You are on page 1of 34

KELOMPOK 3

LILI SRIYANTI NURHILALLIYAH NURKHOLILAH M. PURNAMA ANGELINA PUTRI AMBAR SARI

S1 REGULER I

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA 2011

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai Keperawatan Anak I. Dalam makalah ini kami membahas tentang Asuhan Keperawatan Anak Usia Tiga Tahun Dengan Meningitis. Keperawatannya. Makalah kami jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran akan sangat kami butuhkan. Demikianlah makalah ini kami buat. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Dengan tujuan agar mahasiswa lebih mengetahui tentang meningitis pada anak lebih dalam dan mengetahui Asuhan tugas mata kuliah

Penyusun

Jakarta, Oktober 2011

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................................ii BAB I ......................................................................................................ii PENDAHULUAN......................................................................................iii LATAR BELAKANG...............................................................................iii TUJUAN................................................................................................2 BAB II .....................................................................................................3 KONSEP DASAR PENYAKIT......................................................................3 A.DEFINISI...........................................................................................3 ANATOMI.............................................................................................3 B.ETIOLOGI..........................................................................................4 PATOFISIOLOGI referensi.....................................................................8 KLASIFIKASI.......................................................................................11 MANIFESTASI KLINIS..........................................................................12 KOMPLIKASI.......................................................................................14 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...............................................................15 PENATALAKSANAAN..........................................................................16 PENCEGAHAN....................................................................................18 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................19 A.PENGKAJIAN...................................................................................19 B.DIAGNOSIS KEPERAWATAN............................................................24 C.INTERVENSI KEPERAWATAN...........................................................24 D.EVALUASI.......................................................................................29 BAB IV PENUTUP..............................................................................................30 A.KESIMPULAN..................................................................................30 B.SARAN............................................................................................30 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................31

BAB I
ii

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Meningitis adalah peradangan selaput otak, sumsum tulang belakang, atau keduanya. Penyebabnya adalah bakteri atau virus, meningitis sering didahului oleh infeksi pernafasan, tenggorokan, atau tanda-tanda dan gejala-gejala flulike. Sejumlah kuman Neisseria meningitidis merupakan penyebab yang sering menyebabkan terjadinya meningitis. Penyakit meningitis merupakan penyakit yang menyerang selaput otak dengan angka kematian mencapai 50%. Bila dapat disembuhkan, sering terjadi gejala sisa berupa lumpuh, tuli, epilepsi dan retardasi mental. Penyakit ini mempunyai insiden tinggi pada anak dibawah usia 5 tahun, dengan puncak insiden pada anak usia 3 sampai 5 tahun. Bentuk meningitis yang berat yaitu meningococcemia yang dimulai dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar ke dalam darah ke cairan otak. Daerah sabuk meningitis di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur. Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta manusia. Pada 1996, terjadi wabah meningitis dimana 250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban jiwa. Staf Divisi Syaraf Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dan pendiri klinik Anakku, Dr. Hardiono Pusponegoro, Sp.A (K) mengungkapkan, meningitis merupakan salah satu pembunuh bayi dan balita di negara berkembang. Balita dan orang dewasa merupakan pembawa (carrier) bakteri Pneumokokus dalam saluran pernafasan dan mereka mendapatkannya di luar rumah maupun tempat-tempat umum. Apabila daya tahan tubuh rendah, bakteri dalam tenggorokan tersebut dapat menyebar & menyebabkan penyakit.

iii

Selain itu, cara penularannya sangat mudah karena carrier akan menyebarkan melalui udara. Tingkat penderita meningitis di Indonesia tergolong cukup tinggi. Pada 2005, setiap 1.000 kelahiran hidup terdapat 36 kasus meningitis, 10% dari penyebab meningitis pada balita adalah bakteri Pneumokokus yang angka kesembuhannya rendah dan dapat mengakibatkan cacat permanen. Meningitis pada bayi dan anak di Indonesia, khususnya di Jakarta merupakan penyakit yang cukup banyak. Umumnya penderita berusia di bawah 5 tahun dan pada 70% kasus terjadi pada anak-anak usia 2 tahun. Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi IPD (Invasive Pneumococcal Disease). Di Indonesia, dari 4,6 juta kelahiran hidup tiap tahun, hanya 0,6 persen yang mendapat vaksin meningitis. Sejak tahun 2006 IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) telah menganjurkan penggunaan vaksin IPD dalam upaya mencegah meningitis pada bayi mulai usia dua bulan hingga sembilan tahun. HOSPITALISASI

