You are on page 1of 11

5

Pengenalan

Keterampilan Konseling Karir dalam setting Individual

Setiap individu memiliki sifat dan keadaan yang unik. Diantara mereka ada yang nyaman menceritakan hal pribadi dalam suatu kelompok dan ada pula yang merasa segan. Individu yang merasa malu membutuhkan layanan secara individual. Sebagaimana dinyatakan oleh McLeod (2007), bahwa konseling individual adalah keadaan seseorang yang membangun hubungan khusus dengan seseorang yang terlatih yang bisa membantunya memecahkan suatu masalah yang sulit diselesaikan oleh dirinya sendiri.

A. Tujuan Konseling Individual


Konseling individual dalam konseling karir adalah untuk: 1. Membantu mendapatkan informasi karir yang sesuai dengan minat, bakat, kemampuan dan prestasi akademik. 2. Membantu menyelesaikan masalah pemilihan karir. 3. Mengungkapkan pada jenis-jenis pekerjaan di sektor publik dan swasta dengan mengadakan ceramah, pertunjukan video dan kunjungan ke dunia industri dan perusahaan-perusahaan. 4. Memberikan kesadaran akan perencanaan karir yang harus dibuat sejak awal.

B. Prinsip-prinsip Konseling Individual


1. 2. Setiap konselor harus menghormati kejujuran klien untuk bertemu dengannya karena meminta pertolongan. Konselor harus menjelaskan persyaratan konseling kepada klien seperti tempat dan hari bertemu, periode satu-satu sesi dan jenis-jenis pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Konselor harus merujukkan klien itu kepada konselor yang lain jika kasus yang ditangani di luar pengalamannya. Konselor harus memberitahu klien bahwa semua informasi yang diberikan adalah sulit. Konselor bisa meminta pandangan dari konselor-konselor lain jika ditemukan kesulitan-kesulitan dalam kasus yang dikendalikannya. Konselor harus bertanggung jawab mencari lembaga referensi jika terdapat kliennya mulai mengancam keselamatan orang lain.

3. 4. 5. 6.

C. Keterampilan Dasar Bimbingan dan Konseling

Konselor membutuhkan keterampilan-keterampilan dasar dalam menjalankan sesi bimbingan dan konseling. Keterampilan itu adalah seperti berikut:

1. Memberi Perhatian
Konselor yang dapat memberikan perhatian yang teliti agar dapat memahami masalah klien dengan baik. Selain itu, situasi ini akan menimbulkan rasa hormat dan rasa aman bagi seseorang klien selain berfungsi sebagai alat peneguhan dan memudahkan komunikasi. Justru, hal itu akan membantu menjalin hubungan baik antara konselor dengan kliennya.

Komponen-komponen Tingkah Laku Memberi Perhatian


1) Kedudukan tubuh (posture). Peringkat tubuh konselor harus condong ke depan, yaitu ke arah klien. Hal ini penting untuk menunjukkan kepada klien, bahwa konselor itu tertarik mendengar apa yang dikatakan klien. Sembari, konselor dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mendapatkan kondisi yang tenang. 2) Ekspresi muka. Ekspresi muka konselor harus berseri, menunjukkan pembimbing itu siap menerima klien. Jika pembimbing bermuka masam atau bermuram, situasi ini memberikan pesan yang klien itu mungkin mengganggunya. 3) Tantangan mata. Konselor harus membalas tatapan mata dengan klien. Kondisi ini menunjukkan pembimbing meminati apa yang dikatakan klien dan bersama klien secara fisik dan mental. Namun, konselor harus mengalihkan pandangan matanya jika ditemukan klien merasa malu.

