You are on page 1of 20

PENGARUH TINGKAT INTELEGENSI (IQ) TERHADAP PRESTASI SISWA SD NEGERI 1 MEKARHARJA KOTA BANJAR DALAM PELAJARAN MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu, pendidikan sangat menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. Anak didik memandang sekolah sebagi tempat mencari bekal ilmu yang akan membuka dunia bagi mereka. Orang tua memandang memandang sekolah sebagai sebagai tempat di mana anaknya dapat mengembangkan kemampuannya. Pemerintah berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga negara yang cakap. Sekolah melalui tenaga pendidiknya diharapkan dapat membantu anak didik dalam mengembangkan seluruh kepribadian dan kemampuannya. Upaya mengembangkan kepribadian dan kemampuan anak didik hanya akan tercapai apabila potensi, pribadi dan segala hal yang berpengaruh pada hasilnya diketahui sebelumnya. Dengan kata lain, agar dapat membantu anak ia harus dikenal dari segala aspeknya dan dalam konteks (situasi) hidupnya.

Sehubungan dengan itu, Wasty Soemanto1 berpendapat bahwa tanpa pengenalan tidak mungkin kita membuat rencana yang efektif untuk mengadakan perubahan dalam diri anak tersebut. Tidak mungkin pula kita membahas jalan keluar atau penyelesaian masalah anak. Ringkasnya, bimbingan yang benar dan yang dapat berhasil harus didasarkan pada pengenalan terhadap dan tentang anak didik yang dibimbingnya. Salah satu potensi anak didik yang harus dikenal itu adalah tingkat intelegensi atau Intelligence Quotient, disingkat IQ. Intelegensi sebagai unsur kognitif dianggap memegang peranan yang cukup penting. Bahkan kadangkadang timbul anggapan yang menempatkan intelegensi dalam peranan yang melebihi proporsi yang sebenarnya. Sebagian orang bahkan menganggap bahwa hasil tes intelegensi yang tinggi merupakan jaminan kesuksesan dalam belajar sehingga bila terjadi kasus kegagalan belajar pada anak yang memiliki IQ tinggi akan menimbulkan reaksi berlebihan berupa kehilangan kepercayaan pada institusi yang menggagalkan anak tersebut atau kehilangan kepercayaan pada pihak yang telah memberi diagnosa IQ-nya. Sejalan dengan itu, tidak kurang berbahayanya adalah anggapan bahwa hasil tes IQ yang rendah merupakan vonis akhir bahwa individu yang bersangkutan tidak mungkin dapat mencapai prestasi yang baik. Menurut Azwar2 hal ini tidak saja merendahkan self-esteem (harga diri) seseorang akan

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan Cet. 5, Jakarta, Mahasatya, 2006, hal. 175.
2

Azwar, S. Pengantar psikologi intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

tetapi dapat menghancurkan pula motivasinya untuk belajar yang justru menjadi awal dari segala kegagalan yang tidak seharusnya terjadi. Menurut Slameto3 seringkali anak didik yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Hal ini menunjukkan seorang anak didik yang cerdas, apabila memiliki motivasi belajar yang rendah maka dia tidak akan mencapai prestasi akademik yang baik. Sebaliknya, seorang anak didik yang kurang cerdas, tetapi memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, maka dia akan mencapai prestasi akademik yang baik. Salah satu mata pelajaran yang dianggap memiliki hubungan sangat erat dengan tingkat intelegensi seseorang adalah pelajaran matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih- lebih yang mempunyai kesulitan dalam belajarnya. Namun demikian, kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor inteligensi yang rendah, akan tetapi juga disebabkan oleh faktor- faktor noninteligensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.4 Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dalam makalah ini penulis tertarik untuk mencari tahu mengenai pengaruh tingkat intelegensi (IQ)

Slameto. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suryabrata, 1995.
4

Abu Ahmadi, Widodo Supriyono,Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.

h.77.

dengan kemampuan penguasaan peserta didik terhadapa mata pelajaran matematika dengan judul: Pengaruh Tingkat Intelegensi (Iq) Terhadap Penguasaan Pelajaran Matematika Siswa Kelas 3 (Tiga) SD Mekarharja Kota Banjar Negeri 1

B. Pokok Masalah Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam menguasai pelajaran termasuk pelajaran matematika. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, penulis merumuskan pokok masalah sebagai berikut: 1. Apakah keeratan hubungan antara intelegensi dan prestasi belajar siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dalam pelajaran

matematika cukup kuat ?. 2. Bagaimana pengaruh intelegensi terhadap prestasi belajar siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dalam pelajaran matematika ?.

C. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara intelegensi dan prestasi belajar siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dalam pelajaran matematika. 2. Untuk mengetahui tingkat pengaruh intelegensi terhadap penguasaan pelajaran matematika pada siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar.

D. Metode Analisis Analisis mempergunakan metode survei. Metode Survei adalah metode penelitian yang dilakukan pada populasi dengan memperoleh data dari sampel untuk menggambarkan hubungan, menguji hipotesis, memprediksi serta melihat implikasinya5 Obyek yang dianalisis adalan 10 (sepuluh) siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar yang pernah mengikuti Tes IQ dan dianalisis pengaruhnya terhadap prestasi mereka dalam pelajaran matematika berdasarkan Daftar Nilai Semester I Tahun Ajaran 2011 2012. Analisis dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Analisis keeratan hubungan. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara intelegensi dan prestasi belajar mempergunakan uji korelasi untuk mencari koefesien korelasi. Nilai koefesien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kekuatan (keeratan) suatu hubungan antar variabel.6 Menurut Nugroho sebagai berikut: 0,00 sampai dengan 0,20 memiliki keeratan hubungan sangat lemah. 0,21 sampai dengan 0,40 memiliki keeratan hubungan lemah. 0,41 sampai dengan 0,70 memiliki keeratan hubungan kuat. hasil uji keeratan korelasi dapat dikelompokkan

5 6

Sinambela, Lijan Poltak, Metode Penelitian, Universitas Nasional, Jakarta, 2006. h. 63.

Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu: Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005. hal. 35.

0,71 sampai dengan 0,90 memiliki keeratan hubungan sangat kuat. 0,91 sampai dengan 0,99 memiliki keeratan hubungan sangat sangat kuat.

1 memiliki keeratan hubungan sempurna. 7 Data diolah dengan mempergunakan SPSS for Window versi 17.0. Uji

korelasi yang dipergunakan adalah Uji Korelasi yang dipergunakan adalah Uji Korelasi Spearmen. Menurut Nugroho8, jika sampel data lebih dari 30 (sampel besar) dan kondisi data normal, sebaiknya mempergunakan korelasi Pearson, sedangkan jika sampel kurang dari 30 (sampel kecil) dan kondisi tidak normal maka sebaiknya mempergunakan korelasi Spearman atau Kendall.

2. Analisis besaran pengaruh intelegensi terhadap prestasi belajar. Untuk mengetahui besar pengaruh intelegensi terhadap prestasi belajar menggunakan koefesiensi determinasi yang diperoleh melalui uji regresi. Regresi bertujuan untuk menguji pengaruh satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen, sedang variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel independen. Tinggi rendahnya pengaruh intelegensi terhadap prestasi belajar ditunjukkan melalui koefesien determinasi yang terletak pada tabel Model Summary di kolom R. Square. 9

7 8 9

Ibid. hal. 34. Ibid. hal. 35 Ibid. hal. 42 dan 51.

II. TINJAUAN TEORITIS A. Intelegensi Perkataan intelegensi berasal dari bahasa latin, intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind, together). Banyak definisi tentang intelegensi telah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya seperti berikut ini: 1. Super dan Crites dalam Wasty Soemanto10 mengemukakan bahwa intelegensi sering didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalamannya. Manusia hidup dan berinteraksi di dalam lingkungannya yang kompleks. Untuk itu ia memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan demi kelestarian hidupnya. Hidupnya bukan hanya untuk kelestarian pertumbuhan, tetapi juga untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan diri dengan lingkungan demi kelestarian hidupnya. Hidupnya bukan hanya untuk kelestarian pertumbuhan, tetapi juga untuk perkembangan pribadinya. Oleh karena itu, manusia harus belajar dari pengalaman. 2. Garrett dalam Wasty Soemanto11 mengemukakan bahwa intelegensi itu setidak-tidaknya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol. Definisi Garret tersebut di atas dipandang lebih operasional dibandingkan dengan definisi yang dirumuskan oleh Super dan Cites yang terlalu luas, umum dan kurang operasional. Menurut Garet manusia hidup
10 11

Wasty Soemanto, Op.cit. hal. 141 Ibid. hal. 142.

