Professional Documents
Culture Documents
E H
LABORATORIUM FARMASETIKA JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2011
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari sering kita menggunakan minyak dan air dalam hal pencampuran. Contoh kecilnya dapat kita lihat pada saat memasak. Sering kali kita mencampur minyak dan air dalam suatu masakan. Pencampuran air dan minyak juga sering kita dapati dalam kebutuhan kita sehari-hari yaitu berupa sabun cair, shampoo, hand and body dan lain sebagainya yang berbentuk pencampuaran air dan minyak yang dikenal dalam bidang farmasi yaitu Emulsi. Emulsi sangat bermanfaat dalam bidang farmasi karena memiliki beberapa keuntungan, satu diantaranya yaitu dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari minyak. Selain itu, dapat digunakan sebagai obat luar misalnya untuk kulit atau bahan kosmetik maupun untuk penggunaan oral Sistem emulsi dijumpai banyak penggunaannya dalam farmasi. Dibedakan antara emulsi cairan, yang ditentukan untuk kebutuhan dalam (emulsi minyak ikan, emulsi paraffin) dan emulsi untuk penggunaan luar yaitu emulsi kental (dalam peraturannya dari jenis M/A), juga sediaan obat seperti salep dan krim dapat menggambarkan suatu emulsi. Emulsi sebagai suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling bercampur. Bagi ahli teknologi pengembangan produk, adalah lebih bermanfaat untuk menganggap emulsi sebagai campuran dua cairan yang tidak saling bercampur. Bagi ahli teknologi pengembangan produk adalah lebih bermanfaat untuk menganggap emulsi sebagai
campuran dua cairan yang tidak saling bercampur, yang menunjukkan suatu shellife yang dapat diterima, mendekati temperature kamar.
I. 2. Maksud dan tujuan I. 2. 1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami segala hal yang berhubungan dalam pembuatan emulsi.
I. 2. 2. Tujuan Percobaan
dalam pembuatan emulsi 3. Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan 4. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1. Teori Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil (3). Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal. Emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (minyak dalam air), adalah emulsi
yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal (4).
2. Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau A/M (air dalam minyak),adalah
emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal (4). Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerjanya adalah
menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya. (1) Emulgator tersebut dikelompokkan menjadi : 1. Anionik 2. Kationik 3. Nonionik
4. Amfoter
: sabun alkali, Na-lauril sulfat : senyawa ammonium kuartener : tween dan span : protein, lesitin (4).
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil karena adanya energi bebas permukaan yang besar. Hal ini terjadi karena pada proses pembuatannya, luas permukaan salah satu fasa akan bertambah berkali-kali lipat. Sistem tersebut,akan selalu berusaha untuk memantapkan diri agar energi bebas bisa menjadi nol yaitu dengan cara penggabungan globul. Berdasarkan hal tersebut diatas dikenal beberapa fenomena emulsi yaitu : a. Flokulasi dan creaming Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energi bebas permukaan saja. Flokulasi adalah terjadinya kelompokkelompok globul yang letaknya tidak beraturan didalam suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbedabeda didalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat akan berada disebelah atas atau disebelah bawah tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi (6).
b. Koalesensi dan Demulsifikasi Fenomena ini terjadi bukan semata-mata karena energi bebas permukaan tapi juga karena tidak semua globul terpisah oleh film antar permukaan. Koalesensi adalah terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi adalah merupakan proses lebih lanjut dari pada koalesen dimana kedua fasa, terpisah kembali menjadi dua cairan yang tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki kembali dengan pengocokan (6).
c. Infers fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o
secara tiba-tiba atau sebaliknya. Sifatnya irreversible (4). II. 2. Uraian Bahan II. 2. 1. Ekstrak kering ikan gabus Nama Latin Nama lain : Ophiopcephalus strectum : Common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped snakehead dan juga aruan. Pemerian Kegunaan : warna kecoklatan, bersifat higroskopis, berbau amis. : mengobati luka bakar atau luka pasca operasi.
II. 2. 2. Lanolin anhidrat (3, 5) Nama Latin Nama Kimia : Adeps lanae : Anhydrous lanolin
Sinonim
: Adeps lanae; cera lanae; E913; lanolina; lanolin; Protalan anhydrous; purified lanolin; refined wool fat.
Kelarutan
: Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang 2 kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter, dan dalam kloroform.
