You are on page 1of 9

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Dengan Persetujuan Bersama 5.

Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang


NOMOR 44 TAHUN 2008 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia
TENTANG INDONESIA yang memegang kekuasaan pemerintahan
PORNOGRAFI dan negara Republik Indonesia sebagaimana
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
MEMUTUSKAN: 6. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati,
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai
Menimbang: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
PORNOGRAFI.
a. Bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang
berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi BAB I Pasal 2
nilai-nilai moral, etika, akhlak mulia, dan KETENTUAN UMUM
kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa Pengaturan pornografi berasaskan Ketuhanan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghormati Pasal 1 Yang Maha Esa, penghormatan terhadap harkat dan
kebinekaan dalam kehidupan bermasyarakat, martabat kemanusiaan, kebinekaan, kepastian
berbangsa, dan bernegara, serta melindungi harkat Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: hukum, nondiskriminasi, dan perlindungan terhadap
dan martabat setiap warga negara; 1. Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, warga Negara
b. bahwa pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,
pornografi semakin berkembang luas di tengah animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, Pasal 3
masyarakat yang mengancam kehidupan dan atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai Undang-Undang ini bertujuan
tatanan sosial masyarakat Indonesia; bentuk media komunikasi dan/atau
c. bahwa peraturan perundang-undangan yang pertunjukan di muka umum, yang memuat a. mewujudkan dan memelihara tatanan
berkaitan dengan pornografi yang ada saat ini kecabulan atau eksploitasi seksual yang kehidupan masyarakat yang beretika,
belum dapat memenuhi kebutuhan hukum serta melanggar norma kesusilaan dalam berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-
perkembangan masyarakat; masyarakat. nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana 2. Jasa pornografi adalah segala jenis layanan menghormati harkat dan martabat
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu pornografi yang disediakan oleh orang kemanusiaan;
membentuk Undang-Undang tentang Pornografi; perseorangan atau korporasi melalui b. menghormati, melindungi, dan melestarikan
pertunjukan langsung, televisi kabel, televisi nilai seni dan budaya, adat istiadat, dan ritual
Mengingat: teresterial, radio, telepon, internet, dan keagamaan masyarakat Indonesia yang
komunikasi elektronik lainnya serta surat majemuk;
Pasal 20 Pasal 21, Pasal 28B ayat (2), Pasal 28J kabar, majalah, dan barang cetakan lainnya. c. memberikan pembinaan dan pendidikan
ayat (2), dan Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara 3. Setiap orang adalah orang perseorangan atau terhadap moral dan akhlak masyarakat;
Republik Indonesia Tahun 1945; korporasi, baik yang berbadan hukum d. memberikan kepastian hukum dan
maupun yang tidak berbadan hukum. perlindungan bagi warga negara dari
4. Anak adalah seseorang yang belum berusia pornografi, terutama bagi anak dan perempuan;
18 (delapan belas) tahun. dan
e. mencegah berkembangnya pornografi dan Pasal 6 kekuasaan atau memaksa anak dalam menggunakan
komersialisasi seks di masyarakat. Setiap orang dilarang memperdengarkan, produk atau jasa pornografi.
mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau
BAB II menyimpan produk pornografi sebagaimana Pasal 13
LARANGAN DAN PEMBATASAN dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), kecuali yang 1. Pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan
diberi kewenangan oleh peraturan perundang- pornografi yang memuat selain sebagaimana
Pasal 4 undangan. dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) wajib
1. Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, mendasarkan pada peraturan perundang-
memperbanyak, menggandakan, menyebarluas kan, Pasal 7 undangan.
menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, Setiap orang dilarang mendanai atau memfasilitasi 2. Pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan
memperjualbelikan, menyewakan, atau perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. pornografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyediakan pornografi yang secara eksplisit harus dilakukan di tempat dan dengan cara
memuat: Pasal 8 khusus.
a. persenggamaan, termasuk persenggamaan Setiap orang dilarang dengan sengaja atau atas
yang menyimpang; persetujuan dirinya menjadi objek atau model yang Pasal 14
b. . kekerasan seksual mengandung muatan pornografi. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara perizinan
c. masturbasi atau onani; pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan produk
d. ketelanjangan atau tampilan yang Pasal 9 pornografi untuk tujuan dan kepentingan pendidikan
mengesankan ketelanjangan; Setiap orang dilarang menjadikan orang lain dan pelayanan kesehatan dan pelaksanaan ketentuan
e. alat kelamin; atau sebagai objek atau model yang mengandung Pasal 13 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
f. pornografi anak. muatan pornografi.

