You are on page 1of 18

1.

PANCASILA
Proses terbentuknya pancasila terbagi menjadi 2 yaitu : Langsung dan Tidak Langsung. 1. Langsung Berdasarkan filasafat kausa terbagi menjadi 3 yaitu : 1. Kausa Efisien 2. Kasua Materialis 3. Kausa Formalis : Asal mula dasar Negara, PPKI-BPUPKI dan Panitia 9. : Asal nilai, nilai sebagai unsur yaitu adat,budaya, religi ada dalam kepribadian bangsa . : Soekarno-Hatta dalam siding BPUPKI dan pembahas pembetuk Pancasila.

2. Tidak Langsung Berdasarkan historis terdapat pada kepribadian dan pandangan hidup bangsa : Nilai : Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Telah ada secara historis : empiris terkandung dalam masyarakat : budaya yaitu, adat istiadat,budaya dan religious. Pancasila merupakan pedoman bagi bangsa Indonesia : -objek formal : pancasila dapat dibahas dari berbagai sudut pandang (moral, ekonomi, social, budaya dan hukum O -objek material : Pancasila bersifat empiris (social budaya dalam masyarakat berbangsa dan bernegara, asaa mula pancasila berdasaran pengetahuan dan pengalaman kita ) 2. KERANGKA ILIMIAH DAN SYARAT-SYARAT ILMIAH Kerangka ilmiah yaitu ilmu dan pengetahuan syarat-syarat ilmiah : 1. objek (formal dan material) : non empiris (nilai budaya, moralm religious, kepribadian, karakter, sifat dan pola budaya) 2. Metode : Seperangkat cara untuk mendapatkan kebenaran yang objektif, bergantung objek, berkaitan dengan hasil budaya (sejarah), Metode Hermeneutiku yaitu menemukan makna dibalik objek dan kohenensi historis yaitu pemahaman yang didasarkan hukum logika. 3. Sistem : yaitu utuh, bulat, satu kesatuan dan berhubungan : interedisi dan interdependansi , setiap sila merupakan kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan, dan komponen tanpa adanya pertentangan didalamnya dan merupakan suatu kesatuan yang sistematik. 4. universal : kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, situasi dan kondisi. Agama, sistem sosial, bahasa, seni, sistem pergaulan, dan teknologi.

Untuk mencari kebenaran ilmiah : `1. mutlak yaitu diawali dengan keyakinan hukum keraguan 2. Relatif yaitu tergantung ketepatan penelitian Agar dapat diuraikan proses terbentuknya ilmu pengetahuan ilmiah, perlu terlebih dahulu diuraikan syarat-syarat ilmu pengetahuan ilmiah. Menurut Karlina Supeli Laksono dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan (Epsitomologi) pada Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 1998/1999, ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu: 1) Sistematik; yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem. 2) Objektif; atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal. 3) Dapat dipertanggungjawabkan; yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain dapat diterima oleh orang-orang lain/ahli-ahli lain. Tiga syarat ilmu pengetahuan tersebut telah diuraikan secara lengkap pada sub bab di atas.

Pandangan ini sejalan dengan pandangan Parsudi Suparlan yang menyatakan bahwa Metode Ilmiah adalah suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Selanjutnya dinyatakan bahwa penelitian ilmiah dilakukan dengan berlandaskan pada metode ilmiah. Sedangkan penelitian ilmiah harus dilakukan secara sistematik dan objektif (Suparlan P., 1994). Penelitian ilmiah sebagai pelaksanaan metode ilmiah harus sestematik dan objektif, sedang metode ilmiah merupakan suatu kerangka bagi terciptanya ilmu pengetahuan ilmiah. Maka jelaslah bahwa ilmu pengetahuan juga mempersyaratkan sistematik dan objektif.

FILSAFAT Filsafat yaitu proses mencari kebenaran dengan adanya penelitian dan ada fakta bukti yang objektif. Kebenaraan terbagi menjadi dua yaitu : kebenaran meterologi yaitu kebenaran ilmiah dan ilmiah yaitu kebenaran yang diawali dengan keraguan. Dimulai dengan rasa ingin tahu danmecari kepastian dengan ragu-ragu.