Kelarutan
: Lanolin anhidrat tidak larut dalam air tapi dapat larut dalam air dengan jumlah dua kali berat lanolin, sedikit larut dalam etanol (95%) dingin, lebih larut dalam etanol (95%) panas dan sangat larut dalam eter, benzene, dan kloroform.
Kegunaan
: Selain digunakan dalam formulasi topical dan kosmetik, dapat sebagai basis salep, juga sebagai emulsifying agent.
Penyimpanan
: 1-Heksadekanol [124-29-8;36653-82-4] : Alcohol cetylicus; Avol; Cachalot; : 242,44 : Serpihan putih licin, graul, atau kubus putih, bau khas lemah, rasa lemah
Kelarutan
dan
dalam eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu. Bobot Jenis : 0.908 g/cm3; 0.805-0.815 g/cm3 for Speziol C16 Pharma. Rumus Kimia Rumus Struktur : C16H34O CH3(CH2)14CH2OH :
HLB Butuh
II. 2. 4 Asam Stearat (5)
: 15
Nama Latin
: Stearic acid
Nama Kimia
: asam oktadekanoat
: Acidum stearicum; cetylacetic acid; Crodacid; : 284.47 : Asam keras, putih atau kuning samar-samar
putih putih atau kekuningan.Ini memiliki sedikit bau (ambang batas bau dengan 20 ppm) dan rasa menyarankan lemak. Kelarutan : Larut 1 dalam 5 benzena bagian, 1 dari 6 karbon bagian tetraklorida, 1 dalam 2 bagian, kloroform 1 dalam 15 bagian etanol, 1 di 3 eter bagian; praktis tidak larut dalam air. Bobot Jenis : 0.847 g/cm3 at 70oC
Rumus Molekul : C18H36O2 Rumus Struktur : Kegunaan : Bahan pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet. Penyimpanan HLB butuh
II. 2. 5 Tween 80 (5)
: Polysorbatum 80 : Polisorbat 80, tween : Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P dalam etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan dalam biji kapas P
Kegunaan Penyimpanan HLB Butuh II. 2. 6 Span 80 (5) Nama resmi Nama lain Sinonim
: Sorbitan monooleat : Sorbitan atau span 80 : Sorbitan Laurate; Sorbitan Oleate; Sorbitan
Palmitate; Sorbitan Stearate; Sorbitan Trioleate; Sorbitan Sesquioleate Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau karakteristik dari asam lemak. Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan dapat bercampur dengan alkohol sedikit larut dalam minyak biji kapas. Bobot Jenis : 1,01
Kegunaan Penyimpanan HLB Butuh II. 2. 7 Parafin cair (3) Nama resmi Nama lain Sinonim Pemerian
: Sebagai emulgator dalam fase minyak. : Dalam wadah tertutup rapat : 4,3
: Parafin cair : Paraffinum : Paraffinum durum; paraffinum solidum : Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak berwarna atau putih, tidak berbau, tidak berasa, agak berminyak. Mineral yang sangat sangat halus putih
Kelarutan
: Tidak larut dalam air dan dalam etanol; mudah larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak
menguap, dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat; sukar larut dalam etanol mutlak. Bobot Jenis Kegunaan Penyimpanan : 0.840.89 g/cm3 at 20oC : Digunakan dalam kosmetik untuk tujuan medis. : Dalam wadah tertutup rapat.
