Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Industri rokok adalah industri yang terbukti kuat dalam menahan dampak
krisis moneter (krismon) global dan nasional. Pada saat pertumbuhan ekonomi
yang lamban bahkan sempat minus ternyata di masa krismon hal ini tidak
berdampak negatif pada industri rokok di Indonesia. Resesi ekonomi yang dimulai
dengan krisis moneter sejak Juli 1997 tidak terlalu berpengaruh dalam kegiatan
industri tersebut. Bahkan pada tahun 1997 yang merupakan awal dari krisis
ekonomi penerimaan cukai negara dari industri rokok menjadi Rp 4,792 triliun
dan tahun 1998 melonjak lagi menjadi Rp 7,391 triliun2. Hal ini berulang lagi
pada saat krisis global di tahun 2008 lalu. Di saat krisis global 2008 yang melibas
banyak perusahaan dan berimbas pada banyaknya industri yang melakukan
pemutusan hubungan kerja besar-besaran, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
justru melaporkan penerimaan cukai rokok per 30 Desember 2008 menembus
angka Rp 50,2 triliun atau 109,9 persen dari target yang ditetapkan pemerintah3.
Kenaikan pendapatan pemerintah dari cukai rokok dari tahun ke tahun
mengindikasikan bahwa penetrasi dan pembentukan citra industri rokok di
berbagai sektor masyarakat dan pemerintahan telah berhasil, meskipun banyak
tantangan yang harus dihadapi industri rokok dalam mempertahankan
eksistensinya. Daya beli masyarakat yang menurun, tarif cukai yang merambat
naik, peraturan dan kampanye anti rokok yang semakin membatasi gerak langkah
industri rokok, fatwa haram Majelis Ulama Indonesia (MUI) rokok bagi anak-
anak, remaja dan ibu hamil dan upah buruh yang mengalami penyesuaian sesuai
dengan tuntutan biaya hidup yang semakin tinggi sepertinya tidak bisa
menghalangi industri rokok untuk terus berkembang.
Keberadaan industri rokok di negeri ini memang dilematis. Di satu sisi ia
diharapkan menyediakan lapangan pekerjaan yang begitu luas dan menjadi salah
1
Lihat Lampiran
2
Indocommercial, Proses Oligopoli Industri Rokok Berjalan Cepat, No 235, 11 Oktober 1999
3
Laporan Dirjen Bea dan Cukai Per 30 Desember 2008. Republika, edisi Rabu, 21 Januari 2009
satu sumber pembiayaan bagi pemerintah karena cukai rokok diakui mempunyai
peranan penting dalam penerimaan negara. Namun di sisi lainnya dikampanyekan
untuk dihindari karena alasan kesehatan. Banyaknya aktivis-aktivis, lembaga-
lembaga dan organisasi-organisasi anti rokok baik nasional maupun dunia
menggencarkan kampanye pengurangan bahkan pemusnahan industri rokok
akhirnya industri rokok pun ikut gencar melakukan pendekatan kepada
masyarakat, pemerintah dan berbagai institusi agar keberadaannya dapat diterima
secara luas sekaligus sebagai bentuk penentangan terhadap kampanye anti rokok.
Artikel ini mencoba menelusuri seberapa besar volume produksi rokok dan
cukai rokok yang disetorkan serta bagaimana strategi industri rokok dalam
membentuk citranya sehingga bisa diterima masyarakat Indonesia secara luas.
4
Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS
Tabel 1
Total Jumlah Produksi Rokok dan Nilai Cukai Rokok
yang Disetorkan ke Pemerintah Tahun 1970 s/d 20085
5
Dioah dari berbagai sumber
6
Swasembada, 2000, Suplemen Rokok: Era Baru Industri Rokok Indonesia, Edisi No
08/XVI/19 April – 3 Mei 2000
7
Gatra, 2000a, Ragam: Kudus, Tanah Air Kretek Itu, Edisi No 11 Tahun VI, 29 Januari 2000
Tabel 2
Ragam Produk dan Jumlah Tenaga Kerja di Beberapa Perusahaan Rokok
Tahun 20088
8
Diolah dari berbagai sumber
9
PT. BAT (British American Tobacco)
10
WHO Report on The Global Tobacco Epidemic, The MPOWER Package.
