberi isen-isen (isian yang berupa titik, garis, bidang, tekstur) dengan lilin. d. Kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan pada wadah yang berisi larutan garam. e. Kain dicelup dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna pertama. f. Kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian kemudian dicelupkan lagi pada larutan garam. g. Kain dituup dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna kedua. h. Kain dicelupkan oada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan lagi pada wadah yang berisi larutan garam. i. Kain ditutupi dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna ke tiga. j. Kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan lagi pada wadah yang berisi larutan garam. Mewarnai batik dimulai dari warna yang paling muda menuju warna yang paling tua (kuning, jingga, hijau, biru, merah, coklat, merah hati, hitam). Jika menghendaki satu warna saja, cukup dicelup sekali saja. k. Kain dimasukkan ke dalam dandang yang berisi air mendidih dan soda abu untuk melarutkan lilin.

l. Menghilangkan lilin yang melekat pada kain dengan setrika yang beralaskan kertas Koran. 4. Pekerjaan akhir Pekerjaan akhir membatik terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut : a. Mengeringkan kain batik yang masih basah ditempat yang teduh. Gunanya agar batik menjadi lebih keluar, b. Membingkai batik lukis pada kayu spanram. Ini dilakukan bila kain batik hendak dijadikan hiasan dinding. c. Melipat dan menyimpan kain batik tulis pada tampatnya. Akan lebih baik lagi bila kain batik itu disimpan dengan cara menyampirkannya ke sebilah kayu sehingga tidak cepat rusak akibat terlipat-lipat.

2. GAMBAR ILUSTRASI
A. Sejarah Seni Ilustrasi di Indonesia Istilah ilustrasi berasal dari bahasa Latin Ilustrare yang berarti menjelaskan. Penjelasan ini berhubungan dengan buku pelajaran, buku ilmiah, buku cerita, karya sastra, majalah dan surat kabar. Selain itu ilustrasi dapat berfungsi untuk menghias halaman buku atau majalah dan surat kabar pada kolom-kolom tertentu. Jadi, gambar ilustrasi merupakan karya seni rupa dua dimensi ynag bertujuan untuk memperjelas suatu pengertian Seni Ilustrasi di Indonesia sudah dikenal sejak lama, hanya tidak dipopulerkan seperti saat ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya gambar-gambar yang terdapat dilembaran daun lontar yang fungsinya juga sebagai penghias. Contoh lainnya yaitu wayang beber. Wayang ini berupa lembaran ilustrasi yang ceritanya dituturkan dimuka umum oleh seorang dalang, bukan dimainkan seperti boneka (wayang kulit dan wayang golek). Sedangkan seni ilustrasi modern seperti yang kita kenal sekarang baru berkembang sejak masa penjajahan Belanda. Ketika Balai Pustaka didirikan pada tanggal 22 september 1917 , banyak bermunculan ilustrator dari Indonesiayang bekerja di majalah Panji terbitan Balai Pustaka. Misalnya Ardisoma, Abdul Salam 'Kasidi' Nasroen dan sebagainya. Selain itu juga banyak ilustrator Belanda seperti J. Van Der Heyden, Juan Sluiters dan Susan Beynon. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku-buku terbitan Indonesia yang menggunakan ilustrator Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, kemajuan pemuda Indonesia pada bidang penulisan dan penerbitan membuat pamerintah Jepang merasa khawatir dan curiga akan terjadinya pemberontakan sehingga dibentuklah badan sensor. Tujuannya agar setiap hasil karya pada pemuda yang keluar sesuai dengan keinginan pemerintah Jepang. Ilustrator yang terkenal pada saat itu adalah Karyono, Norman Carmil dan Surono yang bekerja pada majalah Asia Raya. Indonesia mulai membuat ilustrasi untuk uang kertas sendiri pada masa Orde Lama. Dengan kemajuan yang pesat dibidang tehnologi penerbitan dan ilustrasi maka

pada tahun 1951 pelukis Oesman Effendi dan ilustrator Abdul Salam dikirim ke Belanda untuk mempelajari cara-cara membuat ilustrasi pada uang kertas, yang nantinya tehnik-tehnik ini akan diajarkan di tanah air. Pada masa orde baru ilustrator Indonesia berkembang dengan pesat bagaikan jamur tumbuh di musim hujan, terutama ilustrasi buku-buku cerita maupun bukubuku pengetahuan dari berbagai penerbitan. Berikut ini adalah ilustrator yang bekerja pada majalah atau koran terbitan Indonesia. Diantaranya : - Henk Ngantung, pada majalah Intisari - Delsy syamsumar, pada majalah Varia - G.M. Sidharta, pada harian Kompas - Danarto, Mulyadi W., Ipe Ma'ruf' pada majalah si kuncung - Teguh Santoso, pada majalah Tanah Air - Cahyono, Adi Permadi, pada majalah Bobo - S. Prinka, pada majalah Tempo - Prie G.S. Gunawan, pada harian Suara Merdeka dan Cempaka

3.