HLB Butuh
: 12
II. 2. 8 Isopropil myristat (5) Nama Latin Nama Kimia Sinonim : Isopropyl Myristate : 1-Methylethyl tetradecanoate : Estol IPM; HallStar IPM-NF; isopropyl ester of myristic acid; Isopropylmyristat; Berat Molekul Pemerian : 270.5 : Jelas tidak berwarna, cairan tak berbau praktis dari viskositas rendah yang mengental pada sekitar 58C. Ini terdiri dari ester dari propan-2-ol dan jenuh asam lemak berat molekul tinggi, terutama asam miristat. Kelarutan : Larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), etil asetat, lemak, alkohol lemak, minyak tetap,
hidrokarbon cair, toluena, dan lilin. Larut malam banyak, kolesterol, atau lanolin. Praktis tidak larut dalam gliserin, glikol, dan air. Rumus Molekul : C47H34O2 Rumus Struktur :
HLB Butuh
: 11,5
II. 2. 9 Metil paraben (3, 5) Nama Latin Nama Kimia Sinonim : Methyls Parabenum : Metil p-hidroksibenzoat : Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; metagin; Methyl Chemosept; methylis parahydroxybenzoas; methyl p-
hydroxybenzoate; Methyl Parasept; Nipagin M; Solbro M; Tegosept M; Uniphen P-23. Berat Molekul Pemerian : 152,15 : Hablur kecil, tidak berwarn atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar. Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dandalam eter. Bobot jenis : 1.352 g/cm3
Kegunaan
Penyimpanan
II. 2. 10 Propil paraben (3, 5) Nama latin Nama Kimia Sinonim : Propylis Parabenum : Propil p-hidroksibenzoat : Aseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid propy ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Berat Molekul Pemerian Kelarutan : 180,20 : Serbuk putih atau hablur kecil, todak berwarna : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih Bobot Jenis : 1.288 g/cm3
Kegunaan Penyimpanan
: Bahan baku kimia pengawet kosmetik : Simpan pada tempat yang tertutup rapat, sejuk, dan kering.
II. 2. 11 -tokoferol (3, 5) Nama resmi Nama lain Sinonim : Alfa-tocoferolp : Vitamin E : Copherol F1300; (_)-3,4-dihydro-2,5,7,8trimethyltridecyl)-2H-1RRR-a-tocopherolum;
tetramethyl-2-(4,8,12benzopyran-6-ol; E307;
synthetic alpha tocopherol; all-rac-a-tocopherol; dla-tocopherol; 5,7,8-trimethyltocol. Berat Molekul Pemerian Kelarutan : 430,72 : berbentuk cairan seperti minyak : Alfa Tokoferol asam suksinat tidak larut dalam air;sukar larut dalam larutan alkali;larut dalam etanol,dalam aseton dan dalam minyak nabati; sangat mudah larut dalam kloroform.Bentuk vitamin E lain tidak larut dalam air;larut dalam etanol;dapat bercampur dengan eter,dengan aseton,dengan
minyak nabati dan dengan kloroform. Rumus Molekul : (_)-(2RS,40RS,80RS)-2,5,7,8-Tetramethyl-2(40,80,120-trimethyltridecyl)-6-chromanol Rumus Struktur :
Kegunaan
: Antioksidan
Penyimpanan HLB Butuh II. 2 .12 Aquadest (2) Nama latin R. molekul Pemerian
: Aqua destilata : H2O : jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Kegunaan Penyimpanan
BAB III METODE KERJA III.1. Alat dan Bahan III. 1. 1 Alat Batang pengaduk Botol Vial Cawan penguap Gelas kimia 100 ml Gelas ukur 10 ml Kaca Arloji Kertas Perkamen Mixer Pipet Tetes Sendok tanduk
Stopwatch Timbangan Neraca Analitik Tissue rol Water Bath III.1. 2 Bahan
Air Asam stearat Ekstrak kering ikan gabus Isopropyl myristat Lanolin anhidrat Metil paraben Propil paraben Setil alcohol Span 80 Tween 80
.tokoferol ( vit E )
2. Di hitung jumlah Tween dan Span yang dibutuhkan untuk masingmasing harga HLB butuh. 3. Ditimbang semua formula fase minyak , di mulai dari yang memiliki titik lebur yang tinggi. Kemudian di timbang fase cairnya juga. 4. Ditimbang asam stearat sebanyak 4 g, setil alkohol sebanyak 2 g, lanolin anhidrat sebanyak 2 g, parafin cair sebanyak 5 ml, span 80 sebanyak 0,5 g, isopropil miristat sebanyak 2 g, propil paraben sebanyak 50 mg. 5. Kemudian di lanjutkan dengan penimbangan fase cair. 6. Di timbang metil paraben sebanyak 100 mg, tween 80 sebanyak 2,6 g, ekstrak kering ikan gabus sebanyak 0,5 g. 7. Setelah semua bahan selesai di timbang, dilebur fase minyak menggunakan water bath.