Pasal 10
2. Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi
Setiap orang dilarang mempertontonkan diri atau BAB III
yang:
orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum PERLINDUNGAN ANAK
a. menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau
yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi
tampilan yang mengesankan ketelanjangan;
seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan Pasal 15
b. menyajikan secara eksplisit alat kelamin;
pornografi lainnya. Setiap orang berkewajiban melindungi anak dari
c. mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas
seksual; atau pengaruh pornografi dan mencegah akses anak
Pasal 11 terhadap informasi pornografi.
d. menawarkan atau mengiklankan, baik Setiap orang dilarang melibatkan anak dalam
langsung maupun tidak langsung layanan kegiatan dan/atau sebagai objek sebagaimana
seksual. Pasal 16
dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 8, 1. Pemerintah, lembaga sosial, lembaga
Pasal 9, atau Pasal 10. pendidikan, lembaga keagamaan, keluarga,
Pasal 5 dan/atau masyarakat berkewajiban memberikan
Pasal 12 pembinaan, pendampingan, serta pemulihan
Setiap orang dilarang meminjamkan atau mengunduh Setiap orang dilarang mengajak, membujuk,
pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat sosial, kesehatan fisik dan mental bagi setiap
memanfaatkan, membiarkan, menyalahgunakan anak yang menjadi korban atau pelaku
(1).
pornografi.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan, b. melakukan pengawasan terhadap pembuatan, BAB V
pendampingan, serta pemulihan sosial, kesehatan penyebarluasan, dan penggunaan pornografi di PENYIDIKAN, PENUNTUTAN, DAN
fisik dan mental sebagaimana dimaksud pada ayat wilayahnya; PEMERIKSAAN
(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. c. melakukan kerja sama dan koordinasi dengan DI SIDANG PENGADILAN
berbagai pihak dalam pencegahan pembuatan,
BAB IV penyebarluasan, dan penggunaan pornografi di Pasal 23
PENCEGAHAN wilayahnya; dan Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
d. mengembangkan sistem komunikasi, informasi, pengadilan terhadap pelanggaran pornografi
Bagian Kesatu Peran Pemerintah dan edukasi dalam rangka pencegahan dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang tentang
pornografi di wilayahnya. Hukum Acara Pidana, kecuali ditentukan lain dalam
Pasal 17 Undang-Undang ini.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan Bagian Kedua Peran Serta Masyarakat
pencegahan pembuatan, penyebarluasan, dan Pasal 24
penggunaan pornografi. Di samping alat bukti sebagaimana diatur dalam
Pasal 20 Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana,
Pasal 18 Masyarakat dapat berperan serta dalam melakukan termasuk juga alat bukti dalam perkara tindak pidana
Untuk melakukan pencegahan sebagaimana dimaksud pencegahan terhadap pembuatan, penyebarluasan, meliputi tetapi tidak terbatas pada:
dalam Pasal 17, Pemerintah berwenang: dan penggunaan pornografi. a. barang yang memuat tulisan atau gambar dalam
bentuk cetakan atau bukan cetakan, baik
a. melakukan pemutusan jaringan pembuatan dan Pasal 21 elektronik, optik, maupun bentuk penyimpanan
penyebarluasan produk pornografi atau jasa 1. Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud data lainnya; dan
pornografi, termasuk pemblokiran pornografi dalam Pasal 20 dapat dilakukan dengan cara: b. data yang tersimpan dalam jaringan internet dan
melalui internet; a. melaporkan pelanggaran Undang-Undang saluran komunikasi lainnya.
b. melakukan pengawasan terhadap pembuatan, ini;
penyebarluasan, dan penggunaan pornografi; dan. b. melakukan gugatan perwakilan ke Pasal 25
c. melakukan kerja sama dan koordinasi dengan pengadilan; 1. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik
berbagai pihak, baik dari dalam maupun dari luar c. melakukan sosialisasi peraturan perundang- berwenang membuka akses, memeriksa, dan
negeri, dalam pencegahan pembuatan, undangan yang mengatur pornografi; dan membuat salinan data elektronik yang tersimpan
penyebarluasan, dan penggunaan pornografi. d. melakukan pembinaan kepada masyarakat dalam fail komputer, jaringan internet, media
terhadap bahaya dan dampak pornografi. optik, serta bentuk penyimpanan data elektronik
Pasal 19 2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lainnya.
Untuk melakukan pencegahan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b dilaksanakan sesuai dengan 2. Untuk kepentingan penyidikan, pemilik data,
dalam Pasal 17, Pemerintah Daerah berwenang: ketentuan peraturan perundang-undangan. penyimpan data, atau penyedia jasa layanan
elektronik berkewajiban menyerahkan dan/atau
a. melakukan pemutusan jaringan pembuatan dan Pasal 22 membuka data elektronik yang diminta penyidik.
penyebarluasan produk pornografi atau jasa Masyarakat yang melaporkan pelanggaran 3. Pemilik data, penyimpan data, atau penyedia jasa
pornografi, termasuk pemblokiran pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) layanan elektronik setelah menyerahkan dan/atau
melalui internet di wilayahnya; huruf a berhak mendapat perlindungan sesuai membuka data elektronik sebagaimana dimaksud