TUJUAN
TUK N TUM Penulisan makalah ini ditujukan untuk mengetahui dan memahami definisi, patofisiologis, gejala, tanda, diagnosis, penanganan, komplikasi serta asuhan keperawatan anak dengan meningitis.

BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI ANATOMI

Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis. Meningitis adalah radang pada meningen ( membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis ) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur ( Smeltzer, 2001 ). Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis ( virus ) ( Long, 1996 ). Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat ( Suriadi & Rita, 2001 ). Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis (Kapita Selekta kedokteran ).

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater, araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis. Dimana meningitis menunjukkan reaksi peradangan yang mengenai satu atau semua lapisan selaput otak yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang. Dalam arti yang terbatas menunjukkan infeksi difus yang mengenai lapisan piamater dan arakhnoid (lepto meningitis). Pada umumnya infeksi tidak hanya terbatas pada selaput otak namun juga mengenai jaringan otak (ensefalitis) dan pembuluh darah (vaskulitis). Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa meningitis adalah suatu radang yang terjadi pada meningen dan selaput medula spinalis yang disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.

B. ETIOLOGI

Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.dijelasin Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis disebabkan oleh

jamur sangat jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun (daya tahan tubuh) seperti pada penderita AIDS. Penyebab meningitis antara lain: 1. Bakteri Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza, Nersseria, Diplokokus pneumonia, Streptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan leukosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark. Pada neonatus, organisme primer penyebab meningitis adalah basil enteric gram negatif, batang gram negatif dan streptokokus grup B. Pada anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun, organisme primer penyebab meningitis adalah haemophilus influenzae tipe B. Meningitis pada anak yang lebih besar umumnya disebabkan oleh infeksi Neisseria meningitidis atau infeksi stafilokokus. Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya: a. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus). Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus). b. Neisseria meningitidis (meningococcus). Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah. c. Haemophilus influenzae (haemophilus).

Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis virus ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini. d. Listeria monocytogenes (listeria). Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis. Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan yang terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan daging sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal (peliharaan). e. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis. 2. Virus Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya bersifat self-limitting, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna. Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, enterovirus, herpes simplex virus tipe 2 (dan kurang umum tipe 1), varicella zoster virus (dikenal sebagai penyebab cacar air dan ruam saraf), virus gondok, HIV, dan LCMV. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat. 3. Jamur Meningitis karena jamur yang biasanya menyerang SSP pada pasien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari sistem kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi. Contohnya: coccidioides dan candida.

4. Faktor Predisposisi Infeksi jalan nafas bagian atas. Otitis media, mastoiditis. Anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain. Prosedur bedah saraf baru. Trauma kepala dan pengaruh imunologis 5. Faktor Maternal Ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan. 6. Faktor Imunologi Defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin, anak yang mendapat obat-obat imunosupresi. 7. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan dengan sistem persarafan. Penyebab meningitis pada beberapa golongan umur: 1.

Neonatus: Escherchia Coli.


Streptokokus Influenza. Listeria monositogenes. Hemofilus influenza. Meningokokus. Pneumokokus.

2.

Anak di bawah umur 4 tahun:


3.

Anak diatas 4 tahun dan orang dewasa: Meningokokus. Pneumokokus.

PATOFISIOLOGI referensi

Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu: duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.