karakteristik Filsafat : menyeluruh, sifatnya mendasar dan spekulatif. Filsafat : Logika(benar atau salah), Etika (baik buruk) dan estetika (Indah dan jelak ) FILSAFAT PANCASILA Dasar ontologism : manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan YME Dasar Epistemologi : Dasar pengetahuan, pedoman bagi manusia dan pedoman utnuk rakyat, Negara, sistem cita-cita. Dasar antologis : Suatu kesatuan yang utuh ats dasar manusia. Dasar Aksioologis : Nilai (value), kesatuan, moral, religious. Nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri, bukan berasal dari bangsa lain bukan hasil seseorang atau kelompok dan dirumuskan oleh wakil bangsa atau dalam membentuk Negara. Filsafat pancasila tidak hanya sekedar berusaha memperoleh gambaran dan penjelasan (deskriptif) juga mencari absen dan sebab secara mendalam mengenai keberadaan kedudukan Pancasila sehingga memebrikan upaya bagi pemecahan masalah. IDEOLOGI yaitu ilmu pengetahuan ide-ide, ajaran-ajaran tentang pengertian dasar. Ideologi terbagi menjadi dua : 1. Ideologi terbuka Nilai-nilai bukan dari luar tetapi dari daam budaya masyarakat, hasil consensus/ kesepakatan bersama dan tidak diciptakan oleh Negara tertentu. 2. Ideologi tertutup Cita-cita satu kelompok untuk perubahan sosial masyarakata , tuntutan yang konkrit dan ketaatan yang mutlak. Dasar Negara yaitu dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan kelas sosial (politik dan sosial ekonomi) falsafah sebagai kumpulan, gagasan ide, keyakinan yangmenyeluruh dan sistematis menyagkut dan mengatur prilaku kelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan. Manusia membutuhkan lambing bersama untuk melindungi haknya, sehingga membutuhkan untuk membentuk negara sebagai lemabga kemasyarkatan atau organisasi yang memiliki cirri : harapan, ide, pemikiran sebagai dasar bagi rakyat, negara dalam perilaku juga tindakan.

Ide, gagasan, cita-cita, harapan tersebut yaitu nilai yang dianggap benar memiliki derajat yang tinggi sebagai dasar negara dalam sikap dan kehidupan. Makna bagi bangsa dan negara yaitu : 1. menentukan eksistensi bangsa dan negara 2. membimbing utnuk mencapai tujuan melalui realisasi pembangunan 3. Sumber motivasi , semnagat dalam kehidupan bermasyaratkat, berbangsa dan juga bernegara. 4. bersifat terbuka, anti sipatik, mampu mengadaptasikan pada perubahan sesuai aspirasi bangsa/ NKRI 5. Mencerminkan cara berfikir, masyarakat, bangsa dan bernegara. POLITIK

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.[1] Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles) politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.

Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.

Daftar isi

1 Etimologi 2 Ilmu politik o 2.1 Teori politik o 2.2 Lembaga politik o 2.3 Partai dan Golongan o 2.4 Hubungan Internasional 3 Masyarakat 4 Kekuasaan

5 Negara 6 Tokoh dan pemikir ilmu politik o 6.1 Tokoh-tokoh politik o 6.2 Pemikir-pemikir politik 6.2.1 Mancanegara 6.2.2 Indonesia 7 Perilaku politik 8 Lihat pula 9 Referensi

Etimologi
Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani (politika - yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya (polites - warga negara) dan (polis - negara kota). Secara etimologi kata "politik" masih berhubungan dengan polisi, kebijakan. Kata "politis" berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata "politisi" berarti orang-orang yang menekuni hal politik.

Ilmu politik
Teori politik
Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam Teori Politik antara lain adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb. Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di dunia antara lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme, fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dsb.

Lembaga politik
Secara awam berarti suatu organisasi, tetapi lembaga bisa juga merupakan suatu kebiasaan atau perilaku yang terpola. Perkawinan adalah lembaga sosial, baik yang diakui oleh negara lewat KUA atau Catatan Sipil di Indonesia maupun yang diakui oleh masyarakat saja tanpa pengakuan negara. Dalam konteks ini suatu organisasi juga adalah suatu perilaku yang terpola dengan memberikan jabatan pada orang-orang tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu demi pencapaian tujuan bersama, organisasi bisa formal maupun informal. Lembaga politik adalah perilaku politik yang terpola dalam bidang politik.

Pemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu (sering sebagai pemimpin dalam suatu bidang/masyarakat tertentu) adalah lembaga demokrasi. Bukan lembaga pemilihan umumnya (atau sekarang KPU-nya) melainkan seluruh perilaku yang terpola dalam kita mencari dan menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin ataupun wakil kita untuk duduk di parlemen. Persoalan utama dalam negara yang tengah melalui proses transisi menuju demokrasi seperti indonesia saat ini adalah pelembagaan demokrasi. Yaitu bagaimana menjadikan perilaku pengambilan keputusan untuk dan atas nama orang banyak bisa berjalan sesuai dengan norma-norma demokrasi, umumnya yang harus diatasi adalah merobah lembaga feodalistik (perilaku yang terpola secara feodal, bahwa ada kedudukan pasti bagi orang-orang berdasarkan kelahiran atau profesi sebagai bangsawan politik dan yang lain sebagai rakyat biasa) menjadi lembaga yang terbuka dan mencerminkan keinginan orang banyak untuk mendapatkan kesejahteraan. Untuk melembagakan demokrasi diperlukan hukum dan perundang-undangan dan perangkat struktural yang akan terus mendorong terpolanya perilaku demokratis sampai bisa menjadi pandangan hidup. Karena diyakini bahwa dengan demikian kesejahteraan yang sesungguhnya baru bisa dicapai, saat tiap individu terlindungi hak-haknya bahkan dibantu oleh negara untuk bisa teraktualisasikan, saat tiap individu berhubungan dengan individu lain sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku.

