You are on page 1of 6

Metode Pembelajaran Gasing

Gasing merupakan akronim dari gampang, asyik dan menyenangkan. Fisika Gasing adalah suatu metode pembelajaran fisika yang diciptakan dan dikembangkan pada tahun 1996 oleh Prof. Yohanes Surya agar fisika dapat dipelajari dan diajarkan secara gampang, asyik dan menyenangkan. Metode Gasing merupakan terobosan reformasi dalam pembelajaran fisika karya anak Bangsa. Metode Gasing mengajarkan bagaimana berfikir seperti seorang fisikawan dalam menyelesaikan soal-soal fisika dengan pendekatan logika dan hampir tanpa rumus, karena metode Gasing ini menggunakan metode logika biasa berdasarkan konsep dasar fisika. Sehingga para guru tidak harus memberikan rumus-rumus yang akan membuat siswa pusing dan benci fisika.

Prof. Yohanes Surya terobsesi membangun Indonesia dengan sains dan teknologi. Caranya, jumlah ilmuwan Indonesia harus mencapai critical massa dan masyarakat Indonesia berbasis sains dan teknologi. Untuk mencapai critical massa, semua alumni Tim Olimpiade Fisika Indonesia dan siswa-siswa berbakat fisika dikirim ke perguruan tinggi terbaik di luar negeri, sedangkan untuk mencapai masyarakat Indonesia berbasis sains dan teknologi, dikembangkan pembelajaran fisika metode Gasing (gampang, asyik, menyenangkan) untuk semua kalangan masyarakat, terutama anak-anak usia sekolah. Sebenarnya bukan hanya siswa yang takut rumus, tetapi guru juga. Padahal, fisika tidak selalu identik dengan rumus, soal-soalnya bisa dipecahkan dengan logika. Sehingga, siswa tidak perlu menghapalkan rumus-rumus fisika. Siswa cukup memahami cara perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan saja. Jadi fisika Gasing intinya adalah menyebarkan atau membuat fisika menjadi gampang dan menyenangkan untuk semua kalangan, tidak terbatas untuk kalangan-kalangan yang ber-IQ tinggi saja. Sebagai salah satu contoh adalah tokoh dunia yang sangat terkenal Thomas Alfa Edison. Dalam kehidupan akademisnya Thomas kurang bagus, tetapi beliau bisa menjadi orang nomor satu karena hasil penemuannya.

Dengan adanya fisika Gasing ini Prof. Yohanes Surya berharap agar fisika di Indonesia tidak lagi dianggap pelajaran yang sulit dan menjadi sesuatu yang menakutkan bagi siswa. Justru sebaliknya, siswa yang awalnya benci fisika berbalik menjadi senang fisika. Satu hal yang mengagumkan dari metode ini adalah bahwa fisika tidak lagi sulit, tapi menyenangkan. Selain itu diharapkan anak yang tidak kelihatan pintar bisa kelihatan, dengan kata lain fisika Gasing menjembataninya sehingga fisika yang dulunya merupakan suatu hal yang menyeramkan menjadi tidak menyeramkan dan menyenangkan yaitu dengan cara tidak memperlihatkan rumusrumus. Jadi metode ini melatih bagaimana mengungkapkan/memecahkan berbagai persoalan fisika dengan logika kata-kata, sementara rumus bisa menyesuaiakan setelahnya. Selama 13 tahun sambil membina Tim Olimpiade Fisika Indonesia, Prof. Yohanes Surya melakukan penelitian dalam menemukan suatu pembelajaran fisika yang mudah diterima oleh siswa, mudah diajarkan oleh guru serta membuat peserta ajar merasa asyik dan menyenangkan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Yohanes Surya, untuk membuat fisika itu gampang, asyik dan menyenangkan (Gasing) beberapa hal perlu diperhatikan (sebenarnya ini tidak semuanya baru) :