Unsur Utama Gambar Ilustrasi

1. Gambar manusia Untuk dapat menggambar tokoh manusia yang baik kita perlu mengetahui dan menguasai proporsi dan anatomi tubuh manusia, baik yang masih anak-anak maupun yang sudah dewasa. Proporsi artinya perbandingan bagian per bagian dengan keseluruhan. Sedangkan anatomi adalah kedudukan struktur tulang dan otot-otot yang menentukan besar kecil dan cekung cembung (menonjol-tidaknya) tubuh manusia sehingga menentukan bentuk keseluruhan tubuh.

Proporsi manusia - Proporsi tokoh pahlawan: panjang kepala x 8 atau 1 : 8 - proporsi orang barat: panjang kepala x 7,5 atau 1: 7,5 - proporsi orang indonesia: panjang kepala x 7 atau 1 : 7

Sketsa dan detail wajah

Gambar tangan dan kaki

Gambar manusia dalam pose berbagai gerak 2. Gambar Tokoh Binatang Dalam menggambar tokoh binatang juga perlu diperhatikan proporsi dan anatominya. Jenis dan bentuk binatang dapat dikelompokkan menjadi binatang darat, udara dan air.

Proporsi kuda, salah satu binatang darat

Gambar kuda dengan berbagai posisi

Ilustrasi binatang udara

Ilustrasi binatang air 3. Gambar tumbuhan Tumbih-tumbuhan yang hidup di muka bumi beraneka ragam jenisnya. Masingmasing memiliki bentuk yang berbeda-beda. Akan tetapi pohon-pohon yang satu famili memiliki bentuk yang hampir sama. Misalnya pohon palem dan pohon kelapa hampir sama bentuknya dengan pohon pinang. Untuk itu, banyaklah berlatih menggambar berdasarkan pengamatanmu akan tumbuh-tumbuhan di sekitarmu. Menggambar tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu secara sederhana dan lengkap. Dalam menggambar secara sederhana, tumbuhan tidak digambarkan secara mendetail, tetapi hanya berupa kesan tumbuhan. Dalam menggambar lengkap, tumbuhan digambarkan dengan mendetail dan cermat bagiannya.

Dua cara menggambar tumbuhan sederhana 4.

Corak Gambar Ilustrasi

Realis artinya gambar dibuat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya' baik proporsi maupun anatomi dibuat sama menyerupai dengan obyek yang digambar. Gambar ilustrasi yang bersifat karikatural dibedakan menjadi dua, yaitu gambar karikatur dan gambar kartun. Karikatur berasal dari bahasa Italia "caricature" yang berarti melebih-lebihkan atau mengubah bentuk (deformasi). Gambar karikatur hampir sama dengan kartun tetapi menampilkan obyek seseorang dengan karakter yang aneh dan lucu dan mengandung sindiran atau kritikan. Pada umumnya penggambaran ditonjolkan pada bagian kepala dengan tidak meninggalkan karakter tokoh yang digambar. Karikaturis Indonesia yang terkenal adalah: Sibarani, T. Sutanto, Pramono, G.M. Sidharta, Alex Dinuth dan sebagainya. Kartun adalah gambar yang berfungsi menghibur karena berisikan humor. Gambar kartun dapat berupa tokoh binatang atau manusia. Gambar ini banyak dijumpai pada majalah, surat kabar, buku komik, dan sebagainya. Tokoh yang dikenal sebagai bapak kartun modern adalah William Hogart dari Inggris yang hidup pada tahun 1697-1764 . Sedangkan kartunis Indonesia yang terkenal adalah Hari Pede, Gunawan Raharjo, Itos Budi Santoso dan sebagainya. Gambar kartun sering disebur juga gambar animasi. Gambar animasi kini banyak dibuat menjadi film animasi seperti film kartun Disney, Doraemon, Shin-can dan sebagainya. Gambar dekoratif diwujudkan dengan cara menstilir atau mengubah bentuk-bentuk yang ada di alam tanpa meninggalkan ciri khasnya. Corak dekoratif adalah corak yang sering kita temukan terutama didalam rumah. Contohnya: ornamen ukir (yang diterapkan pada peralatan rumah tangga seperti kursi, tempat tidur, lemari dan sebagainya), wayang kulit dan bentuk hasil karya kerajinan lainnya. 5.

