You are on page 1of 27

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat walafiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam bentangan tersebut. Demikian pula sakit ini juga mempunyai beberapa tingkat atau gradasi. Secara umum dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan (mild), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (severe). Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan canggih. Namun sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat spesifik. Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni : a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Primary Health Care) Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (Basic Health Services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan balkesmas. b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (Secondary Health Services) Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis. c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (Tertiary Health Services)

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia : rumah sakit tipe A dan B. Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian seterusnya. Maka dari sinilah sistem rujukan diperlukan .karena tiap strata pelayanan kesehatan memiliki kemampuan masing masing didalam memberikan perawatan.

1.2

Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari rujukan kesehatan? 2. Apakah tujuan dari rujukan kesehatan? 3. Apa saja klasifikasi dari system rujukan? 4. Apa saja hal hal yang menjadi pertimbangan dilakukan rujukan kesehatan? 5. Apa saja keuntungan dan hambatan dari rujukan kesehatan? 6. Bagaimana alur dari rujukan kesehatan? 7. Bagaimana tata cara menerima dan membalas rujukan kesehatan? 8. Bagaimana system pembiayaan dari rujukan kesehatan? 9. Bagaimana format dari surat rujukan kesehatan?

1.3

Tujuan

1. Mampu menjelaskan mengenai definisi rujukan kesehatan. 2. Mampu menjelaskan tujuan dari rujukan kesehatan. 3. Mampu menjelaskan hal-hal yang menjadi pertimbangan dilakukan rujukan kesehatan
2

4. Mampu menjelaskan alur dari rujukan kesehatan. 5. Mampu menjelaskan tata cara menerima dan membalas rujukan kesehatan. 6. Mampu menjelaskan klasifikasi rujukan kesehatan. 7. Mampu menjelaskan system pembiayaan rujukan kesehatan. 8. Mampu menjelaskan kelebihan dan hambatan rujukan kesehatan. 9. Mampu menjelaskan format surat rujukan.

1.4

Skenario 5 RUJUKAN KESEHATAN

Seorang pasien datang ke Puskesmas ingin mendapatkan pengobatan. Pasien diperiksa oleh dokter puskesmas kemudian pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit(RSGM). Setelah membaca surat rujukan dan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan kemudian dokter jaga di bagian oral diagnosis merujuk ke bagian bedah mulut RSGM. Hal ini dilakukan karena pertimbangan kasus, ketersediaan peralatan medis yang ada di bagian oral diagnosis dan system rujukan yang ada di RSGM.

1.5 Maping
SISTEM RUJUKAN

RUJUKAN MEDIS RUJUKAN IPTEK RUJUKAN SPESIMEN

RUJUKAN KESEHATAN

RUJUKAN PASIEN

RUJUKAN SARANA

RUJUKAN TENAGA

RUJUKAN OPERASIONAL

DEFINISI DAN TUJUAN

SYARAT 3

ALUR

TATA CARA

KELEBIHAN

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai .(dr.RinaAmelia) Sedangkan system rujukan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik secara vertical maupun horizontal. Maksud dari rujukan vertical disini adalah rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatannya misalnya dari puskesmas ke rumah sakit. Dan rujukan horizontal adalah rujukan antar pelayanan kesehatan yang masih dalam satu tingkatan misalnya dari suatu rumah sakit ke rumah sakit lainnya.(Permenkes 01/2012) Tujuan Rujukan kesehatan adalah 1. Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan beerhasil guna 2. Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu. 3. Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitative secara berhasil guna dan berdaya guna 4. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna. Syarat dari rujukan adalah: (1) Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan wewenang untuk merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan dan mengetahui kondisi serta kebutuhan objek yang dirujuk. (2) Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis Daerah