8. Dilebur fase minyak yaitu asam stearat sebanyak 4 g, setil alkohol
sebanyak 2 g, lanolin anhidrat sebanyak 2 g, parafin cair sebanyak 5 ml, span 80 sebanyak 0,5 g, isopropil miristat sebanyak 2 g, propil paraben sebanyak 50 mg ke dalam cawan porselen sambil di aduk pada saat di masukkan setiap satu bahan ke dalam cawan porselen yang dipanaskan pada water batch sampai pada suhu 70oC.
9. Setelah lebur fase minyak, ditetesi -tokoferol (vit. E) sebanyak 3 tetes
aquadest dalam gelas kimia 100 ml sampai pada suhu 70oC dengan menggunakan water bath.
11. Jika suhu pelarut (aquadest) sudah pada 70 C, dilarutkan fase cair
yaitu metil paraben sebanyak 50 mg, tween 80 sebanyak 2,6 g, dan ekstrak kering ikan gabus sebanyak 0,5 g di dalam gelas kimia 100 ml kemudian di panaskan dengan menggunakan water bath.
12. Setelah mencapai suhu 70oC pemanasan dihentikan, dan fase
minyak diemulsikan ke dalam fase air sedikit, lalu dikocok menggunakan mixer selama 2 menit dan didiamkan selama 20 detik sebanyak 3 kali berturut-turut. 13. Emulsi dimasukkan ke dalam gelas ukur 10 ml. 14. Sebagian dari sisa emulsi yang tersisa di masukkan ke dalam botol vial sebanyak 5 ml kemudian ditetesi metilen blue untuk uji kestabilan emulsi. 15. Dilakukan pengamatan selama 5 hari. 16. Ditentukan kestabilan emulsi berdasarkan perubahan warna, perubahan volume dan pemisahan fase. III. 3. Resep R/ Eks kering Ikan Gabus Lanolin anhidrat Setil alkohol As. Stearat Tween 80 Span 80 Parafin cair Isopropil miristat 0.5% 2% 2% 4% 2% 2% 5% 2%
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1. Hasil Pengamatan Hari Ke HLB Volume (Ml) Tinggi Flokulasi (cm) 1 2 3 12.59 12.59 12.59 10 ml 10 ml 10 ml 5c dan 25c 5c dan 25c 5c dan 25c Suhu (T) Ket
4 5
12.59 12.59
10 ml 10 ml
IV. 2. Perhitungan Diketahui : B (HLB Butuh) Lanolin anhidrat As. Stearat Isopropil Myristat Parafin Cair Setil Alkohol A (gram) Lanolin anhidrat As. Stearat Isopropil Myristat Parafin Cair Setil Alkohol : 0.2 : 0.4 : 0.2 : 0.5 : 0.2 : 10 : 15 : 11.5 : 12 : 13
Fase Minyak
A (gram)
B (HLB Butuh)
AxB
Lanolin anhidrat Parafin cair As. Stearat Setil alkohol Isopropil miristat Total
10
20
1.33
5 4 2
12 15 13
60 60 26
4 4 1.73
11.5
23
1.59
15
12.59
Fase O/w HLB butuh Tween 80 HLB butuh span 80 Tween 80 : 15 12.59 = 15 = 4.3 8.29
Span 80 Tween 80
Span 80
2.41 10.7
x 2% x 100 ml = 0.45 g
IV. 3. Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan percobaan Emulsifikasi. Tipe emulsi yang digunakan pada praktikum ini adalah tipe emulsi o/w. Dimana Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (minyak dalam air), adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal. Pertama-tama yang dilakukan dalam pembuatan emulsi yaitu menghitung jumlah HLB Butuh surfaktan golongan nonionik yaitu tween 80 dan span 80. Kemudian dilanjutkan dengan menimbang semua formula menggunakan neraca analitik. Setelah semua bahan selesai ditimbang, formula yang termasuk dalam fase minyak dileburkan terlebih dahulu menggunakan waterbath, yaitu dimulai dengan meleburkan bahan yang memiliki titik lebur yang lebih tinggi. Jika semua fase minyak telah lebur, terakhir ditambahkan tokoferol sebanyak 3 tetes. Tujuan ditambahkannya tokoferol (vit. E) karena tokoferol bersifat antioxidant yang dapat menghilangkan bau ekstrak kering ikan gabus
Pada waktu yang bersamaan fase air dilarutkan dalam aquades yang telah dipanaskan yang dicukupkan sampai 100 ml, sambil diaduk-aduk. Apabila semua bahan telah larut pada fase-fase tersebut, kemudian fase minyak ditambahkan ke dalam fase air, dan dikocok menggunakan mixer selama 2 menit kemudian didiamkan selama 20 detik, dan diulang sebanyak 3 kali. Tujuan dilakukannya pengocokan, untuk memberikan kesempatan kepada minyak untuk terdispersi kedalam air dengan baik serta emulgator dapat membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi agar membentuk emulsi yang stabil. Setelah dilakukan pengocokkan, krim yang terbentuk dimasukkan kedalam gelas ukur 