You are on page 1of 6

PENGAMATAN ASTRONOMIS

1. 1. PENDAHULUAN Astronomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari benda-benda langit , ciri-cirinya , asal-usul dan evolusinya. Sampai beberapa puluh tahun yang lalu ilmu astronomi merupakan suatu bidang Ilmu Pengetahuan yang masih seluruhnya dicirikan oleh metode eksperimental yang berupa pengamatan belaka. Hal ini yang membedakan astronom dengan ahli di bidang pengetahuan lainnya; astronom tidak dapat menyentuh benda yang diamati, mereka tidak mungkin melakukan eksperimen atau mempengaruhi variable-variabel dari obyek yang diteliti karena letaknya yang sangat jauh. Astronom hanya mengandalkan informasi-informasi terutama pancaran cahaya yang datang dari luar angkasa. Dan dari pancaran tersebut terkandung informasi tentang benda yang memancarkan, juga tentang medium yang dilaluinya. Tinggal tergantung dari kemampuan kita seberapa jauh dapat menggali dan menafsirkan pesan dari langit tersebut. Untuk menguraikan pesan tersebut dibutuhkan metode-metode dan peralatan yang canggih, dan hasilnya mengagumkan. Dari banyak bintang yang teramati telah diketahui besarnya, jaraknya terhadap bumi, suhunya, massanya serta proses penghasilan energinya. Juga telah ditemukan pola galaksigalaksi. Dari data-data tersebut astronom menyusun teori-teori tentang lahir dan matinya bintang-bintang, tata surya kita dan alam semesta seluruhnya. Karena kecepatan cahaya yang terbatas, maka dalam astronomi yang kita amati pada suatu saat adalah sesuatu yang terjadi pada masa yang lalu. Misalnya cahaya matahari memerlukan waktu sekitar 8 menit lebih untuk sampai ke permukaan bumi sejak dipancarkan; jika suatu malam kita melihat saturnus, itu adalah saturnus 1,5 jam yang lalu, karena waktu yang diperlukan cahaya untuk menempuh jarak dari saturnus sampai ke bumi 1,5 jam. Semakin jauh suatu benda langit dari bumi, semakin lama cahaya / GEM yang dipancarkannya akan sampai ke permukaan bumi. Dengan demikian jika kita mengamati sebuah benda langit / peristiwa yang sangat jauh , maka sebenarnya kita mengamatinya jauh dalam sejarah alam semesta. Jadi dalam astronomi sama sekali tidak mungkin untuk mengetahui bagaimana keadaan alam semesta sekarang ini, itu di luar horizon pengamatan kita. Seperti Quasar 3C273 yaitu benda langit yang sangat jauh (jaraknya 1,5 milyard tahun cahaya dari bumi), gelombang radio yang kita terima darinya adalah gelombang yang telah dipancarkannya 1,5 milyard tahun yang lalu. Jadi kita langsung mengalami kopling ruang-waktu. Saat ini diseluruh penjuru alam semesta diamati adanya spectrum gelombang dalam orde cm, ini diyakini oleh astronom sekarang sebagai sisa Letusan Besar (Big Bang) yang merupakan asal mula pembentukan alam semesta ini.

