You are on page 1of 26

PROGAM PEMBANGUNAN DAERAH III. FUNGSI EKONOMI A. Sub Fungsi Koperasi, UKM dan Penanaman Modal 1).

Permasalahan Pembangunan dan pengembangan ekonomi masyarakat memiliki peran penting dan strategis, karena ekonomi yang berkembang akan membawa dampak kemajuan dan perkembangan di bidang-bidang kehidupan masyarakat lainnya. Sebaliknya ekonomi daerah yang tidak mendapat perhatian serius dalam kegiatan pembangunan dan pengembangan akan membawa dampak buruk terhadap bidang kehidupan masyarakat lainnya. Banyak permasalahan social, politik dan kebudayaan yang timbul karena berakar masalah dari permasalahan ekonomi. Permasalahan itu telah diungkap sejak awal menjadi permasalahan daerah yang perlu mendapatkan prioritas pemecahan. Tercermin dalam masalah-masalah itu terkait erat langsung maupun tidak langsung dengan kondisi ekonomi masyarakat. Permasalahan dimaksud antara lain adalah: (1) Masih banyaknya masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, (2) Masih rendahnya pendapatan petani akibat rendahnya harga komoditas hasil pertanian, (3) Masih rendahnya kualitas sarana prasarana fisik sosial dan ekonomi daerah, (4) Masih tingginya tingkat pengangguran, sulitnya lapangan kerja di luar sektor pertanian, (5) Masih banyaknya balita yang kekurangan gizi dan rentannya wabah penyakit, (6) Masih seringnya terjadi bencana alam kekeringan, banjir dan bencana alam lainnya, (7) Masih banyaknya anak usia sekolah tidak mampu melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat memecahkan masalah itu, sehingga diletakkan dasar yang kuat bahwa pembangunan ekonomi bertumpu pada potensi sumber daya unggulan daerah, yaitu terutama pada kegiatan pertanian dalam arti luas, pengembangan industri kecil (IKM) dan kegiatan perdagangan. Pengembangan ekonomi dengan bertumpu pada potensi sumber daya unggulan daerah ini tetap akan memperhatikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable economic development) sehingga aspek-aspek pelestarian lingkungan tetap diperhatikan misalnya dalam pengembangan potensi pertanian, wisata, pertambangan dan energi. Pembangunan kelembagaan ekonomi terutama diarahkan untuk mengembangkan lembaga Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang banyak berkembang di wilayah Kabupaten Grobogan. Secara kuantitas, kelembagaan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) ada kecenderungan semakin meningkat, namun peningkatan itu belum diikuti dengan perkembangan kualitas terutama masalah produktivitas KUKM yang relatif rendah. Data nasional menunjukkan bahwa, produktivitas tenaga kerja usaha kecil adalah sebesar Rp. 10,5 juta per tenaga kerja pada tahun 2003. Sedangkan untuk

usaha menengah baru mencapai angka Rp. 31,8 juta per tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja usaha besar mencapai angka Rp, 1,8 milyar per tenaga kerja. Kesenjangan produktivitas yang sangat tajam ini terutama disebabkan antara lain: (1) rendahnya kualitas sumber daya manusia khususnya, dalam manajemen, organisasi, teknologi, dan pemasaran; (2) lemahnya kompetensi kewirausahaan; (3) keterbatasan informasi dan jaringan pendukung usaha. Globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan yang didukung oleh cepatnya perkembangan teknologi menjadi tantangan tersendiri bagi KUKM. Kemampuan KUKM untuk bersaing di era perdagangan bebas, baik di pasar domestik maupun di pasar ekspor, sangat ditentukan oleh dua kondisi utama yang perlu dipenuhi. Pertama, lingkungan internal KUKM sendiri harus kondusif, dimana lingkungan internal ini mencakup aspek kualitas SDM, penguasaan teknologi dan informasi, struktur organisasi, sistem manajemen, kultur/budaya bisnis, kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar, dan tingkat kewirausahaan. Kedua, aspek lingkungan eksternal harus juga kondusif, dimana lingkungan eksternal ini mencakup kebijakan pemerintah, aspek hukum, kondisi persaingan pasar, kondisi ekonomi-sosial-kemasyarakatan, kondisi infrastruktur, tingkat pendidikan masyarakat, dan perubahan global ekonomi dunia. 2). Kebijakan Kebijakan pembangunan dan pengembangan Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal diarahkan terutama untuk : 1. 2. 3. 4. Pengembangan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar dan penataan kelembagaan, Pendampingan dan Pengembangan UKM melalui kelompok usaha sentra, Pengembangan jaringan ekonomi dan penciptaan iklim usaha yang kondusif, Peningkatan dan pengembangan penanaman modal daerah.

3). Program-program Pembangunan dan pengembangan Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal dilaksanakan dengan program-program antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Peningkatan kemampuan manajemen koperasi, Peningkatan profesionalisme dan efisiensi usaha, Peningkatan produktivitas dan daya saing terhadap pasar. Pemantauan dan pendampingan usaha, Pengembangan usaha berbasis sumber daya 2ocal, Pengembangan sentra kegiatan usaha. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan usaha Koperasi dan UKM, Perkuatan permodalan usaha, pengembangan jaringan usaha kemitraan (networking).

9.

Peningkatan promosi potensi dan produk unggulan daerah sebagai sarana daya tarik investasi.

10. Pengembangan sistem pelayanan prima untuk investasi usaha. 11. Peningkatan sarana prasarana dan kualitas pelayanan investasi daerah. 4). Indikasi Kegiatan Pembangunan dan pengembangan Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal dilaksanakan dengan indikasi kegiatan antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 11. Pendidikan dan pelatihan kemampuan manajerial pengelola koperasi Bantuan teknis peningkatan dan pengembangan manajemen koperasi. Pendidikan dan pelatihan operasional dan pengembangan usaha UKM, Peningkatan strategi pemasaran barang dan jasa bagi KUKM Peningkatan teknologi produksi tepat guna Pembinaan dan pengawasan kegatan usaha KUKM Pendampingan pengembangan usaha KUKM Pengembangan produk-produk unggulan daerah berbasis sumber daya lokal, Stimulasi dan fasilitasi kegiatan usaha berbasis sumber daya lokal Pemberian fasilitas sarana prasarana usaha bagi sentra kegiatan usaha

10. Peningkatan dan pengembangan sentra kegiatan usaha. 12. Peningkatan kualitas produk barang dan jasa koperasi dan UKM. 13. Pengembangan pasar produk barang dan jasa KUKM 14. Pengembangan Jaringan Kerja Kemitraan KUKM 15. Pemberian bantuan stimulan penguatan permodalan usaha 16. Fasilitasi akses KUKM pada sumber-sumber pembiayaan. 17. Peningkatan partisipasi gelar promosi potensi daerah, 18. Peningkatan partisipasi pameran unggulan daerah. 19. Pengembangan pelayanan perijinan satu atap (one stop service). 20. Pemberian insentif guna peningkatan daya tarik investasi. 21. Peningkatan sarana prasarana kawasan industri. 22. Peningkatan perkantoran pelayanan investasi. 23. Pendidikan dan pelatihan ketrampilan pelayanan investasi daerah.