10 ml dan sebagiannya lagi dimasukkan kedalam vial. Pada vial, ditetesi metilen biru sebanyak 3 tetes, untuk uji ketidakstabilan emulsi. Ditambahkannya larutan metilen biru, karena dapat memberikan warna biru pada emulsi tipe o/w, karena metilen biru larut dalam air. Selain metilen biru, metilen merah dan amaranth juga dapat digunakan untuk emulsi o/w karena memberikan warna merah (4). Setelah itu, emulsi di simpan dalam lemari pendingin selama 12 jam dan dikeluarkan kembali disimpan dalam suhu kamar selama 12 jam juga, dan itu dinamakan siklus pertama. Begitupun seterusnya sampai pada siklus lima, selama lima hari berturut-turut. Setelah melewati lima siklus tersebut, ternyata emulsi tidak mengalami perubahan apapun, ataupun mengalami ketidakstabilan emulsi, seperti flokulasi dan creaming, koalesensi dan demulsifikasi, dan inversi fase. Dimana, Flokulasi dan creaming adalah fenomena ketidakstabilan emulsi yang terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energi
bebas permukaan saja. Flokulasi adalah terjadinya kelompok-kelompok globul yang letaknya tidak beraturan didalam suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda didalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat akan berada disebelah atas atau atau disebelah bawah tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi (6). Sedangkan hasil dari pengamatan yang dilakukan selama 5 hari berturut-turut tersebut, krim ikan gabus tidak mengalami penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energi bebas permukaan, seperti yang telah dijelaskan. Dan pada Koalesensi dan Demulsifikasi adalah Fenomena yang terjadi bukan semata-mata karena energi bebas permukaan tapi juga karena tidak semua globul terpisah oleh film antar permukaan. Koalesensi adalah terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan Demulsifikasi adalah merupakan proses lebih lanjut dari pada koalesen dimana kedua fasa, terpisah kembali menjadi dua cairan yang tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki kembali dengan pengocokan (6). Dan hasil pengamatannya pun tidak mengalami Koalesensi dan Demulsifikasi, yaitu adanya penggabungan globul-globul yang menjadi besar maupun pemisahan fase. Serta krim yang terbentuk tersebut tidak mengalami Inversi fase, dimana infers fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tibatiba atau sebaliknya. Sifatnya irreversible (4). Jadi, dari hasil pengamatan yang didapat, dihasilkan adalah emulsi tipe o/w ( minyak dalam air).
BAB V PENUTUP
V. 1. Kesimpulan 1. Pada percobaan ini diperoleh emulsi tipe M/A karena memiliki nilai
HLB butuh lebih dari 8 yaitu HLB 12,59 2. Jumlah HLB yang diperoleh dari hasil perhitungan, adalah HLB butuh surfaktan nonionik yaitu tween 80 adalah 1,54 g dan span 80 adalah 0,45 g.
digunakan dalam praktikum harus diatur dan disusun sesuai alfabetis agar praktikan tidak akan bingung dalam mencari bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Sebaiknya ditambah persediaan alat-alat laboratorium seperti timbangan
analitik agar praktikum yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan tidak memerlukan waktu lama karena saling bergantian alat diantara praktikan.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Press:Jakarta
2. DITJEN POM.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat Jenderal
Pengawasan
Obat
dan
Makanan
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia:Jakarta
3. DITJEN POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jenderal
Pengawasan
Obat
dan
Makanan
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia:Jakarta
4. Syamsuni, H. A. 2005. Ilmu Resep cetakan 1. Penerbit Buku Kedokteran.
EGC:Jakarta
5. Rowe, R. C, J. Sheskey, Paul.E Quinn, Marian.2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients Six The Edition. Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association:American
6. Tungadi, R. 2011. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Negeri
Gorontalo:Gorontalo.