You are on page 1of 11

Materi

Pada laporan ini penulis akan menjelaskan as sunnah sebagai sumber ajaran islam yang kedua ke dalam tiga bahasan, yaitu hakikat sunnah rasul dan hadits, kedudukan dan fungsi sunnah rasul dan hadits, dan cara menyeleksi dan mengamalkan hadits.

A. Hakikat Sunnah Rasul dan Hadist


Sunnah menurut bahasa adalah thoriqoh atau jalan, baik mupun buruk sedangkan sunnah menurut istilah mempunyai beberapa istilah : Berkata Ibnu Mandzur : Di dalam hadis telah berulang-ulang disebutkan kata sunnah dan apa yang berhubungan dengannya, adapun asalnya adalah cara dan jalan. Dan jika diartikan secara syari, maka yang di maksud dengan sunnah adalah apa-apa yang di perintahkan, dilarang dan dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw dari perkataan dan perbuatan yang tidak disebutkan Al Quran, dengan demikian dikatakan bahwa adillah as syariyah adalah kitab dan sunnah yaitu Al Quran dan As Sunnah. Berkata Imam Syatibi : Lafadz Sunnah juga diartikan sebagai lawan dari bidah, maka dikatakan : si fulan diatas sunnah jika dia sesuai dengan apa yang dikerjakan Nabi saw, dan dikatakan : si fulan diatas kebidahan apa bila dia beramal menyelesihi Nabi SAW

Seiring dengan berkembangnya Ilmu islam, maka makna sunnah pun mempunyai perkembangan diantaranya : Sunnah menurut Ulama usul: apa-apa yang bersumber dari nabi Muhammad saw dari perkataan atau perbuatan atau penetapan (taqrir). Sunnah menurut Fuqoha (ahli fiqh): segala sesuatu yang telah ditetapkan dari Nabi Muhammad saw dan bukan dalam perkara fardlu dan sunnah adalah jalan yang harus diikuti dalam agama dari selain fardlu. Sunnah menurut Ahli Hadis: segala sesuatu yang ditinggalkan Nabi Muhammad saw dari perkataan atau perbuatan atau perjalanan hidup beliau

Penggunaan kata As Sunnah sesuai dengan hadist berikut : Dari sahabat Anas bin Malik rodhiallahuanhu, ia berkata : ada tiga orang yang menemui istri-istri Nabi shollallahualaihiwasallam, mereka bertanya tentang amalan ibadah Nabi shollallahualaihiwasallam. Dan tatkala mereka telah diberitahu, seakan-akan mereka menganggapnya sedikit, kemudian mereka balik berkata : Siapakah kita bila dibanding dengan Nabi shollallahualaihiwasallam, Allah telah mengampuni dosa-dosa beliau, baik

yang telah lampau atau yang akan datang. Salah seorang dari mereka berkata : Kalau saya, maka saya akan sholat malam selama-lamanya. Yang lain berkata : Saya akan berpuasa sepanjang tahun dan tidak akan berbuka (berhenti berpuasa). Yang lain lagi berkata : Saya akan meninggalkan wanita, dan tidak akan menikah selama-lamanya. Kemudian Rasulullah shollallahualaihiwasallam datang, lantas bersabda : Kaliankah yang berkata demikian-demikian? Ketahuilah, sungguh demi Allah, sesungguhnya saya adalah orang yang paling takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya diantara kalian, akan tetapi saya berpuasa dan juga berbuka, sholat (malam) dan juga tidur, dan saya juga menikahi wanita. Maka barang siapa yang membenci sunnahku (ajaranku), maka ia tidak termasuk golonganku Menjalankan sunnah Nabi adalah makna yang dirasa oleh hati disaat jasad ini menjalankan sunnah Nabi. Hati yang merasakan kehadiran Nabi Muhammad SAW disaat menjalankan Sunnah Nabi adalah hatinya orang yang benar-benar menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW.

