You are on page 1of 28

ANGGARAN DASAR

ASOSIASI PENANGKAR TANAMAN (ASPENTA) PERTANIAN-KEHUTANAN-PERKEBUNAN PROVINSI SUMATERA UTARA

PEMBUKAAN Keanekaragaman tanaman/flora yang tumbuh dipermukaan bumi ini merupakan anugrah dari Tuhan yang maha Esa, yang diciptakan Nya untuk ummat manusia. Sesungguhnya pertumbuhan dan perkembangan adalah merupakan proses alam yang juga termasuk didalamnya manusia, yang setiap saat terus bertambah dan seiring dengan itu kebutuhan pun semakin mendesak yang mempengaruhi langsung dengan alam dan lingkungan, terutama alam flora yang terus diburu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Disamping itujuga akibat desakan pembangunan yang mempengaruhi kehidupan ekosistem alam khusnya plasma muftah dan flora terganggu dan semakin terancamnya kelestarian alam. Memperhatikan akan hal tersebut, serta untuk menyeimbangkan akan kebutuhan dan tuntutan serta melestarikan potensi Sumber Daya Alam Flora Indonesia khususnya Sumatera Utara, juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat petani atau penangkar tanaman dan pedagang tanaman yang berperan aktif dalam pelestarian dan produktif menciptakan tanamantanaman yang diselaraskan dengan tingkat kebutuhan yang tinggi dan teknologi yang semakin modern, maka terpanggillah untuk berkumpul menyatukan pandangan dengan berkoordinasi menciptakan suatu perkumpulan bidang usaha yang bergelut dalam usaha PENANGKAR DAN ATAU PEDAGANG BENIH TANAMAN, PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN, Sebagai salah satu wujud nyata dalam turut serta menjaga dan memelihara Keseimbangan Alam. Dengan latar belakang untuk pelestarian dan memenuhi kebutuhan tanaman maupun benih tanaman yang berkualiats dengan tingkat teknologi yang ada, maka tumbuh suatu hasrat dari beberapa orang yang satu pandangan untuk membentuk Asosiasi yang bergerak di bidang usaha penangkaran tanaman dan perdagangan benih tanaman. Juga mengembangkan kreatifitas penamgkar dalam penyesuaian teknologi dibidang peningkatan kwalitas dan kwantitas, sehingga dapat dinikmati dan dirasakan oleh masyarakat yang juga akan membantu dalam membuka lapangan pekerjaan, sekaligus turut mendukung program pemerintah dalam melestarikan flora dan tanaman penghijauan diwilayah perkotaaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan tarap hidup masyarakat.

BAB.I 1 BAB.I

NAMA,TEMPAT,KEDUDUKAN DAN WAKTU Pasal 1 Asosiasi ini bernama Asosiasi Penangkar Tanaman Pertanian-Kehutanan-Perkebunan, yang disingkat ASPENTA Pertanian-Kehuitanan-Perkebunan. Asosiasi ini mempunyai tempat kedudukan di Ibu kota Provinsi, namun dalam hal tertentu dapat menempatkan sekretariatnya didaerah Kabupaten/Kota yang terdekat dengan Kota Provinsi. Untuk pengembangan Asosiasi, dapat didirikan didaerah Kabupaten/Kota diseluruh Wilayah Republik Indonesia, khususnya Provinsi Sumatera Utara. Asosiasi ini didirikan pada tanggal 21 Juni 2001 dan sampai pada waktu yang tidak ditentukan.

(1) (2)

(3) (4)

BAB.II AZAS,DASAR DAN TUJUAN Pasal 2 (1) ASPENTA, berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945, sebagai dasar negara, serta nilai-nilai budaya, kesadaran pribadi, kesetiakawanan, kekeluargaan, dan kegotong-royongan. (2) ASPENTA, bertujuan melestarikan potensi plasma nuftah dan flora, khususnya tanamantanaman yang terdapat di Indonesia dan Sumatera Utara, serta mengembangkan potensipotensi tanaman lainnya diluar sumatera yang dapat dikelola dan dibudidayakan juga meningkatkan kwalitas dan kwantitas potensi tanaman produktif serta berhasil guna. (3) ASPENTA, bertujuan mengupayakan peningkatan nilai produksi dari tanaman yang dikembangkan sehingga dapat menunjang program pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup disamping terbukanya lapangan pekerjaan, juga dapat lebih meningkatkan kesejahteraan anggota asosiasi. BAB.III FUNGSI DAN KEGIATAN Pasal 3 ASPENTA berfungsi sebagai : (1) Wadah Perjuangan cita-cita dalam melakukan suatu bidang usaha penangkaran tanaman maupun pembenihan tanaman bidang pertanian, kehutanan dan perkebunan. (2) Wadah meningkatkan fropesionalisme penangkar dan pedagang benih tanaman dengan adanya saling tukar informasi sesama penangkar se Provinsi Sumatera Utara. (3) Wadah Informasi bagi masyarakat umum dalam mengetahui potensi dan perkembangan benih dan bibit tanaman yang berkwalitas. (4) Mitra 2

(4) Mitra Pemerintah dalam melaksanakan pengadaan bibit tanaman maupun benih tanaman dalam rangka melestarikan lingkungan dan meningkatkan nilai ekonomi rakyat. Pasal 4 ASPENTA, melakukan kegiatan : (1) Meningkatkan kuwalitas sumber daya manusia penangkar tanaman. (2) Meningkatkan kerja sama antara penangkar tanaman dengan badan usaha lainnya dalam hal pengadaan bibit tanaman maupun benih tanaman baik didaerah maupun ditingkat wilayah. (3) Menyelenggarakan berbagai kegiatan, pendidikan dan pelatihan baik kepada anggota maupun masyarakat lainnya. (4) Mengadakan benih tanaman yang berkwalitas dan kwantitas yang maksimal dalam menunjang dan mendukung program pemerintah, termasuk konservasi tanaman dan pelestarian tanaman khususnya yang terdapat diwilayah Sumatera Utara. (5) Mengupayakan adanya kerja sama dengan pemerintah baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota se Provinsi Sumatera Utara, dalam penyediaan bibit maupun benih tanaman dalam program kegiatan penghijauan lingkungan. BAB IV KEANGGOTAAN Pasal 5 (1) Anggota Aspenta ialah Warga Negara Republik Indonesia, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (2) Anggota Aspenta adalah seseorang yang memiliki bidang profesi atau keahlian yang bergerak sebagai penangkar, produsen, pedagang bibit, benih tanaman pertanian, kehutanan, perkebunan serta tanaman produksi lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. (3) Anggota Asosiasi Penangkar Tanaman ( Aspenta ) terdiri dari : a. Anggota biasa b. Anggota luar biasa c. Anggota Kehormatan (4) Ketentuan Keanggotaan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 6 Keanggotaan Aspenta bersifat tunggal dan tidak dapat dipindahkan atau dialihkan kepada orang lain dengan alasan apapun. BAB V