Partai dan Golongan Hubungan Internasional


Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional adalah hubungan antar negara, namun dalam perkembangan konsep ini bergeser untuk mencakup semua interaksi yang berlangsung lintas batas negara. Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional diperankan hanya oleh para diplomat (dan mata-mata) selain tentara dalam medan peperangan. Sedangkan dalam konsep baru hubungan internasional, berbagai organisasi internasional, perusahaan, organisasi nirlaba, bahkan perorangan bisa menjadi aktor yang berperan penting dalam politik internasional. Peran perusahaan multinasional seperti Monsanto dalam WTO (World Trade Organization/Organisasi Perdagangan Dunia) misalnya mungkin jauh lebih besar dari peran Republik Indonesia. Transparancy International laporan indeks persepsi korupsi-nya di Indonesia mempunyai pengaruh yang besar. Persatuan Bangsa Bangsa atau PBB merupakan organisasi internasional terpenting, karena hampir seluruh negara di dunia menjadi anggotanya. Dalam periode perang dingin PBB harus mencerminkan realitas politik bipolar sehingga sering tidak bisa membuat keputusan efektif, setelah berakhirnya perang dingin dan realitas politik cenderung menjadi unipolar dengan Amerika Serikat sebagai kekuatan Hiper Power, PBB menjadi relatif lebih efektif untuk melegitimasi suatu tindakan internasional sebagai tindakan multilateral dan bukan tindakan unilateral atau sepihak. Upaya AS untuk mendapatkan dukungan atas inisiatifnya menyerbu Irak dengan melibatkan PBB, merupakan bukti diperlukannya legitimasi multilateralisme yang dilakukan lewat PBB.

Untuk mengatasi berbagai konflik bersenjata yang kerap meletus dengan cepat di berbagai belahan dunia misalnya, saat ini sudah ada usulan untuk membuat pasukan perdamaian dunia (peace keeping force) yang bersifat tetap dan berada di bawah komando PBB. Hal ini diharapkan bisa mempercepat reaksi PBB dalam mengatasi berbagai konflik bersenjata. Saat misalnya PBB telah memiliki semacam polisi tetap yang setiap saat bisa dikerahkan oleh Sekertaris Jendral PBB untuk beroperasi di daerah operasi PBB. Polisi PBB ini yang menjadi Civpol (Civilian Police/polisi sipil) pertama saat Timor Timur lepas dari Republik Indonesia. Hubungan internasional telah bergeser jauh dari dunia eksklusif para diplomat dengan segala protokol dan keteraturannya, ke arah kerumitan dengan kemungkinan setiap orang bisa menjadi aktor dan memengaruhi jalannya politik baik di tingkat global maupun lokal. Pada sisi lain juga terlihat kemungkinan munculnya pemerintahan dunia dalam bentuk PBB, yang mengarahkan pada keteraturan suatu negara (konfederasi?).

Masyarakat
adalah sekumpulan orang orang yang mendiami wilayah suatu negara.

Kekuasaan
Dalam teori politik menunjuk pada kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang tidak dikehendakinya. Max Weber menuliskan adanya tiga sumber kekuasaan: pertama dari perundangundangan yakni kewenangan; kedua, dari kekerasan seperti penguasaan senjata; ketiga, dari karisma.

Negara
negara merupakan suatu kawasan teritorial yang didalamnya terdapat sejumlah penduduk yang mendiaminya, dan memiliki kedaulatan untuk menjalankan pemerintahan, dan keberadaannya diakui oleh negara lain. ketentuan yang tersebut diatas merupakan syarat berdirinya suatu negara menurut konferensi Montevideo pada tahun 1933

Tokoh dan pemikir ilmu politik


Tokoh-tokoh politik Pemikir-pemikir politik
Mancanegara Tokoh tokoh pemikir Ilmu Politik dari kalangan teoris klasik, modern maupun kontempoter antara lain adalah: Aristoteles, Adam Smith, Cicero, Friedrich Engels, Immanuel Kant, John Locke, Karl Marx, Lenin, Martin Luther, Max Weber, Nicolo Machiavelli, Rousseau, Samuel P Huntington, Thomas Hobbes, Antonio Gramsci, Harold Crouch, Douglas E Ramage. Indonesia

Beberapa tokoh pemikir dan penulis materi Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Indonesia adalah: Miriam Budiharjo, Salim Said dan Ramlan Surbakti.