B. Kedudukan dan Fungsi Sunnah Rasul dan Hadits


Dalam hukum Islam, hadist menjadi sumber hukum kedua setelah al-Qur`an. Penetapan hadits sebagai sumber kedua ditunjukan oleh tiga hal, yaitu al-Qur`an sendiri, kesepakatan (ijma`) ulama, dan logika akal sehat (ma`qul). Al-Quran menekankan bahwa Rasulullah SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-firman Allah Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan (QS. 16:44) Karena itu apa yang disampaikan Nabi harus diikuti, bahkan perilaku Nabi sebagai rasul harus diteladani oleh kaum muslimin. Keberlakuan hadist sebagai sumber hukum diperkuat pula dengan kenyataan bahwa Al-Qur`an hanya memberikan garis-garis besar dan petunjuk umum yang memerlukan penjelasan dan rincian lebih lanjut untuk dapat dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, muncul fungsi hadist sebagai penafsir, pensyarah, dan penjelas daripada ayat-ayat tertentu. Hal ini juga ditegaskan oleh Syaikh al-Albani bahwa syariat Islam bukan hanya al-Quran saja, melainkan juga as-Sunnah. Barangsiapa hanya berpegang pada salah satunya, maka berarti sama dengan tidak berpegang dengan keduanya, karena Al-Quran memerintahkan untuk berpegang dengan as-Sunnah demikian pula sebaliknya. (manzilatus sunnahfil Islam, hal:14, Maktabah Syamilah)

Imam Ibnu Al Qoyyim mengatakan bahwa hubungan hadits dengan alQur`an ada tiga : 1. Hadits sesuai dengan al-Qur`an dari berbagai segi, sehingga datang al-Qur`an dan hadits pada satu hukum menunjukkan ada dan banyaknya dalil (semakin menguatkan). 2. Hadits sebagai penjelas maksud al-Qur`an dan penafsirnya. 3. Hadits menentukan satu hukum wajib atau haran pada sesuatu yang al-Qur`an diamkan. Dalam hubungan dengan Al-Quran, maka As-Sunnah berfungsi sebagai penafsir, pensyarah, dan penjelas daripada ayat-ayat tertentu. Seperti menurut Syaikh Imad Sayyid Muhammad Ismail Asy Syarbini mengatakan bahwa hubungan antara al-Quran dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Menguatkan hukum yang ditetapkan al-Qur`an. Contoh firman Allah Swt dalam surat Hud : 102. Begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. Ayat ini diperkuat dengan hadits riwayat Abu Musa yang maknanya hampir sama. Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah Taala akan menangguhkan siksaannya bagi orang yang berbuat zhalim, apabila Allah telah menghukumnya maka dia tidak akan pernah melepaskannya. Kemudian Rasulullah Saw membaca ayat surat Huud : 102 (H.R Muslim) (kitabaatu adau al-islam wamunaqosyatuha, hal: 613, MaktabahSyamilah) 2. Menjelaskan maksud al-Quran, yaitu dengan cara merinci yang mujmal, membatasi yang mutlak, mengkhususkan yang umum dan menjelaskan yang musykil. a. (Merinci yang mujmal) Contoh tentang kewajiban sholat dalam surat an-Nisa :103 Maka dirikanlah shalat itu sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. Ayat ini hanya berisi tentang perintah sholat tapi tidak menjelaskan bagaimana pelaksanaannya, jumlah rakaatnya, syarat dan rukun, serta sebagainya sampai ada penjelasan terperinci dari Rasulullah Saw melalui sabdanya ; Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihataku sholat. (H.R Bukhori)
3

b. Membatasi yang mutlak Contoh seperti ayat yang berkenaan potong tangan dalam surat Al-Maidah : 38 Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya Ayat ini dibatasi oleh hadits bahwa yang dipotong hanya sampai pada pergelangan tangan. Hadits ini bisa dilihat dalam kitab Sunan Al-Kubro Imam Baihaqi c. Mengkhususkan yang umum. Seperti ayat yang berkaitan tentang waris dalam surat An-Nisa : 11 Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagikan seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan Ayat ini masih bersifat umum yang ditujukan kepada orang tua untuk mewariskan harta kepada anak-anak mereka, tapi kemudian Rasulullah mengkhususkan bahwa warisan hanya berlaku kepada sesama muslim, dan lain sebagainya. d. Menjelaskan lafadz yang musykil Ada lafadz dalam Al-Quran yang tidak diketahui maknanya secara jelas kecuali setelah mendengar keterangan dari Nabi Saw. Bahkan ini pernah terjadi pada Aisyah ra terkait dengan kata dalam surat Al-Insyiqaq : 8.

