You are on page 1of 9

PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR RINGAN | Laporan Kasus

Abstrak Latar belakang. Kasus luka bakar merupakan salah satu kasus trauma yang dapat di jumpai di dalam praktek kedokteran yang dapat menimbulkan masalah fisik dan gangguan fisiologis. Penegakan diagnosis akan mempengaruhi penanganan yang diberikan dan prognosis yang berbeda pada setiap kasus luka bakar. Presentasi kasus. Seorang wanita berusia 33 th, ibu rumah tangga, dan mempunyai riwayat kejang. Datang ke IGD RS. Bhakti Asih dengan luka bakar di lengan kanannya. Keadaan umum sedang dan tanda vital dalam batas normal. Di rumah sakit luka tersebut dibersihkan, dikompres NaCl, diolesi dengan burnazin. Pasien di berikan TT, mefinal dan pyricef. Pasien diperbolehkan pulang dan disarankan konsultasi dengan dokter spesialis saraf. Diskusi. Derajat luka bakar dibagi menjadi 3 tergantung pada kedalaman luka yaitu luka bakar derajat satu, luka bakar derajat dua, dan luka bakar derajat tiga. Untuk menentukan luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar pada orang dewasa dapat menggunakan rule of nine. Beratnya luka bakar dapat dibagi menjadi luka bakar ringan, luka bakar sedang, dan luka bakar berat. Prinsip penanganan awal luka bakar adalah menjauhkan dari sumber panas dan mendinginkan luka. Kebanyakan luka bakar tidak steril, perlu antibiotik untuk pencegahan infeksi. Perlu dilakukan juga pencegahan tetanus. Kesimpulan. Pada setiap luka bakar penegakan diagnosis harus dilakukan dengan tepat, hal ini dikarenakan diagnosis berpengaruh pada penanganan dan prognosis luka bakar.

Latar belakang Kasus luka bakar merupakan salah satu kasus trauma yang dapat di jumpai di dalam praktek kedokteran. Trauma termal dalam hal ini luka bakar merupakan salah satu masalah fisik dan gangguan fisiologis berat yang dapat dihadapi seseorang. Pada setiap kasus luka bakar, diagnosis luka bakar harus ditentukan. Setiap dokter diharuskan mampu untuk mendiagnosis dan melakukan penanganan luka bakar secara cepat dan tepat. Hal ini dikarenakan diagnosis pada luka bakar akan mempengaruhi penanganan yang akan diberikan pada setiap kasus luka bakar. Kurangnya

pengetahuan mengenai diagnosis luka bakar mengakibatkan kurang baiknya penanganan pasien-pasien tesebut. Oleh karena itu dalam laporan kasus ini akan membahas tentang diagnosis dan penanganan luka bakar, khususnya penanganan pada luka bakar ringan sesuai dengan kasus yang ditemukan.

Presentasi kasus Identitas pasien 1. Nama 2. Jenis Kelamin 3. Umur 4. Alamat 5. Agama 6. Pekerjaan 7. Tanggal berobat Anamnesis 1. Keluhan Utama Mengeluh nyeri dan panas pada lengan kanannya 2. Keluhan Tambahan Pingsan(+) 3. Riwayat Penyakit Sekarang Terkena tumpahan agar yang sedang ia masak di dapur tiga jam sebelumnya, panci yang digunakan untuk memasak agar tersebut tersenggol saat ia mengalami serangan kejang, setelah itu ia pingsan. Ia mengatakan telah mengoleskan luka tersebut dengan Bioplacenton dan meminum obat Tetrasiklin. Ia tidak mempunyai alergi terhadap obat. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat kejang dan sering mengalami kejang sejak ia masih kecil, kemudian menghilang, dan timbul kembali 6 bulan lalu. Ia rutin datang ke dokter untuk kontrol dan mengkonsumsi fenitoin 3 kali sehari. Menderita penyakit hipertiroid. 5. Riwayat penyakit keluarga. Keluarganya diketahui tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang sama. : Qomariah : wanita : 33 tahun : ciledug : Islam : ibu rumah tangga : 1 Desember 2010

Pemeriksaan Fisik 1. Status generalis: a. Keadaan umum b. Kesadaran c. Tanda Vital : tampak sakit sedang : compos mentis, GCS (15) : Tekanan darah : 120/100 mmHg, frekuensi nadi :