1. Hindari matematika yang sulit, kalau perlu cari alternatif solusi yang menggunakan matematika lebih sederhana. 2. Manfaatkan pengertian konsep fisika yang benar dan lebih menekankan pada logika dibandingkan dengan menggunakan rumus-rumus turunan. 3. Gunakan angka-angka yang mudah dan bulat seperti 1 , 2 , atau 10 ketika sedang mengajarkan konsep melalui berbagai contoh soal. Hindari angka-angka koma atau pecahan agar konsentrasi siswa tidak disimpangkan dari solusi fisika ke solusi matematika. 4. Perbanyak dialog langsung dengan siswa terutama tentang konsep-konsep fisika yang baru diajarkan. Minta mereka mengeluarkan pendapatnya untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan konsep yang diberikan. 5. Perbanyak eksperimen dan demonstrasi fisika sehingga tiap murid menikmati asyiknya fisika dan mereka bisa merasakan bahwa fisika itu sungguh menyenangkan. Pelaksanaan metode pembelajaran Gasing dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu : 1. Tahap pertama : Dialog Sederhana Dialog merupakan bentuk komunikasi dua arah, dalam hal ini yang terlibat adalah guru dan siswa. Menurut teori belajar connectionisme atau bond hypothesis yang dikemukakan oleh Thorndike (S. Nasution, 2000:37), belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara S (stimulus) dan R (respon) sehingga antara S dan R terjadi suatu hubungan (bond) yang bertambah erat bila sering dilatih. Berkat latihan hubungan antara S dan R harus memberikan satisfaction atau kepuasan. Rasa kepuasan merupakan reinforcement atau penguat. Tentang hubungan S dan R, Thondike menemukan bermacam-macam hukum atau laws. Beberapa di antaranya adalah : (1) Law of effect

Hubungan S dan R bertambah erat kalau disertai oleh perasaan senang atau puas, akan tetapi menjadi lemah atau lenyap kalau disertai oleh rasa tidak senang. Rasa senang menyebabkan sekresi hormon pada sinapsis, sehingga hubungan menjadi lancar. Karena itu memuji dan membesarkan hati siswa (rasa senang) lebih baik dalam pengajaran daripada menghukum atau mencelanya (rasa tidak senang). (2) Law of exercise atau law of use and law of disuse (hukum latihan atau hukum penggunaan dan penidakgunaan) Hubungan S dan R bertambah erat kalau sering dilatih (exercise) atau digunakan (use) dan akan berkurang erat kalau lenyap atau tidak pernah digunakan (disuse). Karena itu perlu diadakan banyak latihan dan pembiasaan. (3) Law of multiple response (hukum respon berganda) Dalam situasi yang problematis dimana tidak segera tampak respons yang tepat, individu mengadakan bermacam-macam percobaan yang mula-mula tidak berhasil, akan tetapi akhirnya mungkin memberi jawaban yang tepat. Prosedur ini disebut trial-and-error, mencoba-coba sambil berbuat kekeliruan. (4) Law of assimilation atau law of analogy (hukum asimilasi atau hukum analogi) Seorang dapat menyesuaikan diri atau memberi respon yang sesuai dengan situasi baru yang agak berlainan dengan yang sudah-sudah namun mengandung unsur-unsur yang bersamaan (identical element). 2. Tahap kedua : Berimajinasi/berfantasi. Sebenarnya imajinasi/fantasi dalam proses pendidikan penting untuk dimiliki siswa, tapi aspek ini banyak diabaikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Imajinasi penting karena dengan imajinasi siswa akan bisa melahirkan sebuah konsep, kreativitas, inovasi dan perilaku yang aktual dalam kehidupannya. Imajinasi lebih utama daripada pengetahuan. Pengetahuan bersifat terbatas. Imajinasi melingkupi dunia. (Albert Einstein). Imajinasi lahir dari lingkungan yang mendukung seseorang agar memikirkan berbagai fenomena disekitarnya. Jika masyarakat sekitar atau keluarga di rumah tidak menghargai kebebasan berpikir maka daya imajinasi sulit untuk berkembang. Hampir semua fisikawan terkenal adalah orang-orang yang suka berimajinasi dan seringkali dikatakan sebagai pemikir "radikal" karena dianggap aneh oleh lingkungan yang seringkali bersifat dogmatis. Einstein adalah contoh populer dari orang yang suka berimajinasi dan mengembangkannya. Ia membayangkan bagaimana seandainya ia dapat bergerak dengan kecepatan cahaya. Pemikiran aneh ini menghasilkan teori relativitas khusus yang sampai kini masih digunakan. Hal yang sama dilakukan oleh Newton. Kalau saja ia tidak suka melamun dibawah pohon apel mungkin hukum gravitasi universalnya tidak ditemukan sampai berpuluhpuluh tahun kemudian. Fantasi menurut Suryabrata (2001:39) dapat didefinisikan sebagai aktivitas imajinasi untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada. Dengan demikian imajinasi/fantasi itu dilukiskan sebagai fungsi yang memungkinkan siswa untuk berorientasi dalam alam imajinir, dimana aktivitas imajinasi itu melampaui dunia nyata. Kegunaan imajinasi/fantasi antara lain : (1) siswa dapat memahami, mengerti dan menghargai kultur siswa lain.