Dari Aisyah, Rasul Saw bersabda: Tidak seorangpun yang dipaparkan hisabnya
melainkan akan celaka, Wahai Rasulullah bukankah Allah berfirman : (Barangsiapa yang diberikan kitabnya sebelah kanan, maka ia akan mendapat hisab yang mudah), Rasulullah bersabda: Yang dimaksud ayat itu adalah amal yang diperlihatkan, dan tidaklah seseorang hisabnya diperdebatkan, melainkan ia akan dihisab. (H.R Bukhori) (kitabaatu adau al-Islam wa munaqosyatuha, hal:614-620, Maktabah Syamilah)

3. Menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan oleh al-Qur`an. Karena dalam al-Quran terdapat ayat-ayat yang memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk taat secara mutlak kepada apa yang diperintahkan dan dilarang Rasulullah Saw. Serta mengancam orang yang menyelisinya. (kitabaatuadau al-Islam wa munaqosyatuha, hal:612, MaktabahSyamilah) Contohnya adalah pernikahan yahng haram karena ada hubungan sepesusuan. Sesuai dengan sabda Rasulullah. : Diharamkan karena hubungan susuan sebagaimana yang diharamkan karena hubungan nasab. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah]

C.

Cara Menyeleksi dan Mengamalkan Hadits

Berdasarkan tingkat keaslian hadits, hadits terdiri dari 1. Hadits shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung, disampaikan oleh pelapor (rawi) yang adil, sempurna kekuatan ingatan (dhabit) dari awal hingga akhir sanad, tak ada kejanggalan (syaz) dan juga kecacatan (illah). Hadist shahih dibagi menjadi dua yaitu a. Shahih Lidzatihi : hadits yang shahih berdasarkan persyaratan shahih yang ada di dalamnya, tanpa membutuhkan penguat atau faktor eksternal. b. Shahih Lighairihi : hadits yang hakikatnya adalah hasan, dan karena didukung oleh hadits hasan yang lain, maka dia menjadi Shahih Lighairihi. Contoh hadist shahih adalah Dari Abi Abdurrahman Abdillah bin Umar bin Khattab ra. berkata: Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: "Bangunan Islam itu atas lima perkara Mengakui bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu Utusan Allah, Mendirikan Shalat, Mengeluarkan Zakat, Mengerjakan Haji ke Baitullah dan Puasa bulan Ramadhan." (Bukhari - Muslim) 2. Hadits hassan adalah hadits yang sanadnya bersambung dari awal hingga akhir, disampaikan oleh pelapor (rawi) yang adil, kekuatan ingatan (dhabit) kurang sedikit daripada ingatan pelapor yang adil, tak ada sebarang percanggahan (syaz) dan juga kecacatan (illah). Hadist hasan dibagi menjadi dua yaitu a. Hasan Lidzatihi : hadits yang hasan berdasarkan persyaratan hasan yang ada di dalamnya, tanpa membutuhkan penguat atau faktor eksternal. b. Hasan Lighairihi : hadits yang hakikatnya adalah dlaif, dan karena didukung oleh hadits dlaif yang lain, maka dia menjadi hasan Lighairihi.