Perilaku politik
Perilaku politik atau (Inggris:Politic Behaviour)adalah perilaku yang dilakukan oleh insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik.Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya guna melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan perilaku politik contohnya adalah:

Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau parpol , mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau lsm lembaga swadaya masyarakat Ikut serta dalam pesta politik Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas Berhak untuk menjadi pimpinan politik Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku

NILAI YANG TERMASUK FILSAFAT NILAI

PARADIGMA PEMBANGUNAN Pancasila Sebagai Sumber Nilai dan Paradigma Pembangunan

Pengertian Nilai Dalam pandangan filsafat, nilai (value : Inggris) sering dihubungkan dengan masalah kebaikan. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila sesuatu itu berguna, benar (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral), religius (nilai religi), dan sebagainya. Nilai itu ideal, bersifat ide. Karena itu, nilai adalah sesuatu yang abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca indera. Yang dapat ditangkap adalah barang atau laku perbuatan yang mengandung nilai itu. Ada dua pandangan tentang cara beradanya nilai, yaitu: Nilai sebagai sesuatu yang ada pada objek itu sendiri (objektif), merupakan suatu hal yang objektif dan membentuk semacam dunia nilai, yang menjadi ukuran tertinggi dari perilaku manusia (menurut filsuf Max Scheler dan Nocolia Hartman). Nilai sebagai sesuatu yang bergantung kepada penangkapan dan perasaan orang (subjektif). Menurut Nietzsche, nilai yang dimaksudkan adalah tingkat atau derajat yang diinginkan oleh manusia. Nilai, yang merupakan tujuan dari kehendak manusia yang benar, sering ditata

a.

b.

menurut susunan tingkatannya yang dimulai dari bawah, yaitu: nilai hedonis (kenikmatan), nilai utilitaris (kegunaan), nilai biologis (kemuliaan), nilai diri estetis (keindahan, kecantikan), nilai-nilai pribadi (sosialis), dan yang paling atas adalah nilai religius (kesucian). Dari pandangan dan pemahaman tentang nilai, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, berikut ini ada beberapa pengertian tentang nilai. Kamus Ilmiah Populer: Nilai adalah ide tentang apa yang baik, benar, bijaksana, dan apa yang berguna sifatnya lebih abstrak dari norma. Laboratorium Pancasila IKIP Malang: Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang berguna, yang indah, yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan hakikat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong, mengarahkan sikap dan perilaku manusia.

Nursal Luth dan Dainel Fernandez: Nilai adalah perasaan-perasaan tentang apa yang diinginkan atau tidak diinginkan yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu, Nilai bukanlah soal benar atau salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau tidak. Nilai merupakan kumpulan sikap dan perasaan-perasaan yang selalu diperlihatkan melalui perilaku oleh manusia. Kluckhoorn: Nilai adalah suatu konsepsi yang eksplisit khas dari perorangan atau karakteristik dari sekelompok yang orang mengenai sesuatu yang didambakan, yang berpengaruh pada pemilihan pola, sarana, dan tujuan dari tindakan. Nilai bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Artinya, nilai itu bukan hanya diharapkan tetapi diusahakan sebagai sesuatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengatasi kemauan pada saat dan situasi tertentu itulah yang disebut dengan nilai. Kesimpulannya, nilai adalah kualitas ketentuan yang bermakna bagi kehidupan manusia perorangan, masyarakat, bangsa, dan negara. Kehadiran nilai dalam kehidupan manusia dapat menimbulkan aksi dan reaksi, sehingga manusia akan menerima atau menolak kehadirannya. Konsekuensinya, nilai akan menjadi tujuan hidup yang ingin diwujudkan dalam kenyataan.

Ciri-ciri Nilai :
a. Nilai-nilai yang mendarah daging Yaitu nilai yang telah menjadi kepribadian bawah sadar atau yang mendorong timbulnya tindakan tanpa berfikir lagi. Bila dilanggar, timbul perasaan malu atau bersalah yang mendalam dan sukar dilupakan, misalnya: 1. Orang yang taat beragama akan menderita beban mental apabila melanggar salah satu dari norma agama tersebut. 2. Seorang ayah berani bertarung maut demi menyelamatkan anaknya. b. Nilai yang dominan Merupakan nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-nilai lainnya. Hal ini nampak pada pilihan yang dilakukan seseorang pada waktu berhadapan dengan beberapa alternatif tindakan yang harus diambil. Beberapa pertimbangan dominan atau tidaknya nilai tersebut adalah sebagai berikut. 1. Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut. 2. Lamanya nilai itu dirasakan oleh para anggota kelompok tersebut.

3. Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai itu. 4. Tingginya kedudukan (prestise) orang-orang yang membawakan nilai itu.

Macam-macam Nilai : Menurut pandangan Prof. Dr. Notonagoro, nilai dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia. 2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. 3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai rohani dapat dibedakan atas empat macam, antara lain: a. Nilai kebenaran / kenyataan yang bersumber dari unsur akal manusia (ratio, budi, cipta). b. Nilai keindahan yang bersumber dari unsur manusia (perasaan dan estetis). c. Nilai moral/kebaikan yang bersumber dari unsur kehendak/kemauan (karsa dan etika). d. Nilai religius, yaitu merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak yang bersumber dari keyakinan manusia.