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. pada ayat (2) berhak menerima tanda terima
penyerahan atau berita acara pembukaan data b. nama, jenis, dan jumlah barang yang (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
elektronik dari penyidik. dimusnahkan; Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
c. hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan;
Pasal 26 dan Pasal 32
Penyidik membuat berita acara tentang tindakan d. keterangan mengenai pemilik atau yang Setiap orang yang memperdengarkan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan mengirim menguasai barang yang dimusnahkan mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau
turunan berita acara tersebut kepada pemilik data, menyimpan produk pornografi sebagaimana
penyimpan data, atau penyedia jasa layanan komunikasi dimaksud dalam Pasal 6 dipidana dengan pidana
di tempat data tersebut didapatkan. BAB VII penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana
KETENTUAN PIDANA denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua
Pasal 27 miliar rupiah).
1. Data elektronik yang ada hubungannya dengan Pasal 29
perkara yang sedang diperiksa dilampirkan dalam Setiap orang yang memproduksi, membuat, Pasal 33
berkas perkara. memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, Setiap orang yang mendanai atau memfasilitasi
menyiarkan, mengimpor, mengekspor, perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
2. Data elektronik yang ada hubungannya dengan menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
perkara yang sedang diperiksa dapat dimusnahkan atau menyediakan pornografi sebagaimana (dua) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
atau dihapus. dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dipidana dengan dan/atau pidana denda paling sedikit
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
3. Penyidik, penuntut umum, dan para pejabat pada paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana banyak Rp7.500.000.000,00 (tujuh miliar lima ratus
semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan denda paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
wajib merahasiakan dengan sungguh-sungguh atas lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
kekuatan sumpah jabatan, baik isi maupun Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah). Pasal 34
informasi data elektronik yang dimusnahkan atau Setiap orang yang dengan sengaja atau atas
dihapus. Pasal 30 persetujuan dirinya menjadi objek atau model yang
Setiap orang yang menyediakan jasa pornografi mengandung muatan pornografi sebagaimana
BAB VI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana
PEMUSNAHAN dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
(enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00
Pasal 28 dan/atau pidana denda paling sedikit (lima miliar rupiah).
1. Pemusnahan dilakukan terhadap produk pornografi Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
hasil perampasan. rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 Pasal 35
2. Pemusnahan produk pornografi sebagaimana (tiga miliar rupiah). Setiap orang yang menjadikan orang lain sebagai
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh penuntut objek atau model yang mengandung muatan
umum dengan membuat berita acara yang sekurang- Pasal 31 pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
kurangnya memuat: Setiap orang yang meminjamkan atau mengunduh dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
a. nama media cetak dan/atau media elektronik pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (satu) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
yang menyebarluaskan pornografi; dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 dan/atau pidana denda paling sedikit
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar a. pembekuan izin usaha;
rupiah). 1. Dalam hal tindak pidana pornografi dilakukan b. pencabutan izin usaha;
oleh atau atas nama suatu korporasi, tuntutan c. perampasan kekayaan hasil tindak pidana; dan
Pasal 36 dan penjatuhan pidana dapat dilakukan d. pencabutan status badan hukum.
Setiap orang yang mempertontonkan diri atau orang terhadap korporasi dan/atau pengurusnya.
lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang 2. Tindak pidana pornografi dilakukan oleh BAB VIII
menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual, korporasi apabila tindak pidana tersebut KETENTUAN PENUTUP
persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi dilakukan oleh orang-orang, baik berdasarkan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dipidana hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan Pasal 42
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun lain, bertindak dalam lingkungan korporasi Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan
dan/atau pidana denda paling banyak tersebut, baik sendiri maupun bersama-sama. Undang-Undang ini, dibentuk gugus tugas
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 3. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap antardepartemen, kementerian, dan lembaga terkait