B. Sub Fungsi Pengelolaan Usaha Daerah (BUMD) Seiring dengan proses pemulihan ekonomi pasca krisis, perhatian pemerintah daerah terhadap upaya peningkatan dan pengembangan usaha masyarakat semakin meningkat. Potensi ekonomi masyarakat baik yang ada di daerah pedesaan maupun perkotaan perlu dikembangkan. Dan menjadi tanggung

jawab pemerintah apabila kegiatan ekonomi masyarakat gagal dalam menjalankan fungsinya untuk mendistribusikan barang dan jasa keburuhan dasar masyarakat. Untuk itu pemerintah juga melakukan pemantauan dan tindakan terhadap kelancaran distribusi barang kebutuhan dasar masyarakat, supaya kebutuhan itu terjamin keberadaannya atau tidak menjadi langka yang dapat merusak stabilitas harga. Selain melalui pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, pengembangan usaha daerah dilakukan pemerintah dengan penyertaan modal langsung kepada badan usaha pemerintah yang disebut BUMD. Penyertaan modal pemerintah dalam BUMD tidak semata-mata kepentingan ekonomi (profit oriented) tetapi juga dalam rangka pelayanan dan penyediaan barang publik kepada masyarakat serta dalam rangka medorong kegiatan perekonomian masyarakat. BUMD merupakan salah satu pelaku ekonomi selain unit usaha swasta dan koperasi. 1). Permasalahan Beberapa permasalahan lima tahun ke depan dalam pengembangan usaha melalui upaya pemberdayaan masyarakat di daerah antara lain adalah: (1) masih banyaknya masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga memiliki daya beli yang rendah dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, (2) kondisi geografis dan sarana prasarana kurang memadai, untuk mengembangkan potensi ekonomi masyarakat pedesaan. Sedangkan pengelolaan usaha pemerintah melalui investasi atau penyertaan modal langsung pada BUMD, masih menghadapi permasalahan antara lain: (1) masih lemahnya kegiatan usaha dan manajemen BUMD, sehingga sulit untuk berkembang sebagaimana yang diharapkan, (2) kontribusi pendapatan yang didapat dari pendayagunaan modal dalam BUMD belum seimbang, sehingga hal ini menjadi beban rutin pemerintah daerah yang semakin berat, (3) citra dan image masyarakat terhadap kinerja pengelolaan BUMD masih belum optimal. 2). Kebijakan Dalam rangka membangun dan mengembangkan usaha daerah di Kabupaten Grobogan, kebijakan di masa yang akan datang perlu diarahkan terutama untuk: 1. 2. Pengembangan masyarakat. usaha daerah melalui partisipasi dan pemberdayaan

Peningkatan dan Pendayagunaan Investasi Pemerintah Daerah .

3). Program-program Pembangunan dan pengembangan pengelolaan usaha daerah, dilaksanakan program-program anatara lain : 1. 2. 3. 4. Peningkatan pemberdayaan usaha masyarakat. Pengendalian distribusi komoditas kebutuhan dasar masyarakat. Peningkatan dan pengembangan manajemen usaha BUMD. Peningkatan usaha daerah.

4). Indikasi Kegiatan Pelaksanaan program-program pembangunan dan pengelolaan usaha daerah, melalui indikasi kegiatan antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pendampingan kegiatan pemberdayaan potensi ekonomi desa. Peningkatan koordinasi pemberdayaan ekonomi masyarakat. Monitoring dan pengendalian distribusi komoditas dasar masyarakat. Peningkatan pelaksanaan operasi pasar. Evaluasi dan pemantauan kinerja UPTD dan BUMD Pengembangan Good Corporate Governance dalam pengelolaan BUMD Peningkatan penyertaan modal investasi pada BUMD Kabupaten Grobogan Penyusunan business plan (rencana pengembangan usaha) BUMD. pengembangan

C. Sub Fungsi Industri, Perdagangan, Pertambangan dan Energi 1. Kebijakan pengembangan jaringan kerjasama kemitraan usaha dan penawaran modal, dengan program-program sebagai berikut : a. Pengembangan usaha perdagangan dan peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri, dengan indikasi kegiatan antara lain : 1) Promosi perdagangan / IKM di daerah 2) Peranan perdagangan daerah ditingkat propinsi 3) Pameran perdagangan daerah ditingkat nasional. b. Pengembangan lembaga perdagangan perdagangan internasional antara lain : 1) Rapat koordinasi dengan KADIN 2) Rapat kemitraan dengan lembaga-lembaga usaha swasta. 2. Kebijakan Fasilitasi dan upaya pemberdayaan melalui bantuan teknis, dan finansial serta upaya stratifikasi industri kecil dan menengah, dengan programprogam antara lain sebagai berikut : a. Pengembangan industri rumah tangga dan IKM, dengan indikasi kegiatan antara lain sebagai berikut : 1) Bantuan peralatan pengembangan IKM 2) Bantuan pengembangan IKM 3. Kebijakan pengembangan masyarakat untuk melakukan kegiatan industri dan perdagangan, dengan program-program antara lain : a. Peningkatan kemampuan teknologi dengan indikasi kegiatan antara lain : 1) Pelatihan keterampilan dan peningkatan kerjasama

2) Bantuan peralatan b. Pengembangan perdagangan dan sistem distribusi, dengan indikasi kegiatan antara lain sebagai berikut : 1) Bantuan opersional 2) Pembinaan labeling produk usaha kelompok produktif. 4. Kebijakan pemberdayaan dan peningkatan kualitas produksi industri kecil dan rumah tangga, dengan program-program antara lain : a. Peningkatan dan pengembangan sistem dan metode kerja industri, dengan indikasi kegiatan antara lain sebagai berikut : 1) Pelatihan dengan produk 2) Pengembangan sentra industri 3) Diklat manajemen industri b. Pengembangan standar mutu dan kualitas produk, dengan indikasi kegiatan antara lain sebagai berikut : 1) Magang keterampilan industri kecil 2) Pemberian labeling produk 5. Kebijakan pengembangan strategi pemasaran dan daya saing produk industri, dengan program-program antara lain sebagai berikut : a. Pengembangan dan perluasan promosi dan pemasaran industri, dengan indikasi kegiatan antara lain sebagai berikut : 1) Pameran produk IKM tingkat Daerah / Nasional/ Internasional 2) Pengembangan promosi IKM b. Pengembangan jaringan usaha (networking) dan pengembangan ekspor, dengan indikasi kegiatan antara lain sebagai berikut : 1) Perluasan jaringan kerjasama 2) Perluasan kontrak kemitraan 6. Kebijakan peningkatan kualitas dan keterampilan SDM IKM dibidang produksi, kewirausahaan, dan manajemen, degan program-program antara lain sebagai berikut : a. Diklat SDM bagi pemberdayaan IKM, dengan indikasi kegiatan antara lain sebagai berikut : 1) Diklat keterampilan industri 2) Diklat kewirausahaan 3) Diklat manajemen b. Pembinaan PKL dan asongan, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut : 1) Pelatihan manajemen kelompok kepada para PKL