Pancasila sebagai Sumber Nilai Bagi bangsa Indonesia, yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah Pancasila. Hal ini berarti bahwa seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma dan tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan, dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber nilai, secara umum dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini. 1. Ketuhanan Yang Maha Esa Merupakan bentuk keyakinan yang berpangkat dari kesadaran manusia sebagai makhluk Tuhan. Negara menjamin bagi setiap penduduk untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Tidak boleh melakukan perbuatan yang anti ketuhanan dan anti kehidupan beragama. Mengembangkan kehidupan toleransi baik antar, inter, maupun antara umat beragama. Mengatur hubungan negara dan agama, hubungan manusia dengan Sang Pencipta, serta nilai yang menyangkut hak asasi yang paling asasi. Dijamin dalam Pasal 29 UUD 2945.

Program pembinaan dan pelaksanaan selalu dicantumkan dalam GBHN. Regulasi UU atau Kepmen yang menjamin kelangsungan hidup beragama. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab Merupakan bentuk kesadaran manusia terhadap potensi budi nurani dalam hubungan dengan norma-norma kebudayaan pada umumnya.

Adanya konsep nilai kemanusiaan yang lengkap, yang adil dan bermutu tinggi karena kemampuannya yang berbudaya. Manusia Indoensia adalah bagian dari warga dunia, meyakini adanya prinsip persamaan harkat dan martabat sebagai hamba Tuhan. Mengandung nilai cinta kasih dan nilai etis yang menghargai keberanian untuk membela kebenaran, santun dan menghormati harkat kemanusiaan. Dijelmakan dalam Pasal 26, 27, 28, 28A-J, 30, dan 31 UUD 1945. Regulasi dalam bentuk peraturan perundang-undangan sudah banyak dihasilkan. 3. Persatuan Indonesia Persatuan dan kesatuan dalam arti ideologis, ekonomi, politik, sosial budaya, dan keamanan. Manifestasi paham kebangsaan yang memberi tempat bagi keagamaan budaya atau etnis. Menghargai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan masyarakat. Menjunjung tinggi tradisi kejuangan dan kerelaan untuk berkorban dan membela kehormatan bangsa dan negara. Adanya nilai patriotik serta penghargaan rasa kebangsaan sebagai realitas yang dinamis. Dijelmakan dalam Pasal 1, 32, 35, 36, 36A-C UUD 1945. Regulasi dalam bentuk peraturan perundang-undangan sudah banyak dihasilkan. 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan Paham kedaulatan yang bersumber kepada nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan. Musyawarah merupakan cermin sikap dan pandangan hidup bahwa kemauan rakyat adalah kebenaran dan keabsahan yang tinggi. Mendahulukan kepentingan negara dan masyarakat. Menghargai kesukarelaan dan kesadaran daripada memaksakan sesuatu kepada orang lain. Menghargai sikap etis berupa tanggung jawab yang harus ditunaikan sebagai amanat seluruh rakyat baik kepada manusia maupun kepada Tuhannya. Menegakkan nilai kebenaran dan keadilan dalam kehidupan yang bebas, aman, adil, dan sejahtera. Dijelmakan dalam Pasal 1 (ayat 2), 2, 3, 4, 5, 6, 7, 11, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 22 A-B, dan 37. Regulasi dalam bentuk peraturan perundang-undangan sudah banyak dihasilkan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Setiap rakyat Indonesia diperlakukan dengan adil dalam bidang hukum, ekonomi, kebudayaan, dan sosial. Tidak adanya golongan tirani minoritas dan mayoritas. Adanya keselarasan, keseimbangan, dan keserasian hak dan kewajiban rakyat Indonesia. Kedermawanan terhadap sesama, sikap hidup hemat, sederhana, dan kerja keras. Menghargai hasil karya orang lain. Menolak adanya kesewenang-wenangan serta pemerasan kepada sesama. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Dijelmakan dalam Pasal 27, 33, dan 34 UUD 1945. Regulasi dalam bentuk peraturan perundang-undangan sudah banyak dihasilkan.