Ragam Gambar Ilustrasi

Komik berasal dari kata comic yang berarti lucu atau jenaka. Dalam penyajiannnya, komik terdiri dari rangkaian gambar yang satu dan lainnya saling melengkapi dan mengandung suatu cerita yang disebut comic strip. Deretan gambar tersebut menceritakan suatu kisah yang diambul dari peristiwa sehari-hari. Comic strip kemudian berkembang menjadi suatu cerita komik yang dibuat dalam buku tersendiri. Cover berarti kulit atau sampul pada majalah atau buku. Gambar pada cover memuat atau mewakili isi buku atau majalah. Dalam pembuatan cover hendaknya

memperhatikan isi dan karakter dari buku atau majalah sehingga buku atau majalah itu kelihatan menarik. Di majalah atau surat kabar di bagian sebelum atau sesudah tulisan selesai sering terdapat gambar. Gambar ini berfungsi sebagai pengisi tempat yang kosong yang sering disebut vignette (baca=vinyet). Vignette adalah gambar yang berfungsi untuk menghias atau mengisi kolom atau halaman kosong pada majalah atau surat kabar. Gambar ilustrasi juga sangat menolong dalam memahami buku pelajaran. Misalnya pada pelajaran biologi, untuk menjelaskan sistem pencernaan pada hewan tentunya memerlukan gambar ilustrasi. Pada mata pelajaran sejarah dwngan pokok bahasan mengenai candi tentunya gambar ilustrasi candi akan menambah daya tarik dalam menjelaskannya. Suatu karya sastra dengan berbagai jenis, seperti cerita pendek atau cerita bergambar akan lebih menarik bila terdapat gambar ilustrasinya. Selain itu ilustrasi akan membuat orang tertarik untuk membacanya. Ilustrasi mewakili cerita tang terkandung didalamnya. 6.

Media Gambar Ilustrasi

1. Media hitam putih Pada masa lalu banyak orang menggambar ilustrasi menggunakan trekpen sebagai alat utama dan tinta bak sebagai pewarnanya. Trekpen dipakai karena penggunaannya yang mudah, yaitu dengan mata trekpen ke dalam tinta sampai berkali-kali selama dipakai untuk menggambar. Dengan perkembangan tehnologi banyak perlatan yang lebih mudah dan praktis, yaitu dengan menggunakan spidol, rapido, pena bahkan dengan menggunakan komputer. 2. Media pewarnaan a. Cat air Cat air dalam bahasa belanda disebut water verf, sedangkan dalam bahasa inggris disebut water colour. Menurut arti katanya cat air ialah cat atau bahan yang dipakai untuk mewarnai sesuatu dan penggunaannya memakai air. Sedangkan menurut sifatnya cat air terbagi menjadi 2 jenis, Transparant water colour dan Nontransparant/opaque water colour. Transparant water colour adalah cat air yang mempunyai sifat transparan atau tembus pandang. Warna-warnanya lebih cemerlang tetapi tidak mengilat (dove). Warna putih adalah warna kertas yang dipakai sebagai dasar. nontransparant/opaque water colour merupakan cat air yang mempunyai sifat tidak tembus pandang. Cat air ini mempunyai daya penutup yang kuat atau opaque tetapi warnanya tidak bisa cemerlang melainkan agak mengilat. Cat air jenis ini juga sering disebut sebagai poster colour.

b. pensil warna Jenis pensil ini banyak mengandung lilin. Biasanya pilihan warnanya sangat banyak, tapi bahannya agak sulit digunakan tergantung dari kualitas pensil warnanya. Dengan ketekunan dan ketelatenan, gambar ilustrasi yang menggunakan pensil warna dapat dihasilkan dengan baik.

7.