7. Kebijakan peningkatan usaha pertambangan dan energi daerah, dengan program-program sebagai berikut : a. Pembinaan dan pengembangan usaha pertambangan daerah berwawasan lingkungan dengan indikasi kegiatan, antara lain sebagai berikut : 1) Penelitian kawasan gerakan tanah. 2) Pelatihan K3 bagi para penambang bahan galian golongan. 3) Sosialisasi advokasi pengusaha ABT. b. Peningkatan dan pengembbangan sumber energi keterampilan, dengan indikasi kegiatan antara lain sebagai berikut : 1) Pemasyarakatan penggunaan briket Batubara kepada industri kecil dan rumah tangga. 2) Penyediaan peralatan dan penunjang tugas perencanaan program penelitian. c. Pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan, dengan indikasi kegiatan :

D. Sub Fungsi Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1. Kebijakan perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan. Sasaran kebijakan ini adalah tersusunnya perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan, dengan program-program sebagai berikut: a. Survei ketenagakerjaan, dengan indikasi kegiatan antara lain: 1) Survei ketenagakerjaan. 2) Identifikasi potensi tenaga kerja. b. Perencanaan tenaga kerja daerah, dengan indikasi : 1) Menyusun perencanaan kerja. c. Pengembangan sistem ketenagakerjaan, dengan indikasi antara lain sebagai berikut: 1) Pengembangan sistem rekruitmen tenaga kerja. 2) Pengembangan sistem peningkatan kualitas SDM tenaga kerja. 2. Kebijakan Pelatihan dan peningkatan produktivitas tenaga kerja. Sasarannya adalah meningkatnya ketrampilan dan produktivitas tenaga kerja, dengan program-program sebagai berikut: a. Peningkatan kualitas dan produktifitas tenaga kerja, dengan indikasi: 1) Diklat ketrampilan. b. Sertifikasi ketrampilan tenaga kerja, dengan program : 1) Pemberian sertifikat atas penguasaan ketrampilan tertentu.

c. Akreditasi lembaga pelatihan, dengan indikasi antara lain sebagai berikut: 1) Pelaksanaan akreditasi terhadap lembaga-lembaga pelatihan. 2) Pembinaan terhadap lembaga pelatihan yang belum terakreditasi. d. Peningkatan produktivitas, dengan indikasi antara lain: 1) Meningkatkan produktivitas tenaga kerja. e. Pembinaan pemagangan dan kewirausahaan, dengan indikasi antara lain: 1) Tenaga kerja magang. 2) Pelatihan wirausaha. 3. Kebijakan Penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja. Sasarannya adalah tersalurkannya para pencari kerja, dengan program-program sebagai berikut: a. Penempatan tenaga kerja, dengan indikasi antara lain sebagai berikut: 1) Penyaluran tenaga kerja untuk penempatan. b. Peningkatan kesempatan kerja, dengan indikasi antara lain sebagai berikut: 1) Perluasan jaringan kerjasama penempatan kerja. 4. Kebijakan Pembinaan dan pengembangan transmigrasi. Sasarannya adalah terbina dan berkembangnya program transmigrasi, dengan program-program antara lain berikut : a. Kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan transmigrasi, dengan indikasi antara lain sebagai berikut: 1) Melakukan kerjasama dengan daerah lain sebagai penerima transmigran dari Grobogan. b. Sosialisasi program transmigrasi, dengan indikasi : 1) Memasyarakatkan program transmigrasi kepada masyarakat. c. Proses pelaksanaan transmigrasi, dengan indikasi sebagai berikut: 1) Pendaftaran calon transmigran. 2) Seleksi calon transmigran. 3) Pelatihan calon transmigran. 4) Pemberangkatan calon transmigran. 5. Kebijakan Pembinaan dan perlindungan tenaga kerja. Sasarannya adalah terbina dan terlindunginya tenga kerja, dengan programprogram sebagai berikut: a. Pembinaan hubungan industrial yang harmonis, dengan indikasi antara lain sebagai berikut: 1) Sosialisasi bentuk hubungan industrial yang harmonis.

b. Pembinaan pemenuhan syarat kerja, dengan indikasi antara lain sebagai berikut: 1) Penentuan syarat-syarat kerja. 2) Sosialisasi syarat kerja. c. Perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan, dengan indikasi antara lain sebagai berikut: 1) Memantapkan kelembagaan hubungan industrial. d. Pengawasan pelaksanaan hukum ketenagakerjaan dan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja, dengan indikasi antara lain sebagai berikut: 1) Pengawasan pelaksanaan hukum ketenagakerjaan. 2) Pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja.

E. Sub Fungsi Pertanian dan Perkebunan 1). Permasalahan Berkembangnya kegiatan di bidang pertanian dan perkebunan akan meningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu pada tahun 2006 Pemerintah Pusat memprioritaskan revitalisasi pertanian dalam arti luas. Kebijakan ini diambil dalam rangka mendukung pencapaian sasaran penciptaan lapangan kerja terutama di pedesaan serta mendukung pertumbuhan ekonomi. Pertanian merupakan sektor basis yang menjadi penggerak perekonomian masyarakat, dimana setiap tahun sektor ini memberikan kontribusi tidak kurang dari 990 milyar atau lebih dari 45% terhadap total PDRB Kabupaten Grobogan. Sebagai bagian dari pertanian, perkebunan memiliki peranan yang penting dalam pembangunan. Peranan bidang perkebunan adalah : menyediakan bahan baku industri (agro bisnis), menyediakan kebutuhan gizi masyarakat, memberi lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Tanaman tahunan perkebunan dapat dimanfaatkan sebagai vegetasi penahan erosi, sehingga perkebunan dan kehutanan dapat saling bersinergi. Masalah dan tantangan yang dihadapi bidang pertanian dan perkebunan antara lain adalah: 1. Terjadi fluktuasi harga komoditas pertanian (tanaman pangan dan perkebunan). 2. Adanya ancaman serangan hama dan penyakit tanaman. 3. Terjadinya bencana banjir dan kekeringan serta fenomena anomaly iklim. 4. Peran kelompok tani belum optimal (koptan, poktan, KWT, lumbung pangan masyarakat desa). 5. Belum berkembangnya agroindustri yang berskala kecil, menengah maupun besar. 6. Belum tersedianya cadangan makanan di tingkat rumah tangga secara optimal.