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan


1. Pengertian Paradigma Pembangunan Kata paradigma mengandung arti model, pola, atau contoh. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, paradigma diartikan seperangkat unsur bahasa yang sebagian bersifat konstan (tetap) dan yang sebagian berubah-ubah. Paradigma, juga dapat diartikan suatu gugusan pemikiran. Menurut Thomas S. Kuhn, paradigma adalah asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode serta cara penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan tersebut. Paradigma juga dapat diartikan sebagai cara pandang, nilai-ninlai, metode-metode, prinsip dasar atau cara memecahkan masalah yang dianut oleh suatu masyarakat pada masa tertentu. Dalam pembangunan nasional, Pancasila adalah suatu paradigma, karena hendak dijadikan sebagai landasan, acuan, metode, nilai, dan tujuan yang ingin dicapai di setiap program pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sedangkan kata pembangunan menunjukkan adanya pertubmbuhan, perluasan ekspansi yang bertalian dengan keadaan yang harus digali dan yang harus dibangun agar dicapai kemajuan di masa yang akan datang. Pembangunan tidak hanya bersifat kuantitatif tetapi juga kualitatif (manusia seutuhnya). Di dalamnya terdapat proses perubahan yang terus-menerus menuju kemajuan dan perbaikan ke arah tujuan yang dicita-citakan. Dengan demikian, kata pembangunan mengandung pamahaman akan adanya penalaran dan pandangan yang logis, dinamis, dan optimistis. 2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sejak tanggal 18 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah sepakat bulat menerima Pancasila sebagai dasar negera sebagai perwujudan falsafah hidup bangsa dan sekaligus ideologi nasional. Sejak negara republik Indonesia diproklamasikan tangagl 17 Agustu 1945 hingga kapanpun-selama kita masih menjadi warga Indonesia- maka loyalitas terhadap ideologi Pancasila dituntut dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang nyata dan terukur. Inilah sesungguhnya wujud negara sebagai konsekuensi logis yang bangga dan mencintai ideologi negaranya yang benar-benar telah menghayati, mengamalkan dan mengamankannya dari derasnya sistem-sistem ideologi bangsa/negara modern dewasa ini. Pancasila dalam paradigma pembangunan sekarang dan di masa-masa yang akan datang bukanlah lamunan kosong, akan tetapi menjadi suatu kebutuhan sebagai pendorong semangat pentingnya paradigma arah pembangunan yang baik dan benar di segala bidang kehidupan. Jati diri atau kepribadian bangsa Indonesia yang ramah tamah, kekeluargaan dan musyawarah, serta solidaritas yang tinggi, akan mewarnai jiwa pembangunan nasional baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, maupun dalam evaluasinya. Berdasarkan konseptualisasi paradigma pembangunan tersebut di atas, maka unsur manusia dalam pembangunan sangat penting dan sentral. Karena manusia adalah pelaku dan sekaligus tujuan dari pembangunan itu sendiri. Oleh sebab itiu, jika pelaksanaan pembangunan di tangan orang yang sarat KKN dan tidak bertanggung jawab, maka segala modal, pikiran m ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan dapat membahayakan sekaligus merugikan masyarakat, bangsa, dan negara.

Pengertian Filasat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan atau hakekat kebenaran. Berfilsafat artinya berfikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap suatu metodik, sistematis, menyeluruh, dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Pengertian Filsafat menurut D. Runes : Ilmu yang paling umum yang mengandung usaha untuk mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti bahwa Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan berbangsa, bernegara bagi warga Negara Indonesia dimanapun mere berada. Sistem Filsafat Yang mendasari tokoh filsafat dalam melahirkan perbedaan-perbedaan mendasar antar ajaran filsafat adalah perbedaan latar belakang tata nilai dan alam kehidupan, cita-cita dan keyakinan. Perbedaan aliran bukan ditentukan oleh tempat dan waktu lahirnya filsafat, melainkan oleh watak isi dan nilai ajarannya. Suatu ajaran filsafat yang bulat mengajarkan tentang sumber dan hakikat realitas, filsafat hidup, dan tata nilai (etika), termasuk teori terjadinya pengetahuan manusia dan logika. Aliran-aliran Filsafat Aliran Materialisme Mengajarkan bahwa hakekat realistas kesemestaan termasuk makhluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi (misal benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam yaitu sebab akibat (hukum kausalitas) yang bersifat obyektif. Aliran Idealisme Mengajarkan bahwa ide atau spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia, karena manusia mempunya akal budi, kesedaran rohani. Aliran Realisme Mengajarkan bahwa kehidupan yang tampak seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, hidup berkembang biak, kemudia tua, akhirnya mati. Aliran ini bertentangan dengan aliran materialisme dan idealisme. Nilai-Nilai Pancasila Berwujud dan Bersifat Filosofis. Hakikat dan pokok-pokok yang terkandung dalam pancasila adalah : 1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-ilai yang terkandung dalam pancasila itu dijadikan tuntutan dan pegangan dalam mengatur sikap dan tingkat laku manusia indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan, masyarakat dan alam semester 2. Pancasila sebagai dasar negara, berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata kehidupan bernegara seperti diatur