10

Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen ; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak ( barier otak ), edema serebral dan peningkatan TIK. Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi ( pada sindromWaterhouse Friderichssen ) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

11

KLASIFIKASI
Meningitis berdasarkan penyebab dapat dibagi menjadi: 1. Meningitis bakterial

Bakteri non spesifik : meningokokus, H.Influenzae, S.pneumoniae, Stafilokokus, Streptokokus, E.Coli, S.Typhosa. Bakteri spesifik : M. Tuberkulosa. 2. Meningitis Virus. Disebut juga dengan meningitis aseptik, terjadi sebagai akibat akhir/sequele dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus seperti campak, mumps, herpes simplex dan herpes zoster. Pada meningitis virus ini tidak terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan CSF tidak ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter dan lapisan meninges. Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada herpes simplex, virus ini akan mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan gangguan produksi enzyme neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut terganggunya fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologis. 3. Meningitis karena jamur Meningitis cryptococcal merupakan meningitis karena jamur yang paling sering, biasanya menyerang SSP pada pasien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantungdari sistem kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi. Gejala klinisnya bia disertai demam atau

12

tidak, tetapi hampir semua klien ditemukan sakit kepala, nausea, muntah dan penurunan status mental. 4. Meningitis karena parasit, seperti toksoplasma, amoeba. Berdasarkan pemeriksaan cairan serebrospinalis dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Meningitis purulenta/meningitis bakterial akut (Penyebab adalah bakteri non spesifik). 2. Meningitis serosa (Bila pada hasil kultur CSF pada pemeriksaan lumbal pungsi, hasilnya negative, misalkan penyebabnya adalah virus). 3. Meningitis aseptik (Bila pada hasil kultur CSF pada pemeriksaan kultur lumbal pungsi hasilnya positif , misalkan penyebabnya adalah bakteri pneumococcus).referensi

MANIFESTASI KLINIS
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK: 1. Sakit kepala dan demam ( gejala awal yang sering ) 2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma. 3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb: * Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher. * Tanda kernik positif: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna. * Tanda brudzinki: bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ektremitas yang berlawanan. 4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya. 5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan

13

karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi ), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran. 6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal. 7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tibatiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata. Manifestasi berdasarkan tingkat usia sebagai berikut: Neonatus: Sukar untuk diketahui manifestasinya tidak jelas dan tidak spesifik ada kemiripan dengan anak yang lebih tua Menolak untuk makan Kemampuan menelan buruk Muntah dan kadang-kadang ada diare Tonus otot lemah, pergerakan melemah dan kekuatan menangis melemah Hypothermia/demam, joundice, iritabel, mengantuk, kejang-kejang, RR yang tidak teratur/apnoe, sianosis dan kehilangan BB. Ketegangan , fontanel menonjol mungkin ada atau tidak Leher fleksibel Kolaps kardiovaskuler, kejang-kejang dan apnoe terjadi bila tidak diobati/ditangani Anak umur 2 bulan - 2 tahun: Gambaran klasik (-) Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulang. Kadang-kadang high pitched cry . Manifestasi klinisnya biasanya tampak pada anak umur 3 bulan sampai 2 tahun Adanya demam, nafsu makan menurun, iritabel, mudah lelah dan menangis meraung-raung. Fontanel menonjol

14

Nuchal Rigidity tanda-tanda brudzinki dan kernig dapat terjadi namun lambat Anak umur > 2 tahun: Panas , menggigil, muntah, nyeri kepala. Gangguan kesadaran. Tanda-tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, tanda Brudzinski dan kernig. Sakitnya tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, kejangkejang Anak menjadi irritable dan agitasi dan dapat berkembang photopobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk stupor dan koma Gejala pada respiratori atau gastrointestinal Adanya tahanan pada kepala jika difleksikan Kekakuan pada leher (Nuchal Rigidity) Kulit dingin dan sianosis Peteki/adannya purpura pada kulit infeksi meningococcus (meningo cocsemia) Keluarnya cairan dari telinga meningitis peneumococal Congenital dermal sinus infeksi E. Colli Gejala yang sering terlihat: Keluhan penderita mula-mula nyeri kepala yang menjalar ke tengkuk dan punggung Kesadaran menurun Kaku kuduk, disebabkan mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk ; Terdapat tanda kernig dan Brundzinski yang positif.

