You are on page 1of 21

Oleh : SITI NURHAYATI Kelas XII

Konstitusi di Indonesia yang berlaku sekarang adalah Undang-undang Dasar 1945. dalam sejarahnya, kita pernah menggunakan tiga macam konstitusi, yaitu :
a. UUD 1945, berlaku 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949

b. Konstitusi RIS (KRIS) 1949 berlaku 27 Desember 1949 sampai 15 Agustus 1950

c. Undang-undang Dasar Sementara (UUDs) 1950 berlaku 16 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959

d. UUD 1945 berlaku kembali sejak 5 Juli 1959 sampai sekarang

UUD 1945 sebagai konstitusi negara Republik Indonesia, sampai saat ini telah mengalami 4 kali amandemen (perubahan) yang terjadi pada era reformasi. Keempat amandemen tersebut adalah :

Amandemen pertama terjadi pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999

Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000

Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 Nopember 2001

Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002

Amandemen UUD 1945 dimaksudkan untuk merubah dan memperbaharui konstitusi negara Indonesia agar sesuai dengan prinsip-prinsip negara demokrasi. Dengan adanya amandemen UUD 1945, kita berharap konstitusi semakin baik dan lengkap serta menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan dan kehidupan kenegaraan yang demokratis

UUD 1945 sendiri perlu diamandemen karena ketentuanketentuan hukum yang ada didalamnya dianggap oleh banyak kalangan memiliki kekurangan atau kelemahan. Beberapa hal mengapa UUD 1945 perlu diamandemen adalah :
UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 hakikatnya bersifat sementara

Tidak adanya mekanisme Check and Balances Terlalu banyak atribut kewenangan
Adanya pasal-pasal yang bersifat multitafsir Terlalu percaya pada semangat orang atau penyelenggara negara

Langkah awal menuju perubahan UUD 1945 dilakukan oleh MPR dengan keluarnya Tap. MPR No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR 1983 tentang Referendum. Pertimbangan munculnya ketetapan tersebut adalah :
a. Bahwa ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum tidak sesuai dengan jiwa, semangat dan prinsip perwalian sebagaimana diamanatkan Undang-undang Dasar 1945

b. Bahwa Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang mengandung cita-cita luhur Proklamasi Kemerdekaan 1945 dan memuat Pancasila sebagai dasar negara, merupakan satu kesatuan dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan karena itu mengubah isi Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 berarti membubarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

Adapun isi UUD 1945 secara garis besar sebagai berikut :


a. Bab I tentang bentuk dan b. c. d. e. f. g. h. i. j.

kedaulatan Bab II tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat Bab III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara Bab V tentang Kementrian Negara Bab VI tentang Pemerintahan Daerah Bab VII tentang Dewan Perwakilan Rakyat Bab VIIA tentang Dewan Perwakilan Daerah Bab VIIB tentang Pemilihan Umum Bab VIII tentang Hal Keuangan Bab VIIIA tentang Badan Pemeriksa Keuangan

k. Bab IX tentang Kekuasaan

Kehakiman l. Bab IXA tentang Wilayah Negara m.Bab X tentang Warga Negara dan Penduduk n. Bab XA tentang Hak Asasi Manusia o. Bab XI tentang Agama p. Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara q. Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan r. Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial s. Bab XV tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan t. Bab XVI tentang Perubahan Undang-undang Dasar

Beberapa kategori dari arti amandemen, yaitu :


Membuat berarti menciptakan pasal baru Mengubah, berarti mengganti suatu pasal dengan pasal yang baru Mencakup, berarti menyatakan suatu pasal tidak berlaku tanpa mengganti pasal baru

Memberi interpretasi baru pada suatu pasal

Menyempurnakan, berarti menambah suatu subdiktum baru pada diktum suatu pasal

1)

2)

3)

4)

5)

Usul perubahan pasal-pasal Undang-undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya Untuk mengubah pasal-pasal Undang-undang Dasar, Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-undang Dasar dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan

Dalam praktik yang sudah berlaku, prosedur merubah UUD 1945 yang dilakukan oleh MPR adalah :
a.
b.

c.

d.