4) Pertanyaan terbuka. Satu cara mendorong klien berbicara dengan panjang lebar adalah dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Cara ini memberikan kesempatan kepada klien untuk berbicara lebih banyak lagi. Misalnya: "Coba ceritakan apa yang telah terjadi pada karir Anda." 5) Dorongan minimum untuk berbicara. Dorongan minimum termasuk gerak isyarat, anggukan kepala, kata tunggal, perawakan tubuh atau ulangan kata-kata penting yang menunjukkan konselor itu berminat akan kata-kata klien. Dorongan minimum penting untuk mendorong klien itu terus bercakap.contohnya: 'Mmm', A-ha ',' Ya ',' Jadi? ' Seorang konselor dapat menggunakan daftar koreksi untuk memperhatikan tingkah lakunya selama konseling. Jika ada kelemahankelemahan, konselor tersebut harus berusaha mengatasinya agar efektivitas sesi konseling dapat ditingkatkan.

2. Keterampilan Mendengar
Setiap orang pernah merasa sedih, tertekan atau gelisah. Dalam kondisi begini, kita butuh seseorang untuk mendengarkan masalah kita. Sebagai seorang konselor, kita seharusnya belajar cara mendengar dengan efisien sebelum bertindak membantu menyelesaikan masalah klien. Dalam konseling karir, aktivitas yang dilakukan bukan merupakan tindakan yang pasif. Menurut Cari Rogers, seorang konselor harus mendengarkan secara aktif. Hal ini berarti, konselor harus melakukan sesuatu yang positif agar masalah seseorang dapat dipahami dengan baik. Kondisi tersebut melibatkan sikap dan tubuh yang mengirim pesan tanpa lisan kepada klien, yaitu, "Pada saat ini, Anda adalah orang yang paling penting dalam dunia. Kata-kata Anda menarik minat saya. Kebajikan Anda adalah paling penting bagi saya." Dengan kata lain, tantangan mata dipertahankan. Tidak ada apaapa gangguan sehingga klien itu habis berbicara. Konselor memberikan perhatian sepenuhnya dan menunjukkan minat yang murni terhadap katakata klien. Mendengar secara aktif tidak hanya mendengar tetapi memahami perasaan klien dengan mendalam. Konselor tidak hanya berkata, "Saya mengerti perasaan Anda," tetapi konselor merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien. Hal ini berarti, konselor berkemahiran mendengar dengan empati. Selain itu, situasi ini menunjukkan konselor dapat menyatakan kembali dengan tepat ide-ide klien dan menyebut dengan tepat perasaan klien. Perasaan terpendam klien juga dapat ditafsirkan dengan tepat oleh konselor. Dengan kata lain, konselor dapat membuktikan kepada klien akan kemampuan mendengar, memahami dan menerima apa yang disampaikan kepadanya.

Mendengar secara aktif membawa dua manfaat. Pertama, keterampilan ini dapat memberikan lebih banyak informasi untuk diskusi dan tindakan lebih lanjut. Kedua, keterampilan ini memiliki efek terapeutik. Berbicara kepada seorang pendengar yang aktif memungkinkan individu itu mengungkapkan masalah yang dihadapinya dan hal ini berakibat pelepasan emosi. Selain itu, pendengar yang aktif akan memberikan satu lagi efek, yaitu perasaan penting sebagai seorang individu kepada orang yang mengungkapkan segala masalahnya.

3. Keterampilan Bertanya
Setiap konselor harus memiliki keterampilan bertanya. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang sesuatu masalah klien. Jenis-jenis pertanyaan yang bisa diajukan dua jenis, yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan-pertanyaan tertutup biasanya membutuhkan jawaban 'ya' atau 'tidak' sementara pertanyaan-pertanyaan terbuka membutuhkan deskripsi dari klien. Karena pertanyaan-pertanyaan tertutup tidak mendorong klien menguraikan tentang sesuatu, maka informasi yang diperoleh terbatas. Sebaliknya pertanyaan-pertanyaan terbuka akan memungkinkan konselor banyak memperoleh informasi. Berikut adalah contoh pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan tertutup 1) Konselor: Apakah kamu mempunyai masalah dengan rencana karir? Klien: Ya. 2) Konselor: Sudahkah kamu mencarikan solusinya? Klien: Belum. 3) Konselor: Apakah kamu merasa ssedang dilanda ketidakpastian karir? Klien: Tidak. 4) Konselor: Maukah kamu bergabung menjadi laskar pembimbing karir? Klien: Ya. Dari contoh pertanyaan-pertanyaan di atas, adalah jelas bahwa informasi yang diperoleh begitu terbatas sekali. Jadi, seseorang konselor harus berusaha mengajukan lebih banyak pertanyaan terbuka dari pertanyaan tertutup. Berikut adalah contoh pertanyaan-pertanyaan terbuka.