KOMPLIKASI
Dapat dikurangi dengan diagnosis yang awal dan pemberian terapi antimikrobial dengan cepat.

15

Bila infeksi meluas ke ventrikel, pus yang banyak (kental), adanya pendekatan pada bagian yang sempit obstruksi cairan cerebrospinal hydrocephalus Perubahan yang dekstruktif ada pada korteks serebral dan adanya abses otak infeksi langsung. Atau melalui penyebaran pembuluh darah. Ketulian, kebutaan, kelemahan/paralysis dari otot-otot wajah atau otot-otot yang lain pada kepala dan leher penyebaran infeksi pada daerah syaraf kranial Komplikasi yang serius biasanya diakibatkan oleh infeksi : meningococcal sepsis atau meningococcemia Syndrom water haouse-Friderichsen diperjelas o Overwhelming septic shock o DIC o Perdarahan o Purpura SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone ), subdural effusion, kejang-kejang, edema serebral, herniasi dan hydrocephalus. Komplikasi post meningitis pada neonatus: o Ventriculitis (yang menghasilkan kista, daerah yang dibatasi oleh akumulasi cairan dan tekanan pada otak). o Gangguan yang menetap dan penglihatan, pendengaran dan kelemahan nervus yang lain. o Cerebral palsy, cacat mental, gangguan belajar, penurunan perhatian, gangguan hiperaktivitas dan adanya kejang. o Hemiparesis dan quadriparesis arthritis/thrombosis.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.

Pemeriksaan Laboratorium

Pungsi lumbal Warna mengabur sampai keruh (tergantung sifat eksudat) Tekanan cairan serebrospinal meningkat Jumlah sel meningkat (100- 60.000) pada kausa bakteri didominasi

16

oleh sel polimorfonuklear).


Reaksi pandi (+), Nonne- Apelt (+). Protein meningkat: 35 mg% Kadar gula turun: 40 mg% (bisa sampai 0 ). Kadar gula CSS normal = separo kadar gula darah). Kultur: bila prosedur baik 90% biakan positif.

Khusus untuk meningitis tuberkulosis kultur dilakukan 2 kali yaitu setelah 3-4 hari pengobatan dilakukan oleh kultur ulangan hasil positif sulit diperoleh.

Darah

AL normal atau meningkat tergantung etiologi. Hitung jenis didominasi sel polimorfonuklear atau limfosit Kultur 80-90% , untuk TBC 2% (+).

Pemeriksaan lengkap CRP darah dan cairan serebrospinalis Peningkatan kadar laktat cairan cerebrospinalis Penurunan pH cairan cerebrospinalis LDH, CPK, GOT. Khusus kausa TBC:

Kurasan lambung. Takahashi, PAP,Imuzim. Uji PPD, BCG, Ro Thorax CT scan kepala (kalau ada indikasi khusus sepeerti hidrosephalus) Funduskopi untuk melihat tuberkel di retina.

2.

Radiologi
CT Scan/MRI: melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik Rontgent kepala: mengindikasikan infeksi intracranial

PENATALAKSANAAN
1 . Medikamentosa
Meningitis Antibiotik dapat diobati dengan obat anti jamur, seperti: Organisme Chlorampenikol Haemofilus influenza

17

Flukonazol: berbentuk pil atau suntikan dalam pembuluh darah (intravena/IV) Itrakonazol: dipakai pada orang yang tidak tahan dengan flukonazol. Amfoterisin B: obat yang sangat manjur, tetapi obat ini dapat merusak ginjal, obat ini disuntikkan atau diinfus secara perlahan, memiliki efek samping yang parah tetapi dapat dikurangi dengan memakai obat semacam ibuprofen.