BAB V SUSUNAN DAN PERANGKAT ORGANISASI Pasal 7 (1) Susunan Organisasi Aspenta terdiri atas : a. Ditingkat provinsi disebut Pengurus Aspenta Wilayah Provinsi b. Ditingkat Daerah Kab/Kota disebut Pengurus Daerah Cabang Aspenta Kab/Kota (2) Komposisi Kepungurusan Aspenta adalah : a. Ditingkat Provinsi terdiri dari 1 (satu) orang Ketua Umum ditambah beberapa wakil Ketua, 1 (satu) orang Sekretaris Umum ditambah beberapa Wakil Sekretaris dan Bendahara Umum ditambah beberapa Wakil Bendahara, dan dilengkapi dengan Koordinator Bidang-Bidang. b. Ditingkat Daerah Kab/Kota terdiri dari 1 (satu) orang Ketua ditambah beberapa Wakil Ketua, 1 (satu) orang Sekretaris ditambah beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara ditambah beberapa Wakil Bendahara, dan dilengkapi dengan Bidang-Bidang. (3) Badan Pengurus Tingkat Provinsi masa bhakti selama 4 (empat) tahun, sedangkan pengurus cabang Daerah Kab/Kota masa bhakti selama 3 (tiga) tahun. Pasal 8 Hal-hal yang berkaitan dengan Susunan Organisasi Aspenta akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VI SUSUNAN DEWAN PERTIMBANGAN ORGANISASI Pasal 9 (1) Aspenta memiliki Dewan Pertimbangan Organisasi yang dipilih dan diangkat oleh Dewan Pendiri dalam Rapat Musyawarah Daerah untuk masa jabatan 4 (empat) tahun. (2) Dewan Pertimbangan Organisasi terdiri dari : a. 1(satu) Orang Ketua Dewan Pertimbangan ditambah beberapa wakil. b. 1 (satu) Orang Sekretaris Dewan Pertimbangan ditambah beberapa wakil. c. Beberapa Orang Anggota sesuai kebutuhan dan perkembangan Asosiasi. (3) Dewan Pertimbangan Organisasi berkedudukan di wilayah Provinsi. Pasal 10 Hal-hal yang berkaitan dengan Wewenang dan Tanggung Jawab serta Struktur Dewan Pertimbangan Organisasi, lebih lanjut akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. BAB VI 4

BAB VI PENDAPATAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI Pasal 11 (1) Pendapatan dan Kekayaan Asosiasi Penangkar Tanaman diperoleh dari : a. Iuran Anggota/Pengurus b. Sumbangan dari Badan Usaha maupun perorangan dalam negeri maupun luar negeri yang sah dan tidak mengikat. c. Bantuan dari Pemerintah d. Bantuan Lainnya yang tidak mengikat. (2) Dana bantuan yang diterima harus disimpan dalam rekening Asosiasi. (3) Penggunaan Dana wajib dilengkapi dengan administrasi pertanggungjawaban yang sah sesuai ketentuan yang berlaku. BAB VII MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT Pasal 12 (1) Musyawarah Asosiasi terdiri dari : a. Musyawarah Wilayah Provinsi (Muswil Prop) b. Musyawarah Wilayah Luar Biasa Provinsi (Muswillub-Prop) c. Musyawarah Daerah Kab/Kota (Musda Kab/Kota) d. Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub-Kab/Kota) (2) Rapat-Rapat Asosasi terdiri dari : a. Rapat Pimpinan (Rapim) dan Rapat Anggota. b. Rapat Kerja (Raker) (3) Keputusan tertinggi dalam Asosasi adalah Keputusan hasil Musyawarah Wilayah dan wajib di patuhi dan di laksanakan. Pasal 13 Musyawarah Wilayah Provinsi (Muswilprop) di selenggarakan sekali dalam 4 (empat) tahun, Musyawarah Daerah Kab./Kota diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun. Pasal 14 Pelaksanan dan wewenang Musyawarah maupun Rapat-rapat, di atur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 15. . . 5

Pasal 15 (1) Musyawarah Wilayah Provinsi (Muswilprov) dan Musyawarah Daerah Kab./Kota (MusdaKab/Kota) Aspenta sah jika dihadiri lebih (setengah) jumlah utusan/peserta. (2) Jika kuorum tidak tercapai, maka musyawarah di tunda untuk jangka waktu yang paling lama 24(dua puluh empat ) jam, dan atas persetujuan seluruh anggota yang hadir, dapat diperpanjang untuk stu kali dalam jangka waktu yang sama. (3) Jika kuorum masih belum juga tercapai, maka musyawarah adalah sah dan keputusannya mengikat bagi semua anggota. Pasal 16 (1) Setiap anggota yang sah terdaftar sebagai anggota asosiasi memiliki hak suara. (2) Penjabaran penyaluran hak suara di atur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi (PO). BAB VIII KETENTUAN KHUSUS Pasal 17 (1) Mengenai perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dapat dilakukan melalui Musyawarah Wilayah atau Musyawarah Wilayah Luar biasa. (2) Pembubaran Asosiasi hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Wilayah Luar biasa yang khusus dilakukan untuk itu atas permintaan sekurang-kurangnya dari Pengurus Propinsi dan atau 2/3 Pengurus Daerah Kab.Kota (3) Institusi tertinggi Asosiasi adalah Musyawarah Wilayah Propinsi/ Musyawarah Daerah Luar biasa. (4) Identitas anggota Asosiasi dibuktikan dengan kartu Tanda Anggota Asosiasi yang dikeluarkan/diterbitkan oleh Pengurus Asosiasi Propinsi. Pasal 18 (1) Apabila terjadi permasalahan dalam asosiasi wajib diselesaikan ditingkat kepengurusan, termasuk kepengurusan daerah Kab./Kota. (2) Jika penyelesaian permasalahan tidak tercapai maka permasalahan tersebut ditingkatkan kepengurus Propinsi. (3) Bila Tingkat Pengurus Propinsi juga tidak dapat menyelesaikan permasalahan ditingkat Pengurus Daerah Kab/Kota paling lama 6 (enam) bulan, Pengurus Propinsi wajib menyerahkan permasalahan tersebut kepada Dewan Pertimbangan Organsasi Asosiasi untuk diadakan pertemuan khusus dalam penyelesaian secara adil dan bijaksana.

BAB IX 6

BAB IX PERATURAN PERALIHAN Pasal 19 (1) Hal-hal yang, dan atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini, akan diatur lebih Lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi yang tidak bertentangaan dengan Anggaran Dasar ini, dan dapat dievaluasi dalam Rapat Kerja Organisasi. (2) Apabila timbul perbedaan penafsiran mengenai suatu ketentuan dalam Anggaran Dasar Ini dapat diselesaikan dalam Rapat Kerja dan dievaluasi dalam Musyawarah daerah. BAB X PENUTUP Pasal 20 (1) Anggaran Dasar ini merupakan Pedoman dalam melaksanakan kegiatan Organisasi Asosiasi, dan mulai dari Bab, Pasal dan Ayat-ayat dalam anggaran Dasar ini merupakan Satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. (2) Hal-hal yang belum diatur, atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar. (3) Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

DITETAPKAN DI PADA TANGGAL

: :

MEDAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA


ASOSIASI PENANGKAR TANAMAN (ASPENTA) PERTANIAN-KEHUTANAN-PERKEBUNAN PROVINSI SUMATERA UTARA BAB I UMUM Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN Anggaran Rumah Tangga ini, disusun berdasarkan pasal 20 ayat 2 Anggaran Dasar ASPENTA. Pasal 2 KODE ETIK Menyadari kedudukan Asosiasi Penangkar Tanaman sebagai wadah para pedagang, petani, penangkar, aktifis lingkungan dan akademisi pertanian, kehutanan dan perkebunan, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rakyat dan masyarakat Indonesia, maka guna mewujudkan peran sertanya dalam Pembangunan Bangsa dan Negara mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan berlandaskan Undang Undang Dasar 1945, ASPENTA menetapkan Kode Etik yang merupakan pedoman perilaku bagi para anggota didalam menghayati tugas, hak dan kewajiban masing-masing, sebagai berikut : 1. 2. Berjiwa Pancasila, yang berarti satunya kata dengan perbuatan di dalam menghayati dan menjalankan usaha didalam wadah Asosiasi. Memiliki kesadaran yang tinggi, dengan mentaati semua perundang-undangan dan peraturan serta berusaha menghindarkan diri dari perbuatan tercela ataupun melawan hukum. Menghormati dan menghargai masyarakat/isntansi pemberi tugas/pekerjaan, dengan mematuhi ketentuan dan norma yang berlaku ditengah masyarakat, Negara Republik Indonesia. Bersikap adil, wajar dan bijaksana, dan dapat menyimpan rahasia internal, bertanggung jawab dan bersifat Profesional dalam bertindak. Dalam menjalankan usahanya, agar tidak semata-mata mengejar keuntungan, melainkan wajib berupaya agar pekerjaan yang dilaksanakan benar-benar dapat berdaya guna dan berhasil guna. Selalu berikhtiar untuk meningkatkan mutu, kemampuan dan pengabdian usahanya.

3.

4. 5.

6.

7. Menghormati

7. 8.

Menghormati usaha rekan-rekannya, dengan tidak melakukan persaingan kerja dan usaha yang tidak sehat, serta tidak merebut kesempatan kerja yang bukan menjadi haknya. Memegang teguh disiplin, kesetiakawanan, dan solidaritas organisasi Asosiasi serta selalu bersikap mengedepankan kegotongroyongan. BAB II KEANGGOTAAN Pasal 3 PERSYARATAN MENJADI ANGGOTA

Persyaratan untuk dapat diterima menjadi anggota ASPENTA, adalah sebagai berikut : 1. Setiap warga negara republik Indonesia yang telah berusia 17 tahun, dan memiliki keterampilan dibidang tanaman pertanian, kehutanan dan perkebunan. 2. Memiliki usaha penagkaran tanaman, dan atau bekerja pada usaha penangkaran tanaman minuimal 2 (dua) tahun. 3. Menyatakan persetujuannya dan menerima anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, serta visi dan misi Asosiasi serta peraturan lainnya yang dikeluarkan Aspenta. 4. Mengisi dan menandatangani formulir permohonan menjadi anggota. 5. Setiap anggota dinyatakan syah menjadi anggota apa bila telah menerima Kartu Tanda Anggota, yang diterbitkan oleh Pengurus Aspenta Provinsi. Pasal 4 JENIS KEANGGOTAAN (1) Anggota Biasa adalah anggota yang memiliki usaha penangkaran tanaman dan atau bekerja pada usaha penangkaran dan mengajukan permintaan menjadi anggota dan memiliki kartu tanda keanggotaan, serta dapat dipilih menjadi pengurus asosiasi dan mematuhi ketentuan sesuai AD/ART asosiasi yang berlaku. (2) Anggota Luar Biasa adalah Anggota yang telah memperlihatkan/membuktikan kesetiaannya terhadap ASPENTA (Asosiasi Penangkar Tanaman) minimal 5 (lima) tahun secara terus menerus dan dianggap berjasa dan menaruh perhatian penuh dalam pengembangan dan kemajuan Aspenta. (3) Anggota Kehormatan adalah Anggota yang bukan anggota Biasa dan bukan anggota Luar Biasa, tetapi Anggota yang diangkat oleh Pengurus dari Pejabat Pemerintah, Tokoh Masyarakat, dan Tokoh Aktifis Lingkungan, yang sebelumnya banyak membantu morel dan materiel secara pribadi dan tidak pamrih dan mempunyai dedikasi serta beridiologi Pancasila dan bersikap menguntungkan pada Perkembangan dan kemajuan serta keberhasilan Program ASPENTA.

Pasal 5 Hak

Pasal 5 HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA Setiap Anggota ASPENTA, berhak : (1) Mempunyai hak memilih Pengurus (2) Mempunyai hak dipilih menjadi Pengurus (3) Berhak mengajukan usul, saran dan pendapat yang konstruktif bagi kemajuan Asosiasi (4) Mengikuti kegiatan dan menikmati fasilitas Asosiasi (5) Mendapatkan Informasi, bimbingan, bantuan, pelayanan dan perlindungan dari Asosiasi dalam menjalankan profesinya. (6) Mencantumkan Nomor Anggota pada Plang Nama Usaha/Tempat Kegiatan Usaha/Penangkaran. Pasal 6 Setiap Anggota ASPENTA, berkewajiban : (1) Tunduk dan patuh pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta Ketentuan dan Peraturan yang berlaku pada Aspenta dan Hasil Keputusan Rapat/Musyawarah anggota. (2) Menjunjung tinggi nama Asosiasi, profesionalitas, dan kode etik asosiasi. (3) Menjalankan tugas yang ditentukan oleh Asosiasi dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan wewenangnya. (4) Menjunjung tinggi Disiplin dalam Asosiasi, termasuk disiplin menghadiri setiap undangan Pertemuan Asosiasi. (5) Meningkatkan serta memperdalam ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan profesi didalam Asosiasi. (6) Membayar uang iuran dan lain-lain pungutan sesuai hasil keputusan rapat anggota. Pasal 7 PEMBERHENTIAN ANGGOTA Anggota Biasa dapat diberhentikan atau diberhentikan sementara, karena : (1) Meninggal dunia. (2) Atas permintaan sendiri secara tertulis. (3) Tidak lagi memiliki Kewarganegaraan Republik Indonesia. (4) Bertindak bertentangan dengan maksud Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta Kode Etik Asosiasi. (5) Tidak mematuhi Keputusan Asosiasi. (6) Menyalahgunakan kedudukan, wewenang, dan kepercayaan yang diberikan oleh Asosiasi.