Pertanyaan Terbuka
Tipe pertanyaan-pertanyaan ini memungkinkan konselor banyak memperoleh informasi dari klien. Dengan informasi yang mencukupi, konselor akan dapat membentuk gambaran jelas tentang masalah yang dihadapi oleh kliennya. Mari kita lihat beberapa contoh pertanyaanpertanyaan terbuka.

1) Apakah yang memotivasi kalian berminat dalam konseling karir ini? 2) Ceritakan isi doa-doa kalian berkenaan dengan keinginan karirmu? 3) Karir perlu perencanaan dan persiapan yang matang, namun pendapat lain karir dipandang sebagai takdir saja. Bagaimana dengan Anda? 4) Bagaimana agar keterampilan yang Anda miliki dapat memperkuat pencapaian karir yang cemerlang? Pertanyaan-pertanyaan terbuka memudahkan klien menceritakan sesuatu masalah dengan panjang lebar. Informasi yang cukup memudahkan konselor menangani satu-satu masalah klien

4. Keterampilan Memahami
Seseorang konselor harus berusaha memahami masalah sebelum mencoba menyelesaikannya. Beberapa dari kita bersikap kurang sabar. Setelah mendengar sesuatu masalah, kita terdorong menyelesaikannya dengan cepat. Hal ini bukanlah cara yang efisien dalam usaha membantu. Setelah berusaha memahami masalah, barulah konselor akan mendapat gambaran yang lebih jelas dan akurat tentang kesulitan yang dihadapi oleh. Dalam kondisi seperti ini, barulah konselor berupaya menolong menyelesaikan masalahnya. Bagaimana konselor berusaha memperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang masalah? Mari kita teliti satu contoh bagaimana konselor memandu klien agar mendapat satu gambaran jelas tentang kesulitan yang menghadang karir. Contoh satu Konselor: Klien: Konselor: Klien: Konselor: Klien: Contoh 2 Konselor: Klien: Coba kamu ceritakan apa yang Anda tidak adil itu! Tim seleksi telah memilih calon yang yang menjadi anak dari teman-temannya. Bukan saya yang tidak kompeten, atau tidak menyiapkan diri. Dari lima kandidat yang terpilih semuanya mempunyai relasi pertemanan. Mereka melakukan tindak kkn. Ini jelas telah merugikan saya. Jadi, kamu merasa kecewa atas tindakan tim seleksi karir? Kamu menyatakan tiem seleksi berlaku tidak fair, tidak meloloskan kamu dalam pilihan kompetisi karir yang baru? Ya. Kamu rasa diperlakukan tidak adil? Memang. Hal ini menyebabkan kamu merasa menuntut keadilan? Tentu.

Konselor:

Klien:

Ya. Memang beliau menentukan pilihan hubungan pertemanan bukan profesionalitas.

berdasarkan

Konselor: Klien:

Kamu merasa kamu menjadi korban kkn? Sudah jelas begitu. Saya merasa tertekan. Saya pikir ...

Keterampilan untuk memahami masalah klien harus diperkukuh agar konselor memperoleh gambaran menyeluruh serta latar belakang suatu masalah. Contoh di atas menunjukkan bagaimana konselor memandu (atau klien) untuk menjelaskan masalahnya. Dalam konteks ini, konselor harus berupaya mengemukakan pertanyaan secara bertahap agar suatu skenario masalah dapat dikembangkan. Klien dalam kasus tersebut jelas mengalami perasaan kecewa karena dia merasa telah menjadi korban. Dengan itu, konselor harus membantunya mengendalikan rasa kecewa itu dan menggantinya dengan perasaan dan tingkah laku yang konstruktif.