2. Diet
Diet yang diberikan adalah energi tinggi, protein tinggi (ETPT) atau TKTP. Diet ETPT mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal. Tujuan diet: o Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. o Menambah berat badan sehingga mencapai berat badan normal. Syarat diet: o Energi tinggi , yaitu 40-45 Kkal/Kgbb o Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 gr/Kgbb o Lemak cukup, 15-25 % dari kebutuhan energi total. o Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total. o Vitamin dan mineral cukup, sesuai dengan kebutuhan normal. o Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna sesuai kebutuhan dan kondisi pasien. Diet yang diberikan: o Diet ETPT I - Energi 2.600 Kkal - Protein 100 gr ( 2 gr/Kgbb) o Diet ETPT II - Energi 3.000 Kkal - Protein 125 gr ( 2,5 gr/ Kgbb)

18

PENCEGAHAN
Kebersihan menjadi kunci utama proses pencegahan terjangkit virus atau bakteri penyebab meningitis. Ajari anak-anak dan orang-orang sekitar untuk selalu cuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah dari kamar mandi. Usahakan pula untuk tidak berbagi makanan, minuman atau alat makan, untuk membantu mencegah penyebaran virus. Selain itu lengkapi juga imunisasi si kecil, termasuk vaksin-vaksin seperti HiB, MMR, dan IPD. Pada orang dewasa, vaksin mengingokokus yang telah diijinkan di Amerika Serikat dapat digunakan sebagai pencegahan. Vaksin ini mencakup polisakarida grup A,C, W135 dan Y. Langkah dalam mencegah meningitis antara lain: Cuci tangan secara benar untuk menghindari terkena penyebab infeksi. Tetap sehat. Jaga sistem imun agar berfungsi dengan baik dengan cukup istirahat, olahraga teratur dan makan makanan sehat dan bergizi. Tutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk. Jika sedang hamil, berhati-hatilah dengan apa yang dikonsumsi.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Biodata klien. 2. Riwayat penyakit dan pengobatan Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui adalah status kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor prediposisi seperti infeksi saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll. Riwayat kesehatan yang lalu: Mencakup beberapa pertanyaan sebagai berikut: - Apakah pernah menderita inpeksi saluran pernafasan akut (ISPA)? - Apakah pernah mengalami prosedur neurosurgital? - Apakah pernah menderita trauma yang mencederai kepala? - Adakah kelainan bawaan (spina bifida)? - Bagaimana riwayat kesehatan ibu selama hamil? - Bagaimana riwayat kesehatan keluarga? - Bagaimana riwayat imunisasi, dll. * Apakah pernah menderita penyakit ISPA dan TBC ? * Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ? * Pernahkah operasi daerah kepala ? Neonatus Meningitis pada bayi baru lahir dan bayi prematur benar-benar sulit untuk didiagnosa. Manifestasinya samar-samar dan tidak spesifik. Bayi-bayi ini biasanya tampak sehat ketika lahir, tetapi dalam beberapa hari kemudian

tampak mulai melemah. Mereka tidak mau makan, kemampuan mengisap buruk, bisa muntah atau diare. Tonus otot melemah (hipotonus), kurang