Contoh hadist hasan adalah Telah menceritakan kepada kamu qutaibah, telah menceritakan kepada kamu jafar bin sulaiman, dari abu imron al-jauni dari abu bakar bin abi musa al-Asyari ia berkata: aku mendengar ayahku berkata ketika musuh datang : Rasulullah Saw bersabda : sesungguhnya pintu-pintu syurga dibawah bayangan pedang (HR. At-Tirmidzi, Bab Abwabu Fadhailil jihadi). Derajat hadits tersebut adalah hasan, karena semua perawi dalam hadits tersebut adil kecuali jafar bin sulaiman adh-dhubai. 3. Hadits dhaif adalah hadits yang lemah, hadits ini tidak menepati ciri-ciri hadits shahih, maupun hassan. Contohnya adalah "Penduduk surga adalah belalang, kecuali Musa bin Imron, karena dia memiliki jenggot sampai ke pusarnya".[HR.Al-Uqoiliy dalam Adh-Dhuafaa (185), Ibnu Adi dalam Al-Kamil (4/48), dan Ar-Raziy dalam Al-Fawaid (6/111/1)]. Hadits ini adalah hadits batil yang palsu. Dalam sanadnya terdapat seorang rawi yang suka memalsukan hadits, yaitu Syaikhnya Ibnu Abi Kholid AlBashriy. Maka tak heran apabila syaikh Al-Albaniy mencantumkan hadits ini dalam kitabnya Adh-Dhoifah (704). 4. Hadits Maudu adalah hadits yang dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang memiliki kemungkinan berdusta. Barangsiapa berpuasa di waktu pagi pada hari Idul Fithri, dia bagaikan puasa sepanjang waktu Ini adalah hadits palsu yang dibuat oleh Ibnu al-Bailami. Ibnu Hibban rahimahullah berkata : Dia meriwayatkan hadits dari ayahnya sebanyak kurang lebih 200 hadits, semuanya palsu dan tidak boleh disebut namanya kecuali hanya untuk menjelaskan keheranan terhadapnya Dari jenis keaslian hadits tersebut dapat dilihat bahwa, asli tidaknya hadits dapat dilihat dari sanad, pelapor, ingatan pelapor, dan tidak ada kejanggalan, maupun kecacatan. Dalam pelaksanaannya hadits shahih dan hassan aman untuk dilakukan. Hadits maudu sebaiknya tidak dilaksanakan karena ada kemungkinan palsu. Dan pada pengamalan hadits dhaif ada tiga pendapat: a. Kelompok pertama adalah mereka yang secara mutlak menolak mentah-mentah semua hadits dhaif. Bagi mereka hadits dhaif itu sama sekali tidak akan dipakai untuk apa pun juga. Baik masalah keutamaan (fadhilah), kisah-kisah, nashehat atau peringatan. Apalagi kalau sampai masalah hukum dan aqidah. Pendeknya, tidak ada tempat buat hadits dhaif di hati mereka. Di antara mereka terdapat
6

nama Al-Imam Al-Bukhari, Al-Imam Muslim, Abu Bakar Al-Arabi, Yahya bin Muin, Ibnu Hazm dan lainnya. b. Kelompok kedua adalah kalangan yang masih mau menerima sebagian dari hadits yang terbilang dhaif dengan syarat-syarat tertentu. Mereka adalah kebanyakan ulama, para imam mazhab yang empat serta para ulama salaf dan khalaf. Syarat-syarat yang mereka ajukan untuk menerima hadits dhaif antara lain, sebagaimana diwakili oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dan juga Al-Imam AnNawawi rahimahumalah, adalah: i. Hadits dhaif itu tidak terlalu parah kedhaifanya. Sedangkan hadits dhaif yang perawinya sampai ke tingkat pendusta, atau tertuduh sebagai pendusta, atau parah kerancuan hafalannya tetap tidak bisa diterima. ii. Hadits itu punya asal yang menaungi di bawahnya iii. Hadits itu hanya seputar masalah nasehat, kisah-kisah, atau anjuran amal tambahan. Bukan dalam masalah aqidah dan sifat Allah, juga bukan masalah hukum. iv. Ketika mengamalkannya jangan disertai keyakinan atas tsubut-nya hadits itu, melainkan hanya sekedar berhati-hati. c. Kelompok ketiga adalah kalangan yang boleh dibilang mau menerima secara bulat setiap hadits dhaif, asal bukan hadits palsu (maudhu). Bagi mereka, sedhaif-dhaif-nya suatu hadits, tetap saja lebih tinggi derajatnya dari akal manusia dan logika. Di antara para ulama yang sering disebut-sebut termasuk dalam kelompok ini antara lain Al-Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri mazhab Hanbali. Mazhab ini banyak dianut saat ini antara lain di Saudi Arabia. Selain itu juga ada nama Al-Imam Abu Daud, Ibnul Mahdi, Ibnul Mubarokdan yang lainnya. Berdasarkan jumlah penutur, hadits terdiri dari 1. Hadits mutawatir, adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan (thaqabah) berimbang. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah sanad minimum hadits mutawatir (sebagian menetapkan 20 dan 40 orang pada tiap lapisan sanad). Hadits mutawatir sendiri dapat dibedakan antara dua jenis yakni mutawatir lafzhy (redaksional sama pada tiap riwayat) dan ma'nawy (pada redaksional terdapat perbedaan namun makna sama pada tiap riwayat) Contohnya adalah Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka tempat tinggalnya adalah neraka.