(3) Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu rujukan hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Adanya unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang merujuk atau yang menerima rujukan. b. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai kewenangan

melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan. c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa : Formulir rujukan dan rujukan balik sesuai contoh. Kartu Jamkesmas, Jamkesda dan kartu Assuransi lain. Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang

d. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima rujukan. e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan. f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip mengirim ke arah fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap. (4) Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama

perjalanan menuju ketempat rujukan, maka : a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan infus, oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu; b. pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan kegawat daruratan; c. sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem komunikasi; (5) Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan atau lengkap hanya dapat dilakukan apabila : a. dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat diatasi; b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula; c. pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula;

d. pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena alasan medis; e. rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang diketahui mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut kebutuhan medis atau penunjang medis sesuai dengan rujukan kewilayahan; f. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit kelebihan pasien ( jumlah tempat tidur tidak mencukupi); g. rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit yang setara atau sesuai dengan jaringan pelayanannya; h. khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang Assuransi Kesehatan lainnya, harus ada kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tujuan Rujukan i. khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah sakit yang setara yaitu ke PPK1 atau PPK 2 lainnya yang mengadakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk dan menentukan tujuan rujukan atas dasar kompensasi/imbalan dari Fasilitas Pelayanan

Kesehatan.(PERGUB JABAR 2011)

BAB 3. PEMBAHASAN
6

3.1 Klasifikasi Sistem Rujukan 3.1.1 Rujukan Medis Merupakan bentuk pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah kedokteran. Tujuannya adalah untuk mengatasi problem kesehatan, khususnya kedokteran serta memulihkan status kesehatan pasien. Jenis-jenis rujukan medis : a. Rujukan Pasien Merupakan penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut. b. Rujukan Ilmu Pengetahuan Merupakan pengiriman dokter atau tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. c. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium Merupakan bahan pengiriman bahan-bahan laboratorium dari strata pelayan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu, atau sebaliknya untuk tindak lanjut. 3.1.2 Rujukan Kesehatan Merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk kesehatan masyarakat. Dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang ada di masyarakat. Rujukan pada pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik khusus. Karakteristik yang dimaksud adalah: a. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pada rujukan pelayanan dokter

keluarga tidak bersifat total, tetapi hanya untuk masalah penyakit yang sedang ditanggulangi saja. Sedangkan masalah penyakit lainnya atau kesehatan pasien secara keseluruhan, tetap berada di tangan dokter keluarga.
7

b. Dalam melakukan rujukan pasien dalam pelayanan dokter keluarga, pertimbangan tidak hanya atas dasar keadaan penyakit pasien saja, tetapi keadaan sosial ekonomi keluarga secara keseluruhan. c. Tujuan rujukan pada pelayanan dokter keluarga tidak terbatas hanya pada penyembuhan penyakit dan ataupun pemulihan status kesehatan saja, tetapi juga peningkatan derajat kesehatan dan ataupun pencegahan penyakit. Jenis-jenis rujukan kesehatan adalah : a. Rujukan Tenaga Merupakan pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan. b. Rujukan Sarana Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan kesehatan yg lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak lanjut. c. Rujukan Operasional Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatan masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari :


8

a.

Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.

b.

Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

3.1.2 Kelebihan dan Hambatan Sistem Rujukan

Kelebihan 1. Pertolongan lebih cepat 2. Memberikan rasa aman kepada pasien dan keluarganya 3. Dengan penataan yg teratur, pengetahuan dan ketrampilan petugas daerah meningkat masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli Hambatan 1. Rasa kurang percaya pasien terhadap dokter (bila rujukan/konsultasi inisiatif dokter) 2. Rasa kurang senang pada diri dokter(bila rujukan/ konsultasi atas permintaan pasien) 3. Bila tidak ada jawaban dari konsultasi 4. Bila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan 5. Bila ada pembatas (sikap/ perilaku,biaya, transportasi) 6. Apabila pasien tidak bersedia untukdikonsultasikan dan ataupun dirujuk

3.1.3

Alur Sistem Rujukan


9

Jenjang (hierarki)

Komponen/ unsur pelayanan kesehatan

10

Tingkat rumah tangga Tingkat masyarakat

Yankes oleh indv/ klg sendiri Keg. Swadaya masy dlm menolong mrk sndr oleh klmpok paguyupan, PKK, dll

Fasilitas yankes profesional tk.1

Puskesmas, pustu, pusling, praktik dokter swasta, bidan, poliklinik swasta

Fasilitas yankes profesional tk.2 Fasilitas yankes profesionak tk.3

RS kabupaten, RS swasta, lab.swasta RS kls A & B serta lembaga specialis swasta, lab. Kshtn daerah

Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal. Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan. Rujukan horizontal rujukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan. Rujukan vertikal dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila: a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub spesialistik; b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.