gerak, tangisan melemah. Tanda-tanda lain yang nonspesifik yang dapat muncul meliputi hipotermia atau demam (bergantung pada kematangan bayi), ikterik, mudah terangsang, mengantuk, kejang, napas tidak teratur, apnea, sianosis, dan berat badan menurun. Ubun-ubun menonjol, tegang dapat muncul atau tidak sampai akhir perjalanan penyakit. Bila tidak diobati kondisi anak cenderung menurun hingga kolaps sistem kardiovaskuler, kejang, dan apnea. Bayi dan Balita Gambaran klasik meningitis jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan 2 tahun. Penyakit ini ditandai secara khas dengan demam, tidak nafsu makan muntah, peka terhadap rangsangan, serangan kejang berulang, yang disertai tangisan merintih. Ubun-ubun besar yang menonjol merupakan penemuan yang paling bermakna dan kaku kuduk dapat muncul/tidak. Tanda-tanda Brudzinski dan Kernig biasanya tidak membantu diagnostik karena sulit untuk menemukannya dan mengevaluasinya pada anak-anak usia ini. Anak dan Adolesens Timbulnya penyakit mungkin tiba-tiba, demam, sakit kepala, muntah yang disertai /dengan cepat diikuti oleh perubahan sensoris. Sering kali gejala awal nya berupa kejang yang berulang karena penyakitnya memburuk. Anak jadi mudah terangsang, gelisah, dan dapat berkembang menjadi fotofobia, delirium, halusinasi, kelakuan yang agresif/maniak, mengantuk, stupor, bahkan koma. Kadang-kadang datangnya gejala perlahan-lahan, sering kali didahului oleh gejala-gejala gastrointestinal selama beberapa hari. Kadang-kadang infeksi sebelumnya yang telah diobati menutupi atau memperlambat tanda-tanda meningitis. Anak menolak fleksi dari leher dan karena penyakit bertambah buruk, leher menjadi kaku kuduk sampai kepalanya tertarik kebelakang / hiperekstensi (opitotonus). Tanda Kernig positif, Brudzinski positif. Respons-respons refleks bervariasi, meskipun mereka memperlihatkan hiperaktivitas. Kulit mungkin dingin dan sianotik dengan perfusi perifer yang buruk.

21

3. Riwayat kesehatan sekarang * Pernafasan Gejala: riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda: Peningkatan kerja pernapasan (tahap awal ), perubahan mental ( letargi sampai koma ) dan gelisah. * Sirkulasi Gejala: adanya riwayat kardiologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit jantung konginetal ( abses otak ). Tanda: tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh dari pusat vasomotor ). Takikardi, distritmia ( pada fase akut ) seperti distrimia sinus (pada meningitis ). * Eliminasi Tanda: Inkontinensi atau retensi. * Makanan / cairan Gejala: Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda: anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering. * Neurosensori Gejala: sakit kepala ( mungkin merupan gejala pertama dan biasanya berat ). Pareslisia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi ( kerusakan pada saraf cranial ). Hiperalgesia / meningkatnya sensitifitas ( minimitis ). Timbul kejang ( minimitis bakteri atau abses otak ) gangguan dalam penglihatan, seperti Diplopia ( fase awal dari beberapa infeksi ). Fotopobia ( pada minimtis ). Ketulian ( pada minimitis / encephalitis ) atau mungkin hipersensitifitas terhadap kebisingan, Adanya halusinasi penciuman / sentuhan. Tanda: status mental / tingkat kesadaran; letargi sampai kebingungan yang berat hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis organik ( encephalitis ). Kehilangan memori, sulit mengambil keputusan ( dapat merupakan gejala berkembangnya hidrosephalus komunikan yang mengikuti meningitis bacterial ). Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.

22

Mata ( ukuran / reaksi pupil ): unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya ( peningkatan TIK ), nistagmus ( bola mata bergerak terus menerus ). Ptosis ( kelopak mata atas jatuh ). Karakteristik fasial (wajah ); perubahan pada fungsi motorik dan sensorik ( saraf cranial V dan VII terkena ). Kejang umum atau lokal ( pada abses otak ). Kejang lobus temporal. Otot mengalami hipotonia /flaksid paralisis ( pada fase akut meningitis ). Spastik ( encephalitis). Hemiparese hemiplegic ( meningitis / encephalitis ). Tanda brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi meningeal ( fase akut ) Regiditas muka ( iritasi meningeal ). Refleks tendon dalam terganggu, brudzinski positif. Refleks abdominal menurun. * Nyeri Gejala: sakit sakit kepala ( berdenyut dengan hebat, frontal ) mungkin akan diperburuk oleh ketegangan leher /punggung kaku, nyeri pada gerakan ocular, tenggorokan nyeri. Tanda: Tampak terus terjaga, perilaku distraksi /gelisah menangis / mengeluh. * Aktivitas Gejala: Perasaan tidak enak ( malaise ). Tanda: Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak. * Higiene Tanda: Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri. * Keamanan Gejala: Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain, meliputi mastoiditis telinga tengah sinus, abses gigi, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala. Imunisasi yang baru saja berlangsung ; terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak, herpes simplek, gigitan binatang, benda asing yang terbawa. Gangguan penglihatan atau pendengaran

23

Tanda: suhu badan meningkat,diaphoresis, menggigil. Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau plastic. Gangguan sensoris.