suatu korporasi, korporasi tersebut diwakili yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pasal 37 oleh pengurus. Presiden.
Setiap orang yang melibatkan anak dalam kegiatan 4. Pengurus yang mewakili korporasi
dan/atau sebagai objek sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat Pasal 43
Pasal 11 dipidana dengan pidana yang sama dengan diwakili oleh orang lain. Pada saat Undang-Undang ini berlaku, dalam waktu
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 5. Hakim dapat memerintahkan pengurus paling lama 1 (satu) bulan setiap orang yang
30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 34, Pasal 35, dan Pasal 36, korporasi supaya pengurus korporasi memiliki atau menyimpan produk pornografi
ditambah 1/3 (sepertiga) dari maksimum ancaman menghadap sendiri di pengadilan dan dapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) harus
pidananya. pula memerintahkan pengurus korporasi supaya memusnahkan sendiri atau menyerahkan kepada
pengurus tersebut dibawa ke sidang pengadilan. pihak yang berwajib untuk dimusnahkan.
Pasal 38 6. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap
Setiap orang yang mengajak, membujuk, korporasi, panggilan untuk menghadap dan Pasal 44
memanfaatkan, membiarkan, menyalahgunakan penyerahan surat panggilan tersebut Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua
kekuasaan, atau memaksa anak dalam menggunakan disampaikan kepada pengurus di tempat tinggal peraturan perundang-undangan yang mengatur atau
produk atau jasa pornografi sebagaimana dimaksud pengurus atau di tempat pengurus berkantor. berkaitan dengan tindak pidana pornografi
dalam Pasal 12 dipidana dengan pidana penjara paling 7. Dalam hal tindak pidana pornografi yang dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dilakukan korporasi, selain pidana penjara dan bertentangan dengan Undang-Undang ini.
dan/atau pidana denda paling sedikit Rp250.000.000,00 denda terhadap pengurusnya, dijatuhkan pula
(dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Pasal 45
pidana denda terhadap korporasi dengan
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
ketentuan maksimum pidana dikalikan 3 (tiga)
diundangkan.
dari pidana denda yang ditentukan dalam setiap
Pasal 39
pasal dalam Bab ini.
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal pengundangan Undang-Undang ini dengan
Pasal 41
35, Pasal 36, Pasal 37, dan Pasal 38 adalah kejahatan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam
Indonesia.
Pasal 40 Pasal 40 ayat (7), korporasi dapat dikenai pidana
tambahanberupa:
PENJELASAN ATAS I. UMUM
Disahkan di Jakarta UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
pada tanggal 26 November 2008 NOMOR 44 TAHUN 2008 Pengaturan pornografi yang terdapat dalam
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, TENTANG peraturan perundang-undangan yang ada, seperti
PORNOGRAFI Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Negara Republik Indonesia adalah negara Pers, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002
hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang- tentang Penyiaran, dan Undang-Undang Nomor 23
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak kurang
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO 1945 dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moral, memadai dan belum memenuhi kebutuhan hukum
etika, akhlak mulia, dan kepribadian luhur bangsa, serta perkembangan masyarakat sehingga perlu
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha dibuat undang-undang baru yang secara khusus
Esa, menghormati kebinekaan dalam kehidupan mengatur pornografi.
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta Pengaturan pornografi berasaskan Ketuhanan Yang
melindungi harkat dan martabat setiap warga Maha Esa, penghormatan terhadap harkat dan
Diundangkan di Jakarta negara. martabat kemanusiaan, kebinekaan, kepastian
pada tanggal 26 November 2008 Globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan hukum, nondiskriminasi, dan perlindungan terhadap
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan warga negara. Hal tersebut berarti bahwa ketentuan
REPUBLIK INDONESIA, komunikasi, telah memberikan andil terhadap yang diatur dalam.
meningkatnya pembuatan, penyebarluasan, dan
penggunaan pornografi yang memberikan pengaruh Undang-Undang ini adalah:
buruk terhadap moral dan kepribadian luhur bangsa 1. menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang
Indonesia sehingga mengancam kehidupan dan bersumber pada ajaran agama;
ANDI MATTALATTA tatanan sosial masyarakat Indonesia. 2. memberikan ketentuan yang sejelas-jelasnya
Berkembangluasnya pornografi di tengah tentang batasan dan larangan yang harus dipatuhi
masyarakat juga mengakibatkan meningkatnya oleh setiap warga negara serta menentukan jenis
tindak asusila dan pencabulan. sanksi bagi yang melanggarnya; dan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik 3. melindungi setiap warga negara, khususnya
