You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Di antara faktorfaktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik kesehatan individu maupun kelompok sangatlah besar. Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan. Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community). PHBS dapat diterjemahkan sebagai sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran dari hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan mampu berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Untuk melihat keberhasilan dalam pembudayaan PHBS diukur dengan pencapaian indikator rumah tangga sehat. Adapun indikator PHBS di Rumah Tangga adalah sebagai berikut: 1) Pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan; 2) ASI eksklusif; 3) penimbangan bayi dan balita; 4) Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari; 5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; 6) menggunakan jamban sehat; 7) memberantas jentik nyamuk di rumah; 8) makan buah dan sayur tiap hari; 9) melakukan aktivitas fisik/ olahraga; 10) tidak merokok di dalam rumah.

Berdasarkan data diatas mengingat pentingnya masalah perilaku dalam mempengaruhi kesehatan masyarakat, maka penulis tertarik untuk melakukan mengidentifikasi masalah perilaku di wilayah kerja puskesmas Lubuk Kilangan.

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Makalah ini bertujuan untuk mengetahui cara mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan dan pengelolaannya di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui cara identifikasi masalah perilaku di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. b. Mengetahui indikator yang digunakan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. c. Mengetahui cara pengelolaan masalah perilaku di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. d. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masalah perilaku di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

1.3 Batasan Masalah Makalah ini membahas mengenai cara mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan dan pengelolaanya di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

1.4 Metode Penulisan Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literature, laporan tahunan puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2012, dan diskusi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perilaku Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manuasia pada hakekatnya adalah suatu tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prilaku pada manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati langsung dari pihak luar. Perilaku dipengaruhi oleh genetik yang merupakan konsepsi dasar untuk perkembangan prilaku dan lingkungan yang merupakan kondisi untuk perkembangan prilaku tersebut. Mekanisme pertemuan keduanya dalam rangka terbentuknya prilaku disebut proses belajar (learning process). Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan tertentu dari luar subyek (teori S-O-R atau teori stimulus-organisme-respon) dan membedakannya: 1. Respondent response atau reflexife response : Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Perangsang semacam ini disebut elicting stimuli karena menimbulkan respon yang relatif tetap misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat menyebabkan mata tertutup , menangis karena sedih, muka merah karena marah dan lain sebagainya. 2. Operant response atau instrumental response : respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu . Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu perangsang ini mengikuti atau memperkuat perilaku yang sudah dilakukan. Sebagai contoh apabila seorang anak belajar atau sudah melakukan suatu perbuatan kemudian dia memperoleh hadiah maka dia akan lebih giat belajar atau lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain respon yang diberikannya akan lebih intensif dan kuat.
3

Dalam kehidupan sehari-hari responden respons sangat terbatas keberadaannya pada manusia sehingga kemungkinan memodifikasinya kecil. Sedangkan operant respons merupakan bagian terbesar dari prilaku manusia sehingga kemungkinan memodifikasinya besar. Menurut Respon terhadap stimulus, prilaku dibedakan kepada dua macam yaitu : 5,6 1. Perilaku tertutup (covert behavior) Adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Respon masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. 2. Perilaku terbuka (overt behavior) Adalah perilaku yang jelas dapat di observasi atau diamati secara langsung dari luar dalam bentuk tindakan nyata atau terbuk misalnya dari contoh tadi si ibu membawa anaknya ke puskemas untuk imunisasi

2.2.

Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman , serta lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup: 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya makann makanan bergizi, dan olahraga. Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria, pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain.

Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional.

Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obatobat yang terwujud dalam bentuk sikap, persepsi, pengetahuan ataupun penggunaan yankes. 3. Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsurunsur yang terkandung di dalamnya, pengelolaan makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita. 4. Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan.itu sendiri.

2.3.

Faktor Penentu (Determinan) Perilaku Perilaku kesehatan seperti halnya perilaku pada umumnya melibatkan banyak faktor.

Menurut Lawrence Green (1980) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : Faktor pembawa (predisposing factor) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilainilai dan lain sebagainya. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Sebagai contoh, Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya , dapat disebabkan karena dia memang belum tahu manfaat imunisasi (predisposing factor),.atau karena jarak
5

posyandu dan puskesmas yang jauh dari rumahnya (enabling factor) sebab lain bisa jadi karena tokoh masyarakat di wilayahnya tidak mau mengimunisasikan anaknya (reinforcing factor) Model di atas dengan jelas menggambarkan bahwa terjadinya perilaku secara umum tergantung faktor internal (dari dalam individu ) dan faktor eksternal (dari luar individu) yang saling memperkuat. Maka sudah selayaknya kalau kita ingin mengubah perilaku kita harus memperhatikan faktorfaktor tersebut di atas.