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap ( penyebaran ) infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh. 2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. 3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi. 4. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi. 5. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari sistem pendukung ( hospitalisasi ).

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosis I Tujuan: penyebaran infeksi tidak terjadi Kriteria hasil: mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain. Rencana Tindakan: a. Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan baik pasien, pengunjung, maupun staf. Rasional: menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi ( mis: individu yang mengalami infeksi saluran napas atas ). b. Pantau dan catat secara teratur tanda-tanda klinis dari proses infeksi. Rasional: Terapi obat akan diberikan terus menerus selama lebih 5 hari setelah suhu turun ( kembali normal ) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda klinis terus menerus merupakan indikasi

24

perkembangan dari meningokosemia akut yang dapat bertahan sampai berminggu minggu / berbulan bulan atau penyebaran pathogen secara hematogen / sepsis. c. Ubah posisi pasien dengan teratur tiap 2 jam. Rasionalisasi: Mobilisasi sekret dan meningkatkan kelancaran sekret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernapasan. d. Catat karakteristik Urine urine, statis, seperti warna, dan kejernihan dan bau Rasionalisasi: sepsis. e. Kolaborasi tim medis Rasional: Obat yang dipilih tergantung pada infeksi dan sensitifitas individu. Catatan: obat kranial mungkin diindikasikan untuk basilus gram negative, jamur, amoeba. 2. Diagnosis II Tujuan: Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris. Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal Rasa sakit kepala berkurang Kesadaran meningkat Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat. Rencana Tindakan: a. Pasien bed rest total dengan posisi tidur telentang tanpa bantal. Rasional: Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat menyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak. b. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS. Rasional: Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut. dehidrasi kelemahan umum

meningkatkan resiko terhadap infeksi kandung kemih / ginjal / awitan

25

c. Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hatihati pada hipertensi sistolik. Rasional: Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi. d. Monitor intake dan output. Rasional: hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadar, nausea yang menurunkan intake per oral. e. Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur. Rasional: Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava. f. Kolaborasi Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat. Rasional: Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral. Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen. Rasional: Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral. Berikan terapi sesuai petunjuk dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika. Rasional: Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler. Menurunkan edema serebri. Menurunka metabolik sel / konsumsi dan kejang. 3. Diagnosis III

26

Tujuan: nyeri hilang atau terkontrol Kriteria Hasil: melaporkan nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan postur rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat.

Rencana Tindakan: a. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi. Rasional: menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat / relaksasi. b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan yang penting. Rasional: menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri. c. Berikan latihan rentang gerak aktif / pasif secara aktif dan massage otot daerah leher /bahu. Rasional: dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang menimbulkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut. d. Berikan analgetik, seperti asetaminofen dan kodein. Rasional: mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat. Catatan : narkotik merupakan kontraindikasi sehingga menimbulkan ketidakakuratan dalam pemeriksaan neurologis. 4. Diagnosis IV Tujuan: Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hipertermi. Kriteria hasil: Tidak terjadi serangan kejang ulang. Suhu 36,5 37,5 C (bayi), 36 37,5 C (anak) Nadi 110 120 x/menit (bayi), 100-110 x/menit (anak) Respirasi 30 40 x/menit (bayi), 24 28 x/menit (anak) Kesadaran compos mentis. Rencana Tindakan : b. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat.

27

Rasional: proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat. c. Berikan kompres dingin. Rasional: perpindahan panas secara konduksi. d. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll). Rasional: saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat. e. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam. Rasional: Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan. f. Batasi aktivitas selama anak panas. Rasional: aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas. g. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai indikasi Rasional: Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis. 5. Diagnosis V Tujuan: ansietas bekurang dan keluarga memahami tentang penyakit klien. Kriteria Hasil: mengikuti dan mendiskusikan rasa takut, mengungkapkan kekurang pengetahuan tentang situasi, tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi. Rencana Tindakan: a. Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien / keluarga. Catat adanya tanda-tanda verbal atau non verbal. Rasional: gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu. b. Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala. Rasional: meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan dan dapat membantu dan menurunkan ansietas. c. Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognosa penyakit.