11

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila: a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya; b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut; c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alas an kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.

Tipe Rumah Sakit Rumah Sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Di Indonesia, Rumah Sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), terutama upaya penyembuhan dan pemulihan, sebab Rumah Sakit mempunyai fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita, yang berarti bahwa pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan Rumah Sakit untuk penderita rawat jalan dan rawat tinggal hanya bersifat spesifik atau spesialistik, sedangkan pelayanan yang bersifat non spesialistik atau pelayanan dasar harus dilakuka di Puskesmas. Berdasarkan fugsi dan tugas dari Rumah Sakit, Ada beberapa pembagian tipetipe Rumah Sakit berdasarkan kemampuan sebuah Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan medis kepada para pasiennya, yaitu:

12

1) Rumah Sakit Tipe A Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan Kedokteran Spesialis dan Subspesialis luas sehingga oleh pemerintah ditetapkan sebagai tempat rujukan tertinggi (Top Referral Hospital) atau biasa juga disebut sebagai Rumah Sakit Pusat. 2) Rumah Sakit Tipe B Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan Kedokteran Spesialis dan Subspesialis terbatas. Rumah Sakit ini didirikan di setiap Ibukota Propinsi yang mampu menampung pelayanan rujukan dari Rumah Sakit tingkat Kabupaten. 3) Rumah Sakit Tipe C Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan Kedokeran Spesialis terbatas. Rumah Sakit tipe C ini didirikan di setiap Ibukota Kabupaten (Regency hospital) yang mampu menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas. 4) Rumah Sakit Tipe D Merupakan Rumah Sakit yang hanya bersifat transisi dengan hanya memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan Kedokteran Umum dan gigi. Rumah sakit tipe C ini mampu menampung rujukan yang berasal dari Puskesmas. 5) Rumah Sakit Tipe E Merupakan Rumah Sakit Khusus (special hospital) yang hanya mampu menyalenggarakan satu macam pelayan kesehatan kedokteran saja, misal: Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Kanker, Rumah Sakit Ibu dan Anak, dan lain-lain.

13

3.1.4 Tata Cara Menerima Dan Membalas Rujukan

A. Merujuk dan menerima rujukan pasien Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari: 1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi. 2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi. 3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan. 4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu. Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut : 1. Prosedur standar merujuk pasien 2. Prosedur standar menerima rujukan pasien, 3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien, 4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.

1. Prosedur standar merujuk pasien a. Prosedur Klinis: 1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnose banding. 2. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO). 3. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan. 4. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis / Paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
14

5. Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan. c. Prosedur Administratif: 1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan. 2. Membuat catatan rekam medis pasien. 3. Memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan) 4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 (form R/1/a terlampir). Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip. 5. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien. 6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi dengan tempat tujuan rujukan. 7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi yang bersangkutan.

2. Prosedur standar menerima rujukan Pasien. a. Prosedur Klinis: 1. Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO). 2. Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang lebih mampu untuk dirujuk lanjut. 3. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien. b. Prosedur Administratif: 1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang telah diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien. 2. Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda terima pasien sesuai aturan masing-masing sarana.
15

3. Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu catatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai kondisi pasien. 4. Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat inap atau pulang paksa). 5. Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan / perawatan yang akan dilakukan kepada petugas / keluarga pasien yang mengantar. 6. Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan Puskesmas / RSUD yang bersangkutan), maka harus merujuk ke RSU yang lebih mampu dengan membuat surat rujukan pasien rangkap 2 kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien, prosedur selanjutnya sama seperti merujuk pasien. 7. Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan. 8. Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan pada RL.1.