5. Keterampilan Berempati
Bila seseorang merasa sedih atau tertekan, kita harus mencoba berempati. Keterampilan berempati adalah kemampuan konselor dalam memahami dan merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien. Keterampilan ini penting karena bukan saja dapat membantu memahami hal yang disebutkan oleh klien tetapi dia juga merasakan perasaan yang dialaminya. Berikut adalah contoh keterampilan berempati yang digunakan oleh konselor. Klien: kuliah Anda sudah tingkat akhir. Entah bagaimana saya kemudian akan mendapat pekerjaan setelah jadi sarjana? Anda khawatir karena kuliah sudah hamper berakhir namun merasa tidak mempunyai kepastian kerja setelah tamat kuliah.

Konselor:

Respons atau pernyataan konselor mengandung dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif (perasaan). Aspek kognitif itu adalah dia akan segera menjadi sarjana sedangkan aspek afektif adalah perasaan khawatir tidak mendapat pekerjaan yang layak. Keterampilan berempati konselor akan membentuk gambaran kepada klien bahwa konselor telah memahami ide dan perasaannya, dia terdorong untuk menceritakan masalahnya dengan lebih lanjut. Hal ini penting untuk membantu konselor memahami kesulitan klien dengan lebih lanjut dan jelas.

Bila skenario keseluruhan dicapai, barulah konselor berada dalam kondisi yang baik untuk membantu klien menyelesaikannya masalahnya.

Kepentingan Empati
Tanggapan konselor yang menunjukkan empati akan mendatangkan hasil seperti berikut: 1) Membangun hubungan dengan klien. Bila klien menemukan bahwa konselor bisa memahaminya, dia akan mengungkapkan masalahnya dengan mudah. 2) Mendorong eksplorasi diri. Sesudah konselor menanggapi empati, akan mulai mengeksplorasi situasi yang dihadapinya dengan lebih mendalam. 3) Memeriksa pemahaman dengan klien. Klien dapat memperbaiki respons empati konselor yang kurang tepat. 4) Memberikan dukungan. Empati merupakan cara menyelami jiwa klien dari aspek pengalaman, tingkah laku dan perasaan. 5) Melancarkan komunikasi. Empati biasanya mendorong klien berbicara dengan lebih lanjut karena dia merasa konselor telah memahaminya. 6) Meningkatkan fokus. Empati memberikan fokus kepada isu penting yang diutarakan oleh klien. Empati membantu klien dan pembimbing memahami pengalaman, tingkah laku dan emosi klien. 7) Membatasi konselor. Empati memperlambat konselor untuk memberikan nasihat terlalu awal. Empati mendorong klien memikirkan strategi yang bisa digunakan dalam solusi masalahnya. 8) Mendorong tindakan klien. Empati mendorong klien untuk mengakui masalahnya dan mencoba memahami masalahnya dengan mendalam, menyusun strategi dan bertindak dengan tegas.

6. Interpretasi
Konselor membuat interpretasi karena hendak meyakinkan pemahaman masalah yang dikemukakan klien. Dia akan mementingkan aspek intelektual kata-kata klien. Interpretasi memungkinkan konselor memperoleh satu gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang dihadapi klien. Hal-hal berikut harus diberi perhatian saat konselor membuat interpretasi: Gunakan kata-kata sederhana yang bisa dipahami oleh klien. Jangan berikan terlalu banyak interpretasi pada sesi awal. Toleransi dan penghormatan klien harus ada agar klien tidak dipaksa menerima sesuatu interpretasi. Contoh 1 Klien:

Saya banyak berdoa untuk kegemilangan karir saya, walaupun hasilnya tidak seperti yang saya minta pada Tuhan.

Konselor:

Anda mencoba bahwa berdoa merupakan upaya untuk kegemilangan karir Anda, dan kini Anda memerlukan rekonseptual mengenai doa yang mustajab.

Contoh 2 Klien: Saya telah belajar dengan keras dan mendapat nilai bagus. Namun keadaan ini tidak membuat saya otomatis mulus dalam berkarir. Dari apa yang Anda katakan tentang belajar keras dan pencapaian nilai belajar yang sangat baik anda merasa tidak otomatis mendapat karir yang gemilang. Benarkan demikian?