dengan senantiasa menghadapi permasalahan, setiap permasalahan harus dipecahkan agar manusia memperoleh keseimbangan dalam hidup. Untuk itu diperlukan kemampuan-kemampuan pemecahannya dengan menggunakan pengertian serta simbol-simbol. 3. Bischof yang dikemukakan Heindenrich dalam Wasty Soemanto12 merumuskan bahwa intelegensi menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam penyelesaian masalah-masalah. Manusia yang belajar sering menghadapi situasi-situasi baru serta permasalahan. Hal itu memerlukan kemampuan individu yang belajar untuk menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada intinya, intelegensi adalah kemampuan pemecahan masalah dalam situasi baru atau yang mengandung masalah baik dalam proses belajar maupun dalam situasi dan permasalahan lain seperti permasalahan pribadi, sosial, akademik-kultural serta permasalahan ekonomi keluarga.

B. Matematika Pengertian matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa disebutkan bahwa Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan.1

12

Ibid. hal. 143.

Matematika merupakan suatu pengetahuan yang di peroleh melalui belajar baik yang berkenaan dengan jumlah, ukuran-ukuran, perhitungan dan sebagainya yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol- simbol tertentu.2 Banyak orang yang mempertukarkan antara Matematika dengan

Aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas dari pada aritmatika. Aritmatika merupakan bagian dari Matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih- lebih yang mempunyai kesulitan dalam belajarnya. Menurut Johnson dan Myklebust (1967:244), Matematika adalah simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yaitu menunjukan kemampuan strategi dalam merumuskan,

menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah, sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir. Dalam hal ini menunjukan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk menjelaskan keadaan atau masalah. Menurut Paling, matematika adalah suatu cara untuk menemukan suatu jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan- hubungan. Berdasarkan pendapat Paling tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menemukan jawaban atas tiap masalah yang dihadapinya, manusia menggunakan: 1. Informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi 2. Pengetahuan tentang bilangan, bentuk dan ukuran 3. Kemampuan untuk menghitung.

4. Kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubunganhubungan. Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat matematika lebih ditekankan pada metodenya dari pada pokok persoalan matematika itu sendiri.13

C. Hubungan intelegensi dan prestasi belajar matematika Prestasi akademik menurut Suryabrata14 adalah hasil belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana disekolah prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang lain atau siswa sendiri akan dapat mengetahui sejauhmana prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan demikian, prestasi akademik disekolah merupakan bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut. Seseorang tidak dapat memiliki prestasi akademik begitu saja tanpa ada hal yang mendorongnya untuk menunjukkan hasil belajar yang memuaskan. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, Azwar 15 secara umum menjelaskan ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi antara lain faktor fisik dan faktor psikologis.

Mulyono Abdurrahman,Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 252
14 15

13

Suryabrata, S., Psikologi pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006. Azwar, Op.cit.

10

Faktor fisik berhubungan dengan kondisi fisik umum seperti penglihatan dan pendengaran. Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor non fisik, seperti minat, motivasi, bakat, intelegensi, sikap dan kesehatan mental. Faktor eksternal meliputi faktor fisik dan faktor sosial. Faktor fisik menyangkut kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Faktor social menyangkut dukungan sosial dan pengaruh budaya. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang adalah tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ). Menurut Syah16 tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Hal yang sama diungkap oleh Ekowati17 yang menyatakan bahwa terdapat kontribusi positif antara intelegensi (kecerdasan) terhadap hasil belajar siswa. David Wechsler dalam Azwar18 mendefinisikan intelegensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif, dari definisi tersebut nampak adanya pengaruh yang signifikan antara intelegensi terhadap prestasi akademik.

16 17

Syah, M., Psikologi belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.

Ekowati, Kontribusi intelegensi dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan dan sejarah. Samarinda, Kalimantan Timur. http://www.geocities.com/guruvalah/ hasil-belajar.pdf .
18

Azwar, Op.cit.

11

Prestasi baik siswa dalam pelajaran matematika membutuhkan tingkat intelegensi yang cukup untuk mengetahui bilangan bentuk dan ukuran yang ditunjang dengan kemampuan berhitung serta kemampuan mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan.

III. Taraf Intelegensi Dan Standar Kompetensi Siswa yang dianalisis A. Taraf Intelegensi Taraf intelegensi merupakan hasil pengukuran psikologis yang berfungsi untuk mengukur kemampuan potensi individu secara umum dan didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk belajar, berpikir abstrak dan penyesuaian diri terhadap situasi baru. Taraf intelegensi merupakan pengukuran kualitatif berdasarkan pengukuran kuantitatif yaitu Skore IQ melalui tes yang dapat mengungkapkan kemampuan umum yang meliputi kemampuan mengingat, mempersepsi, kecepatan, penalaran, pemahaman, berhitung, komunikasi dan persepsi mengenai ruang. Berikut ini disajikan Skore IQ dari siswa yang dianalisis sebagaimana terurai pada tabel di bawah ini.