86x/menit, frekuensi nafas : 24x/menit, suhu :37oC. d. Kepala e. Mata f. Telinga g. Hidung h. Mulut i. Leher j. Thoraks : normal : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/: Normal, ottorhea (-) : Normal, rhinorrhea (-) : Normal : Pembesaran kelenjar tiroid (+) : Pulmo : vesikuler (+), ronkhi(-), wheezing (-) Cor : bunyi jantung I - II regular murni, murmur (-),

gallop (-) k. Ekstremitas 2. Status Lokalis Combustio pada ektremitas atas pada regio antebrachii dan brachii dextra dan pada ujung-ujung jari. Terlihat adanya bullae pada regio antebrachii dan brachii dextra, pada ujung-ujung jarinya terdapat kemerahan tetapi tidak terdapat bullae. 3. Status Neurologis Dalam batas Normal, Refleks Fisiologi (+), Refleks patologis (-), Refleks cahaya (+) Diagnosis Kerja Combustio ringan derajat 1 dan derajat 2 pada ektremitas atas dextra seluas 9%. Penatalaksanaan 1. Pembersihan luka 2. Farmakologi : Burnazin topikal, Pyricef 2x1 ,Mefinal 3x1, TT 1 cc : lihat status lokalis

3. Pembalutan luka, mengganti balutan setiap hari Prognosis Dubia ad bonam

Diskusi Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh api, atau oleh penyebab lain misalnya pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia serta radiasi. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas, banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Pada kasus ini luka bakar yang dialami disebabkan oleh akibat tidak langsung dari api yaitu cairan panas dalam hal ini adalah agar. Diagnosis luka bakar ditegakkan berdasarkan kedalaman, luas, penyebab, dan lokasi luka. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka. Luka bakar derajat satu (superficial skin burn) terjadi kerusakan pada lapisan epidermis, tampak sebagai daerah hiperemia dan eritema dengan keluhan rasa nyeri, nyeri hilang dalm waktu 48-72 jam, perubahan mikroskopik minor, kerusakan jaringan minimal, fungsi proteksi masih utuh edema kulit minimal, dan efek sistemik jarang terjadi. Kulit dapat sembuh tanpa cacat/ meninggalkan jaringan parut. Penyembuhan cepat terjadi, biasanya akan sembuh dalam 5-7 hari. Luka bakar derajat dua (partial skin burn) terjadi kerusakan sebagian dermis. Masih ada elemen epitel sehat yang tersisa misalnya, sel epitel basal, selenjar sebasea, kelenjar keringat. Ditandai dengan timbulnya gelembung atau bullae yang berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah kerena permeabilitas dindingnya meninggi dan rasa nyeri. Derajat dua dibagi menjadi superfisial dan dalam. Pada luka bakar derajat dua superfisial akan sembuh dalam 2-3 minggu. Pada luka bakar derajat dua yang dalam akan sembuh dalam 3-4 minggu Luka bakar derajat tiga (full thickness skin burn) terjadi kerusakan seluruh lapisan dermis atau lebih dalam. Tidak ada lagi elemen epitel hidup yang tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka. Dikarakterisasi dengan epitel terkelupas dan daerah putih karena koagulasi protein dermis, gambaran seperti lilin (waxy appearance) dan mungkin terlihat sebagai kulit tidak terbakar oleh orang awam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Biasanya tampak sebagai luka yang kering. Tidak ada bullae dan tidak terasa nyeri. Akan timbul skar, setelah minggu kedua skar mulai lepas kemudian tampak jaringan granulasi. Jika granulasi dibiarkan, akan menebal dan berakhir dengan jaringan parut yang tebal dan menyempit disebut kontraktur.

Pada evaluasi awal, sering sulit untuk memeriksa kedalaman luka. Luka derajat dua dan derajat tida kadang sukar dibedakan. Diagnosis banding ditentukan dengan uji tusuk jarum (pin prick test). Uji dilakukan dengan menusukkan jarum untuk menentukan apakah daerah luka bakar masih memiliki daya rasa. Bila tusukan itu masih terasa, artinya sensorisnya masih berfungsi dan dermis masih vital, luka itu bukan derajat tiga. Kedalaman luka bergantung pada tipe agen bakar dan waktu kontaknya dan ketebalan kulit di daerah luka. Daerah-daerah berkulit tebal membutuhkan kontak lebih lama terhadap sumber panas daripada daerah berkulit tipis. Kulit pasien berusia lanjut dan bayi lebih tipis dari pada kelompok umur lain. Pasien pada kasus diatas mempunyai luka bakar yang dibeberapa daerah terlihat kemerahan dan beberapa bagian lain terlihat adanya bullae, pasien juga mengeluhkan nyeri pada luka tersebut oleh karena itu pasien dikatakan mengalami luka bakar dengan gabungan dari dua derajat yaitu derajat 1 dan derajat 2, pada kasus tidak dibedakan derajat dua yang superfisial atau derajat dua yang dalam. Perhitungan luas luka bakar dapat berdasarkan rule of nines dari wallace. Pada orang dewasa digunakan rumus sembilan, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ektremitas atas kiri, ektremitas atas kanan, paha kanan, paha kiri, tungkai, dan kaki kanan serta tungkai, dan kaki kiri masingmasing 9%, sisanya 1 % adalah daerah genitalia. Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luar relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luar relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 pada anak.