28

Rasional: penting untuk menciptakan kepercayan karena diagnosa meningitis mungkin menakutkan, ketulusan dan informasi yang akurat dapat memberikan keyakinan pada pasien dan juga keluarga. d. Libatkan pasien / keluarga dalam perawatan, perencanaan mungkin. diri dan meningkatkan perasaan kontrol terhadap kehidupan sehari-hari, membuat keputusan sebanyak Rasional: e. meningkatkan kemandirian. Lindungi privasi pasien jika terjadi kejang. Rasional: memperhatikan kebutuhan privasi pasien memberikan peningkatan akan harga diri pasien dan melindungi pasien dari rasa malu.

D. EVALUASI
1. Tidak terjadi penyebaran infeksi dan mencapai masa penyembuhan tepat waktu. 2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik / sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil. 3. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat. 4. Tidak mengalami kejang bila berhubungan dengan hipertemi. 5. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang serta mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.

29

30

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit meningitis merupakan penyakit yang menyerang selaput otak dengan angka kematian mencapai 50%. Bila dapat disembuhkan, sering terjadi gejala sisa berupa lumpuh, tuli, epilepsi dan retardasi mental. Penyakit ini mempunyai insiden tinggi pada anak dibawah usia 5 tahun, dengan puncak insiden pada anak usia 3 sampai 5 tahun. Bentuk meningitis yang berat yaitu meningococcemia yang dimulai dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian. Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,operasi otak atau sumsum tulang belakang. Gejala yang sering terlihat pada meningitis adalah keluhan penderita mulamula nyeri kepala yang menjalar ketengkuk dan punggung, kesadaran menurun, kaku kuduk, disebabkan mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk, terdapat tanda kernig dan Brundzinski yang positif. Penatalaksanaan pada meningitis adalah dengan medikasi dan program diet sesuai indikasi. Kebersihan menjadi kunci utama proses pencegahan terjangkit virus atau bakteri penyebab meningitis.

B. SARAN
Seorang perawat haruslah mampu mengetahui pengertian dan penyebab dari penyakit meningitis pada anak, serta mampu meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada penyakit meningitis pada anak. Selain itu juga, perawat haruslah memahami dan menjelaskan secara rinci mengenai tujuan medis, tata cara yang akan dilakukan dan resiko yang akan mungkin terjadi.

31

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, dkk. ( 1999 ).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed. 3. Jakarta : EGC. Harsono. ( 1996 ). Buku Ajar Neurologi Klinis. Ed. I. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G. ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo, dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester. Ed. 8. Jakarta : EGC. Kapita Selekta Kedokteran FKUI, (1999) Media Aesculapius, Jakarta. http://lizanurviana.blog.com/2010/11/28/askep-meningitis/ http://kliknelti.blogspot.com/2010/12/askep-meningitis.html http://fkunhas.com/asuhan-keperawatan-askep-meningitis-20101007801.html http://www.scribd.com/doc/32554290/Asuhan-Keperawatan-Meningitis http://artikel-info-kesehatan.blogspot.com/2009/11/penyakit-meningitis.html http://asuhan-keperawatan-anak.blogspot.com/2011/05/asuhan-keperawatan-anakdengan.html http://proudnursing.blogspot.com/2010/10/askep-mengitis.html#more http://www.irwanashari.com/458/meningitis-bakterial.html http://file.anaapa.com/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-anak-denganmeningitis/ http://www.bayisehat.com/immunization-mainmenu-36/509-waspadalahterhadap-serangan-meningitis.html http://www.cegahipd.com/berita-kegiatan,detail_kegiatan

You might also like