Indonesia telah mengisyaratkan melalui Ketetapan perempuan, anak, dan generasi muda dari
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MPR RI Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika pengaruh buruk dan korban pornografi.
TAHUN 2008 NOMOR 181. Kehidupan Berbangsa mengenai ancaman yang
serius terhadap persatuan dan kesatuan bangsa dan Pengaturan pornografi dalam Undang-Undang
terjadinya kemunduran dalam pelaksanaan etika ini meliputi
kehidupan berbangsa, yang salah satunya 1. pelarangan dan pembatasan pembuatan,
disebabkan oleh meningkatnya tindakan asusila, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi;
pencabulan, prostitusi, dan media pornografi, 2. perlindungan anak dari pengaruh pornografi;
sehingga diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan
untuk mendorong penguatan kembali etika dan
moral masyarakat Indonesia.
3. pencegahan pembuatan, penyebarluasan, dan Perlindungan terhadap seni dan budaya yang Cukup jelas.
penggunaan pornografi, termasuk peran serta termasuk cagar budaya diatur berdasarkan undang-
masyarakat dalam pencegahan. undang yang berlaku. Pasal 5
Undang-Undang ini menetapkan secara tegas Pasal 4 Yang dimaksud dengan "mengunduh" (download)
tentang bentuk hukuman dari pelanggaran pembuatan, adalah mengambil fail dari jaringan internet atau
penyebarluasan, dan penggunaan pornografi yang Ayat (1) jaringan komunikasi lainnya.
disesuaikan dengan tingkat pelanggaran yang Yang dimaksud dengan "membuat" adalah tidak
dilakukan, yakni berat, sedang, dan ringan, serta termasuk untuk dirinya sendiri dan kepentingan Pasal 6
memberikan pemberatan terhadap perbuatan pidana sendiri. Larangan "memiliki atau menyimpan" tidak
yang melibatkan anak. Di samping itu, pemberatan juga termasuk untuk dirinya sendiri dan kepentingan
diberikan terhadap pelaku tindak pidana yang dilakukan Huruf a sendiri.
oleh korporasi dengan melipatgandakan sanksi pokok Yang dimaksud dengan "persenggamaan yang Yang dimaksud dengan "yang diberi kewenangan
serta pemberian hukuman tambahan. menyimpang" antara lain persenggamaan atau oleh perundang-undangan" misalnya lembaga yang
aktivitas seksual lainnya dengan mayat, binatang, diberi kewenangan menyensor film, lembaga yang
Untuk memberikan perlindungan terhadap korban oral seks, anal seks, lesbian, dan homoseksual. mengawasi penyiaran, lembaga penegak hukum,
pornografi, Undang-Undang ini mewajibkan kepada lembaga pelayanan kesehatan atau terapi kesehatan
semua pihak, dalam hal ini negara, lembaga sosial, Huruf b seksual, dan lembaga pendidikan. Lembaga
lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, keluarga, Yang dimaksud dengan "kekerasan seksual" antara pendidikan tersebut termasuk pula perpustakaan,
dan/atau masyarakat untuk memberikan pembinaan, lain persenggamaan yang didahului dengan laboratorium, dan sarana pendidikan lainnya.
pendampingan, pemulihan sosial, kesehatan fisik dan tindakan kekerasan (penganiayaan) atau mencabuli Kegiatan memperdengarkan, mempertontonkan,
mental bagi setiap anak yang menjadi korban atau dengan paksaan atau pemerkosaan. memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan barang
pelaku pornografi. pornografi dalam ketentuan ini hanya dapat
Huruf c digunakan di tempat atau di lokasi yang disediakan
Berdasarkan pemikiran tersebut, Undang-Undang Cukup jelas. untuk tujuan lembaga yang dimaksud
tentang Pornografi diatur secara komprehensif dalam
rangka mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan Huruf d Pasal 7
masyarakat Indonesia yang beretika, berkepribadian Yang dimaksud dengan "mengesankan Cukup jelas
luhur, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan ketelanjangan" adalah suatu kondisi seseorang
Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan martabat yang menggunakan penutup tubuh, tetapi masih Pasal 8
setiap warga negara. menampakkan alat kelamin secara eksplisit. Ketentuan ini dimaksudkan bahwa jika pelaku
dipaksa dengan ancaman atau diancam atau di
II. PASAL DEMI PASAL Huruf e bawah kekuasaan atau tekanan orang lain, dibujuk
Pasal 1 Cukup jelas. atau ditipu daya, atau dibohongi oleh orang lain,
Cukup jelas. pelaku tidak dipidana.
Huruf f
Pasal 2 Pornografi anak adalah segala bentuk pornografi Pasal 9
Cukup jelas. yang melibatkan anak atau yang melibatkan orang Cukup jelas
dewasa yang berperan atau bersikap seperti anak.
Pasal 3 Ayat (2) Pasal 10
Yang dimaksud dengan "pornografi lainnya" antara lain Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah sedini Yang dimaksud dengan "peran serta masyarakat
kekerasan seksual, masturbasi, atau onani. mungkin pengaruh pornografi terhadap anak dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
ketentuan ini menegaskan kembali terkait dengan perundang-undangan" adalah agar masyarakat tidak
Pasal 11 perlindungan terhadap anak yang ditentukan dalam melakukan tindakan main hakim sendiri, tindakan
Cukup jelas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang kekerasan, razia (sweeping), atau tindakan melawan
Perlindungan Anak. hukum lainnya.
Pasal 12 Pasal 16 Ayat (2)
Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas.