Untuk anak, kepala leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20 %, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10 %, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15 %. Terdapat juga cara perhitungan lain yaitu telapak tangan penderita adalah 1%. Beratnya luka bakar bergantung pada luas, dalam, dan letak luka. Menurut American Burn Association beratnya luka bakar dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, luka bakar ringan yaitu luka bakar derajat 2 kurang dari 15 % pada orang dewasa; luka bakar derajat 2 kurang dari 10 % pada anak; luka bakar derajat 3 kurang dari 2 %. Kedua, luka bakar sedang yaitu luka bakar derajat 2 dengan luas permukaan tubuh yang terkena 15 -25% pada orang dewasa; luka bakar derajat 2 dengan luas permukaan tubuh yang terkena 10-15%; luka bakar derajat 3 kurang dari 10%, kecuali muka, kaki, dan tangan. Ketiga ,luka bakar berat atau kritis yaitu luka bakar derajat 2 yang lebih dari 25% pada orang dewasa dan anak; luka bakar derajat 3 yang lebih dari 10% atau terdapat di muka, kaki,telinga, mata dan tangan; luka bakar disertai trauma jalan nafas atau fraktur; luka bakar akibat listrik. Pada kasus, luka bakar hanya terdapat pada ektermitas atas dextra maka sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya maka luas permukaan tubuh pasien yang terkena adalah 9%. Pasien mengalami luka bakar ringan dikarenakan luka bakar yang diderita merupakan luka bakar derajat 1 dan derajat 2 dengan luas permukaan tubuh yang terkena adalah 9 % sesuai dengan pembagian menurut American Burn Association. Penanganan terhadap pasien luka bakar ditentukan oleh derajat luka bakar, luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar, daerah atau letak luka, usia, keadaan kesehatan. Perawatan awal penderita luka bakar mengikuti prinsip umum perawatan penderita trauma. Khususnya penderita harus dikeluarkan atau dijauhkan dari sumber panas. Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah pendinginan luka, hal ini bisa dilakukan dengan mengalirkan air atau merendamnya dengan air pada luka selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Prinsipnya adalah pendinginan luka bakar harus dilakukan sesegera mungkin dan cukup lama. Pada luka bakar ringan dapat menggunakan dengan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri, tindakan ini sebaiknya tidak dilakukan pada luka bakar berat karena dapat menimbulkan hipotermia. 6

Lakukan pemeriksaan umum yang cepat pada luka untuk menentukan keparahan dan luas luka. Penderita luka bakar ringan dapat dibawa ke rumah sakit dengan cukup aman. Pasien dengan luka bakar yang ringan seperti yang terdapat pada kasus dapat di rawat jalan, luka dapat dirawat dengan aman dan efektif di rumah dengan pengamatan dokter. Indikasi untuk dilakukannya rawat inap adalah luka bakar derajat dua lebih dari 15% pada orang dewasa dan lebih dari 10 % pada anak karena penderita ini dapat syok atau terancam syok; derajat 2 pada muka, tangan, kaki, dan perineum karena daerah ini mudah mengalami kontraktur atau cacat berat; derajat 3 lebih dari 2% pada orang dewasa dan setiap derajat 3 pada anak; luka bakar yang disertai trauma visera, tulang dan jalan nafas, pada trauma jalan nafas akibat menghirup asap atau udara hangat terancam mengalami edema laring. Prinsip penanganan utama pada luka bakar ringan seperti kasus di atas adalah mendinginkan daerah yang terbakar, mencegah infeksi, dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Pada kasus pasien telah melakukan tindakan awal di rumah dengan mengoleskan Bioplacenton, hal ini tidak menjadi sebuah masalah karena dalam Bioplacenton terkandung placenta extract dan neomycin sulfate sulphate. Placenta extract dapat mempercepat regenerasi sel dan penyembuhan luka sedangkan neomycin sulfate sulfate merupakan antibiotik yang dapat mencegah terjadi infeksi pada luka. Perawatan luka bakar ringan diarahkan untuk memaksimumkan kenyamanan pasien dan kesembuhan luka tanpa komplikasi. Luka harus dibersihkan untuk menghilangkan benda asing. Lepuh kulit yang utuh tidak perlu dihilangkan, tetapi kulit yang lepas mungkin harus dibersihkan. Hal ini telah dilakukan oleh dokter dalam penanganan pasien kasus diatas, dokter terlebih dahulu membersihkan luka pasien dengan NaCl. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka. Pada kasus diatas luka bakar pasien dirawat dengan perawatan luka tertutup. Pada perawatan tertutup dapat menutupnya dengan pembalut yang steril. Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya sedemikian rupa sehingga luka masih cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan agar tidak terjadi pembusukan luka. Keuntungan perawatan tertutup adalah luka tampak rapi, terlindung dan enak bagi penderita. Kekurangannya memerlukan tenaga dan dana lebih banyak karena dipakainya banyak pembalut dan anti septik, kadang suasana luka yang lembab memungkinkan kuman untuk berkembangbiak. 7