2.4.

Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan

perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam programprogram kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan normanorma kesehatan diperlukan usahausaha yang konkrit dan positif. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku seperti: 1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturanperaturan/undangundang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba/penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat. 2. Pemberian informasi Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng. 3. Diskusi partisipatif
6

Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebihlama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap. Ketiga faktor ini tidak berjalan jika tidak didukung oleh pendidikan kesehatan seseorang itu sendiri. Hal ini dapat dilihat di diagram sebagai berikut: Bagan 1.Modifikasi skema dari Blum dan Green
Keturunan Keturunan

Pelayanan kesehatan

Status kesehatan
Status kesehatan

Lingkungan

Perilaku Perilaku

Predisposing Factors Predisposing Factors ( ( pengetahuan, sikap, pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya) nilai, dan sebagainya)

Enabling Factors (ketersediaan sumber daya) /fasilitas)


Pem. Sosial

Reinforcing Factors Reinforcing Factors (sikap dan perilaku (sikap dan perilaku petugas) petugas,toma,toga)

komunikasi Pendidikan Kesehatan

training

2.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup. Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan salah satu wujud dari perilaku kesehatan yang dilakukan dalam ruang lingkup rumah tangga. Indikator PHBS rumah tangga terdiri dari indikator perilaku dan lingkungan, yaitu: Persalinan ditolong tenaga kesehatan Pemberian ASI eksklusif Penimbangan bayi dan balita Penggunakan air bersih Mencuci tangan dengan air dan sabun Menggunakan jamban sehat Memberantas jentik nyamuk di rumah Makan sayur dan buah setiap hari Melakukan aktivitas fisik setiap hari Tidak merokok di dalam rumah Manfaat pelaksanaan PHBS di rumah tangga, di antaranya: 1) Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit. 2) Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota keluarga. 3) Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga. 4) Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di bidang kesehatan. 5) Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan.

2.6 Cara Identifikasi Masalah Perilaku Kesehatan yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat 2.6.1 Diagram Identifikasi Masalah Perilaku Bagan 2. Diagram Identifikasi Masalah Perilaku
Survey PHBS Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisa Data

Indikator PHBS

Masalah Perilaku

Penjelasan Masalah: Dalam melakukan identifikasi masalah perilaku langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan survey mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) kemudian lakukan pengumpulan data lalu lakukan pengolahan dan analisa data dan disesuaikan dengan indikator, dalam identifikasi masalah perilaku yang digunakan sebagai indikator adalah point-point mengenai PHBS kemudian bisa ditentukan sebagai masalah perilaku apabila tidak mencapai indikator.

2.6.2 Merumuskan masalah PHBS Indikator PHBS ini digunakan untuk menilai Rumah Tangga Sehat, yaitu rumah tangga yang telah melaksanakan seluruh indikator PHBS tersebut. Penilaian dilakukan dengan pengambilan 210 sampel rumah tangga di setiap kelurahan. Jumlah ini didapat berdasarkan rekomendasi WHO dengan perhitungan sederhana: 30 x 7 = 210 rumah tangga (30 kluster dan 7 rumah tangga perkluster)

Dari sejumlah sampel tersebut, diharapkan dapat menggambarkan secara keseluruhan bagaimana penerapan PHBS rumah tangga di suatu kelurahan atau wilayah.
9