Hadis ini diriwayatkan oleh lebih dari enam puluh dua sahabat dengan teks yang sama, bahkan menurut As-Syuyuti diriwayatkan lebih dari dua ratus sahabat. 2. Hadits ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain : a. Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain terdapat banyak penutur) b. Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan) c. Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan) namun tidak mencapai derajat mutawatir. Contoh hadist ahad di bawah ini dari Shahih Bukhari yaitu sebuah hadits ahad dan gharib. "Sesungguhnya amal itu dengan niat, dan sesungguhnya bagi masing-masing orang apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yangakan ia dapatkan atau kepada perempuan yang akan dia nikahi maka (hasil) hijrahnya adalah apa yang dia niatkan". [Muttafaqun alaih]. Hadits ini berbicara tentang salah satu diterimanya amal, tentang ikhlas yang merupakan syarat diterimanya amal seseorang. Hadits ini, jelas merupakan hadits ahad, dan termasuk ke dalam bagian hadits gharib, karena tidak diriwayatkan, kecuali dari jalan Umar bin Khaththab. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya, kecuali Al Qamah bin Waqqash Al Laitsi. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya, kecuali Muhammad bin Ibrahim At Taimi. Dan tidak ada yang meriwayatkan darinya, kecuali Yahya bin Said Al Anshari. Kemudian dari beliau ini diriwayatkan oleh puluhan perawi, bahkan mungkin ratusan. Awalnya mutawatir, akhirnya ahad dan gharib. Ini salah satu contoh hadits yang diterima oleh para ulama, bahkan hampir sebagian besar ulama. Berdasarkan ujung sanad, hadist terdiri dari 1. Hadits Marfu' adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad SAW. Contoh hadist ini adalah Dari Jabir telah bersabda Nabi SAW: baik pekerti adalah pelajaran dan buruk kelakuan itu adalah sial (HR. ibnu asakir). Hadits diatas dikatakan sebagai Hadits Marfu Qauli Tasrihan karena dengan terang-terangan .
8

2. Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu'. Contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum waris) menyampaikan bahwa Abu Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu AlZubair mengatakan: "Kakek adalah (diperlakukan seperti) ayah". Namun jika ekspresi yang digunakan sahabat seperti "Kami diperintahkan..", "Kami dilarang untuk...", "Kami terbiasa... jika sedang bersama rasulullah" maka derajat hadits tersebut tidak lagi mauquf melainkan setara dengan marfu'. Contoh hadist Mauquf adalah Dari Abdullah (Bin Mas`Ud), ia berkata : jangan lah hendaknya salah seorang dari kamu taqlid agamanya dari seseorang, karena jika seseorang itu beriman, maka ikut beriman, dan jika seseorang itu kufur, ia pun ikut kufur. (R. Abu Na`im 1:136). Abdullah Bin Mas`ud adalah seorang sahabat Nabi, maka ucapan diatas disandarkan kepada Abdullah Bin Masu`ud. 3. Hadits Maqtu' adalah hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi'in (penerus). Contoh hadits ini adalah: Imam Muslim meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "Pengetahuan ini (hadits) adalah agama, maka berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu". Berdasarkan keutuhan rantai/lapisan sanad Keutuhan rantai sanad maksudnya ialah setiap penutur pada tiap tingkatan dimungkinkan secara waktu dan kondisi untuk mendengar dari penutur di atasnya. Ilustrasi sanad : Pencatat Hadits > penutur 4> penutur 3 > penutur 2 (tabi'in) > penutur 1(Para sahabat) > Rasulullah SAW 1. Hadits Musnad, sebuah hadits tergolong musnad apabila urutan sanad yang dimiliki hadits tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu. Yakni urutan penutur memungkinkan terjadinya transfer hadits berdasarkan waktu dan kondisi. Contoh hadits Musnada adalah Abdullah bin Yusuf menceritakan kepada kami dari Malik dari Abu Az-Zinad dari AlAraj dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Jika anjing menjilat bejana salah seorang dari kalian, maka hendaklah dia mencucinya sebanyak tujuh kali.
9