(7) Tidak

(7) Tidak menjalankan profesi sebagaimana mestinya sehingga merugikan nama baik Asosiasi. Pasal 8 (1) Pemberhentian sementara Anggota biasa Asosiasi dilakukan oleh Badan Pimpinan Cabang Daerah Kab/Kota, setelah kepada yang bersangkutan diberi peringatan lisan maupun peringatan tertulis terlebih dahulu sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, terkecuali hal-hal yang luar biasa. (2) Anggota yang dikenakan Pemberhentian sementara, dapat melakukan pembelaan diri atau Banding pada Asosiasi yang tingkatannya lebih tinggi dan atau pada musyawarah asosiasi berikutnya yang terdekat menurut urutannya. (3) Dalam masa pemberhentian sementara, anggota dimaksud kehilangan hak-haknya. (4) Anggota yang kehilangan haknya karena terkena sanksi, akan memperoleh pemulihan hak-haknya, setelah sanksi yang dikenakan kepadanya dicabut kembali. BAB III SUSUNAN BADAN PENGURUS Pasal 9 BADAN PIMPINAN WILAYAH PROVINSI (1) Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi (PW), terdiri dari : 9.1.1 Seorang Ketua Umum 9.1.2 Beberapa Wakil Ketua, sebanyak 4 (empat) orang, yang masing-masing mengkoordinasikan sekaligus membina Pengurus Daerah Kab/Kota Asosiasi sesuai ketentuan. 9.1.3 Seorang Sekretaris Umum, 9.1.4 Beberapa Wakil Sekretaris, sebanyak 4 (emapat) orang, yang masing-masing membantu tugas Sekretaris Umum dan Wakil ketua melaksanakan tugas dan fungsinya di Daerah Kab/Kota. 9.1.5 Seorang Bendahara Umum, dibantu seorang wakil Bendahara. 9.1.6 Beberapa Orang Koordinator Bidang sesuai perkembangan dan kebutuhan Asosiasi, dan dalam melaksanakan tugas/kegiatan membantu, mengkondisikan dan mengkoordinir semua kepentingan dalam memberhasilkan maksud dan tujuan Asosiasi. (2) Guna pelaksanaan kegiatan harian asosiasi, Sekretaris Umum dibantu wakil sekretaris sesuai kedaerahan Kab/Kota, yang merupakan tenaga penuh dan juga dibantu Koordinator bidang sesuai bidang yang diperlukan.

(3) Badan

(3) Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi berwenang untuk membentuk Badan-Badan Kerja, Panitia-panitia khusus, atau Penasehat ahli/Pakar yang diperlukan demi tercapainya tujuan Asosiasi. (4) Badan Pimpinan Pengurus Wailayah Provinsi berkedudukan di Ibukota Provinsi, namun dalam hal tertentu dapat berkedudukan di Daerah yang berdekatan dengan Ibukota Provinsi. Pasal 10 BADAN PIMPINAN CABANG DAERAH KABUPATEN/KOTA (1) Badan Pimpinan Pengurus Cabang Daerah Kab/Kota terdiri dari : 10.1.1 Seorang Ketua. 10.1.2 Beberapa Wakil Ketua, sebanyak 2 (dua) Orang yang masing-masing membantu tugas-tugas ketua dalam hal internal asosiasi dan bekerja sama dengan Koordinator Bidang 10.1.3 Seorang Sekretaris. 10.1.4 Beberapa Wakil Sekretaris, sebanyak 2 (dua) Orang yang masing-masing membantu Tugas-tugas administrasi surat menyurat dan keanggotaan asosiasi. 10.1.5 Seorang Bendahara, dibantu seorang Wakil Bendahara. 10.1.6 Beberapa Koordinator Bidang, sesuai perkembangan dan kebutuhan Asosiasi di Daerah Kab./Kota, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya membantu tugastugas yang diberikan Ketua melalui Sekretaris. (2) Dalam hal-hal tertentu, sesuai kebutuhan berlaku sama dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 9 ayat 2 dan ayat 3 tersebut diatas. (3) Badang Pimpinan Pengurus Cabang Asosiasi Daerah Kab./Kota, berkedudukan di Ibukota Daerah Kabupaten dan Kota yang bersangkutan. BAB IV DEWAN PERTIMBANGAN ASOSIASI Pasal 11 (1) Dewan Pertimbangan terdiri dari Anggota Luar Biasa atau Anggota Kehormatan Asosiasi atau yang berjasa dalam perjalanan pengembangan Aspenta, diangkat oleh Dewan Pendiri dalam Musayawarah Daerah Provinsi (Musdaprov). (2) Yang duduk didalam Dewan Pertimbangan tidak diperbolehkan merangkap jabatan pada Badan Pimpinan Pengurus di semua tingkatan Asosiasi.

(3) Ketua

(3) Ketua Dewan Pertimbangan di Tingkat Organisasi Asosiasi yang lebih rendah, dapat duduk menjadi anggota Dewan Pertimbangan ditingkat Organisasi Asosiasi yang setingkat lebih tinggi. (4) Dewan Pertimbangan berwenang : 11.4.1 Memberikan pertimbangan-pertimbangan dan saran-saran kepada Badan Pimpinan Pengurus Asosiasi mengenai apasaja yang menyangkut Dunia usaha pada umumnya dan Bidang Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan pada khususnya, juga bertugas menyeleksi dan mengusulkan kepada Badan Pimpinan Pengurus, siapa-siapa yang berhak mendapatkan penghargaan dari ASPENTA, atas jasa-jasanya kepada Organisasi Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA), maupun Pihak Lain yang banyak mendukung keberhasilan Aspenta baik ditingkat Wilayah maupun Daerah Kab./Kota. 11.4.2 Melakukan Pengamatan terhadap masalah-masalah Organisasi, Kelancaran pelaksanaan-pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ASPENTA, dan kerja sama antar anggota maupun pihak lain, dan menyampaikan hasil pengamatannya dalam bentuk saran-saran dan nasehat kepada Badan Pimpinan Pengurus. BAB V KEUANGAN Pasal 12 SUMBER DANA Guna membiayai kehidupan/kelangsungan, kegiatan, pembangunan dan pengembangan Organisasi, ASPENTA memperoleh Pendanaan dari : 12.1 Uang Pangkal Anggota 12.2 Uang Iuran Anggota 12.3 Sumbangan dan atau bantuan yang tidak mengikat dari pihak lain. 12.4 Hasil dari Usaha-usaha lain yang sah. 12.5 Sumbangan/kontribusi dari Usaha anggota yang dihasilkan melalui peran Aspenta. Pasal 13 PENGELOLAAN HARTA KEKAYAAN (1) Badan Pimpinan Pengurus di setiap tingkatan Organisasi bertanggung jawab atas pengelolaan seluruh harta kekayaan Organisasi pada tingkatannya masing-masing. (2) Bila

(2) Bila Organisasi pada tingkatan Daerah/Cabang bubar, maka peruntukan harta kekayaan organisasi tersebut harus dititipkan pada Badan Pimpinan Pengurus yang tingkatannya lebih tinggi, atau dihibahkan/disumbangkan kepada Badan-badan Sosial/Yayasanyayasan tertentu. BAB VI TUGAS DAN WEWENANG MUSYAWARAH DAN RAPAT Pasal 14 MUSYAWARAH WILAYAH PROVINSI (MUSWILPROV) (1) Musyawarah Wilayah Provinsi (Muswilprov) adalah pemegang kekuasaan tertinggi Organisasi di tingkat Wilayah Provinsi. (2) Tugas dan Wewenang Musyawarah Wilayah Provinsi (Muswilprov) adalah : 14.2.1 Menetapkan garis-garis besar kebijaksanaan Organisasi Asosiasi. 14.2.2 Menyusun dan menetapkan Program Kerja serta Rencana Anggaran Pendapatan Biaya Organisasi Asosiasi. 14.2.3 Memberkan Keputusan terhadap permasalahan Organisasi dan masalahmasalah yang dianggap penting lainnya. 14.2.4 Memberikan penilaian dan keputusan terhadap pertanggung jawaban Badan Pimpinan Pengurus Wilayah ASPENTA. 14.2.5 Memilih Badan Pimpinan Pengurus Wilayah ASPENTA. 14.2.6 Muswilprov, diadakan/dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 4 (empat) tahun. (3) Peserta Musyawarah Wilayah Provinsi terdiri dari : 14.3.1 Peserta Penuh, yaitu utusan Badan Pimpinan Daerah Kab/Kota dengan membawa mandate dari Badan Pimpinan Daerah Kab/Kota masing-masing, dan memiliki hak suara dan hak bicara. 14.3.2 Peserta biasa yaitu Badan Pimpinan Lengkap dan Dewan Pertimbangan ditingkat Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi, yang masing-masing memiliki hak bicara dan hak dipilih. 14.3.3 Peserta Peninjau, yaitu utusan Badan Pimpinan Daerah Kab/Kota diluar Peserta penuh dan utusan dari Badan Pimpinan Daerah Kab/Kota yang membawa mandat dari Pimpinan Daerah Kab/Kota yang bersangkutan, yang masingmasing memiliki hak bicara. 14.3.4 Undangan, yaitu Pejabat Pemerintah, utusan dari Organisasi lainnya, tokohtokoh pengusaha dibidang kehutanan, pertanian dan perkebunan, serta undangan lainnya yang dianggap perlu.