3. Prosedur standar membalas rujukan pasien a. Prosedur Klinis: 1. Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib mengembalikan pasien ke RS / Puskesmas / Polindes/Poskesdes pengirim setelah dilakukan proses antara lain: a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan selanjutnya perlu di follow up oleh Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes/Poskesdes pengirim. b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis, tetapi pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes / Poskesdes pengirim. 2. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah Sakit / Puskesmas tersebut dalam keadaan: a. Sehat atau Sembuh. b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan. c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.
16

d. Pasien sudah meninggal. 3. Rumah Sakit / Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus memberikan laporan / informasi medis / balasan rujukan kepada Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes / Poskesdes pengirim pasien mengenai kondisi klinis terahir pasien apabila pasien keluar dari Rumah Sakit / Puskesmas. b. Prosedur Administratif: 1. Rumah Sakit / Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi surat balasan rujukan untuk setiap pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes/Poskesdes yang mengirim pasien yang bersangkutan. 2. Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang bersangkutan dan untuk memastikan informasi balik tersebut diterima petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan berkabar lagi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, handphone, faksimili dan sebagainya. 3. Bagi Rumah Sakit, wajib mengisi laporan Triwulan pada RL.1.

4. Prosedur standar menerima balasan rujukan pasien a. Prosedur Klinis: 1. Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan fisik. 2. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit/ Puskesmas yang terakhir merawat pasien tersebut. 3. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau (follow up) kondisi klinis pasien sampai sembuh. b. Prosedur Administratif: 1. Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal/jam telah ditindaklanjuti. 2. Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan rujukan telah diterima.

17

B. Merujuk dan menerima rujukan specimen dan penunjang diagnostik lainnya Pemeriksaan Spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya dapat dirujuk apabila pemeriksaannya memerlukan peralatan medik/tehnik pemeriksaan

laboratorium dan penunjang diagnostik yang lebih lengkap. Spesimen dapat dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien yang bersangkutan. Rumah sakit atau unit kesehatan yang menerima rujukan specimen tersebut harus mengirimkan laporan hasil pemeriksaan spesimen yang telah diperiksanya.

Prosedur standar pengiriman rujukan spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya a. Prosedur Klinis: 1. Menyiapkan pasien/spesimen untuk pemeriksaan lanjutan. 2. Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang akan dikirim dengan memperhatikan aspek sterilitas, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien dan orang lain serta kelayakan untuk jenis pemeriksaan yang diinginkan. 3. Memastikan bahwa pasien/spesimen yang dikirim tersebut sudah sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan identitas yang jelas. b. Prosedur Administratif: 1. Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang diagnostic lainnya secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan status Gakin / Non-Gakin / ASKES / JAMSOSTEK, informasi jenis spesimen/penunjang diagnostic lainnya pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas pengirim. 2. Mencacat informasi yang diperlukan di buku register yang telah ditentukan masingmasing intansinya. 3. Mengirim surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainya ke alamat tujuan dan lembar kedua disimpan sebagai arsip. 4. Mencari informasi perkiraan balasan hasil rujukan spesimen/ penunjang diagnostik lainnya tersebut. Prosedur standar menerima rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya a. Prosedur Klinis
18

1. Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang diagnostic lainnya sesuai dengan kondisi pasien/bahan yang diterima dengan memperhatikan aspek : sterilisasi, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien, orang lain dan kelayakan untuk pemeriksaan. 2. Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak untuk diperiksa sesuai dengan permintaan yang diinginkan 3. Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis dan penunjang diagnostik lainnya dengan mutu standar dan sesuai dengan jenis dan cara pemeriksaan yang diminta oleh pengirim. b. Prosedur Administratif 1. Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostic lainnya yang diterima secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan status Gakin / Non-Gakin / ASKES / JAMSOSTEK, informasi pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas pengirim. 2. Mencacat informasi yang diperlukan di buku register / arsip yang telah ditentukan masing-masing instansinya. 3. Memastikan kerahasiaan pasien terjamin. 4. Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan format standar masing-masing sarana kepada pimpinan institusi pengirim. Prosedur standar mengirim balasan rujukan hasil pemeriksaan spesimen dan Penunjang diagnostik lainnya. a. Prosedur Klinis: 1. Memastikan bahwa permintaan pemeriksaan yang tertera di surat rujukan specimen/ Penunjang diagnostik lainnya yang diterima, telah dilakukan sesuai dengan mutu standar dan lengkap 2. Memastikan bahwa hasil pemeriksaan bisa dipertanggung jawabkan. 3. Melakukan pengecekan kembali (double check) bahwa tidak ada tertukar dan keraguan diantara beberapa spesimen. b. Prosedur Administratif:
19

1. Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip. 2. Mengisi format laporan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan masingmasing instansi. 3. Memastikan bahwa hasil pemeriksaan tersebut terjaga kerahasiaannya dan sampai kepada yang berhak untuk membacanya. 4. Mengirimkan segera laporan hasil pemeriksaan kepada alamat pengirim, dan memastikan laporan tersebut diterima pihak pengirim dengan konfirmasi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan.

C. Rujukan pengetahuan dan tenaga ahli /Dokter spesialis Kegiatan rujukan pengetahuan dapat berupa kegiatan permintaan dan pengiriman dokter ahli dari berbagai bidang keahlian. Permintaan dapat berasal dari Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Kabupaten / Kota yang ditujukan kepada pihak Rumah Sakit atau Dinas Kesehatan yang memang mampu menyediakan tenaga ahli yang dibutuhkan. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan rujukan tenaga ahli / dokter spesialis antara lain: 1. Rumah Sakit / Puskesmas yang memerlukan bantuan tenaga ahli, misalnya Rumah Sakit Umum Kabupaten / Kota. 2. Rumah Sakit / Instansi Kesehatan yang mapan memberikan bantuan tenaga ahli , misalnya Rumah Sakit Umum Provinsi. 3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dimana Rumah Sakit / Puskesmas yang membutuhkan tersebut berada. 4. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dimana Rumah Sakit yang akan memberikan bantuan tenaga ahli tersebut berada. Ruang lingkup rujukan pengetahuan tenaga ahli /dokter spesialis meliputi antara lain: 1. Bimbingan klinis untuk deteksi dini kasus-kasus rujukan. 2. Bimbingan klinis melakukan tindakan pra-rujukan.

20

3. Bimbingan klinis penanganan kasus-kasus yang masih menjadi kewenangan puskesmas melakukan Pelayanan Obstetri Neonatal Dasar (PONED). 4. Bimbingan klinis untuk tindak lanjut (follow up) kasus kasus rujukan balik yang diterima oleh puskesmas, puskesmas pembantu dan polindes. 5. Kursus singkat atau penyegaran penatalaksanaan klinis kasus-kasus yang sering dijumpai di puskesmas, puskesmas pembantu dan polindes.

Prosedur Standar Permintaan Rujukan Pengetahuan (Tenaga Ahli) 1. Puskesmas / Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang memerlukan tenaga ahli membuat surat permintaan tenaga ahli. 2. Surat permintaan ditujukan kepada ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota atau Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 3. Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota atau Dinas Kesehatan Provinsi melanjutkan permintaan tenaga ahli tersebut ke Direktur Rumah Sakit tujuan dan tembusan kepada Kepala Staf Medik Fungsional (SMF) yang dituju paling lambat 14 hari sejak surat permintaan diterima. 4. Mempersiapkan penerimaan, termasuk agenda, akomodasi, konsumsi dan honor atau insentif lainnya sesuai Peraturan Daerah yang bersangkutan. 5. Melakukan monitoring dan evaluasi proses dan pelaksanaannya. 6. Membuat laporan pelaksanaan ke Dinas Kesehatan di wilayahnya dengan tembusan ke Rumah Sakit atau Instansi yang mengirim. 7. Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan pada RL.1

Prosedur Standar Pengiriman Tenaga Ahli 1. Rumah Sakit / Instansi Kesehatan yang akan mengirimkan tenaga ahli berkonsultasi dengan pihak Dinas Kesehatan Provinsi untuk disesuaikan dengan program rujukan di Provinsi tersebut.