2). Kebijakan 1. Mengembangkan agribisnis untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing usaha dan produk pertanian. Kebijakan ini ditempuh untuk mencapai sasaran adanya peningkatan produktivitas tanaman pangan dan perkebunandan berkembangnya sentra Hortikultura dan tanaman Perkebunan . Kebijakan ini perlu didukung program-program sebagai berikut: 1.1. Peningkatan Produksi Pertanian dan Perkebunan,dengan indikasi kegiatan sebagai berikut : a. Penumbuhan dan pengembangan berwawasan agribisnis. c. Pengembangan tanaman Perkebunan d. Pengembangan sentra produksi hortikultura. e. Pengembangan Tanaman Jarak. f. Bangkit kedele. 1.2. Peningkatan Ketahanan Pangan, dengan indikasi kegiatan : a. Peningkatan mutu Intensifikasi tanaman Pangan dan Perkebunan. b. Penanganan Pasca panen dan pengolahan hasil pertanian dan perkebunan . 1.3. Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian dan perkebunan, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut : a. Promosi Agribisnis dan Gelar teknologi. 2. Mengembangkan SDM dan Kelembagaan kelompok tani. Kebijakan ini mempunyai sasaran yaitu meningkatnya kemampuan kelembagaan kelompok tani, meningkatnya aplikasi teknologi tepat guna dan meningkatnya kompetensi Penyuluh Pertanian. Kebijakan ini perlu didukung program-program sebagai berikut : 2.1. Peningkatan Kesejahteraan petani , dengan indikasi kegiatan meliputi : a. Pembinaan peningkatan pendapatan petani nelayan kecil. b. Revitalisasi kelompok tani. c. Pengembangan metodologi penyuluhan d. Pekan Nasional kontak tani. e. Pengembangan Informasi Agribisnis Pertanian. 2.2. Peningkatan Penerapan Teknologi, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut : a. Peningkatan Penerapan Teknologi Tepat Guna.. b. Aplikasi Teknologi Penggunaan Pupuk Alternatif ( Organik ) komoditas potensi daerah

b. Pengembangan dan peremajaan tanaman kelapa.

2.3. Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut : a. Pemberdayaan Penyuluh Pertanian . 3. Menyediakan Sarana dan Prasarana Usaha Pertanian. Kebijakan ini perlu didukung dengan program : 3.1. Penyediaan Sarana dan Prasarana Usaha Pertanian dan Perkebunan, dengan indikasi kegiatan meliputi : a. Operasional pengendalian hama penyakit tanaman pangan. b. Pengembangan laboratorium dan klinik tanaman. c. Pengendalian hama wang wung. d. Antisipasi eksplosi serangan hama wereng batang coklat. e. Aplikasi agensia hayati. f. Pengelolaan lahan dan air. g. Peningkatan sarana dan prasarana pertanian. 4. Mengembangkan layanan informasi dan rekomendasi perijinan usaha pertanian dan perkebunan. Kebijakan ini perlu didukung oleh program sebagai berikut : 4.1. Pengembangan Perencanaan dan Statistik Pertanian, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut : a. Perstatistikan dan Sistem Informasi Pertanian. b. Penyusunan Program dan Pengendalian Pembangunan. c. Pemetaan lahan abadi. 4.2. Pelayanan Administrasi kantor, dengan indikasi kegiatan : a. Pelayanan administrasi Kantor. b. Pelayanan pemberian rekomendasi ijin usaha. 4.3. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur, dengan indikasi kegiatan meliputi : a. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur. b. Rehab BPP.

F. Sub Fungsi Ketahanan Pangan 1). Permasalahan Tujuan pembangunan antara lain adalah agar masyarakat dapat menikmati kesejahteraan melalui murah sandang dan murah pangan. Murah pangan dalam pengertian harganya terjangkau oleh masyarakat yang berpendapatan rendah yang kebetulan mengusahakan pertanian sendiri, namun tetap mampu memberikan

penghasilan yang sesuai bagi petani yang bergerak di usaha tani. Di samping itu, mutu gizi juga sesuai dengan yang dibutuhkan untuk kesehatan. Komoditas pangan, memiliki fungsi yang cukup besar dalam perekonomia. Komoditas pangan sering disebut sebagai the leader of the price karena memiliki sifat inflatoir, yaitu bila harga komoditas pangan meningkat akan cenderung mendorong meningkatnya harga-harga lainnya, sehingga akan menimbulkan inflasi. Bila harga meningkat, akan memberatkan para buruh industri yang memiliki penghasilan 12elative kecil karena keterampilannya 12elative rendah. Sehingga, apabila terjadi inflasi, maka akan semakin banyak buruh yang menuntut kenaikan UMR agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara, bila harga komoditas pertanian jatuh akan memberatkan petani yang menggantungkan hidupnya dari pertanian. Oleh karena itu, perlu sikap yang bijaksana dalam pengelolaan pangan nasional. Masalah dan tantangan yang dihadapi Sub Fungsi Ketahanan Pangan antara lain adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Turunnya harga komoditas pangan saat musim panen, yang merugikan petani. Tuntutan masyarakat agar harga pangan murah. Masih terdapat ancaman terjadinya kekurangan pangan dan gizi di masyarakat. Kurang berfungsinya lumbung-lumbung pangan di pedesaan. Kurangnya kemampuan diversifikasi pangan masyarakat.

2). Kebijakan 1. Meningkatkan pemantapan ketersediaan dan distribusi pangan antar wilayah anatar waktu. Kebijakan ini mempunyai sasaran yaitu bagaimana meningkatkan pemantapan ketersediaan pangan antar waktu. Untuk itu perlu direncanakan programprogram sebagai berikut: a. Pengembangan sistem distribusi, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) Penyediaan dana penguatan modal lembaga usaha. Peningkatan ekonomi pedesaan. Pendampingan Dana Talangan (DPM - LUEP). Pengembangan sistem tunda jual. Pemantauan dan analisis harga pangan strategis disetiap tingkatan.

2. Mengembangkan pola pendekatan keseluruhan sistem agribisnis yang dilaksanakan secara terpadu. Kebijakan ini mempunyai sasaran bagaimana dapat memacu perkembangan agribisnis. Untuk itu, program yang diusulkan sebagai berikut: a. Pengembangan agribisnis, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) Peningkatan pemasaran produk.

2) 3) 4)

Peningkatan pola kemitraan. Pameran produk pangan. Fasilitasi jaringan pemasaran.

3. Meningkatkan pembinaan sarana, permodalan petani dan kelembagaan pangan yang mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Grobogan. Kebijakan ini mempunyai sasaran untuk memacu meningkatkan sarana dan prasarana kaitannya dengan pemanfaatan ketahanan pangan. Untuk itu program yang diusulkan sebagai berikut: a. Pemberdayaan masyarakat dan peningkatan ketahanan pangan, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) Pengembangan desa mandiri pangan. Penguatan permodalan kelembagaan pangan. Pemberdayaan lumbung pangan. Pendampingan desa mapan (mandiri pangan). Revitalisasi kelembagaan pangan. Pengembangan kelembagaan pangan.