Hasil pemetaan PHBS direkapitulasi secara berurutan dari KK nomor urut 1 s/d KK nomor urut 210 ke dalam format rekapitulasi. Setelah itu lakukan prosedur sebagai berikut: 1. Jumlahkan jawaban (Ya) ke bawah untuk mengetahui persentasi besar-kecilnya masalah tiap indikator dari 10 indikator PHBS. 2. Makin kecil persentasi cakupan program indikator PHBS makin besar masalah dari indikator tersebut. 3. Berikan nomor urut masalah mulai dari persentasi indikator PHBS yang paling kecil sampai persentasi yang paling besar. 4. Tentukan maksimal dua masalah perioritas yang akan diintervensi oleh lintas program dan lintas sektor terkait tingkat puskesmas dan kabupaten/kota. 5. Jumlahkan jawaban (Ya) ke kanan untuk mengetahui klasifikasi PHBS tiap KK - Klasifikasi I jika jawaban Ya banyaknya antara 1 s/d 3 (warnah merah) - Klasifikasi II jika jawaban Ya banyaknya antara 4 s/d 6 (warnah kuning) - Klasifikasi III jika jawaban Ya banyaknya antara 7 s/d 9 (warnah hijau) - Klasifikasi IV jika klasifikasi III + dana sehat (JPKM) (warnah biru)

2.7 Pengelolaan Masalah Perilaku Perilaku menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors). Oleh sebab itu perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan perlu melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas sehingga masyarakat memiliki perilaku yang sesuai nilai-nilai kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu: 1. Gerakan Pemberdayaan Pemberdayaan

10

Gerakan Pemberdayaan Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organisation) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari

dermawan). Di sinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. 2. Bina suasana Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di manapun ia berada (keluarga di rumah, orang- orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu: a. Pendekatan Individu
11

b. Pendekatan Kelompok c. Pendekatan Masyarakat Umum

3. Advokasi Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lainlain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) di bidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu: (1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu: - Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi - Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah - Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah - Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based - Dikemas secara menarik dan jelas - Sesuai dengan waktu yang tersedia.

12

BAB III ANALISIS SITUASI 3.1 Sejarah Puskesmas Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang diberikan KAN yang pada tahun 1981 dengan Luas tanah 270 M2 dan Gedung Puskesmas sendiri didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 M2 , pada tahun itu juga Puskesmas mempunyai 1 buah Pustu Baringin. Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang diberikan saat itu meliputi BP, KIA dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang ada pada saat itu sekitar 10 orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian Pimpinan Puskesmas sebanyak 15 kali. Pada Tahun 1997 telah dilakukan renovasi Puskesmas secara maksimal, karena adanya keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat itu dijadikan kantor dan juga ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya. Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB, Apotik, Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 60 orang termasuk Pustu. Walaupun demikian bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang masih belum mempunyai gudang obat, gudang gizi (PMT) dan ruangan khusus Pelayanan Lansia. Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6 Upaya Kesehatan Wajib yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Program Kesehatan Lingkungan (Kesling), Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga Berancana (KB), Program
13

Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Menular (P2M) dan Pengobatan (BP) juga ada Upaya Kesehatan Pengembangan yaitu: Upaya Kesehatan Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Mata dan Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Lansia). 3.2 Kondisi Geografis Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7 kelurahan dengan luas: a. Kelurahan Batu Gadang b. Kelurahan Indarung c. Kelurahan Padang Besi d. Kelurahan Bandar Buat e. Kelurahan Koto Lalang f. Kelurahan Baringin g. Kelurahan Tarantang 3.3 Kondisi Demografi Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 50032 Jiwa yang terdiri dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut: a. Kelurahan Bandar Buat b. Kelurahan Padang Besi c. Kelurahan Indarung : 14.359 jiwa dan 2.743 KK : 6.797 jiwa dan 1.610 KK : 11.069 jiwa dan 2.632 KK : 19.29 Km2 : 52.1 Km2 : 4.91 Km2 : 2.87 Km2 : 3.32 Km2 : 1.65 Km2 : 1.85 Km2

14

d. Kelurahan Koto Lalang e. Kelurahan Batu Gadang f. Kelurahan Baringin g. Kelurahan Tarantang

: 6.563 jiwa dan 1.550 KK : 6.480 jiwa dan 1.489 KK : 2.277 jiwa dan 244 KK : 2.460 jiwa dan 439 KK

Dengan jumlah 44 RW. Dan 171 RT dengan perincian sebagai berikut: a. Kelurahan Batu Gadang b. Kelurahan Indarung c. Kelurahan Padang Besi d. Kelurahan Bandar Buat e. Kelurahan Koto Lalang f. Kelurahan Baringin g. Kelurahan Tarantang : 5 RW/ 21 RT : 12 RW/ 44 RT : 4 RW/ 20RT : 11 RW/ 43 RT : 8 RW/ 31 RT : 2 RW/ 5 RT : 2 RW/ 7 RT