Langkah Menggambar Ilustrasi

1. Gagasan Gagasan bersumber dari bahan yang akan diilustrasikan. Contohnya karya seni sastra, musik, tari atau drama di nusantara. Setelah ada gagasan, tentukanlah adegan apa yang akan digambar siapa saja tokohnya bagaimana suasananya serta apa saja benda atau latar belakang pendukung suasana. Misalnya mengambil cerita malin kundang dari sumatera barat dengan adegan malin kundang menjadi batu. Tokoh yang ada: Malin Kundang, ibu dan istrinya. Latar belakangnya di pelabuhan, sehingga ada dermaga dan kapal. Tentukan pula corak gambar dan media yang akan digunakan. 2. Sketsa Proses menggambar yang paling awal adalah mensket atau membuat rancangan gambar (sketsa). Pada umumnya kita menggunakan pensil gambar. Namun, dapat juga langsung mensket dengan menggunakan media yang akan dipakai misalnya pensil warna, pastel, krayon, cat air, tinta bak dan sebagainya. Gagasan yang ada dituangkan bersamaan dengan proses mensket. Sket berbentuk garis dan bidang yang merupakan bentuk global (sederhana) dari gagasan kita. Rencanakan gambar baik-baik. Buatlah coretan kira-kira bagaimana tata letak objek yang digambar dan bagaimana gerak yang terjadi. Misalnya: Malin Kundang yang berdiri menjadi batu di bagian kanan gambar, si ibu di sebelah kiri menunjuk 0alin -undang, si istri di belakang Malin Kundang dengan kedua tangan menutup mulutnya, serta kapal di latar belakangagak ke kiri. Buatlah agar adegan terlihat wajar, tidak direka-reka. Perhatikan proporsi dan komposisi unsur gambar. Satukan semua unsur gambar yang direncanakan, seperti tumbuhan pantai, awan, beberapa orang pembantu Malin Kundang dan lain-lain. Beri detail sehingga gambar lebih sempurna. Buat gambar sesuai corak yang telah ditentukan. Setiap unsur harus bercorak sama agar tak terkesan seperti kolase. 3. Pewarnaan

Setelah sket dianggap selesai, kita dapat mewarnai. Pewarnaan dalam menggambar ekspresi dapat dilaksanakan dengan dua corak' yaitu corak realis dan corak bukan realis (ekspresionisme, impresionisme, abstrakisme dan lain-lain). Pewarnaan corak realis harus disesuaikan dengan keadaan nyata, misalnya: gunung berwarna biru, pohon berwarna hijau, tanah berwarna coklat dan sebagainya. Namun perhitungkan juga efek cahaya yang dapat mengubah warna. Pewarnaan corak bukan realis lebih bebas maksudnya tidak terikat oleh kelaziman warna. Misalnya: langit diwarnai hijau, gunung diwarnai merah muda, pepohonan diwarnai biru dan sebagainya. Perhatikan kesan warna yang dipakai untuk corak ini. Misalnya: memilih warna-warna menyala saja, warna pastel, warna hangat atau warna sejuk.

8. SENI GRAFIS
Seni grafis termasuk bagian dari seni rupa yang berdimensi dua. Istilah grafis diambil dari bagasa Inggris graph atau graphic yang berarti membuat tulisan, gambar atau lukisan dengan cara ditoreh atau digores. Grafis juga berarti gambaran yang nyata. Seni grafis adalah karya seni rupa dua dimensi yang proses pembuatannya melalui teknik cetak. Dalam sejarah kebudayaan manusia di nusantara, seni cetak sudah ada sejak zaman batu dengan bukti gambar cap tangan yang ada di dinding Gua Leang-leang, di Sulawesi Selatan. A. Ragam Seni Grafis Seni grafis ada beberapa macam. Pembagian jenis grafis dilakukan berdasarkan teknik pembuatannya. Bahan dan alat yang diperlukan dalam berkarya grafispun sangat beragam, sesuai dengan teknik yang digunakan; Cetak tinggi adalah ragam karya seni grafis yang proses pembuatannya melalui tahapan pembuatan cetakan dari bahan yang dicukil sehingga permukaan menjadi tinggi dan rendah (relief). Bagian yang tinggi ini dilumuri tinta cetak dengan alat rol karet. Kemudian dicetakkan dengan pada lembaran kertas sehingga membentuk gambar sesuai dengan cetakannya. Teknik cetak tinggi menggunakan bahan hardboard, karet, kayu, aluminium atau kertas karton, kertas tela, cat minyak dan tinta. Sedangkan alat yang digunakan yakni pisau pahat dan roll. Contoh cetak tinggi kita temukan pada pembuatan cap atau stempel. Cetak saring (screen printing) adalah ragam karya seni grafis yang proses pembuatannya melalui tahapan pembuatan cetakan dari bahan screen atau kain yang dilapisi bahan peka cahaya. Screen lalu ditutup film dan dilakukan penyinaran. Kemudian, screen dicuci dan terbentuklah cetakan berlobang (saring) sesuai dengan filmnya. Cat dituangkan di atas screen dan di rakel sehingga membentuk gambar sesuai dengan cetakannya. Teknik cetak saring menggunakan afdruk seperti