Konselor:

7. Pengungkapan diri
Pengungkapan diri merupakan satu keterampilan yakni konselor berbagi informasi atau pengalaman diri sendiri dengan klien. Hal ini bisa dilakukan jika informasi itu relevan serta dapat mendatangkan kelegaan kepada klien. Klien: Konselor : Ini yang kedua kalinya saya mencoba mengikuti seleksi penerimaan karyawan baru. Itu bukan hal luar biasa. Saya pun mengikuti seleksi dalam jabatan seperti ini sebanyak tiga kali sebelum akhirnya saya diterima dan menduduki jabatan penting.

Contoh di atas, konselor berbagi informasi diri yang bisa menyebabkan merasa lega dan nyaman. Klien dapat merasakan bahwa bukan dia seorang saja yang berada dalam kondisi tersebut.

8. Parafrasa
Sesi konseling diperlukan waktu 30 sampai 45 menit. Dalam kondisi demikian, terlalu banyak hal yang telah dicurahkan oleh klien. Jadi, adalah wajar untuk seseorang konselor meringkas pernyataan klien dari waktu ke waktu. Keterampilan seperti ini disebut parafrasa yang bertujuan memungkinkan konselor memeriksa pemahamannya tentang masalah yang disampaikan. Contoh Klien: Saya harus mendapat posisi penting di pusahaan saya tempat bekerja. Prestasi kerja saya selama ini sudah sangat baik baik. Saya telah membuat rencana kerja dengan baik. Semua yang

Konselor:

saya targetkan tercapai dengan hasil memuaskan. Kapan gerangan saya bisa naik tingkat pada jabatan penting. Tampaknya saudari optimis akan mendapatkan kenaikan tingkat dalam jabatan di tempat kerja. Indikasi itu logis, atas pencapaian prestasi kerja selama ini. Bagaimana promosi jabatan penting yang akan datang dapat saudara raih.

Contoh di atas memperjelas, bahwa parafrasa dapat meningkatkan memori konselor terhadap isi-isi penting yang telah disebutkan oleh klien. Pada waktu yang sama, parafrasa juga bisa meningkatkan pemahaman diri klien tentang masalah-masalah yang dihadapinya. Parafrasa menimbulkan kesadaran diri yang berikutnya mungkin akan memberikan pandangan kepada klien untuk menyelesaikan masalah-masalahnya.

9. Konfrontasi
Keterampilan konfrontasi digunakan ketika konselor menemukan apa yang dinyatakan oleh klien berbeda dari tindakannya. Misalnya, seorang mungkin telah berjanji bahwa dia akan mempersiapkan keterampilan karir yang diperlukan. Akan tetapi sampai pada masa promosi jabatan, dia masih belum juga memiliki keterampilan yang dipersyaratkan. Kondisi seperti ini jelas menunjukkan bahwa konfrontasi bisa digunakan untuk menyadarkan bahwa kata-katanya berbeda diripada tindakannya. Klien atau mungkin merasa tergugah ketika konselor bimbingan mulai menggunakan konfrontasi. Dengan itu, klien mungkin akan mengakhiri sesi bimbingan dan tidak ingin bertemu dengan konselor lagi. Karena itu, adalah elok jika konfrontasi hanya digunakan ketika dirasakan hubungan antara konselor bimbingan dengan klien adalah ramah dan benarbenar kokoh. Konfrontasi bisa mempercepat proses konseling karena dapat menimbulkan kesadaran dalam diri dengan cepat. Di samping itu, konfrontasi mendorong untuk mengubah tingkah lakunya agar sesuai dengan kata-katanya.

10. Senyap
Dalam sesi konseling, ada kalanya terjadi kesenyapan. Penghentian sementara ini memiliki berbagai arti. Klien berhenti berbicara karena dia merasa tidak nyaman untuk memberikan informasi lebih lanjut. Mungkin dia sedang mengadakan eksplorasi diri, yaitu dia akan mendapat pandangan terhadap masalah yang dihadapinya. Ada kemungkinan klien itu sedang mencari ide dan perasaan untuk disampaikan. Jika bisa, biarlah klien itu berbicara setelah kesenyapan itu. Untuk memecahkan kesenyapan, konselor dapat menggunakan reaksi berikut: 1. Tampaknya, saudari sedang memikirkan sesuatu. Bisa saya berbagi? 2. Mungkin saudara sudah tersedia untuk berbagi dengan saya tentang apa yang dipikirkan tadi.