11
Fakta Konsumsi Tembakau di Indonesia, data tahun 2007 dari Indonesia Tobacco Control
Network dan Laporan Badan Khusus Pengendalian Tembakau Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
(TCSCIAKMI) tahun 2008
Melihat dampak tersebut, perusahaan rokok harus merencanakan strategi yang
matang guna membentuk citra positif agar keberadaannya bisa diterima di
kalangan luas. Berbagai strategi digunakan sehingga keberadaannya dianggap
sebagai produk legal dapat dikonsumsi secara kontinyu dan menyatu dengan
masyarakat dengan mengesampingkan dampak kesehatan para penghisapnya.
Pengembangan bisnis industri rokok bergerak tidak dalam bentuk satu
strategis yang tunggal. Strategi bisnisnya akan mengikuti situasi di setiap wilayah
pengembangannya. Ia bekerja menyusun dan menentukan kelompok targetnya,
mempermudah kebijakan politik yang mendukung bisnisnya baik yang datang
dari pemerintah ataupun anggota perwakilan rakyat, bekerja sama dengan
siapapun untuk melakukan upaya promosi dan membentuk pasar secara
maksimal12.
Strategi pengembangan bisnis industri rokok ini meliputi beberapa hal,
yaitu: Iklan, Promosi, Sponsorship dan Corporate Social Responsibility (CSR)13.
Strategi ini cocok diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia dan
Kamboja. Kedua negara ini adalah surga untuk industri rokok. Promosi, iklan, dan
sponsor kegiatan anak muda oleh perusahaan rokok begitu gencar menyerbu
kalangan muda Indonesia, karena memang tak ada yang melarang. Bersama
Kamboja, Indonesia menjadi dua negara ASEAN yang masih membebaskan
sponsor rokok dalam acara olahraga, konser musik, hingga pesta jalanan.
Kedua negara ini tergolong negara miskin bukan? Indonesia diperkirakan
memiliki angka kemiskinan sebesar 49 persen dengan biaya hidup rata-rata
perhari sebesar dua dollar Amerika. Keduanya tidak memiliki aturan batasan yang
mengatur dan mengendalikan persoalan rokok secara ketat. Beberapa strategi
curang dan keji produsen rokok internasional juga sering dijalankan untuk
mempengaruhi para akademisi untuk menutupi dampak sebenarnya akibat
12
Ahmad Yunus . 2007. Tirani Rokok Kabut Asap Rokok dalam Global Warming. Indonesia
Tobacco Control Network
13
Survey Penelitian SEATCA di Asean tahun 2007 di negara Kamboja, Indonesia, Laos,
Malaysia, Philippines, Thailand dan Vietnam. Lima negara memiliki aturan yang cukup ketat
dalam mengatur masalah iklan, promosi, sponsorsip dan CSR. Kelima negara ini antara lain Laos,
Malaysia, Philippines, Vietnam dan Thailand. Dari kelima negara ini, Thailand memiliki aturan
yang sangat ketat terhadap industri rokok dan melakukan batasan-batasan ketat. Dua negara paling
bebas, tidak ada aturan main, tidak terkendali dan tidak punya batasan adalah Kamboja dan
Indonesia.
konsumsi rokok14. Data-data dalam Tabel 3 berikut ini mengindikasikan
gencarnya industri rokok dalam membentuk citranya di Indonesia baik melalui
iklan, promosi, sponsorship dan CSR.