3.4 Cara Identifikasi Masalah Perilaku di Puskesmas Lubuk Kilangan Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang memengaruhi kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, dilakukan survey perilaku dengan indikator yang digunakan adalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Indikator PHBS rumah tangga yang dapat dinilai adalah:

15

1. Persalinan ditolong tenaga kesehatan 2. Pemberian ASI eksklusif 3. Penimbangan bayi dan balita 4. Penggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik nyamuk di rumah 8. Makan sayur dan buah setiap hari 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok di dalam rumah

Tabel 1 Data Rumah Tangga Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2012
Linakes % 97 ASI Ekslusif % 63 Menimbang Balita 59.2 Air Bersih 72 Memberantas Jentik 45 Makan Buah Dan Sayur 52 Aktifitas Fisik 65 Tdk Merokok 46

NO

Kelurahan

CTPS

Jamban

Rata2

Bandar Buat Padang Besi Indarung Koto Lalang Batu Gadang Baringin Tarantang Puskesmas

48

74

62.12

2 3 4

98.2 97.6 90

66.1 72.1 43

78.7 73.6 60

89.6 98.6 74

47.1 73.9 23

72.4 85.5 43

38.5 75 36

91.3 80 32

63.2 77.8 45

40.2 72.8 51

68.53 80.69 49.7

5 6 7

97.6 98 81.8 94.3

64.5 11.9 65.2 55.1

66.3 63.8 60.9 66

88.2 68.2 72.1 80.3

51.2 35.3 39.5 45.2

76.3 26.7 44 60.2

40 20.5 39.9 45.2

71.1 48 57.6 60.7

65.4 53 56 60.7

50.8 49.3 68 54

67.14 47.47 58.5 62.17

Berdasarkan tabel diatas, tampak pencapaian indikator terendah adalah tidak mencuci tangan dengan sabun, memberantas jentik dan tidak merokok di dalam rumah. Dan kelurahan

16

yang terbanyak PHBS yaitu Kelurahan Indarung (80.69%). Dan Kelurahan yang terendah PHBS yaitu Kelurahan Baringin (47,47 %). Masih kurangnya penerapan PHBS di rumah tangga sebagai salah satu perilaku pencegahan penyakit tentunya menyebabkan berkurangnya kualitas kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kejadian penyakit yang cukup tinggi di Puskesmas Lubuk Kilangan. Berikut beberapa penyakit dengan angka kejadian yang cukup tinggi di Puskesmas Lubuk Kilangan sehubungan dengan PHBS.

GRAFIK 1 10 PENYAKIT TERBANYAK PUSKESMAS LUBUK KILANGAN TAHUN 2012

8011 1646 1383 1296 1286 1264

777

614

548

547

17

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Cara identifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan Cara identifikasi masalah perilaku di Puskesmas Lubuk Kilangan telah mengikuti tata cara yang seharusnya di mana langkah pertama dalam identifikasi masalah adalah dengan melakukan survey PHBS. Survey PHBS di Puskesmas Lubuk Kilangan terakhir dilakukan tahun 2012. Dari survey tersebut didapatkan data pencapaian PHBS rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas lubuk Kilangan, yang digunakan sebagai landasan untuk mengidentifikasi masalah. Berdasarkan tabel diatas, tampak pencapaian indikator terendah adalah tidak mencuci tangan dengan sabun, memberantas jentik dan tidak merokok di dalam rumah. Dan kelurahan yang terbanyak PHBS yaitu Kelurahan Indarung (80.69%). Dan Kelurahan yang terendah PHBS yaitu Kelurahan Baringin (47,47 %). Beberapa faktor penyebab rendahnya PHBS di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah : 1. Faktor pendidikan / pengetahuan Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap PHBS menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pelaksanaan PHBS di rumah tangga. Meskipun berbagai sosialisasi telah dilakukan, namun tidak mencapai seluruh kalangan masyarakat, sehingga masih ada sejumlah masyarakat yang tidak tahu mengenai PHBS dan tidak melaksanakannya. 2. Faktor sikap dan kebiasaan Sikap sebagai salah satu domain perilaku juga menjadi faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan PHBS. Masih banyak masyarakat yang tertutup terhadap
18