(2) siswa dapat keluar dari ruang dan waktu, sehingga dengan demikian ia dapat memahami halhal yang ada dan terjadi di tempat lain dan diwaktu yang lain, misalnya dalam mempelajari gerak suatu benda. (3) siswa dapat melepaskan diri dari kesukaran dan permasalahan dalam belajar fisika. (4) membantu siswa menyelesaikan konflik riil secara imajinir, sehingga dapat mengurangi ketegangan psikis dalam belajar fisika. 3. Tahap ketiga : Menyajikan contoh-contoh soal secara relevan. Latihan atau training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaankebiasaan tertentu. Cara ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan siswa dengan tujuan untuk memperkuat penguasaan matematika siswa. Dalam latihan ini, siswa hanya berlatih dengan menggunakan logika matematika yang sederhana yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. 4. Tahap keempat : Menyajikan materi secara mendalam. Dengan memberikan makna fisis terhadap setiap besaran-besaran fisika, diharapkan siswa mengetahui fenomena-fenomena apa saja yang dialami oleh setiap objek dalam butir soal. 5. Tahap kelima : Memberikan variasi soal. Tugas atau resitasi, merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu berupa variasi soal agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas dapat merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok. Kelima tahapan yang dilakukan dalam metode pembelajaran Gasing ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tahap-Tahap Aktivitas Guru Tahap 1 Dialog sederhana Guru memulai pembelajaran dengan

berdialog secara sederhana dengan siswa seputar materi yang akan dipelajari. Dari dialog ini diharapkan siswa dapat

memberikan

pendapatnya,

sehingga

timbul hubungan yang erat antara S dan R. Tahap 2 Berimajinasi/berfantasi Guru membantu siswa untuk berimajinasi mengenai kejadian-kejadian yang

berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.

Tahap 3 Menyajikan contoh relevan soal

Guru memberikan latihan berupa soal-soal contoh- sederhana secara formulasi yang hanya menggunakan berupa

matematika

perjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Hal ini bertujuan untuk memperkuat siswa. penguasaan matematika

Tahap 4 Menyajikan secara mendalam Tahap 5 Memberikan soal

Guru memberikan makna fisis setelah materi siswa dirasa mampu mengerjakan semua soal-soal sederhana tadi. Guru kembali memberikan soal namun variasi yang lebih bervariasi, soal tersebut dapat berupa soal cerita.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Gasing Sebagaimana kita ketahui bahwa tidak ada satupun metode pembelajaran yang benar-benar sempurna, pasti terdapat kelebihan dan kekurangan. Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Gasing. Kelebihan Kekurangan

Membuat fisika menjadi lebih Pada saat ulangan berupa soal gampang, menyenangkan mengerjakan asyik karena soal-soal dan essai, jika siswa tidak

dalam menyertakan fisika dengan rumus,

penghitungan meski hasil

tidak harus menghafalkan rumus jawabannya benar akan tetap fisika. Waktu yang digunakan lebih efektif apabila dan efisien, dinyatakan salah. Secara umum metode Gasing

karena belum bisa diterapkan untuk rumus menyelesaikan soal-soal fisika di tinggi, karena

menggunakan

konvensional, umumnya

soal-soal fisika perguruan baru

dapat umumnya mahasiswa dituntut

diselesaikan oleh siswa dalam untuk bisa menurunkan berbagai

waktu yang cukup lama. Tapi rumus. dengan metode Gasing, siswa dapat menyelesaikan soal-soal dalam waktu relatif lebih cepat.

http://lukman-caniago.blogspot.com/

You might also like