4. Peningkatan kesadaran masyarakat akan mutu dan keamanan pangan. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan swadaya pangan. Program yang diusulkan: a. Pengembangan konsumsi pangan beragam, bergizi dan berimbang. Indikasi kegiatan meliputi: 1) 2) 3) 4) 5) Sosialisasi keamanan pangan dan mutu pangan. Pengembangan model warung sekolah. Pengembangan pangan lokal. Pengembangan citra makanan tradisional. Analisa Pola Pangan Harapan (PPH).

5. Meningkatkan koordinasi dalam penanganan rawan pangan. Dengan sasaran kebijakan untuk meningkatkan koordinasi dalam menjaga stabilitas pangan daerah. Dengan program yang diusulkan: a. Peningkatan SKPG, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) Pengembangan SKPG. Penyusunan peta kerawanan pangan. Pemberdayaan daerah rawan pangan. Pengembangan cadangan makanan. Penyusunan data base ketahanan pangan.

6)

Penguatan modal LUEP.

b. Pengembangan pertanian pangan Swasembada, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) Pengembangan komoditas pangan dan holtikultura. Pengembangan produk-produk pangan unggulan.

G. Sub Fungsi Peternakan dan Perikanan 1). Permasalahan Perikanan dan peternakan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan peternakan dimulai dari aspek proses produksi, pengolahan dan pemasaran, yang dilaksanakan sebagai suatu sistem. Ikan dan ternak menjadi produk yang diandalkan sebagai bahan pangan protein hewani. Kebutuhan protein bagi penduduk 2/3 nya dipebuhi dari nabati (kedelai, kacang tanah) dan 1/3 nya bagian lainnya dipenuhi dari peternakan (ternak dan unggas). Usaha perikanan dan peternakan masyarakat dilakukan dalam rangka meningkatkan perekonomian, melalui peningkatan pendapatan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan devisa negara. Potensi sumber daya alam di Kabupaten Grobogan memungkinkan untuk mengembangkan bidang perikanan dan peternakan. Kabupaten Grobogan memiliki perairan umum yang cukup luas, baik itu berupa waduk, embung, sungai, saluran pembuangan, maupun saluran pengairan. Demikian pula untuk budidaya ternak, Kabupaten Grobogan memiliki wilayah hutan yang cukup luas dan wilayah persawahan yang cukup luas pula. Dua wilayah tersebut merupakan sumber hijauan pakan ternak yang potensial untuk mendukung upaya pengembangan pembangunan bidang peternakan. Masalah dan tantangan yang dihadapi Bidang Perikanan dan Peternakan antara lain adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan petani ikan. Produksi ikan relatif masih rendah. Adanya ancaman hama dan penyakit perikanan. Pada musim kemarau banyak perairan umum yang mongering. Belum berkembangnya industri rumah tangga pengolahan ikan sebagai komoditas ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan peternak. Rendahya mutu genetik ternak. Ancaman hama dan penyakit hewan. Belum berkembangnya industri pengolahan produk peternakan di Kabupaten Grobogan.

10. Sering terjadi berfluktuasi harga komoditas ternak. 2). Kebijakan 1. Memanfaatkan sumber-sumber air dan perairan umum untuk budidaya perikanan. Kebijakan ini mempunyai sasaran untuk meningkatkan produksi perikanan dan peternakan melalui pembedayaan sumber daya alam yang ada. Kebijaksanaan ini perlu didukung program-program sebagai berikut: a. Pengembangan perikanan rakyat terpadu, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) Penebaran benih ikan. Pembuatan demplot karamba jaring apung. Peningkatan usaha budidaya ikan. Promosi kolam pemancingan.

2. Peningkatan usaha budidaya peternakan dan perikanan. Kebijakan ini mempunyai sasaran yaitu untuk memacu peningkatan produktivitas ikan dan ternak secara cepat. Untuk menjalankan kebijakan ini perlu didukung program-program sebagai berikut: a. Pembinaan dan pengembangan usaha perikanan dan peternakan yang memenuhi lingkungan yang sehat, program itu di rencanakan dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) Pengelolaan Unit Pembenihan Rakyat Terpadu (UPR). Demplot budidaya usaha Udang Galah. Demplot budidaya usaha Udang Barong. Demplot budidaya usaha belut. Budidaya ikan jenis unggul/asli. Pembibitan ternak sapi potong di Kabupaten Grobogan. Pelestarian pedhet hasil IB dengan pola bagi hasil. Pengembangan agribisnis sapi potong. Pengembangan mutu pakan ternak. Pengembangan dan pengawasan ternak pemerintah.

b. Peningkatan produksi hasil peternakan dan perikanan, nelayan dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) Peningkatan pelayanan petani peserta inseminasi buatan. Peningkatan usaha bidang peternakan dan perikanan melalui pengendalian penyakit hewan dan ikan. Intensifikasi penarikan PER peternakan dan perikanan. Peningkatan modal usaha bidang peternakan dan perikanan.

c. Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak, dengan indikasi sebagai berikut : 1) Pemusnahan ternak yang terjangkit penyakit ternak.

3. Meningkatkan sarana prasarana peternakan dan perikanan. Kebijakan ini mempunyai sasaran bagaimana dapat memenuhi sarana dan prasarana dalam rangka pengembangan perikanan dan peternakan. Untuk mewujudkan kebijakan ini perlu didukung program-program sebagai berikut: a. Pengembangan prasarana sumber daya dan pemasaran hasil produksi peternakan dan perikanan, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) Pembinaan dan pelatihan budidaya usaha peternakan dan perikanan. P2WKSS dan DPG peternakan dan perikanan. Pembinaan pengusaha peternakan dan perikanan di Kabupaten Grobogan. Verifikasi dan validasi data peternakan dan perikanan di Kabupaten Grobogan. Expo peternakan dan perikanan. Peningkatan sarana penyuluhan. Rehab gedung dan pagar RPH Getasrejo. Rehab gedung Kantor Sub Dinas Perikanan. Rehab gedung pertemuan Dinas Peternakan dan Perikanan. Peningkatan sarana dan prasarana Kantor Peternakan dan Perikanan. Peningkatan sarana dan prasarana Kantor Peternakan dan Perikanan. Pelatihan budidaya ikan air tawar dan pembinaan pengusaha Unit Pembenihan Rakyat (UPR). Penerapan teknologi biogas. Pelatihan teknis pembuatan pakan ternak. Pembangunan gedung pelayanan terpadu UPTD Peternakan dan Perikanan.

4. Peningkatan penerapan teknologi peternakan di Kabupaten Grobogan, dengan program-program sebagai berikut: a. Pengembangan Usaha Balai Benih Ikan, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) 3) Peremajaan induk ikan di Balai Benih Ikan di Karangasem dan Karangrayung. Peningkatan saranan dan prasarana BBI. Penelitian dan pengembangan teknologi peternakan tepat guna.