12

Tabel 1 Daftar Skore IQ 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nama Alda Kirantika Putri Kiki Pitri Mulyana Bebah Ayu Sri Ningsih Sri Sukma Ningrum Sri Ermawati Atin Nurmayatin Dimas Ardira Wulan Permatasari Wiwit Rahayu Taraf Kecerdasan Rata-rata Atas Rata-rata Rata-rata Rata-rata Atas Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Bawah Rata-rata Skore IQ 112 109 99 118 109 104 109 107 88 91

10. Tita Permatasari

B. Standar Kompetensi Siswa yang dianalisis Standar kompetensi siswa adalah pengukuran atas prestasi siswa pada masing-masing pelajaran bagi masing-masing siswa selama periode tertentu. Dalam prakteknya merupakan nilai kuantitatif dari prestasi siswa selama periode tersebut dalam rentang 0 100. Berikut ini disajikan daftar pelajaran Matematika Semester I Tahun Pelajaran 2011 - 2012 untuk 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar sebagaimana terurai dalam tabel berikut ini:

13

Tabel 2 Daftar Nilai Pelajaran Matematika Semester I Tahun Pelajaran 2011 - 2012 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar

No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Nama Alda Kirantika Putri Kiki Pitri Mulyana Bebah Ayu Sri Ningsih Sri Sukma Ningrum Sri Ermawati Atin Nurmayatin Dimas Ardira Wulan Permatasari Wiwit Rahayu

Nilai 80 70 70 88 85 70 79 84 65 75

10. Tita Permatasari

Sumber : Daftar Nilai Semester I Tahun Pelajaran 2011 2012

IV. Analisis Sesuai dengan pokok masalah, analisis dilakukan seperti terurai di bawah ini.

14

1. Keeratan hubungan antara intelegensi dan prestasi belajar dalam pelajaran Matematika.

siswa

Sebagaimana telah diuraikan dalam metode analisis terdahulu, untuk mengetahui keeratan hubungan antara intelegensi dan prestasi belajar dalam mata pelajara Matematika, mempergunakan uji korelasi untuk mencari koefesien korelasi. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS for Window versi 17.0. Intelegensi mempergunakan Skore IQ sedangkan prestasi belajar

mempergunakan nilai (standar kompetensi) matematika siswa yang dianalisis. Hasil olahan data seperti dapat dilihat pada out SPSS di bawah ini. Tabel 3 Output Uji Koefesien Korelasi Skore IQ dan Nilai Matematika 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar
Correlations Intelegensi Spearman's rho Intelegensi Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Nilai MTK Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 1.000 . 10 .727
*

Nilai MTK .727


*

.017 10 1.000 . 10

.017 10

Output Koefesien Korelasi (Correlation Coefficient) adalah 0,727 dan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Keeratan hubungan antara tingkat

15

intelegensi dan prestasi belajar 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dalam pelajaran Matematika adalah sangat kuat. Memperhatikan hasil analisis tersebut di atas, diketahui bahwa tingkat hubungan antara tingkat intelegensi yang direpresentasikan oleh skore hasil test intelegensi dengan presentasi belajar dalam pelajaran Matematika yang direpresantikan dengan standar kompetensi (nilai) menunjukkan hubungan sangat kuat. Hasil tersebut membuktikan kebenaran apa yang disampaikan oleh para ahli seperti telah diuraian terdahulu bahwa tingkat intelegensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa dan bahwa terdapat kontribusi positif antara intelegensi terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, prestasi baik siswa dalam pelajaran matematika membutuhkan tingkat intelegensi yang cukup untuk mengetahui bilangan bentuk dan ukuran yang ditunjang dengan kemampuan berhitung serta kemampuan mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan.

2. Tingkat pengaruh tingkat intelegensi terhadap penguasaan pelajaran Matematika Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, tinggi rendahnya pengaruh tingkat intelegensi terhadap prestasi belajar ditunjukkan melalui koefesien determinasi yang terletak pada tabel Model Summary di kolom R. Square hasil uji Regresi dengan program SPSS for Window versi 17.0. Output uji Regresi tersebut adalah seperti di bawah ini.