Ini adalah hadits yang musnad, karena sanadnya bersambung mulai dari AlBukhari rahimahullah sampai kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Dan juga hadits ini marfu karena ujung sanadnya adalah Nabi shallallahu alaihi wasallam, sebagaimana yang telah dijelaskan pada edisi sebelumnya. 2. Hadits Mursal. Bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung kepada Rasulullah SAW. Contoh: seorang tabi'in (penutur2) mengatakan "Rasulullah berkata" tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya). 3. Hadits Munqati'. Bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur empat atau tiga. Contohnya adalah Jika kalian menyerahkan kepemimpinan kepada Abu Bakar, maka ia adalah orang yang kuat lagi amanah Hadis ini diriwayatkan oleh Abdul Razzaq dari Sofyan AtsTsauri dari Ibnu Ishak dari Zaid dari Huzaifah. Dikatakan munqati karena Abdul Razzaq tidak mendengarnya dari Sofyan tetapi dari Numan dari Sofyan. Begitu juga Sofyan tidak mendengar dari Abu Ishak tetapi dari Syuraik dari Abu Ishak. 4. Hadits Mu'dal bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut. Contohnya adalah Hamba sahaya berhak mendapatkan makanan dan pakaiannya secara maruf (yang sesuai) dan tidak boleh dibebani pekerjaan, kecuali yang disanggupinya saja Hadits ini adalah hadits Mudhal, karena padanya terdapat dua orang rawi yang gugur berurutan antara Malik dan Abu Hurairah. Dan kita mengetahui bahwa padanya terdapat dua rawi yang gugur secara berurutan dari riwayat hadits pada selain kitab Muwaththo, yaitu seperti ini : dari Malik dari Muhammad bin Ajlan dari ayahnya dari Abu Hurairah 5. Hadits Mu'allaq bila sanad terputus pada penutur 4 hingga penutur 1 Contohnya: "Seorang pencatat hadits mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah mengatakan...." tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga Rasulullah). Setelah kita menyeleksi hadist yang akan kita amalkan, dan kita sudah yakin hadist itu shahih maka kita amalkan hadist tersebut dengan sungguh-sungguh.
10

Kesimpulan
Kita tidak bisa taqlid atau mengikuti begitu saja tanpa tahu dalil-dalil dari Al Quran dan Hadits: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. [Al Israa:36]

Daftar Pustaka
http://abizakii.wordpress.com/2011/01/22/hakekat-menjalankan-sunnahnabi-muhammad-saw/, diakses pada 24 Februari 2013. http://berkaryaasepsm.blogspot.com/2010/05/pengertian-hadis-dansunnah.html, diakses pada 24 Februari 2013. http://www.eramuslim.com/hadits/mengamalkan-hadisdhaif.htm#.US3he8Vv-So, diakses pada 24 Februari 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Hadits, diakses pada 27 Februari 2013. http://nanda-aceh.blogspot.com/2012/05/makalah-kedudukan-dan-fungsihadist.html, diakses pada 24 Februari 2013. http://abizakii.wordpress.com/2011/01/22/hakekat-menjalankan-sunnahnabi-muhammad-saw/, diakses pada 24 Februari 2013. http://berkaryaasepsm.blogspot.com/2010/05/pengertian-hadis-dansunnah.html, diakses pada 24 Februari 2013. http://www.eramuslim.com/hadits/mengamalkan-hadisdhaif.htm#.US3he8Vv-So, diakses pada 24 Februari 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Hadits, diakses pada 27 Februari 2013. http://nanda-aceh.blogspot.com/2012/05/makalah-kedudukan-dan-fungsihadist.html, diakses pada 24 Februari 2013. http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/penelitian-matan-hadis.html, diakses pada 24 Februari 2013. http://muhakbarilyas.blogspot.com/2012/04/k-r-i-t-i-k-h-d-i-t-skemunculan.html, diakses pada 24 Februari 2013. http://muslims-says.blogspot.com/2012/02/kedudukan-dan-fungsi-haditsterhadap-al.html, diakses pada 24 Februari 2013. http://nanda-aceh.blogspot.com/2012/05/makalah-kedudukan-dan-fungsihadist.html, diakses pada 24 Februari 2013. http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2010/07/02/hakikat-sunnah/, diakses pada 24 Februari 2013.

11

You might also like