H. Sub Fungsi Kehutanan Akibat perkembangan aktifitas pembangunan, menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya alam. Tanah-tanah banyak yang mengalami kritis karena erosi, air mengalami penurunan sehingga terancam kelestariannya. Untuk itu perlu upaya guna menanggulangi kerusakan labih lajut dari sumber daya alam, melalui peningkatan pembangunan kehutanan rakyat. Areal hutan negara seluas 68.633.030 Ha di Kabupaten Grobogan terdiri atas areal hutan di bawah otoritas perhutani (dibawah naungan Departemen Perhutanan RI), dan areal hutan rakyat seluas 2007 ha yang menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Grobogan, dilaksanakan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki Pemerintah Daerah. 1). Permasalahan Masalah dan tangangan yang dihadapi bidang kehutanan antara lain adalah: 1. Cukup luasnya lahan kritis di Kabupaten Grobogan. 2. Beberapa sumber air mengalami penurunan debit karena kurangnnya tindakan konservasi. 3. Masih rendahnya kesadaran petani di lahan kering untuk menerapkan usaha tani konservasi. 4. Masih kurangnya keterampilan petani di lahan kering terhadap teknik RLKT. 5. Masih rendahnya penghasilan masyarakat dari bidang kehutanan. 6. Belum berkembangnya usaha agribisnis di bidang kehutanan rakyat. 2). Kebijakan 1. Peningkatan Kualitas Produksi Kehutanan dan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Kebijakan ini mempunyai sasaran dapat memacu kualitas produksi kehutanan. Untuk melaksanakan kebijakan ini perlu program-program sebagai berikut: a. Peningkatan produksi tanaman kehutanan, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) Pengembangan tanaman tahunan. Pengendalian hama wangwung.

b. Pemanfaatan potensi sumber daya hutan, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) Peningkatan mutu intensifikasi. 2) Pengembanngan Hutan Produksi Pangan (PHPP). 3) Pengembangan agribisnis kehutanan rakyat dan kegiatan agribisnis hutan.

2. Peningkatan pengawasan tata niaga usaha hasil hutan dan perlindungan alam. Kebijakan ini mempunyai sasaran yaitu menentukan dan pengawasan tata niaga hasil hutan. Untuk itu dalam rangka melaksanakan kebijakan itu diperlukan program-program sebagai berikut: a. Rehabilitasi hutan dan lahan, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) Pemberdayaan hutan kemasyarakatan. 2) Pembangunan hutan desa. 3. Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Kebijakan ini mempunyai sasaran yaitu untuk memacu kinerja SDM yang menangani kehutanan. Untuk itu, agar kebijakan dapat berjalan lancar perlu didukung program-program sebagai berikut: a. Pembinaan kelembagaan kelompok tani hutan, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) Pembinaan kelembagaan kelompok tani hutan. 2) Pelatihan manajemen kelompok. 4. Pengembangan aneka kehutanan dan pemanfaatan sumber daya alam. Kebijakan ini mempunyai sasaran yaitu untuk memacu usaha kehutanan yang punya potensi dikembangkan di daerah Kabupaten Grobogan. Untuk menjalankan kebijakan ini perlu didukung program sebagai berikut: a. Perencanaan dan pengembangan hutan melalui kegiatan agroforesty, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) Studi kelayakan pengembangan agroforesty. 2) Pengembangan agroforesty. b. Pengembangan budi daya tanaman jarak sebagai sumber energi alternatif, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) Membuat denplat tanaman jarak. 2) Pelatihan teknologi mengolah buah tanaman jarak. 5. Pemberdayaan kelompok tani pengembang kemitraan peningkatan daya saing. Kebijakan ini mempunyai sasaran bagaimana memberdayakan kelompokkelompok usaha produktif di bidang agrofesty. Untuk mengembangkan kebijakan ini perlu didukung dengan berbagai program sebagai berikut: a. Pengembangan kelembagaan kehutanan, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) Studi mencari model pengembangan kelembagaan kehutanan. 2) Bantuan sarana dan prasaran kepada kelembagaan kehutanan.

6. Penyusunan pola rehabilitasi lahan dan konservasi tanah. Kebijakan ini memiliki sasaran yaitu mewujudkan arahan pengolahan dan rehabilitasi lahan kritis, reboisasi serta penghijauan. Untuk melaksanakan kebijakan ini diperlukan program-program sebagai berikut: penyusunan rencana teknik lapangan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) Rehabilitasi lahan di sekitar hutan. 2) Bantuan bibit tanaman tahunan. 7. Mempertahankan keberadaan sumber daya hutan dan meningkatkan kawasan yang berfungsi hutan. Kebijakan ini mempunyai sasaran yaitu bagaimana memberdayakan sumber daya hutan agar dapat diperoleh secara optimal. Untuk memacu kebijakan ini perlu didukung program-program yaitu rehabilitasi hutan dan lahan, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) Melakukan kerjasama dengan pihak perhutani, melakukan rehabilitasi hutan dan lahan. Melakukan kerjasama dengan pihak perhutani utnuk melakukan pembinaan kepada kelompok tani di tepian hutan.

8. Menyelenggarakan pengelolaan, perlindungan dan pengamanan kerusakan lahan. Kebijakan ini mempunyai sasaran untuk menjaga konservasi lahan dan pengamanan kerusakan lahan. Untuk menjalankan kebijakan ini perlu disusun program antara lain perlindungan dan konservasi tanah, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) Kerjasama dengan perhutani membantu bibit tanaman tumpang sari kepada kelompok-kelompok hutan kemasyarakatan. Bekerjasama dengan perhutani untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat di tepian hutan untuk dapat mengembangkan usaha kelompok produktif.

I. Sub Fungsi Pengairan 1). Permasalahan Terdapat sejumlah waduk yang terdapat di beberapa kecamatan dan pembangunan waduk-waduk kecil atau embong, serta sumur dangkal diharapkan dapat meningkatkan luas areal pertanian yang akan mendapatkan irigasi, baik secara teknis maupun sederhana. Pembangunan infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Kegiatan sektor sumber daya air merupakan salah satu aspek penting