cromatine, ulano, cat sablon dan film. Sedangkan alatnya berupa screen, rakel dan meja sablon. Cetak sablon termasuk jenis cetak saring. Sablon banyak kita jumpai pada pembuatan gambar dan tulisan pada kaus dan spanduk. Cetak dalam (intaglio print) adalah ragam seni grafis yang dibuat dengan cetakan dari bahan plat aluminium yang ditoreh dengan alat tajam sehingga membentuk goresan yang dalam. Tinta kemudian dituangkan pada goresan dalam tersebut dan di atasnya diletakkan kertas yang sudah dibasahi air. Tinta akan melekat pada kertas dan terbentuklah gambar sesuai dengan cetakan. Teknik cetak dalam dapat menggunakan bahan aluminium, kertas dan tinta. Sedangkan alatnya paku atau besi runcing. Cetak foto atau fotografi adalah ragam seni grafis yang proses pembuatannya melalui pemotretan dengan kamera, pencucian film, dan pencetakan gambar foto. Teknik cetak afdruk untuk fotografi menggunakan film, kertas foto dan bahan cuci film. Untuk alatnya digunakan kamera. Ada satu lagi jenis cetak yang terkait dengan fotografi ini, yaitu teknik cetak digital. Teknik ini menggunakan bahan kertas dan tinta dengan alat kamera digital, computer dan printer. B. Cetak Tinggi 1. Bahan dan Peralatan Bahan dan peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan plat klise adalah kayu atau papan, kertas polos, tripleks, karet, dan hardboard. Selain itu peralatan yang digunakan pahat, pencukil kayu, pensil, gunting, pisau cutter, dan gergaji 2. Proses Pembuatan Plat Klise untuk Cetak Tinggi Langkah pertama pada proses pembuatan plat klise adalah membuat sket di atas plat/klise tersebut. Kemudian, cungkil dengan pahat gravfis (pahat V) atau pahat coret. Setelah itu, berilah tinta pada permukaan papan tadi dengan cara di rol lalu dicapkan pada permukaan kertas polos. Gambar yang tadi ditoreh akan berpindah ke atas permukaan kertas. C. Sablon 1. Perlengkapan Sablon Screen (kain kasa / monyl) adalah kain yang berfungsi sebagai sarana untuk membentuk gambar di atas benda-benda yang akan disablon. Kain screen dapat berupa sutera, serat polyester, katun, nylon, monyl, nytal, dll. Pori-pori kain screen harus bisa dilalui oleh cairan apa saja. Misalnya air, minyak kental atau encer, cat tembok/duco, dll. Pemilihan kerapatan pori-pori kain tergantung bahan yang akan disablon. Untuk itu, ada tiga jenis screen : 1. Monyl berukuran halus No 180 T 200 T, digunakan untuk mencetak di atas dasar yang tidak meresap tinta/cat, misalnya kaca, botol, mika, plastik, seng dll 2. Monyl berukuran sedang No 120 T 150 T, digunakan untuk mencetak di atas dasar yang menyerap sedikit cat/tinta, misalnya kertas, karton, kayu, kulit, dll. 3. Monyl berukuran kasar No 60 T 90 T, digunakan untuk mencetak di atas dasar yang paling banyak menyerap cat/tinta, misalnya kaos kain, dll