dalam UUD 1945. 3. Filsafat pancasila yang abstrak tercermin dalam pembukaan UUD 1945 4. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kebulatan yang utuh. 5. kesatuan tafsir sila-sila pancasila harus bersumber dan berdasrkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 Oleh karena itu secara filosofis, dalam kehidupan bangsa Indonesia diakui bahwa nilai pancasila adalah pandangan hidup. Pancasila dijadikan sebagai pedoman bertingkah laku, dan berbuat dalam segala bdang kehidupan, meliputi bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan. Pengertian Pancasila Secara Filsafati Filsafat pancasila dapat diartikan sebagai refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara Deduktif yaitu dengan mencari hakikat pancasila serta menganalisis dan menyusunya secara sistematis menjadi keuutuhan pandangan yang komprehensif. Sedangkan secara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejalagejala itu. Wawasan filsafat meliputi 3 bidang yaitu ontologi, epistemologi dan axiologi. Ontologi Menurut Runes adalah teori tentang keberadaan atau eksistensinya. Menurut Aristoteles adalah ilmu yang mempelajari hakikat sesuai atau disamakan artinya dengan metafisika. Bidang ontologi meliputi : Penyelidikan tentang keberadaan manusia, benda, alam semesta. Artinya ontologi adalah menjangkau adanya tuhan dan alam gaib seperti rohani dan kehidupan sesudah kematian (alam dibalik dunia, alam metafisika). Jadi ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada (eksitensi dan keberadaan) sumber ada, jenis ada, hahkiat ada, termasuk di dalamnya ada alam, manusia, metafisika, dan kesemestaan atau kosomologi. Epistemologi Menurut Runes adalah bidang atau filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, serta batas dan validitas ilmu pengetahuan. Yang termasuk cabang episteomologi adalah Matematika, logika, dan sematik. Axiologi Menurut Runes berarti manfaat, pikiran, atau ilmu, teori. Dalam pengertian modern axiologi disamakan dengan teori nilai , yakni sesuai yang diinginkan, disukai atau yang baik dan juga yang menyelediki hakikat nilai, kriteria dan kedudukan metafisika sebagai suatu nilai.

Menurut Brameld, axiologi dapat disimpulkan : 1. Tingkah laku moral yang berwujud etika 2. ekspresi etika yang berujud estetika atau seni keindahan 3. sosio politik Jadi axiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis dan tingkatan nilai dan hakikat nilai. Nilai-Nilai Pancasila Menjadi Dasar Dan Arah Keseimbangan Antara Hak Dan Kewajiban Asasi Manusia. Nilai-nilai dari sila-sila pancasila terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban yaitu ; Hubungan vertikal. Hubungan manusia dengan Tuhan YME sebagai penjelmaan dari nilai ketuhanan yang maha esa. Dalam hubungan ini manusia mempunyai kewajiban untuk melaksanakan perintahnya dan menjauhi laranganya. Hubungan Horizontal. Hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya sebagai warga masyarakat, warga bangsa, dan warga negara. Hubungan Alamiah. Hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan, tumbuhan dan alam dengan segala kekayaannya. Alasan yang prinsipil pancasila sebagai pandangan hidup dengan fungsinya tersebut di atas adalah : 1. Pancasila mengakui adanya kekuatan gaib yang di luar manusia menjadi pencipta, pengatur serta penguasa alam semesta 2. Mengatur keseimbangan dalam hubungan dan keserasian-keserasian dimana untuk menciptakannya perlu pengendalian diri 3. Dalam mengatur hubungan, peranan dan kedudukan bangsa sangat penting. 4. Kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan serta musyarawah untuk mufakat dijadikan sendi kehidupan 5. Kesejahteraan menjadi tujuan hidp bersama Isi pemikiran filsafat pancasila sebagai suatu filsafat tentang negara adalah bahwa pancasila memberi jawaban yang mendasar dan menyeluruh atas masalah-masalah asasi : 1. Masalah pertama : Apa negera itu ? dijawab dengan prinsip kebangsaan indonesia 2. Masalah kedua : Bagaimana hubungan antara bangsa dan negara ? dijawab dengan prinsip perikemanusiaan 3. Masalah ketiga: siapakah sumber dan pemegang kekuasaan negara ? dijawab dengan prinsip demokasi 4. Masalah keempat : Apa tujuan negara ? dijawab dengan prinsip negara kesejahteraan 5. Masalah kelima : bagaimana hubungan antara agama dan negara ? dijawab dengan prinsip Ketuhanan yang maha esa.