(4)Musyawarah

(4) Musyawarah Wilayah Provinsi (Muswilprov) dilaksanakan oleh Badan Pimpinan Pengurus Provinsi dan Pelaksanaan Musyawarah Wilayah Provinsi itu menjadi tanggung jawabnya. (5) Untuk melaksanakan Musdaprov, Badan Pimpinan Pengurus Provinsi dapat membentuk Panitia Pelaksana dan Panitia Pengarah yang bertanggung jawab kepadanya. (6) Rancangan Tata tertib Musyawarah Wilayah Provinsi (Muswilprov) disiapkan oleh Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi dan disahkan terlebih dahulu oleh Musyawarah Wilayah Provinsi sebelum ditetapkan. Pasal 15 MUSYAWARAH DAERAH KAB./KOTA (1) Musyawarah Daerah Kab/Kota adalah pemegang kekuasaan tertinggi organisasi di tingkat Kabupaten dan Kota. (2) Tugas dan Wewenang Musyawarah Daerah Kab/Kota adalah : 15.2.1 Menyusun dan menetapkan Program kerja serta Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Organisasi. 15.2.2 Memberikan Keputusan terhadap permasalahan organisasi dan masalahmasalah penting lainnya. 15.2.3 Memberikan penilaian dan keputusan terhadap Pertanggungjawaban Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab/Kota ASPENTA. 15.2.4 Mengangkat dan menetapkan Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan ASPENTA di Tingkat Daerah Kabupaten dan Kota. 15.2.5 Memilih Badan Pimpinan Pengurus Daerah ASPENTA Kab./Kota. 15.2.6 Musda Kab./Kota diadakan/dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun. (3) Peserta Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari : 15.3.1 Peserta Penuh, yaitu semua Anggota Aspenta Kab/Kota dan atau Penangkar Tanaman sebagai anggota terdaftar yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota, dengan membawa mandat dari pengurus yang berwenang untuk itu dan memiliki hak suara dan hak bicara. 15.3.2 Peserta Biasa, yaitu Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab/Kota lengkap dan Dewan Pertimbangan di daerah Kab/Kota, yang masing-masing memiliki hak bicara dan hak dipilih. 15.3.3 Peserta Undangan, Pejabat Pemerintah, utusan dari Organisasi lainnya, tokohtokoh Pengusaha dibidang Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan didaerah Kab/Kota, serta undangan lainnya yang dianggap perlu. (4) Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Badan Pimpinan Pengurus Kabupaten/Kota, dan pelaksanaan Musyawarah Daerah Kab/Kota itu menjadi tanggungjawabnya.

(5)

Untuk .

(5) Untuk melaksanakan Musyawarah Daerah Kab/Kota, Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab/Kota membentuk Panitia Pelaksana dan Panitia Pengarah yang bertanggungjawab kepadanya. (6) Rancangan Tata tertib Musyawarah Daerah Kab/Kota disiapkan oleh Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab/Kota dan disahkan terlebih dahulu oleh Musyawarah Daerah Kab/Kota sebelum ditetapkan. Pasal 16 MUSYAWARAH LUAR BIASA (1) Tugas dan Wewenang Musyawarah Luar Biasa pada setiap tingkatan Organisasi adalah sebagai berikut : 16.1.1 Menilai dan Mensahkan atau menolak laporan Kerja beserta pertanggungjawaban keuangan dari Badan Pimpinan Pengurus. 16.1.2 Memberhentikan Badan Pimpinan Pengurus, walaupun masa tugasnya/periode belum berakhir. 16.1.3 Memilih dan mengangkat Badan Pimpinan Pengurus yang baru. (2) Peserta dalam Musyawarah Luar Biasa, sama dengan Ketentuan Untuk Musdaprov/Musda Kab/Kota sesuai dengan tingkatan masing-masing, dan pada Musyawarah Luar Biasa Tidak ada Pserta Undangan. (3) Musyawarah Luar Biasa dilaksanakan : 16.3.1 Untuk Tingkat Wilayah Provinsi, Oleh Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi dengan Persetujuan Dewan Pertimbangan dan Pelaksanaan Musyawarah Luar Biasa tersebut menjadi Tanggungjawabnya. Untuk tingkat Daerah Kab./Kota, Oleh Badan Pimpinan Pengurus yang bersangkutan dengan persetujuan Badan Pimpinan Pengurus yang tingkatannya lebih tinggi atas bimbingan Dewan Pertimbangan ditingkat Daerah Kab./Kota, dan jika tidak memiliki Dewan Pertimbangan dapat diminta persetujuan ke Dewan Pertimbangan Provinsi dan Pelaksanaan Musyawarah Luar Biasa tersebut menjadi tanggungjawabnya.

16.3.2

(4) Untuk Melaksanakan Musyawarah Luar Biasa : 16.4.1 Pada Tingkat Pimpinan Pengurus Provinsi, Badan Pimpinan Pengurus Provinsi dengan bimbingan Dewan Pertimbangan membentuk Panitia Pelaksana dan Panitia Pengarah dengan mengikutsertakan Badan Pimpinan Pengurus Kab./Kota yang ditunjuk mewakili Badan Pimpinan Pengurus Kab./Kota yang meminta Musyawarah Luar Biasa, dan Panitia Pelaksana serta Panitia Pengarah tersebut bertanggungjawab kepadanya.

16.4.2 Pada Tingkat

16.4.2

Pada Tingkat Pimpinan Pengurus Kab./Kota, Badan Pimpinan Pengurus Kab./Kota yang bersangkutan dengan bimbingan Badan Pimpinan Pengurus Provinsi bersama-sama Dewan Pertimbangan di tingkat Daerah Kab./Kota membentuk Panitia Pelaksana dan Panitia Pengarah dengan mengikut sertakan Badan Pimpinan Pengurus Kab.Kota yang meminta Musyawarah Luar Biasa, dan Panitia Pelaksana serta Panitia Pengarah bertanggungjawab kepadanya.