informasi mengenai PHBS, dan juga masih ada masyarakat yang sudah tahu mengenai PHBS tapi masih tidak melaksanakannya. Hal ini juga terkait kebiasaan yang sudah sejak lama dilakukan seperti merokok, jarang olahraga, mencuci tangan hanya saat akan makan dan tidak pakai sabun dan jarang makan buah dan sayur yang sulit diubah. 3. Faktor sosial ekonomi Faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat, khususnya golongan masyarakat ekonomi rendah. Salah satu pengaruhnya adalah terhadap kebiasaan makan buah dan sayur setiap hari. Perekonomian keluarga yang kurang menyebabkan mereka tidak bisa menyediakan buah dan sayur setiap hari di rumah. 4.2 Pengelolaan Masalah Perilaku di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. Setelah dilakukan pendataan dan identifikasi dan disimpulkan masalahnya, maka dilakukan penyusunan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah tersebut. Dilakukan lokakarya mini dengan mengundang tokoh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. Setelah itu, dilakukan pengolahan masalah. Pengelolahan masalah perilaku di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan dengan cara melakukan advokasi ke camat untuk menggerakkan PKK dan kader, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat, kemitraan untuk memberikan informasi kepada masyarakat dengan pihak lain dan DKK. 1. Advokasi ke camat untuk menggerakkan PKK dan kader. Dengan adanya advokasi ke camat ini, diharapkan camat bisa menggerakkan PKK yang sebagian besar anggotanya adalah kader untuk memberikan pengetahuan pada masyarakat akan pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2. Bina Suasana dan Pemberdayaan Masyarakat Bina suasana dan pemberdayaan masyarakat ini dilakukan pada daerah yang cakupan PHBSnya masih rendah. Pembinaan dilakukan melalui dua cara yaitu: a. Penyuluhan Perorangan

19

Penyuluhan perorangan ini dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas bekerja sama dengan kader setempat dengan mendatangi langsung rumah di wilayah yang cakupannya masih rendah itu dan memberikan penyuluhan langsung. b. Penyuluhan Kelompok Penyuluhan kelompok ini dilakukan oleh petugas promosi kesehatan dari Puskesmas Lubuk Kilangan kepada masyarakat secara berkelompok. Berdasarkan data Laporan Tahunan Promosi Kesehatan, terdapat 10 kali penyuluhan dengan tema PHBS dengan jumlah yang disuluh sebanyak 330 orang. Pemberdayaan dilakukan dengan: - Memberikan informasi pentingnya PHBS kepada kader agar kader tersebut dapat menyampaikan informasi itu ke masyarakat. - Mendorong kader agar menjadi contoh/role model bagi masyarakat untuk berPHBS. Setelah dilakukan pembinaan dan pemberdayaan, untuk pemantauan perilaku pasca pembinaan diberikan kepada masing-masing pembina wilayah. Setiap bulannya pembina wilayah akan melaporkan mengenai perkembangan perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.

3. Kemitraan Kemitraan/kerja sama dilakukan Puskesmas Lubuk Kilangan dengan beberapa elemen seperti: - Dinas Kesehatan Kota; di mana DKK memberikan poster-poster dan spanduk tentang PHBS kepada Puskesmas Lubuk Kilangan. - Mahasiswa STIKES/koas; di mana mereka memberikan penyuluhan mengenai PHBS terhadap masyarakat dan membuat leaflet PHBS untuk masyarakat.

20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 1. Identifikasi masalah di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan melalui survey PHBS. 2. Cara menilai perilaku masyarakat adalah menilai sejauh mana masyarakat menerapkan 10 indikator PHBS. 3. Pengelolaan masalah perilaku di Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan melalui 3 cara: advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah perilaku di Puskesmas Lubuk Kilangan adalah faktor pendidikan/pengetahuan, sikap dan kebiasaan, dan sosial ekonomi.. 5.2 Saran 1. Diteruskan dan ditingkatkan kegiatan sosialisasi dan edukasi masyarakat mengenai

PHBS dan rumah tangga sehat, baik melalui penyuluhan, media informasi (poster, pamflet, leaflet). 2. Melakukan pemberdayaan kader untuk program bina suasana dan kegiatan advokasi.

DAFTAR PUSTAKA

21

Anonim. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program PHBS, Makasar, 2006. Lasma Rohani. Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Desa Medan. Medan, 2007. Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan, 2012 Nengah Adnyana, Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Bali, 2012. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat-Prinsip Dasar. Jakarta, 2003. 2.5.

22

You might also like