untuk meningkatkan produktifitas di sektor pertaian. Pengelolaan sumber daya ait yang berkelanjutan akan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Infrastruktur diyakini merupakan pemicu pembangunan suatu kawasa. Disparitas kesejahteraan antar kawasan juga dapat diidentifikasi dari kesenjangan infrastruktur yang terjadi di antaranya. Di masa yang akan dating pendekatan infrastruktur berbasis wilayah semakin penting diperhatikan. Pengalaman menunjukkan bahwa infrastruktur dalam bidang sumber daya air berperan besar untuk mengembangkan dan pengelolaan Daerah Pengaliran Sungai (DPS), serta ketersediaan pengairan merupakan prasyarat kesuksesan pembangunan pertaian dan biddang pembangunan lainnya. Sumber daya air mempunyai nilai yang strategis dalam menunjang, peningkatan produksi pertanian, pengendalian banjir, penyediaan air bersih, pengembangan pemukiman, industri, pariwisata, kelistrikan dan lain-lain sebagainya. Ketersediaan dan kualitas air di berbagai tempat khususnya di Kabupaten Grobogan cenderung semakin tidak menentu. Baik karena pengaruh perubahan iklim global maupun karena 20ocial 20ocia lainya, lebih-lebih pada waktu musim kemarau akan semakin sulit mendapatkan air baku untuk menunjang kelangsungan aktifitas 20ocial dan ekonomi. Dapat menampung debit banjir dengan periode ulang tertentu, dan dengan terdapatnya kerusakan prasarana pengendali banjir dan penurunan kapasitas pengaliran menyebabkan adanya daerah-daerah rawan banjir. Prasarana penunjang pengelolaan pengairan hidroklimatologi dan fasilitas komunikasi masih memerlukan pemeliharaan rutin. Permasalahan sarana dan prasarana sumber daya air di Kabupaten Grobogan cukup memprihatinkan, meliputi antara lain: 1. Menurunnya fungsi layanan prasarana dan sarana sumber daya air. 2. Menurunnya ketersediaan dan kualitas air. 3. Berkurangnya lahan daerah resapan air akibat perubahan tata guna lahan. 4. Belum optimalnya keterpaduan pengelolaan sumber daya air dengan pendekatan yang menyeluruh terhadap suatu wilayah sungai sebaga satusatuan wilayah pengembang. 5. Menurunnya daya dukung lingkungan terhadap kelestarian fungsi dan manfaat sumber daya air maupun sumber-sumber air akibat perilaku pemanfaatan lahan daerah hulu yang kurang terkendali. 6. Terancamnya kelestarian fungsi prasarana dan sarana sumber daya air akibat kurang terkendalinya pengambilan bahan galian golongan C. Sasaran pembangunan perairan untuk 20 tahun mendatang di Kabupaten Grobogan sebagai berikut:

1. Terjaganya kelestarian fungsi prasarana dan sarana irigasi meliputi irigasi yang ada. 2. Terpenuhinya cakupan layanan air baku lebih 1.100 liter/detik. 3. Terjaganya kelestarian sumber daya air. 2). Kebijakan 1. Menentukan pengelolaan dan pembangunan prasarana dan sarana sumber daya air (waduk, embung, sumur dangkal dan sarana irigasi secara efektif dan efesien melalui kerja sama berbagai pihak terkait), dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: a. Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, waduk dan sumber air lainnya, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) 3) Penanganan tanah longsor. Penanganan waduk dan bendugan. Nomalisasi sungai / kali bangun.

b. Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, bendungan dan jaringan pengairan lainnya, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) 3) Pemeliharaan irigasi desa. Perbaikan saluran. Penunjang WISMP.

2. Meningkatkan partispasi masyarakat dan swasta mulai dari perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan sampai dengan evaluasi. Dengan indikasi program sebagai berikut: a. Pemberdayaan kelompok-kelompok paguyuban pengelolaan air irigasi, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) Pembinaan kelembagaan P3A. 2) Pemberian subsidi dana kepada P3A. 3) Peberdayaan perkumpulan petani pemakai air (P3A) b. Mengoptimalkan pemanfaatan asset daerah irigasi (saluran irigasi), dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) Mengoptimalkan jaringan irigasi. 2) Penyusunan data base pengairan. 3. Pemantapan rencana air secara terpadu, menyeluruh dan berkelanjutan, dengan indikasi program sebagai berikut: a. Evaluasi RTRW bidang pengairan, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) Membuat Foto digital tentang jaringan irigasi. Master plan program pengembangan sumber daya air secara bertahap.

b. Meningkatkan SDM bagi pengelolaan sumber daya air, dengan indikasi kegiatan sebagai berikut: 1) 2) Pelatihan manajemen pengairan. Lokakarya peningkatan kinerja bagi para pengelola sumber daya air.

J. Sub Fungsi Transportasi Pertumbuhan suatu wilayah mempunyai ketergantungan yang tinggi dengan transportasi. Sebab meskipun ada peluang usaha, apabila sarana transportasi tidak mendukung maka akan berakibat pada terhambatnya kegiatan ekonomi. Hubungan antar wilayah yang 22ancer merupakan urat nadi bagi kegiatan perekonomian. Oleh karena itu ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai merupakan prasyarat yang tidak boleh ditinggalkan. Sistem jaringan transportasi terbagi menjadi sistem jaringan jalan dan sistem perangkutan baik barang maupun orang. Jalur jalan kolektor Semarang Purwodadi merupakan wadah dari pola pergerakan linear regional (antar kabupaten antar propinsi) dengan frekuensi besar dan cepat, serta memiliki sarana yang beragam. Pola ini juga diperkuat dengan adanya jalur lintas kereta api utama jalur Pantai Utara. Secara geografis ibu kota Kabupaten Grobogan (Kota Purwodadi) terletak di tengah-tengah wilayah kabupaten, dan ditengah persimpangan jalur PurwodadiSurakarta, Purwodadi-Semarang, Purwodadi-Blora, Purwodadi-Pati, dengan tingkat perkembangan yang melebihi wilayah lainnya. 1). Permasalahan Permasalahan yang ada di wilayah Kabupaten Grobogan adalah : 1. Berdasarkan fakta di lapangan sebagian besar jalan dan jembatan rusak. Sebagai akibat banyak jalan yang terlanjur hancur karena keterlambatan tersebut. Kondisi semacam ini tentunya perlu mendapat perhatian semua pihak agar tranportasi antar wialayah dapat terselenggara secara aman dan 22ancer. 2. Jenis tanah yang merupakan tanah ekspensif dengan CPR yang rendah (kurang dari 5%) perlu penanganan atau teknis khusus. 3. Jumlah kendaraan yang melalui antar wilayah di Kabupaten Grobogan terus mengalami peningkatan. Dengan demikian memerlukan pengaturan secara komprehensif agar ada keseimbangan antara ruas jalan dan jumlah kendaraan yang melaluinya dan tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari. 4. Jaringan trayek angkutan desa dan kota yang kurang terkoordinasi dengan baik, sehingga sebagian wilayah mengalami kesulitan dalam pelayanan angkutan desa dan penyebaran armada angkutan desa tidak merata, hal tersebut dikarenakan banyak angkutan desa memilih jalur yang ramai dan kualitas jalan yang baik. 5. Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi dan kegunaan fasilitas, sehingga fasilitas yang dibangun banyak yang hilang.

