Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Disampaikan pada Sosialisasi Pola Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
Diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI di Hotel
Panghegar Bandung 1-3 Juni 2006.
1
Keputusan Sidang Pleno Komite Medik RS Fatmawati Nomor. 09/Komdik RSF/X/2005
tanggal 7 Oktober 2005.
2
Komite Medik RS Fatmawati. Sistem Komite Medik dan Sistem SMF di RS Fatmawati,
Jakarta 2003.
3
Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi Sistem
DRGs Casemix di rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite Medik RS Fatmawati,
Jakarta 7 Oktober 2005.
4
Firmanda D. Strategi Komite Medik RS Fatmawati dalam antipasi implementasi Sistem
Casemix di Rumah Sakit Fatmawati dalam Clinical Governance. Disampaikan dalam Sidang
Pleno Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 2005.
5
Firmanda D. Standar Fasilitas dalam penetapan kompetensi profesi di sarana fasilitas
pelayanan kesehatan. Disampaikan dalam Semiloka Standar Fasilitas Rumah Sakit berkaitan
1
Health
Resources
Health
Groups
Impact
(HRG)
Intervention
(HII)
2
Sedangkan untuk pilot project Sistem Casemix di RS Fatmawati, Panitia
Casemix telah menyusun jadwal rencana kerja dengan jadwal ujicoba di 5
SMF sebagaimana dalam Tabel berikut:
Tabel. Rencana Kerja Pilot Project Casemix dan Ujicoba 5 SMF RS Fatmawati
3
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai beberapa pembelajaran yang dapat
diambil selama proses kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM dalam implementasi
Sistem Casemix di RS Fatmawati yang dilakukan secara bertahap sesuai
jadwal kegiatan dari pembinaan Depkes RI dan kemampuan RS Fatmawati.
Komite Medik RS Fatmawati mengambil manfaat dan hikmah dari proses pilot
project tersebut sebagai bahan pembelajaran dan tindak lanjut untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit umumnya dan mutu profesi
khususnya sesuai dengan kewenangan dan ruang lingkup fungsi, tugas dan
tanggung jawab Komite Medik.
10
Firmanda D. Audit Medis di Rumah Sakit. Disampaikan dalam Sosialisasi Pedoman Audit
Medik di Rumah Sakit, diselenggarakan oleh Dirjen Bin Yan Medik DepKes RI, Cisarua 7
September 2005.
11
Fimanda D. Audit Medis di Rumah Sakit. Disampaikan pada Hospital Management
Refreshing Course and Exhibition (HMRCE): Change Management in Healthcare Services.
Diselenggarakan oleh Perhimpunan Manajer Pelayanan Kesehatan Indonesia (PERMAPKIN) di
Hotel Borobudur, Jakarta 21 – 23 Februari 2006.
4
1
7
3 4 5
2
Gambar 2. Alur proses mekanisme data dan umpan balik (feed back)
Setiap rumah sakit membuat dan mengirimkan secara berkala sesuai dengan
jenis formulirnya masing masing (RL 1 sampai RL 6) sesuai dengan dengan
Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data Rumah Sakit12
sebagaimana berikut:
1. Data Kegiatan Rumah Sakit (Formulir RL 1) setiap triwulan
2. Data Keadaan Morbiditas Pasien (Formulir RL 2) setiap triwulan:
a. Morbiditas Rawat Inap (Formulir RL 2a)
b. Morbiditas Rawat Jalan (Formulir RL 2b)
c. Morbiditas Rawat Inap Surveilans Terpadu RS (Formulir RL 2a1)
d. Morbiditas Rawat Inap Surveilans Terpadu RS (Formulir RL 2b1)
e. Status Imunisasi (Formulir RL 2c)
f. Individual Morbiditas Pasien Rawat Inap (Formulir RL 2.1, RL 2.2
dan RL 2.3)
3. Data Dasar Rumah Sakit (RL 3) setiap akhir tahun
12
Departemen Kesehatan RI. Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data Rumah
Sakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta 2005.
5
4. Data Keadaan Ketenagaan Rumah Sakit (Formulir RL 4) setiap
semester (6 bulan)
5. Data Peralatan Medik Rumah Sakit dan Data Kegiatan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit (Formulir RL 5) setiap akhir tahun
6. Data Infeksi Nosokomial Rumah Sakit (Formulir RL 6) setiap bulan.
2. Gambar 3 tanda b data Januari 2006 bayi lahir dengan sectio caesaria
( P 03.4 ICD 10) menempati urutan ke tiga dan menimbulkan
‘curiousity’. Ketua Komite Medik membuat disposisi kepada Ketua SMF
Kebidanan dan Kandungan untuk melakukan audit medis tingkat
pertama (1st Party Medical Audit) bersama Koordinator Pelayanan
Medik dan Koordinator Etik dan Mutu dari SMF Kebidanan dan
Kandungan terhadap 48 tindakan sectio caesaria tersebut. (Alur 3
Gambar 2).