21

2. Setelah ada persetujuan dari Dinas Kesehatan Provinsi, maka Rumah Sakit / Instansi tersebut membuat jadwal kunjungan dan surat tugas bagi tenaga ahli yang bersangkutan sesuai permintaan. 3. Melakukan evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan dan dikirim ke Dinas Kesehatan Provinsi dan arsip. 4. Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan pada RL.1.

3.1.5 Sistem Pembiayaan Rujukan Sistem pembiayaan dalam rujukan kesehatan sesuai dengan Permenkes RI NO 001/2012 pasal 18 terbagi menjadi : 1. Pembiayaan rujukan dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku pada asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan 2. Pembiayaan rujukan bagi pasien yang bukan peserta asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan menjadi tanggung jawab pasien dan atau keluarganya 3.1.6 Format Surat Rujukan Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat: 1. Identitas pasien 2. Hasil pemeriksaan(Anamnesa,pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah dilakukan) 3. Diagnosis kerja 4. Terapi atau tindakanyang telah diberikan. 5. Tujuan rujukan 6. Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang telah memberikan pelayanan.

22

CONTOH FORMAT SURAT RUJUKAN

SURAT RUJUKAN

Yth. Dokter Gigi Di RSU

:............................................. :.............................................

Mohon pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut terhadap penderita, Nama Pasien Jenis Kelamin Umur No. Telpon Alamat Rumah :................................................... :.................................................... :.................................................... :.................................................... :....................................................

Anamnesa a. Keluhan : .......................................................................................................................................... ..............................................................................................................

Diagnosa sementara : ................................................................................................. ................................................................................................. Kasus :................................................................................................... ....................................................................................................

Terapi/Obat yang telah diberikan : ..........................................................................................

..........................................................................................

23

Demikian surat rujukan ini kami kirim, kami mohon balasan atas surat rujukan ini. Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

Hormat Kami

(..............................) No. SIP:..................

Lembar 1 : Untuk Dokter Gigi dituju Lembar 2 : Arsip Pengirim

JAWABAN RUJUKAN

Berikut ini adalah hasil pemeriksaan dan pengobatan atas pasien : No. Registrasi Nama Pasien Jenis Kelamin Umur No. Telpon Alamat Rumah :.................................................... :.................................................... :.................................................... :.................................................... :.................................................... :....................................................

Keterangan tindak lanjut yang dianjurkan : Konsul selesai


24

Perlu kontrol kembali (sebutkan)............................................ Perlu konsul ke ahli lain (sebutkan)....................................... Perlu dirawat dengan indikasi (sebutkan).............................

Hasil pemeriksaan : .......................................................................................................................................... .................................................................................................................................... Diagnosa : Perawatan yang sudah dilakukan : .......................................................................................................................................... .................................................................................................................................... Demikian balasan surat rujukan ini kami kirim. Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terimaksih.

..........Tgl. ......... Hormat Kami,

(.....................) NO.SIP : No. SIP: P1277665509

25

BAB 4 PENUTUP

Kesimpulan

Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai Sedangkan system rujukan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik secara vertical maupun horizontal. Yang bertujuan untuk dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna.

26

DAFTAR PUSTAKA

dr. Rina Amelia KONSULTASI & RUJUKAN DALAM PRAKTEK DOKTER KELUARGA Departemen IKM/ IKP/ IKK file:///I:/my/My%20Blog%20%20LBM%206%20BLOK%201%20INFORM%20CO NSENT.htm file:///I:/my/Sistem%20Rujukan%20%20Oleh%20Prof.%20Dr.%20Soekidjo%20Notoatmodjo%20%20%20%20.htm PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 001/2012 TENTANG SISTEM PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN.

Fakultas Kedokteran USU

27

You might also like