1.2. PENGAMATAN ASTRONOMI

Jika kita mengamati langit malam di tempat yang jauh dari terangnya cahaya kota, kita akan melihat beberapa ribu bintang dengan mata telanjang. Namun jika kita melihat ke langit dengan teleskop berdiameter 10 cm saja jumlah bintang yang kita amati bisa mencapai 2 juta bintang. Sedangkan jika kita menggunakan teleskop raksasa berdiameter 5 m yang terdapat di Mount Palomar, maka jumlah bintang yang dapat teramati ditaksir lebih dari satu milyard. Sejak berabad-abad yang telah silam orang hanya mempelajari alam semesta dari cahaya yang diterimanya dari langit. Dari pengamatan-pengamatan tersebut dapat diketahui aneka gerak dari benda-benda langit. Perubahan kedudukan benda langit ini tidak terjadi secara acak namun berpola dan berirama teratur, hal ini membangkitkan minat orang untuk mengamatinya secara teratur. Karena irama dan pola yang tetap tersebut, orang dapat meramalkan kapan suatu peristiwa di langit akan berulang kembali, seperti kapan suatu gerhana akan terjadi, kapan komet Halley akan muncul kembali, dll. Berdasarkan kedudukan benda langit pulalah orang mengembangkan sistem penanggalan. Dengan berkembangnya rasa ingin tahu manusia dan ditunjang dengan berkembangnya ilmu pengetahuan , terutama fisika dan matematika , orang berusaha mengetahui hakekat fisis dari benda-benda langit tersebut. Dan berkembanglah ASTROFISIKA atau fisika bintang, yang merupakan penerapan ilmu fisika pada alam semesta. Cahaya tampak sebenarnya hanya merupakan bagian kecil dari gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh benda-benda langit. Ada beberapa hal yang dapat dipelajari dari pengamatan pancaran elektromagnet ini, yaitu : 1. Arah pancaran. Dari pengamatan ini dapat diamati letak dan gerak benda langit yang memancarkannya. 2. Kuantitas pancaran. Yang diukur dalam hal ini adalah intensitas/kuatnya dan kecerahan pancarannya, 3. Kualitas pancaran. Dalam hal ini dipelajari warna, spektrum dan juga sifat polarisasinya. Namun dari seluruh spectrum gelombang elektromagnetik yang dipancarkan tersebut hanya sebagian kecil saja yang dapat kita terima dari permukaan bumi, karena atmosfir bumi kita akan memantulkan dan menyerap sebagian besar dari spectrum tersebut. Gambar 1.1 menunjukkan spectrum gelombang elektromagnetik dan daerah panjang gelombang yang dapat menembus atmosfir bumi kita. Nampak bahwa pancaran yang dapat menembus atmosfer bumi hanya dua daerah panjang gelombang, yaitu : daerah gelombang cahaya tampak yang disebut jendela optic, dan daerah gelombang radio, yang disebut jendela radio.

Untuk pengamatan cahaya tampak, para astronom menggunakan teleskop optik. Pengamatan teleskop optik untuk mengamati benda-benda langit pertama kali dilakukan oleh Galileo pada tahun 1610. Untuk mengamati pancaran radio kosmik orang menggunakan teleskop radio yang mulai dikembangkan sejak 1930 oleh Karl Jansky. Untuk mengatasi atau mengurangi serapan gelombang elektromagnetik oleh atmosfer pada bidang spectrum yang lain , misalkan daerah spectrum inframerah jauh , ultra ungu, sinar X astronom telah menggunakan tempat pengamatan tinggi baik di dalam maupun diluar atmosfer, yaitu dengan : balon udara pesawat yang diterbangkan sangat tinggi satelit luar atmosfer

Gambar 1.2 Pengamatan Astronomis

Selain dari gelombang elektromagnetik, informasi-informasi lain yang kita terima dari luar angkasa antara lain :

partikel-partikel kosmik yang berenergi tinggi ( radiasi pengionisasi ) yang sebagian besar berasal dari matahari ( khususnya proton) meteorit, neutrino ( partikel yang sangat kecil & netral hampir tidak berinteraksi dengan materi biasa ), pancaran gelombang grafitasi, dll. Informasi dan cara mempelajari : Alat-alat yang digunakan untuk mempelajari informasi dari luar : o Teropong optik ( teropong bias dan teropong pantul ) + detektor radiasi, fotoemulsi, fotometer, spektrograf,dll o Teropong radio, o Teropong-teropong dalam daerah GEM lainnya yang ditempatkan pada daerah yang tinggi / menggunakan pesawat Susunan dan prinsip kerja dari teropong bias dan teropong pantul sederhana :

fob fok

fob fok

Beberapa persamaan yang digunakan, misal : o Jarak antar lensa : d = fob + fok

o Perbesaran sudut yang dihasilkan o Sudut pemisah optik : =1 ,22 D

M=

fob fok

Kelebihan teropong pantul dibandingkan teropong bias : o Untuk diameter obyektif yang sama teropong pantul lebih baik dalm mengumpulkan cahaya dibandingkan teropong bias, karena pada teropong bias tidak semua cahaya yang datang akan diteruskan namun sebagian akan dipantulkan o Lebih ringan sehingga lebih mudah dalam pemasangannya dan dapat dibuat lebih besar sehingga daya pisah optisnya lebih baik & dapat lebih banyak mengumpulkan cahaya. o Lebih murah. o Tidak terjadi abrasi kromatis. Sekarang ini telah mungkin dan telah dilakukan penelitian-penelitian ruang angkasa dan juga terhadap beberapa planet dalam tata surya kita, dengan telah diluncurkannya pesawat-pesawat luar angkasa, labolatorium luar angkasa, pesawat ulang-alik. Dan perkembangan astronomi makin pesat setelah diluncurkannya teropong Hubble ke luar angkasa. 1.3. TEROPONG HUBBLE.