6
3. Pada saat yang bersamaan dengan 2 di atas, Ketua Komite Medik
membuat disposisi kepada Bagian Rekam Medik untuk klarifikasi data
48 kasus tersebut dengan Laporan Operasi Bulan Januari 2006
sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 4 dimana ada 59 kasus Kode
Operasi ICPM 5-741 dan 4 kasus Kode Operasi ICPM 5-749. (Alur 2
Gambar 2).
Sebagai catatan Unit Coding Panitia Casemix dan Bagian Rekam Medik
RS Fatmawati mulai menggunakan kodefikasi prosedur tindakan ICD 9
CM terhitung bulan Maret 2006, sebelumnya masih menggunakan
kodefikasi operasi ICPM.
Secara rutin setiap bulan SMF Kebidanan dan Kandungan memberikan laporan
tertulis kepada Ketua Komite Medik mengenai kinerja dari seluruh kegiatan
yang dilakukan sebagaimana contoh dapat dilihat dalam Gambar 6.
7
b
Gambar 3. Data 10 Besar Jenis Penyakit Rawat Inap dengan ICD 10, Jumlah
Pasien dan Jumlah Hari Rawat untuk bulan Januari dan Februari 2006.
8
Gambar 4. Kode Operasi ICPM di SMF Kebidanan dan Kandungan Januari dan
Februari 2006.
9
Gambar 5. Kode Tindakan ICD 9 CM di SMF Kebidanan dan Kandungan bulan
Maret 2006.
10
Gambar 6. Laporan Kegiatan SMF Kebidanan dan Kandungan Maret 2006.
11
Kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM dalam Clinical Pathways Komite Medik
RS Fatmawati
12
Gambar 8. Contoh Format Clinical Pathways SMF Penyakit Dalam untuk Gagal
Ginjal Kronik.
13
Gambar 9. Contoh Format Clinical Pathways SMF Bedah Orthopedik untuk
Fraktur Tibia.
14
Gambar 10. Contoh Format Clinical Pathways SMF Bedah untuk Tumor
Rektum.
15
Gambar 11. Contoh Format Clinical Pathways SMF Kebidanan dan Kandungan.
16
Untuk memprioritaskan judul/topik Clinical Pathways yang dibuat di seluruh
SMF dapat dimanfaatkan informasi dari data dalam Gambar 3 di atas,
disamping itu juga dapat dihitung rencana lama hari rawat rerata (means
±SD; means ± SE dan 95% CI) dan varians lama rawat setiap kasus
berdasarkan kodefikasi ICD 10 dari Laporan Bulanan 10 penyakit terbesar
SMF sebagaimana contoh Gambar 12 sampai 15 berikut.
17
Gambar 13. Kodefikasi ICD 10 untuk 10 Penyakit di SMF Bedah untuk bulan
Januari dan Februari 2006.
18
Gambar 14. Kodefikasi ICD 10 untuk 10 Penyakit di SMF Bedah Saraf untuk
bulan Januari dan Februari 2006.
19
Gambar 15. Kodefikasi ICD 10 untuk 10 Penyakit di SMF Bedah (Plastik)
untuk bulan Januari dan Februari 2006.
20
Untuk mempermudah setiap SMF dalam pembuatan Clinical Pathways SMF
untuk kodefikasi diagnosis ICD 10 dan tindakan prosedur ICD 9 CM dapat
merujuk kepada data 10 penyakit terbesar di setiap SMF dan laporan bulanan
tindakan operasi yang paling sering, sehingga SMF tersebut lebih mudah dan
waktu relatif singkat menyusun kodefikasi diagnosis dan prosedur tindakan
dalam Clinical Pathways masing masing sebagaimana contoh dalam Gambar 16
dan 17 berikut.
Gambar 16. Contoh Kodefikasi Tindakan ICD 9 CM untuk SMF Mata bulan
Maret 2006.
21
Gambar 17. Contoh Kodefikasi Tindakan ICD 9 CM untuk SMF Mata bulan
Maret 2006.