Meja cetak. Di atas meja ini kita melakukan penyablonan Bingkai atau kerangka alat cetak yang terdiri dari bingkai aluminium dan kayu. Engsel catok atau penyekat, agar bingkai dan kain tidak bergoyang sewaktu disablon. Rakel, untuk menyapukan dan neratakan tinta pada kain atau bahan lain yang disablon. Rak jemur atau rak susun untuk mengangin anginkan hasil sablonan. Selain itu, ada perlengkapan penunjang untuk menyablon seperti hair dryer, atau kipas angin dan penyemprot air. Juga ada bahan pracetak yang terdiri dari kaporit, ulano, lakban, krim deterjen, dan screen laquer. 2. Proses Pembuatan Klise Positif Sebelum proses mencetak, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membuat gambar rancangan (klise positif). Dalam membuat gambar rancangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Bahan untuk membuat gambar biasanya menggunakan kertas, plastic, mika atau plastic film. Syaratnya adalah transparan, agar pada waktu pengeksposan (penyinaran) bagian yang seharusnya tidak tembus tinta akan terkena sinar secara utuh tanpa terkurangi intensitasnya oleh keburaman bahan (opasitas). Setelah disinari, bagian ini akan tertutup semburna/hitam pekat sehingga tinta tidak akan tembus pada saat pengeksposan. Penggambaran model dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menggambar langsung di kertas putih polos, langsung pada screen, setting lewat computer, dan dengan fotografi. Manual Menggambar langsung di atas kertas polos putih bisanya menggunakan rapido atau drawing pen, agar hasilnya, baik tulisan maupun gambar jelas dan tajam. Selanjutnya gambar yang sudah jadi diolesi dengan menggunakan minyak kelapa agar kertas polos putih tadi menjadi transparan. Kemudian minyak yang ada dikertas tersebut dibersihkan dengan kertas sejenis. Setelah kering bisa dilakukan pengeksposan gambar atau afdruk. Langsung di Screen Setelah kasan jadi, bersihkan dari kotoran-kotoran seperti minyak dan debu. Caranya dengan mencucinya didalam air panas dan bila perlu beri sedikit soda abu supaya bersih. Pekerjaan selanjutnya adalah memberi corak atau gambar pada kasa screen. Selanjutnya areal yang tidak diinginkan tembus tinta, diolesi dengan emulsi yang sudah dicampur sensitizer. Dengan demikian, hanya daerah yang diolesi emulsi yang nantinya tidak tembus tinta. Setelah selesai proses pengolesan, dikeringkan di terik matahari dan langsung digunakan untuk mencetak. Setting computer Setting computer dimulai dengan pembuatan desain model untuk kemudian dicetak dengan menggunakan printer jenis laser jet, supaya

kualitas gambarnya baik dan kualitas tintanya tajam (hitam pekat), cara ini relatif lebih praktis dan mudah menghasilkan gambar yang bervariasi. Fotografi Teknik fotografi merupakan teknik pembuatan gambar yang memiliki kualitas paling baik dibanding dengan ketiga cara di atas.hanya prosesnya agak lama dan kurang praktis, selain itu biayanya cukup mahal. Gambar yang akan dibuat terlebih dahulu dirancang/didesain dengan computer secara manual. Setelah gambar sesuai dengan yang kita harapkan, gambar dipotert. Cara ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas gambar dari model yang akan dicetak. Gambar akan lebih tajam dengan detail yang jelas. Gambar yang dihasilkan berupa positif film. 3. Afdruk / Pengeksposan Afdruk atau pengeksposan atau penyinaran adalah proses memindahkan gambar dari model ke screen dengan bantuan bahan yang disebut emulsi. Berikut ini tahapan afdruk, antara lain : 1. Pelapisan (Coating) a. Campurlah emulsi dengan sensitizer (obat afdruk siap pakai) bermerek yang kalian punyai, lalu aduk hingga rata. b. Campurlah emulsi tadi dioleskan pada permukaan screen dengan menggunakan alat bantu coater (pelapis). Selain itu, juga dapat menggunakan mika atau penggaris plastik yang panjangnya sesuai dengan kebutuhan sampai benar-benar rata (usahakan pengadukan dan pengolesan dilakukan di dalam ruangan yang gelap) 2. Pengeringan awal (start drying) Pengeringan dapat dilakukan dengan bantuan hair dryer, atau didiamkan saja sampai kering sendiri. Pada saat kering usahakan agar tidak terkena sinar matahari atau lampu yang mengandung sinar ultra violet seperti neon. Jika terkena sinar, maka emulsi akan terbakar dan tidak dapat digunakan untuk proses selanjutnya. 3. Penyinaran (eksposing) Tujuan penyinaran adalah untuk memindahkan gambar yang berbentuk positif ke dalan screen. Penyinaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan sinar matahari atau dengan menggunakan meja afdruk (sinar lampu) Meja Afdruk kaca bening 3 mm bantakan busa kain gelap beban afdruk lampu sorot meja afdruk Sinar Matahari kaca bening 5 mm bantalan busa

kain gelap 4. Pengembangan a. pengentian reaksi b. Proses Pengenbangan 5. Tusir 6. Pengeringan akhir

MATERI SENI MUSIK SEPERTI YANG SUDAH DIJELASKAN OLEH PAK SYAMSUL MAARIF

You might also like