Teleskop Antariksa Hubble (Hubble Space Telescope), adalah nama yang diberikan untuk sebuah teleskop antariksa yang dioperasikan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA. Nama "Hubble" diberikan kepada wahana ini sebagai penghormatan terhadap astronom Edwin Hubble. Teleskop ini diluncurkan dari pesawat ulang alik Discovery pada tanggal 15 April 1990 Hubble tergolong satelit orbit rendah (Low Earth Orbiting, LEO). Ia mengorbit pada ketinggian 600 km di atas permukaan bumi. Daerah orbit yang ditempati oleh Hubble terletak pada lapisan thermosfer atau lapisan atmosfir bagian luar. Di daerah ini, gas-gas yang membentuk atmosfir masih ada walaupun sangat tipis. Dalam ketinggian tersebut, Hubble dapat mengorbit Bumi rata-rata sekali setiap 97 menit pada kecepatan sekitar 27.200 km/jam dengan garis edar condong ke arah katulistiwa dengan sudut 28,5. Secara fisik, Hubble berbentuk sebuah silinder alumunium selebar 4,3 m dengan panjang 13 m dengan dua buah panel surya sepanjang 12 meter yang terpasang pada masing-masing sisinya sebagai sumber tenaga. Panel surya pada Hubble didesain untuk dapat berputar sedemikian rupa sehingga kemanapun teleskop tersebut mengarah, panel tersebut dapat terus menerima sinar matahari secara penuh. Cermin sekunder pada Hubble dipasang pada fokus cermin utama yang berdiameter 2,35 m (8 kaki) memantulkan cahaya pada lima buah instrumen yang berada di Hubble. Masing-masing instrumen dipasang pada tempat yang terpisah, dengan instrumen-instrumen tersebut dapat dipindah-pindah sesuai dengan kebutuhan. Sebuah kamera dengan bidang pandang sempit yang dibuat oleh European Space Agency (ESA) digunakan untuk keperluan pengamatan visual maupun pengamatan terhadap pancaran sinar ultra violet dan inframerah (near-infrared) dari spektrum suatu objek. Kamera lainnya memiliki bidang pandang 40 kali lebih lebar, namun dengan resolusi yang lebih rendah. Juga tersedia Fotometer dan Spektograf yang mampu mengamati objek redup dengan resolusi tinggi. Kamera yang terpasang pada Hubble tidak menggunakan film sebagaimana kamera konvensional, tetapi menggunakan CCD (Chart Coupled Device) yang bekerja dengan mengumpulkan cahaya pada detektor elektronik, mirip seperti prinsip kerja kamera digital. Spektograf memisahkan cahaya bintang menjadi warna-warna tertentu, sama seperti prisma yang menguraikan sinar matahari menjadi warna-warni pelangi. Dengan menganalisis warna hasil penguraian oleh spektograf, para astronom dapat memperkirakan temperatur, pergerakan, komposisi maupun usia sebuah bintang. Observasi oleh Hubble dalam sehari menghasilkan data yang sama besarnya dengan sebuah ensiklopedia! Selama ini, pengamatan berbasis di Bumi, walaupun dilakukan dari puncak gunung tertinggi, selalu terhambat oleh lapisan atmosfer Bumi. Belum lagi masalah polusi cahaya oleh lampu di perkotaan yang saat ini menjadi masalah serius bagi sebagian besar observatorium. Penggunaan teleskop antariksa semacam Hubble dianggap merupakan jawaban terhadap persoalan semacam ini. Tanpa terganggu oleh awan dan debu atmosfer, pengamatan melalui teleskop Hubble dapat menembus jarak tujuh kali lebih jauh dan mendeteksi objek 50 kali lebih gelap dibandingkan dengan teleskop terbaik yang ada di Bumi saat ini. Hubble bahkan dapat menangkap citra benda-benda langit yang berjarak 15 milyar tahun cahaya dari Bumi. Pengamatan melalui teleskop Hubble diharapkan mampu membantu

para astronom dalam mendefinisikan kembali skala kosmos, laju pengembangan kosmos yang juga berarti umurnya, bahkan menyingkap rahasia "materi gelap" yang diyakini para astronom mengisi hampir 90% massa kosmos.

You might also like