Pasien diinstruksikan untuk membersihkan dan mengganti balutan luka setiap hati, seperti yang telah disarankan oleh dokter pada kasus diatas. Balutan dilepas dengan hati-hati agar tidak merusak kulit yang beregenerasi dan bersihkan dari partikel partikel kulit yang terlepas. Epitelisasi membutuhkan waktu 2-3 minggu, pada saat itu balutan dapat dilepas. Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah terjadinya infeksi. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar terutama berasal dari kuman yang berasal dari kulit penderita sendiri, selain itu bisa dari kuman dari saluran pernafasan dan juga kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit atau infeksi nosokomial. Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kuman kokus gram positif yang berasal dari kulit sendiri atau saluran nafas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman gram negatif. Pada luka bakar derajat satu dan derajat dua yang menyisakan elemen epitel, dapat diharapken sembuh sendiri, asal dijaga agar epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan infeksi. Walaupun beberapa dokter menganjurkannya, profilaksis antibiotik sistemik rutin jarang diperlukan untuk luka bakar yang ringan. Antibiotik Dapat diberikan antibiotik oral bila luka menunjukan tanda - tanda infeksi seperti luka yang bernanah. Bila terdapat infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman. Pemberian Pyricef pada kasus dimaksudkan untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka, karena bila terjadi infeksi dapat terjadi peningkatan derajat dari luka bakar. Pyricef mengandung cefadroxil monohydrate yang merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi pertama yang efektif untuk bakteri gram positif maupun gram negatif. Walaupun pada beberapa literatur pemberian antibiotik oral sebagai profilaksis masih kontroversial. Pada kasus dokter mengoleskan Burnazin pada luka bakar pasien. Burnazin berisi Perak Sulfadiazin berguna sebagai antiseptik topikal efektif untuk luka bakar yang ringan. Krim ini sangat berguna karena bersifat bekteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif untuk balteri gram positif dan negatif, tidak menimbulkan resistensi dan aman. Analgesik dapat diberikan bila penderita kesakitan. Obat penghilang rasa nyeri, pada kasus diberikan Mefinal yang berisi Asam mefenamat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien.

Semua pasien termasuk juga pasien pada kasus harus diberi profilaksis tetanus seperti penderita luka lain. Pemberian toksoid-ATS diberikan pada semua pasien 1 cc setiap 2 minggu. Pada pasien telah diberikan profilaksis tetanus berupa suntikan TT. Pasien pada kasus diatas tidak mendapat pemberian terapi cairan yang khusus, dikarenakan pemberian terapi cairan diberikan atas indikasi luka bakar derajat 2 atau 3 > 25% dan pada pasien yang tidak dapat minum.

Kesimpulan Diagnosis luka bakar ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi kedalaman, luas, penyebab, dan lokasi terjadinya luka bakar.

Penatalaksanaan luka bakar ringan dimulai dengan prinsip penanganan pada luka bakar yaitu sesegera mungkin menjauhkan sumber panas dan mendinginkan luka. Luka dapat dirawat secara terbuka atau tertutup. Pemberian antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi. Pencegahan tetanus harus diberikan pada semua pasien trauma. Analgetika diberikan pada pasien yang merasa nyeri.

Ucapan terima kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada RS. Bhati Asih yang telah mengizinkan penulis melakukan observasi. Dr. Eri dian sebagai tutor kelompok 5 blok elektif sub blok trauma.

Daftar pustaka 1. Staf pengajar bagian ilmu bedah FKUI. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Bab 8. Jakarta: Binarupa aksara 2. Sabiston, David C. 1995. Buku ajar bedah. bab 9. Jakarta :EGC 3. Wim de jong. 2004. Buku ajar ilmu bedah ed. 2. Bab 3. Jakarta : EGC 4. Gan gunawan, sulistia. 2007. farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta: Departemen farmakologi dan terapeutik FKUI 5. Goodis, Jamie, MD. 2010. Burns, Thermal. Akses 3 desember 2010. available from: http:// emedicine. medscape.com 6. Demling, robert. Burns & other thermal injuries. Chapter 15

You might also like