22
Kodefikasi ICD dalam Proses Audit Medik
Sebaliknya Tim Tim Komite Medik dan 20 SMF dapat memberikan masukan
kepada Ketua Komite Medik untuk dapat diselenggarakan audit medis
berdasarkan data dari Mortalitas dan Morbiditas dari masing masing SMF
st
dan telah melakukan audit medis tingkat pertama (1 Party Medical Audit) –
pendekatan atau cara ‘ bottom up approach’.
Bila ada hal yang menyangkut medical errors jenis aktif, Ketua Komite Medik
akan menugaskan Tim Etik dan Mutu Profesi untuk melakukan audit.
Sedangkan jika medical errors jenis aktif tersebut menyangkut hal etik
kedokteran, maka Ketua Komite Medik akan menugaskan Tim Etik dan Mutu
Profesi serta Tim Kredensial untuk mempersiapkan Sidang Etik Komite
Medik.
Apabila medical errors tersebut jenis laten, maka Ketua Komite medik akan
mengimplementasikan risiko manajemen klinis sesuai Pedoman Manajemen
Risiko Klinis dan Keselamatan Pasien Komite Medik (Clinical Risks
Management and Patient Safety) .
23
surveilans tersebut untuk merevisi Standar Formularium Rumah Sakit
tentang kebijakan penggunanan antibiotik sesuai hasil pola kuman dan
sensitifitas serta resistensinya. (Gambar 19 a sampai 19 h).
Gambar 18. Data 10 Besar Sebab Kematian Pasien Rawat Inap untuk bulan
Januari dan Februari 2006.
24
Gambar 19 a. Hasil Surveilans: Persentase kuman di RS Fatmawati untuk
tahun 2005.
25
Gambar 19 c. Hasil Surveilans: Resistensi dan Sensitifitas kuman Gram
positif di RS Fatmawati untuk Bulan Januari sampai Juni 2005.
26
Gambar 19 e. Hasil Surveilans: Persentase kuman Gram negatif di RS
Fatmawati untuk tahun 2005.
27
Gambar 19 g. Hasil Surveilans: Resistensi dan Sensitifitas kuman Gram
negatif di RS Fatmawati untuk Bulan Juli sampai Desember 2005.
28
Ketidak Lengkapan Rekam Medik
Setiap bulan secara rutin Bagian Rekam Medik mengirimkan laporan tertulis
kepada Ketua Komite Medik mengenai adanya ketidak lengkapan rekam medik
baik tingkat SMF, ruang rawat inap maupun individu dokter (Gambar 20 dan
22). Ketua Komite Medik akan menugaskan Tim Rekam Medik Komite Medik
untuk melakukan penyisiran dan pemilahan serta pengkajian akan format
materi Rekam Medik dari segi struktur tingkat kesulitan pengisian, dan bila
perlu dapat mengusulkan perubahan format sesuai prosedur.
Gambar 20. Laporan Ketidak lengkapan Rekam Medik bulan Maret 2006.
29
Gambar 21. Hasil Evaluasi Ketidak lengkapan rekam Medik bulan Maret 2006
30
Gambar 21a. Pengembalian berkas Rekam Medik setiap SMF bulan Maret
2006
31
Gambar 21b. Pengembalian berkas Rekam Medik setiap SMF bulan Maret
2006
32
Gambar 22a. Daftar nama dokter yang harus melengkapi Rekam Medik bulan
Maret 2006
33
Gambar 22b. Daftar nama dokter yang harus melengkapi Rekam Medik bulan
Maret 2006
34
Gambar 22c. Contoh Rekapitulasi Kinerja setiap dokter di RS Fatmawati di
Ruang Rawat Inap untuk triwulan I (Januari s/d Maret) tahun 2006.
35
Penutup
Berbagai data yang masuk secara rutin ke Komite Medik sedapat mungkin
diolah dan dianalisis serta diupayakan dapat ‘berbunyi’ untuk tindak lanjut dan
monitoring dalam rangka partipasi aktif profesi medis melalui Komite Medik
RS Fatmawati serta memberdayakan ( empowering and guiding) profesi medis
baik secara individu maupun kerja sama dalam Tim Tim Komite Medik dan
SMF sebagaimana telah disampaikan di atas untuk memperkuat Sistem
Komite Medik dan SMF dalam upaya mempertahanakan dan meningkatan mutu
profesi dalam Sistem Clinical Governance dan untuk mensukseskan
implementasi Sistem Casemix di RS Fatmawati.
Trying to do learn and doing it rights at the first very beginning is far
better than sitting and talking only…..not worth it. Quality is a different
thing to different people based on their beliefs and norms. Therefore
quality of professionalism is a never ending journey………………………………..
36