Pasal 13 Pasal 17 Pasal 22


Ayat (1) Cukup jelas Cukup jelas
Yang dimaksud dengan "pembuatan" termasuk
memproduksi, membuat, memperbanyak, atau Pasal 18 Pasal 23
menggandakan. Huruf a Cukup jelas
Yang dimaksud dengan "pemblokiran pornografi
Yang dimaksud dengan "penyebarluasan" termasuk melalui internet" adalah pemblokiran barang Pasal 24
menyebarluaskan, menyiarkan, mengunduh, pornografi atau penyediaan jasa pornografi. Cukup jelas
mengimpor, mengekspor, menawarkan, Huruf b
memperjualbelikan, menyewakan, meminjamkan, atau Cukup jelas Pasal 25
menyediakan. Huruf c Yang dimaksud dengan "penyidik" adalah penyidik
Yang dimaksud dengan "penggunaan" termasuk Cukup jelas. pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai
memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
memiliki, atau menyimpan. Pasal 19 tentang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang
Frasa "selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat Huruf a Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
(1)" dalam ketentuan ini misalnya majalah yang Yang dimaksud dengan "pemblokiran pornografi RepublikIndonesia.
memuat model berpakaian bikini, baju renang, dan melalui internet" adalah pemblokiran barang
pakaian olahraga pantai, yang digunakan sesuai dengan pornografi atau penyediaan jasa pornografi. Pasal 26
konteksnya. Huruf b Cukup jelas
Cukup jelas.
Ayat (2) Huruf c Pasal 27
Yang dimaksud dengan "di tempat dan dengan cara Cukup jelas. Cukup jelas
khusus" misalnya penempatan yang tidak dapat Huruf d
dijangkau oleh anak-anak atau pengemasan yang tidak Cukup jelas. Pasal 28
menampilkan atau menggambarkan pornografi Cukup jelas
Pasal 20
Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 29
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 21
Pasal 15 Ayat (1) Pasal 30
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 31 Pasal 44
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 32
Cukup jelas Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA
Pasal 34 REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4928.
Cukupjelas

Pasal 35
Cukup jelas

Pasal 36
Cukup jelas

Pasal 37
Cukup jelas

Pasal 38
Cukup jelas

Pasal 39
Cukup jelas

Pasal 40
Cukup jelas

Pasal 41
Cukup jelas

Pasal 42
Cukup jelas

Pasal 43

You might also like