6. Kurangnya kesadaran masayarakat untuk mentaati peraturan Lalu Lintas. 2). Kebijakan Dengan berdasarkan pada permasalahan yang ada di Kabupaten Grobogan dan tantangan yang harus dihadapi di masa yang akan datang, maka dapat dirumuskan arahan kebijakan pembangunan Kabupaten Grobogan untuk 20 tahun kedepan adalah sebagai berikut : J.1 Sub Sub Fungsi Perhubungan 1. Meningkatkan penyediaan peta jaringan transportasi yang memadai antar wilayah. Kebijakan ini dimaksudkan agar masyarakat Kabupaten Grobogan memperoleh kemudahan dalam melakukan mobilitas dan informasi jalur-jalur transportasi, sehingga keberadaan jalur transportasi benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, dan pengembangannya dapat berjalan secara komprehensif dan terkendali. Program meliputi : a. Pengintegrasian perencanaan transportasi dengan pengembangan wilayah ekonomi Indikasi Kegiatan : 1) 2) 3) Pembangunan jalur transportasi di pusat pertumbuhan Pembangunan Jalur transportasi di kawasan pertumbuhan ekonomi Penetapan jaringan angkutan penumpang dan angkutan barang

b. Penyusunan peta induk transportasi antar wilayah Indikasi Kegiatan : 1) 2) 3) 4) 5) 6) Pembuatan peta jaringan transportasi tiap kecamatan Penyusunan peta tranportasi dengan sistem teknologi terbaru Pembuatan peta lalu lintas Penetapan sumber-sumber bangkitan perjalanan Penyusunan dan penetapan AMDAL lalu lintas Pengawasan dan pengendalian managemen pengelolaan perpakiran. sehingga dapat

2. Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Grobogan.

Kebijakan ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pada masyarakat memperoleh sarana transportasi yang aman dan lancar serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Program meliputi : a. Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan.

Indikasi Kegiatan : 1) 2) 3) 4) 5) 6) Penambahan jaringan transportasi Perbaikan kualitas jalan dan kelengkapan fasilitasnya Penggunaan traffic light dengan sistem terbaru Pemasangan rambu-rambu pada lokasi yang tepat Pengadaan perparkiran pada jalur utama dan kawasan khusus Perbaikan jembatan diseluruh wilayah Kabupaten Grobogan sesuai dengan kelas jalan Pembangunan dan perbaikan terminal angkutan kota dan desa Peningkatan terminal induk Purwodadi Pembangunan sub terminal Godong, Wirosari, Kedungjati, Toroh, Karangrayung, dan Ngaringan Pembangunan terminal bongkar muat Pengembangan jalur arteri. Pengembangan jalur alternatif.

b. Program peningkatan pelayanan angkutan. Indikasi Kegiatan : 1) 2) 3) 4) 5) 6)

3. Mengembangkan akses transportasi dengan wilayah Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sragen, serta Kabupaten Ngawi. Kebijakan ini dimaksudkan untuk membuka jalur transportasi antar wilayah agar lebih lancar dan aman serta dapat menunjang perkembangan ekonomi wilayah Kabupaten Grobogan khususnya yang dilalui jalur tersebut. Program meliputi : a. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana perhubungan ke arah Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sragen, serta Kabupaten Ngawi. Indikasi Kegiatan : 1) 2) 3) 4) 5) 6) Perbaikan jaringan transportasi ke arah Kabupaten Blora. Peningkatan jaringan transportasi ke arah perbatasan. Pembukaan dan perbaikan jaringan transportasi ke arah Kabupaten Pati. Pembukaan dan perbaikan jaringan transportasi ke arah Kabupaten Kudus. Pembukaan dan perbaikan jaringan transportasi ke arah Kabupaten Demak. Pembukaan Jalur alternatif dari Semarang Purwodadi Blora.

4. Mengembangkan jaringan trayek pertumbuhan seluruh wilayah.

ke

seluruh

wilayah

untuk

memacu

Kebijakan ini dimaksudkan untuk mempermudah akses ke seluruh wilayah Kabupaten Grobogan, guna memacu pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah serta pemerataan pembangunan transportasi. Program meliputi : a. Peningkatan kerjasama dengan pihak swasta untuk pengembangan usaha angkutan kota dan pedesaan Indikasi Kegiatan : 1) 2) Peningkatan koperasi angkutan desa dan kota. Pembukaan jaringan trayek baru angkutan desa dan kota.

b. Peninjauan kembali peraturan daerah yang berkaitan dengan transportasi. Indikasi Kegiatan : 1) 2) 3) Penertiban peraturan jaringan transportasi. Penegakan tata peraturan bagi pengguna transpotasi. Peninjauan kembali Perda tentang Retribusi trayek, pengujian kendaraan, Angkutan orang/barang, terminal, bongkar muat, dispensasi jalan.

J.2 Sub sub Fungsi Jalan dan Jembatan 1. Meningkatkan keamanan dan keselamatan lalu lintas khususnya di daerah padat lalu lintas rawan kecelakaan. Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan arus barang dan jasa baik antar daerah. Indikasi program meliputi : a. Rehabilitasi dan pemeliharaan rutin dan berkala jalan dan jembatan Indikasi kegiatan : 1). Peningkatan kualitas jalan dan jembatan 2). Penyusunan peraturan kelayakan muatan kendaraan bermotor 3). Pengendalian muatan kendaraan bermotor yang melalui jalur rawan kecelakaan 4). Perbaikan jembatan diseluruh wilayah Kabupaten Grobogan sesuai dengan kelas jalan b. Pembangunan jalan dan jembatan Indikasi kegiatan : 1). Pembangunan baru jalan dan jembatan 2). Peningkatan kualitas jalan dan jembatan yang sudah ada

2. Mengembangkan sarana dan prasarana kearah stasiun di wilayah Kabupaten Grobogan. Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan akses kearah stasiun kereta api di Kabupaten Grobogan sebagai tempat pemberhentian kereta api antar wilayah kabupaten atau antar propinsi. Program meliputi : a. Peningkatan jaringan jalan yang menuju stasiun Indikasi kegiatan : 1). Perbaikan jalan menuju stasiun kereta api 2). Penyediaan sarana transportasi umum menuju stasiun 3. Mendorong peningkatan manajemen transportasi antar instansi yang terkait. dan kinerja lembaga pengelola

Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dan koordinasi antar lembaga yang mengelola sistem transportasi baik pemerintah maupun swasta. Indikasi program meliputi : a. Peningkatan koordinasi antar instansi yang terkait. Indikasi kegiatan : 1). Koordinasi antar moda transportasi 2). Operasi bersama antar instansi terkait dalam bidang transportasi. b. Pengawasan manajemen dan sistem informasi terpadu antar moda transportasi dan lembaga pengelola transportasi. Indikasi kegiatan : 1). Transparansi manajemen transportasi. 2). Sistem jaringan pengolahan data transportasi antar lembaga. 3). Peningkatan pengawasan terhadap pembangunan jalan, rel kereta api dan jembatan.

You might also like