16

Tabel 4 Output Uji Regresi Skor IQ dan Nilai Matematika 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar
Model Summary Adjusted R Model 1 R .718
a b

Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1.911

R Square .516

Square .455

5.719

a. Predictors: (Constant), Intelegensi b. Dependent Variable: Nilai MTK

R. Square pada tabel Model Summary di atas menunjukkan angka 0,516 sehingga dapat disimpulkan bahwa, tingkat intelegensi 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar mempengaruhi prestasi belajar dalam pelajaran Matematika sebesar 48,4% dan sisanya dipengaruhi oleh faktorfaktor lain. Walaupun tingkat hubungan antara tingkat intelegensi dan prestasi belajar dalam pelajaran IPA adalah sangat kuat serta tingkat intelegensi berdasarkan hasil tes IQ memberikan pengaruh lebih dari separuh (51,6%) dari keseluruhan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa tetapi sebagian lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain Sebagaimana dijelaskan oleh Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia Widya Wiwaha, penyelenggara Tes IQ yang menguji tingkat intelegensi siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dan tertulis dalam lembaran Laporan Hasil Tes Psikologi (lihat Lampiran), Intelegensi hanya merupakan salah satu indikator yang ikut menentukan keberhasilan non kognitif. Sejumlah faktor yang memberikan pengaruh dalam prestasi belajar
17

terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal dan masing-masing terdiri dari faktor fisik dan faktor psikologis. Fakor fisik dalam faktor internal meliputi panca indra dan kondisi fisik umum sedangkan faktor psikologisnya meliputi minat, motivasi, kepribadian, intelegensi dan bakat khusus. Adapun faktor fisik dalam faktor eksternal terdiri dari kondisi tempat belajar, sarana belajar, materi pelajaran dan lingkungan belajar sedangkan faktor psikologisnya meluputi dukungan sosial dan pengaruh budaya.

V. KESIMPULAN Berikut ini disajikan kesimpulan dari uraian terdahulu seperti di bawah ini. 1. Matematika adalah suatu cara untuk menemukan suatu jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan- hubungan. 2. Intelegensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif, dari definisi tersebut nampak adanya pengaruh yang signifikan antara intelegensi terhadap prestasi akademik. 3. Taraf intelegensi merupakan pengukuran kualitatif berdasarkan

pengukuran kuantitatif yaitu Skore IQ melalui tes yang dapat mengungkapkan kemampuan umum yang meliputi kemampuan

18

mengingat, mempersepsi, kecepatan, penalaran, pemahaman, berhitung, komunikasi dan persepsi mengenai ruang. 4. Prestasi baik siswa dalam pelajaran matematika membutuhkan tingkat intelegensi yang cukup untuk mengetahui bilangan bentuk dan ukuran yang ditunjang dengan kemampuan berhitung serta kemampuan mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan. 5. Output Koefesien Korelasi (Correlation Coefficient) adalah 0,727 dan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Keeratan hubungan antara tingkat intelegensi dan prestasi belajar 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dalam pelajaran Matematika adalah sangat kuat. 6. R. Square pada tabel Model Summary di atas menunjukkan angka 0,516 sehingga dapat disimpulkan bahwa, tingkat intelegensi 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar mempengaruhi prestasi belajar dalam pelajaran Matematika sebesar 48,4% dan sisanya dipengaruhi oleh faktorfaktor lain.

19

DAFTAR PUSTAKA

Abror ,Add. Rachman. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993. Agus Effendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, Bandung: Alfabeta, 2005.. Alder, Harry. Boost Your Intelligense, Jakarta: Erlangga, 2001. Azwar, Syaifuddin. Pengantar Psikologi Inteligensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Basuki, A.M. Heru. Kreativitas, Keberbakatan Intelektual Dan Faktor-Faktor Pendukung Dalam Pengembangannya. Jakarta: Gunadarma, 2005. Cain dan Evans dalam Rika Nanda Puspitasari, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry Discovery, Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009. Depdikbud. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Iskandar, Srini M. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : CV. Maulana, 2001. M, Syah. Psikologi belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006. Nugroho, Bhuono Agung, Strategi Jitu: Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005. Sinambela, Lijan Poltak, Metode Penelitian, Universitas Nasional, Jakarta, 2006. Slameto. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suryabrata, 1995. Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan Cet. 5, Jakarta, Mahasatya, 2006.. Sukmadinata,Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT.RajaGrafindo, 1998.

20

You might also like