(5) Rancangan Tata Tertib Musyawarah Luar Biasa disiapkan oleh Badan Pimpinan Pengurus yang bersangkutan dan disahkan terlebih dahulu oleh Musyawarah Luar Biasa sebelum ditetapkan. Pasal 17 RAPAT PIMPINAN DAN RAPAT ANGGOTA (1) Rapat Pimpinan Organisasi di Tingkat Wilayah Provinsi atau Rapimwil, Rapat Pimpinan di Daerah Kab./Kota atau Rapimda, dan Rapat Anggota di tingkat Daerah Kab./Kota dapat diadakan untuk : 17.1.1 Menetapkan arah kebijaksanaan dalam menyelaraskan gerak dan langkah organisasi pada tingkatan masing-masing menghadapi perkembangan/situasi yang timbul. 17.1.2 Menampung dan menyelesaikan secara tuntas masalah-masalah yang dihadapi organisasi dan anggota pada tingkatan masing-masing dalam waktu tertentu. (2) Rapat Pimpinan Organisasi tersebut pada Pasal 17 ayat 1 dapat dilaksanakan setiap waktu sesuai kebutuhan untuk : 17.2.1 Rapimwil, berdasarkan inisiatif dari Badan Pimpinan Pengurus Wilayah dan atau adanya usulan dari Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab./Kota. 17.2.2 Rapimda, berdasarkan inisiatif dari Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab./Kota atas usul beberapa anggota dimasing-masing Daerah yang bersangkutan. 17.2.3 Rapat Anggota, berdasarkan inisiatif dan usul para anggota dimasing-masing tingkatan kepengurusan. (3) Semua Keputusan Rapat Pimpinan Organisasi dan Rapat Anggota (Pasal 17 ayat 1, ayat 2) tersebut diatas merupakan Keputusan Organisasi yang mengikat yang dipertanggungjawabkan kepada Musyawarah pada tingkatan masing-masing. (4) Peserta Rapat Pimpinan Organisasi dan Rapat Anggota terdiri dari : 17.4.1 Untuk Rapimwil terdiri dari Badan Pimpinan lengkap dan Dewan Pertimbangan di Tingkat Pimpinan wilayah Provinsi, serta utusan Badan Pimpinan Daerah Kab./Kota. 17.4.2 Untuk Rapinda terdiri dari Badan Pimpinan Lengkap dan Dewan Pertimbangan ditingkat Daerah Kab./Kota ditambah utusan dari Pengurus Setingkat diatasnya. 17.4.3 Untuk

17.4.3

Untuk Rapat Anggota terdiri dari Badan Pimpinan Lengkap dan Dewan Pertimbangan ditingkatan masing-masing, serta perwakilan beberapa anggota.

(5) Rapat Pimpinan Organisasi dan Rapat Anggota tersebut pada (pasal 17 ayat 1 dan ayat 2) dilaksanakan oleh, dan menjadi tanggungjawab Badan Pimpinan Pengurus yang bersangkutan. Pasal 18 RAPAT KERJA (1) Tugas dan wewenang Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) adalah : 18.1.1 Mengadakan evaluasi terhadap penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang dibuat oleh Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi. 18.1.2 Mengadakan Penyempurnaan atas penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang dibuat oleh Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi. 18.1.3 Menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi. 18.1.4 Mengadakan Inventarisasi permasalahan organisasi dan masalah-masalah penting lainnya serta menetapkan kebijaksanaan dan keputusan pemecahan/penyelesaian masalah. 18.1.5 Membantu Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi untuk memutuskan hal-hal yang tidak dapat diputuskan sendiri. (2) Peserta Rapat Kerja Wilayah Provinsi sama dengan peserta Musyawarah Wilayah Provinsi (Pasal 14 ayat 3). (3) Rapat Kerja Wilayah Provinsi dilaksanakan oleh Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi, dan Pelaksanaan Rapat Kerja Wilayah Provinsi itu menjadi tanggung jawabnya. (4) Untuk melaksanakan Rapat Kerja Wilayah Provinsi, Badan Pimpinan Pengurus Wilayah membentuk Panitia Pelaksana dan Panitia Pengarah yang bertanggung jawab kepadanya. (5) Rancangan Tata tertib Rapat Kerja Wilayah Provinsi disiapkan oleh Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi dan disahkan terlebih dahulu oleh Rapat Kerja Wilayah Provinsi sebelum ditetapkan. (6) Rapat Kerja dilaksanakan setiap awal tahun. Pasal 19 (1) Tugas dan wewenang Rapat Kerja Daerah Kab./Kota adalah : 19.1.1 Mengadakan evaluasi terhadap penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang dibuat oleh Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab./Kota. 19.1.2 Mengadakan

19.1.2

19.1.3 19.1.4

19.1.5

Mengadakan penyempurnaan atas penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang dibuat oleh Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab./Kota Menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab./Kota. Mengadakan inventarisasi permasalahan organisasi dan masalah-masalah penting lainnya serta menetapkan kebijaksanaan dan keputusan pemecahan penyelesaian masalah. Membantu Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab./Kota untuk memutuskan hal-hal yang tidak dapat diputuskan sendiri.

(2) Peserta Rapat Kerja Daerah Kab./Kota sama dengan peserta Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota (Pasal 15 ayat 3). (3) Rapat Kerja Daerah Kab./Kota dilaksanakan oleh Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab./Kota, dan Pelaksanaan Rapat Kerja Daerah Kab.Kota itu menjadi tanggungjawabnya. (4) Untuk melaksanakan Rapat Kerja Daerah Kab./Kota, Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab./Kota membentuk Panitia Pelaksana dan Panitia Pengarah yang bertanggung jawab kepadanya. (5) Rancangan Tata tertib Rapat Kerja Daerah Kab./Kota disiapkan oleh Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab./Kota dan disahkan terlebih dahulu oleh Rapat Kerja Daerah Kab./Kota sebelum ditetapkan. (6) Rapat Kerja dilaksanakan setiap awal tahun. BAB VII TATA CARA PIMILIHAN,PERSYARATAN, DAN MASA JABATAN SERTA PERGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PIMPINAN PENGURUS Pasal 20 PEMILIHAN BADAN PIMPINAN PENGURUS (1) Tata cara Pemilihan Badan Pimpinan Pengurus dilakukan dalam Musyawarah yang bersangkutan dengan cara menetapkan 3 (tiga) formatur guna membentuk Badan Pimpinan Pengurus. (2) Pemilihan formatur diupayakan dilaksanakan atas dasar musyawarah untuk mufakat dan apabila usaha musyawarah untuk mufakat tidak tercapai persesuaian maka pemilihan formatur dilakukan dengan cara tertulis melalui asas langsung, bebas dan rahasia dari para Peserta musyawarah yang memiliki hak suara. (3) Apabila pemilihan formatur dilakukan dengan cara pemilihan tertulis, maka yang dinyatakan sebagai formatur adalah 3 (tiga) orang calon yang mendapat suara terbanyak kesatu, kedua dan ketiga. (4) Apabila