3.

Saya kira saudari ada sesuatu yang ingin disampaikan. Silahkan ceritakan.

11. Keterampilan Ketika Ini (Immediacy)


Konselor mungkin dapat memprediksi perasaan klien dari waktu ke waktu. Misalnya, ketika mencoba melihat jam tangan beberapa kali, kemungkinan dia sudah merasa bosan dengan sesi konseling yang panjang itu. Kemungkinan ini dia ada janji yang lain. Pada masa itu, konselor bisa berbicara dalam suasana 'di sini dan ketika mi' [here and now). Misalnya, konselor bisa mengatakan kepada bahwa Anda kelihatan sudah lelah dengan sesi itu dan adalah "baik jika sesi itu ditunda saja. Sebenarnya, keterampilan ketika ini (immediacy) merupakan pengakuan tentang apa yang terjadi sini dan pada saat ini. Keterampilan ketika ini harus digunakan dengan waspada karena dapat menyinggung perasaan klien.

12. Merangkum
Tindakan konselor untuk membuat rangkuman merupakan proses menyimpulkan segala yang dibahas dalam sesi konseling. Merangkum akan mengutamakan hal-hal penting yang telah dibahas bersama-sama klien. Merangkum merupakan cara mengakhiri setiap sesi konseling. Hal ini memungkinkan konselor mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang seseorang klien serta membantunya meninjau kemajuan yang telah dicapai. Bahasa yang digunakan oleh konselor harus mudah dan jelas. Contoh "Mari kita coba rangkum apa yang telah dibahas. Saudari meyakini perlu merencanakan karir agar tercapai kemantapan pekerjaan. Untuk ini, saudari akan menuliskan tujuan karir yang akan diwujudkan, dan akan memetakan pencapaian dalam perencanaan waktu yang terukur. Kesulitan dalam menetapkan tujuan karir dan cara mencapainya akan kita perbincankan pada sesi berikutnya."

D. TAHAPAN DALAM BIMBINGAN Dalam upaya mewujudkan suasana bimbingan dan penyuluhan karier yang kondusif, maka diperlukan pengusaan sejumlah keterampilan menciptakan suasana dan komunikasi bimbingan karier yang baik, antara lain (1) pelibatan (2) eksplorasi, (3) pemahaman (4) bertindak.

Pada tiap pase terdapat aktivitas dan keterampilan pembimbing. Pada

pase Keterlibatan, pembimbing melibatkan konseli dengan menggunakan attending skills, seperti merapikan meja; mengamati isyarat-isyarat

nonverbal; mendengarkan dan menunjukkan penerimaan. (Keterampilan ini ada dalam fase-fase selanjutnya).

Pada pase Eksplorasi, pembimbing membantu konseli menggali aspek-aspek penting dengan menggunakan responding skills, seperti Refleksi dan Klarifikasi Perasaan; Permintaan untuk Melanjutkan;Pertanyaan-Pertanyaan spesifik

Pada pase Pemahaman, terdapat kegiatan membantu konseli memahami diri berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan menerima tanggung jawab terhadap masalah itu, dengan menggunakan personalizing skills, seperti Refleksi, Klarifikasi, Interpretasi, Konfrontasi, Diagnosis, Penyajian

Alternatif-Alternatif, Pemberian Umpan Balik.

Dalam pase Bertindak, pembimbing membantu konseli menuangkan kemauan untuk mencapai tujuan dalam bentuk rencana urutan langkah kerja yang konkret, dengan menggunakan initiating skills, seperti Pemberian Struktur, Penyelidikan, Pemberian Informasi, Usul/Saran, Pemberian Umpan balik, Dukungan/Bombongan.

You might also like