Pancasila adalah falsafah dan ideologi bangsa ini yang belum tergantikan hingga saat ini. Di dalamnya banyak nilai-nilai yang membentuk karakter dan budaya bangsa, Pancasila juga terlahir dari sejarah Indonesia yang panjang dan penuh perjuangan mencapai kemerdekaan. Bila pemerintah dan masyarakat ingin mengembalikan jati diri bangsa, Maka sebaiknya bangsa ini harus bisa mempurifikasi dan menghayati makna dari semua sila Pancasila, karena memang Pancasila adalah acuan kita dalam hidup berbangsa dan bernegara. Bila dikaitkan dengan kondisi yang ada saat ini, Pancasila sebagai falsafah negara merupakan rumusan nilai nilai idealism bangsa yang secara konseptual memberikan tuntunan politik bagi rakyat dan pemerintah tentang bagaimana menemukan pemecahan persoalan negara secara mandiri dan bermartabat, termasuk masalah keterpurukan ekonomi saat ini. Dalam falsafah Pancasila, masayarakat Indonesia tidak hanya berjuang demi kemerdekaan wilayah semata, akan tetapi lebih dari itu kemerdekaan yang harus dicapai bangsa Indonesia adalah kemerdekaan diri. Yang dimaksud oleh kemerdekaan diri adalah kondisi ekonomi yang mbaik dan kemakmuran menyeluruh bagi semua rakyat Indonesia. Hal ini wajib dipenuhi untuk menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Maka bangsa ini bisa dikatakan bangsa yang Pancasilais bila semua masayarakat Indonesia dapat merasakan kemakmuran dan keamanan ekonomi di Negara ini. Pemerintah sangat bertanggung jawaba akan hal ini demi menjaga identitas bangsa dan upaya untuk mengembalikan jati diri bangsa. Semua kebijakan ekonomi yang menyangkut dengan investor dan bantuan asing, haruslah dilandasi dengan asas-asas Pancasila, agar Negara ini tidak kehilangan kendali dalam dan tetap focus dalam upaya untuk mensejahterakan rakyat. Mengembalikan jati diri bangsa adalah hal yang berat, akan tetapi bila pemerintah memperhatikan kesejahteraan bangsa dan tetap berdiri di atas ideologi Pancasila maka bangsa ini akan mampu untuk mengembalikan jati diri bangsa ini. Pancasila merupakan national identity yang berperan mewadahi berbagai peredaan maupun konflik yang seringkali muncul dalam sub budaya nasional. Indonesia dan Pancasila adalah realitas historis dari hasil perjuangan rakyat yang melepaskan diri dari penjajahan dan penindasan, untuk hidup sebagai bangsa yang lebih bermartabat dan lebih sejahtera. Pancasila sebagai ideologi bangsa mempunyai makna fungsional sebagai penopang solidaritas nasional dan sekaligus sebagai sumber inspirasi pembangunan untuk mewujudkan keadilan sosial yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Komitmen kita pada eksistensi Pancasila sebagai dasar Negara sudah final. Simbol pemersatu dan identitas nasional yang bisa diterima berbagai kalangan harus terus di jaga. Mengharuskan tidak ada pilihan lain, kecuali Pancasila mesti terus di suarakan, memulihkan nama baiknya. Dengan membumikan susbstansi dan nilai yang dikandungnya. Sebagai konsep dan nilai-nilai normatif, tentu jauh dari kekeliruan. Menghidupkan kembali wacana publik tentang Pancasila harus didasari suatu fakta riil akan pentingnya identitas national.

Pancasila sebagai Ideologi Negara

1. Ideologi dipandang sebagai sistem pemikiran yang diciptakan oleh suatu kekuatan untukkepentingan kekuatan itu sendiri.2. Ideologi tidak ditekankan pada kebenarankebenaran intelektual melainkan pada manfaat-manfaat praktikal3. Ideologi meminta kesetiaan yang tegas tanpa kompromi karenanya bersifat dogmatik-.4. Ideologi Mengandung suatu eksklusifisme total serta determinisme yang monolitik.5. Ideologi lebih dipandang sebagai belief system dan power system daripada hal yang bersifatilmiah dan falsafahiah Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Pancasila disebut FILSAFAT karena Pancasila memenuhi ciri-ciri sebagai filsafat yakni :1. Sistematis, fundamental, universal, integral, dan radikal mencari kebenaran yang hakiki2. Filsafat yang monotheis dan religius yang mempercayai adanya sumber kesemestaan yaituTuhan yang Maha Esa3. Monodualisme dan monopluralisme atau integralistik yang mengutamakan ketuhanan, kesatuandan kekeluargaan4. Memiliki corak universal terutama sila I dan sila II serta corak nasional Indonesia terutama silanIII, IV dan V.5. Idealisme fungsional (dasar dan fungsi serta tujuan idiil (sekaligus)6. Harmoni Idiil (asas selaras, serasi dan seimbang)7. Memiliki ciri-ciri dimensi idealitas, realitas dan fleksibilitas8. Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas) Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia Dalam pengertian ini, Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengaturpemerintahan negara atau dengan kata lain Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengaturpenyelenggaraan negara. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, Pancasilamerupakan sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara RepublikIndonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah serta pemerintahan negara.

B ukti Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia Sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila telah menjadi obyek aneka kajianfilsafat. Antara lain terkenallah temuan Notonagoro dalam kajian filsafat hukum, bahwa Pancasilaadalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Sekalipun nyata bobot dan latar belakangyang bersifat politis, Pancasila telah dinyatakan dalam GBHN 1983 sebagai satu-satunya azas dalamhidup bermasyarakat dan bernegara.

You might also like