(4) Apabila pemilihan formatur dilakukan sesuai pasal 20 ayat 3, maka formatur yang terpilih dengan suara terbanyak berhak ditetapkan menjadi Ketua Umum, dan jika formatur dengan suara yang terbanyak tersebut tidak bersedia menjadi Ketua Umum, maka diserahkan kepada kesepakatan formatur untuk menetapkan Ketua Umum. (5) Formatur kemudian membentuk Badan Pimpinan Pengurus Harian atau sekaligus membentuk Badan Pimpinan Pengurus Lengkap. (6) Dalam hal Formatur hanya membentuk Badan pimpinan Harian, maka Badan Pimpinan Harian terpilih kemudian membentuk Badan Pimpinan Pengurus Lengkap. Pasal 21 PERSYARATAN MENJADI BADAN PIMPINAN Yang berhak untuk duduk menjadi Pengurus dalam Badan Pimpinan ASPENTA adalah mereka yang memenuhi criteria/syarat-syarat sebagai berikut : (1) Anggota yang sah dan atau Pengusaha/Penangkar yang bergerak dibidang tanaman Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan, yang keanggotaannya minimal dalam 3 (tiga) tahun terakhir secara terus menerus tercatat dalam keanggotaan ASPENTA. (2) Selama menjadi anggota ASPENTA, tercatat sebagai anggota yang peduli dan mendukung perkembangan dan kemajuan Asosiasi. (3) Tidak sedang dicabut haknya untuk memangku suatu jabatan tertentu, tidak berada dalam keadaan pailit dan tidak pernah atau sedang terlibat perkara tindak pidana. Pasal 22 MASA JABATAN BADAN PIMPINAN (1) Masa jabatan Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi adalah 4 (empat) Tahun, dan Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab./Kota adalah 3 (tiga) Tahun, dan setelah masa tersebut anggota Badan Pimpinan Pengurus yang bersangkutan dapat dipilih kembali untuk masa jabatan berikutnya. (2) Khusus untuk Jabatan Ketua Umum/Ketua, hanya dapat dipilih untuk 2 (dua) kali masa jabatan secara berturut-turut. (3) Anggota Badan Pimpinan Pengurus tidak dapat merangkap jabatan pada Badan Pimpinan Pengurus ASPENTA ditingkat yang lebih rendah. (4) Anggota Badan Pimpinan Pengurus tidak diperbolehkan duduk dalam Susunan Dewan Pertimbangan baik pada tingkatan yang bersangkutan maupun pada tingkatan organisasi yang lebih tinggi atau yang lebih rendah.

Pasal 23

Pasal 23 PERGANTIAN ANTAR WAKTU (1) Pergantian antar waktu untuk Badan Pimpinan Pengurus : 23.1.1 Apabila Ketua Umum dan atau Ketua berhalangan tetap dan atau karena sesuatu sebab tidak dapat menjalankan/menyelesaikan kewajibannya sampai masa jabatan Badan Pimpinan Pengurus berakhir, maka Jabatan Ketua Umum dan atau Ketua dijabat oleh Wakil Ketua Umum I/Ketua I demikian juga Jabatan Sekretaris Umum dan atau Sekretaris, Bendahara Umum dan atau Bendahara sampai masa jabatan yang tersisa. Apabila karena suatu sebab terjadi lowongan dalam keanggotaan Badan Pimpinan Pengurus, maka pergantian untuk pengisian lowongan tersebut dilakukan oleh Badan Pimpinan Pengurus Harian yang bersangkutan untuk masa jabatan yang tersisa. Tindakan yang dilakukan oleh Badan Pimpinan Pengurus Harian sebagaimana dimaksud Pasal 23.1.1 dan 23.1.2, harus dilaporkan kepada Badan Pimpinan yang lebih tinggi dan dipertanggungjawabkan kepada Musyawarah pada tingkatan masing-masing.

23.1.2

23.1.3

(2) Untuk Dewan Pertimbangan : 23.2.1 Apabila Ketua Dewan Pertimbangan berhalangan tetap dan atau karena sesuatu sebab tidak dapat menjalankan /menyelesaikan kewajibannya sampai masa jabatannya berakhir, maka Jabatan Ketua Dewan Pertimbangan dijabat oleh Wakil Ketua Dewan Pertimbangan, dan jika Wakil Ketua Dewan Pertimbanganpun berhalangan tetap, maka Jabatan Ketua Dewan Pertimbangan dijabat oleh Sekretaris Dewan Pertimbangan, selanjutnya kekosongan Jabatan diisi oleh dan dari antar Anggota Dewan Pertimbangan. Apabila karena sesuatu sebab terjadi lowongan dalam keanggotaan Dewan Pertimbangan, maka penggantian untuk pengisian lowongan tersebut dilakukan oleh Dewan Pertimbangan yang bersangkutan dengan berkonsultasi kepada Badan Pimpinan Pengurus di Tingkat yang bersangkutan. Tindakan yang dilakukan Oleh Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud pasal 23.2.1 dan 23.2.2, harus dilaporkan kepada Badan Pimpinan Pengurus dan dipertanggungjawabkan kepada Musyawarah pada tingkatan masingmasing.

23.2.2

23.2.3

BAB VIII

BAB VIII LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS/KEGIATAN Pasal 24 LAPORAN KEUANGAN Setiap Badan Pimpinan Pengurus pada Semua tingkatan Organisasi diwajibkan membuat laporan Keuangan dan Perbendaharaan masing-masing untuk kemudian diteruskan, sebagai berikut : (1) Laporan Keuangan dan Perbendaharaan Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kabupaten/Kota, disampaikan kepada segenap anggota masing-masing dan Dewan Petimbangan Organisasi di daerah kab/kota masing-masing, serta Tembusan laporan dimaksud disampaikan kepada Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi yang membawahinya. (2) Laporan Keuangan dan Perbendaharaan Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi disampaikan kepada Dewan Pertimbangan Organisasi dan Tembusannya disampaikan kepada semua Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab./Kota. (3) Pembukuan Organisasi disetiap tingkatan dimulai setiap 1 Januari sampai 31 Desember setiap tahun. (4) Laporan Keuangan dan Perbendaharaan harus sudah disampaikan kepada yang bersangkutan sesuai pasal 24 ayat 1, 2 selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah batas waktu penutupan buku. Pasal 25 LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS/KEGIATAN Setiap Badan Pimpinan Pengurus pada Semua tingkatan Organisasi diwajibkan membuat Laporan Pelaksanaan Tugas/Kegiatan sesuai Program kerja yang disusun, kemudian dilaporkan kepada : (1) Laporan Pelaksanaan Tugas/Kegiatan Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kabupaten/Kota, disampaikan kepada Ketua dan sekretaris Rayon dimasing-masing kewilayahan ( Ketua/Sekretaris Rayon I s/d IV), dan tembusannya disampaikan kepada Dewan Pertimbangan Daerah Kab.Kota, dan seterusnya Masing-masing Ketua dan Sekretaris Rayon menyampaikan Laporan dimaksud kepada Ketua Umum Pengurus Wilayah Provinsi, dengan memberikan penjelasan-penjelasan inti dari laporan dimaksud. (2) Laporan Pelaksanaan Tugas/Kegiatan Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi disampaikan kepada Dewan Pertimbangan Wilayah Provinsi, dan disampaikan juga kepada Seluruh Badan Pimpinan Pengurus Daerah Kab./Kota untuk diketahui. (3) Laporan