MPR menugaskan kepada Badan Pekerja MPR untuk mempersiapkan naskah rancangan perubahan UUD 1945 Rancangan perubahan yang telah disusun, dibawa ke rapat paripurna MPR oleh suatu Komisi MPR yang diberi tugas memusyawarahkan dan mengambil keputusan mengenai rancangan perubahan UUD 1945 Hasil rapat paripurna MPR mengenai rancangan perubahan UUD 1945 dibawa dan dibahas kembali oleh komisi yang bersangkutan. Hasil pembahasan ini akan disampaikan dalam Rapat Paripurna MPR MPR mengadakan Rapat Paripurna yang salah satu agendanya adalah mengambil putusan mengenai rancangan perubahan UUD 1945. Setelah diputuskan dan diterima maka rancangan tersebut dijadikan putusan MPR mengenai perubahan UUD 1945

Tingkat I

Pembahasan oleh pekerja majelis terhadap bahan-bahan yang masuk dan hasil dari pembahasan tersebut merupakan rancangan putusan majelis sebagai bahan pokok pembicaraan tingkat II

Tingkat II

Pembahasan oleh rapat paripurna majelis yang didahului oleh penjelasan pimpinan dan dilanjutkan pemandangan umum fraksi-fraksi

Pembahasan oleh komisi/ panitia ad hoc majelis terhadap semua hasil pembicaraan tingkat I dan II. Hasil pembahasan pada tingkat III ini merupakan rancangan putusan Tingkat III majelis

Pengambilan putusan oleh rapat paripurna majelis setelah mendengar laporan akhir dari pimpinan komisi atau panitia ad hoc majelis dan bilamana perlu dengan kata akhir dari Tingkat IV fraksi-fraksi

Di tengah proses pembahasan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Panitia Ad Hoc I menyusun kesepakatan dasar berkaitan dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesepakatan dasar itu terdiri atas lima butir, yaitu:

1.Tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

3. Mempertegas sistem pemerintahan presidensial;

4. Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukkan ke dalam pasalpasal (batang tubuh);

5. Melakukan perubahan dengan cara adendum.

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memuat dasar filosofis dan dasar normatif yang mendasari seluruh pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengandung staatsidee berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tujuan (haluan) negara serta dasar negara yang harus tetap dipertahankan.

Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didasari pertimbangan bahwa negara kesatuan adalah bentuk yang ditetapkan sejak awal berdirinya negara Indonesia dan dipandang paling tepat untuk mewadahi ide persatuan sebuah bangsa yang majemuk ditinjau dari berbagai latar belakang.

Kesepakatan dasar untuk mempertegas sistem pemerintahan presidensial bertujuan untuk memperkukuh sistem pemerintahan yang stabil dan demokratis yang dianut oleh negara Republik Indonesia dan pada tahun 1945telah dipilih oleh pendiri negara ini.

Kesepakatan dasar lainnya adalah memasukkan Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memuat hal-hal normatif ke dalam pasal-pasal (Ba-tang Tubuh). Peniadaan Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dimaksudkan untuk menghindarkan kesulitan dalam menentukan status Penjelasan dari sisi sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan. Selain itu, Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bukan produk Badan Penyelidik Usahausaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) karena kedua lembaga itu menyusun rancangan Pembukaan dan Batang Tubuh (pasal-pasal) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tanpa Penjelasan.

Putusan MPR terdiri dari 3 jenis, yaitu :

Keputusan MPR

Ketetapan MPR

Putusan mengenai perubahan UUD

Putusan MPR

Komisi Konstitusi dibentuk oleh MPR berdasar Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor I/MPR/2002 tentang Pembentukan Komisi Konstitusi

Komisi Konstitusi bertugas melakukan pengkajian secara komprehensif tentang perubahan Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Komisi ini berada dibawah Badan Pekerja MPR, dengan masa bekerja selama 7 bulan. Selanjutnya seluruh hasil kajian disampaikan Komisi Konstitusi kepada BP MPR untuk kemudian dilaporkan dalam sidang terakhir MPR periode 1999-2004

Komisi Konstitusi beranggotakan para ahli dalam bidang hukum dan ketatanegaraan serta para pakar di berbagai bidang. Diharapkan dengan dilakukan pengkajian oleh para ahli tersebut, MPR bisa menetapkan sebuah UUD yang baik dan modern untuk negara Indonesia

You might also like