(3) Laporan Pelaksanaan Tugas sesuai Program kerja dilaporkan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun Kalender tahun berjalan. (4) Laporan Kegiatan dilaporkan setiap kali selesai pelaksanaan kegiatan oleh Badan Pimpinan Pengurus masing-masing tingkatan organisasi sesuai ketentuan yang diatur pada pasal 25 ayat 1 dan 2 ART BAB IX LAMBANG, BENDERA, ATRIBUT DAN SEMBOYAN ASPENTA Pasal 26 LAMBANG ASPENTA Lambang Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA), arti dan maknanya seperti tertera pada lampiran Anggaran Rumah Tangga (ART) ini. Pasal 27 BENDERA ASPENTA Badan Pimpinan Pengurus disetiap tingkatan organisasi memiliki Bendera ASPENTA yang seragam bentuknya sekaligus menunjukkan Identitas masing-masing. Ketentuan Bendera ASPENTA tersebut dapat dilihat seperti tertera pada Lampiran Anggaran Rumah Tangga (ART) ini. Pasal 28 ATRIBUT ASPENTA ASPENTA (Asosiasi Penangkar Tanaman) mempunyai Atribut yang merupakan identitas organisasi berupa, : Panji-panji, Kartu Tanda Aanggota, Pakaian seragam, Papan Nama, Topi Pet, Kop Surat, Stempel Organisasi, dan kelengkapan lainnya, dan sebagai contohnya dapat dilihat pada Lampiran Anggaran Rumah Tangga (ART) ini. Pasal 29 SEMBOYAN ASPENTA Semboyan ASPENTA (Asosiasi Penangkar Tanaman) adalah HIJAU KOTAKU HIJAU NEGERIKU

BAB X

BAB X PENUTUP Pasal 30 PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Perubahan Anggaran Rumah Tangga, hanya dapat dilaksanakan berdasarkan Keputusan Musyawarah Wilayah Provinsi (Muswilprov) Pasal 31 LAIN LAIN Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan ditetapkan dan diatur lebih lanjut oleh Badan Pimpinan Pengurus Wilayah Provinsi dalam suatu Keputusan atau Peraturan tersendiri yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, dan dipertanggungjawabkan pada Musyawarah Wilayah Provinsi. Pasal 32 BERLAKUNYA ANGGARAN RUMAH TANGGA Anggaran Rumah Tangga ini merupakan Perubahan dan Penyempurnaan dari Anggaran Rumah Tangga yang disahkan dalam Musyawarah Wilayah Provinsi terdahulu, yang diselenggarakan di Medan, dan berlaku sejak ditetapkan. DITETAPKAN DI : M E D A N. PADA TANGGAL :

BADAN PIMPINAN PENGURUS ASPENTA WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA KETUA UMUM SEKRETARIS UMUM

N. AKELARAS

AHMAD GANNI DAULAY

Diketahui oleh

Diketahui Oleh :

DEWAN PERTIMBANGAN ASPENTA KETUA SEKRETARIS

Prof.DR.Ir. DARMA BAKTI, MS Disetujui Oleh :

SYAMSUL BAHRI, SE

DEWAN PENDIRI ASPENTA 1. PARIS SEMBIRING 2. Ir.NANA LAKSANA RANU, Msc 3. N. AKELARAS 4. Ir. H. MUKRI SIREGAR, Msc 5. H U S I N 6. Ir. MASRIZAL BATU BARA 7. Ir. BANTU SEMBIRING 8. Ir. MHD. YUSUF NASUTION 9. Ir. SUGENG 10. Ir.BAHREN LUBIS 11. Ir. KALVIN MELIALA __________________ __________________ __________________ __________________ __________________ __________________ __________________ __________________ __________________ __________________ __________________

Lapiran I Anggaran Rumah Tangga Aspenta

LAMBANG ASPENTA

ARTI DAN MAKNA LAMBANG

Bentuk Lambang

: Bulat digambarkan dengan Rantai yang tak putus. Yang bermakna adalah persatuan dan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. : Bermakna tempat/lingkungan yang harus tetap dijaga kelestraiannya dalam upaya menciptakan ekositem dan keseimbangan alam. : Bermakna untuk selalu menciptakan tanaman guna penghijauan. : Bermakna selalu menciptakan dan memberi peluang guna terciptanya kesejahteraan semua orang.

Dua Bukit/hutan

Bibit Tanaman Telapak tangan

Rangkuman Makna : ASPENTA sebagai wadah, merupakan gabungan dan persatuan yang kokoh dari sesama penangkar tanaman/pengusaha bibit tanaman yang ada di Wilayah Provinsi Sumatera Utara, yang bergerak dibidang tanaman Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan, dan dengan didasari oleh keinginan luhur dan suci yang berdasarkan Pancasila, berlandaskan Undang Undang Dasar 1945 untuk berkiprah dan berkarya dalam rangka mewujudkan Kesejahteraan bersama.

Lampiran II Anggaran Rumah Tangga Aspenta BENDERA ASPENTA 120 cm


BADAN PIMPINNAN PENGURUS ASPENTA

60 cm

ASOSIASI PENANGKAR TANAMAN

BENTUK DAN TATA CARA PEMASANGAN Bentuk : Bendera berbentuk empat persegi panjang, berukuran panjang 120 cm dan lebar 60 cm, terdiri dari dua sisi bolak balik yang sama, dengan lambang ASPENTA ditengahnya, dan untaian benang (rumbai) disekeliling tepi bendera.

Diatas lambang ASPENTA terdapat tulisan Nama Badan Pimpinan Pengurus sesuai tingkatan masing-masing Organisasi, sedangkan dibawah lambang ASPENTA terdapat tulisan ASOSIASI PENANGKAR TANAMAN Warna : Bendera ASPENTA berwarna : Dasar : Hijau Muda, melambangkan kesejukan, keteduhan dan kedamaian. Tulisan : Putih, melambangkan keluhuran garis perjuangan dalam rangka melestarikan alam. Untaian benang (rumbai) : Kuning emas, melambangkan keteguhan, ketabahan dan Kejayaan. Tata cara Pemasangan : Pada hari-hari biasa bendera ASPENTA dipasang didepan Kantor Sekretariat Badan Pimpinan Pengurus berdampingan dengan bendera Merah putih, letaknya di sebelah kiri bendera merah putih. Pada acara-acara resmi organisasi seperti Muswilprov/Musda Kab.Kota/Muswillub/Musdalub/Raker dan pertemuan resmi lainnya, bendera ASPENTA dari Badan Pimpinan yang bersangkutan dipasang di depan podium berdampingan dengan bendera merah putih, letaknya disebelah kiri bendera merah putih.

Lampiran III Anggaran Rumah Tangga Aspenta

KOP SURAT (SURAT BERKEPALA) ASPENTA PROVINSI

Asosiasi Penangkar Tanaman


PERTANIAN KEHUTANAN - PERKEBUNAN

PROVINSI

SUMATERA UTARA
- DELI SERDANG

Jalan Besar MedanLubuk Pakam Km-12 No.HP. 08126396054 , 081361013503

TANJUNG MORAWA

KOP SURAT (SURAT BERKEPALA) ASPENTA KAB./KOTA

Asosiasi Penangkar Tanaman


PERTANIAN KEHUTANAN PERKEBUNAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
Jalan No.HP.. PEMATANGSIANTAR

You might also like