Tabel 3
Berbagai Kegiatan yang Didanai Industri Rokok Tahun 200715
No Kegiatan yang didanai industri Jumlah Kegiatan dalam
rokok satu tahun
1. Olah raga 870
2. Seni dan budaya 438
3. Keagamaan 24
4. Lingkungan 5*)
5. Pendidikan 5*)
14
MPOWER dan Rokok, Kompas edisi Rabu, 3 September 2008.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/03/00363852/mpower.dan.rokok. Pada tanggal 12 Mei
1994, sebuah paket berisi 4.000 halaman dokumen internal rahasia industri rokok tiba di kantor
Prof Stanton Glantz di Institut Pengkajian Kebijakan Kesehatan Departemen Kedokteran
Universitas California, San Francisco dengan pengirim yang tidak jelas. Dokumen yang dikirim itu
ternyata sangat mengejutkan karena membeberkan aktivitas dan kebohongan publik perusahaan
rokok Brown & Williamson, anak perusahaan British American Tobacco (BAT). Tahun 1996, Prof
Glantz dan timnya memublikasikan buku The Cigarette Papers, yang menawarkan intipan lewat
lubang kunci bagaimana industri rokok bekerja. Buku ini tidak hanya mengubah secara mendasar
persepsi masyarakat Amerika Serikat tentang industri rokok dan bagaimana mengubah kebijakan
publik untuk meregulasi dan melitigasi industri rokok. Pada dekade 1980-an industri rokok sudah
terpojok ketika Surgeon General dijabat C Everett Koop pada 1981-1989, yang dengan laporannya
Nicotine Addiction (1988) menyatakan nikotin adalah bahan aktif yang menimbulkan kecanduan
mirip heroin dan kokain. Koop makin membuat industri rokok kelabakan dengan tudingan
”perokok pasif” yang disebabkan asap lingkungan tembakau (environmental tobacco smoke/ETS)
terancam kanker paru.
15
Data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), sepanjang tahun 2007. *) angka
estimasi yang diolah dari berbagai sumber
AC Nielsen menunjukkan angka pada tahun 2006 belanja iklan sector
rokok sebesar Rp 1,6 triliun. Iklan rokok berada pada urutan ketiga setelah iklan
telekomunikasi dan sepeda motor16. Media bodoh mana yang mau kehilangan dan
tawaran uang sebesar Rp 1,6 triliun itu? Satu media di Indonesia mungkin sadar
dan memilih untuk tidak menerima iklan rokok. Namun pertanyaannya sejauh
mana kekuatan media ini akan bertahan? Dan menahan diri dari gempuran iklan
rokok yang berdana besar dan menggiurkan?
Media massa yang seharusnya memberikan kontrol sosial seakan tutup
mata saat berhadapan dengan industri rokok. Tingginya porsi iklan rokok yang
diterima, diduga menjadi penyebab utama. Sebuah stasiun televisi yang muda
usia, 75 persen porsi iklannya (hampir Rp 1 trilyun) dari industri rokok. Tetapi
pembayar iklan berpesan, "Jangan sekali-kali membuat talkshow tentang rokok
ya". Media masa cetak terbesar di negeri ini (Kompas) tak luput menjadi
"penyembah" industri rokok. Padahal Kompas pernah menerima tobacco control
award dari WHO (1998) atas kepeduliannya terhadap bahaya rokok17.
Industri rokok pun menyiapkan dana besar guna mempromosikan
produknya melalui isu-isu lingkungan. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
isu lingkungan hidup banyak digunakan oleh perusahaan rokok sebagai media
untuk beriklan dan berpromosi. Dukungan penyelenggaraan Global Warming,
Desember 2007 di Bali salah satunya. Kegiatan ini berasal dari ini inisiatif
industri rokok. Iklan ini juga menempelkan nama perusahaan sebuah rokok,
dengan produk khas Sampoerna Hijau yang juga bisa diartikan merujuk pada
salah satu produk rokok dari Sampoerna18. Djarum juga mengembangkan
program yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan melalui Program Djarum
Bakti Lingkungan. Salah satu produknya adalah program pembibitan yang
didirikan di Kudus dengan nama Green Plants Cultivation of Seeding Center yang
dibangun sejak tahun 1984. Meskipun program ini sebenarnya adalah salah satu
bentuk CSR tapi dalam kenyataannya juga menjadi ajang promosi perusahaan
tersebut.
16
Hasil Riset AC Nielsen pada tahun 2007 tentang belanja iklan.
17
Ayo Menyembah Industri Rokok, Forum Pembaca KOMPAS.
18
ibid
Beberapa perusahaan rokok bahkan menyediakan sponsor pada
pelaksanaan acara-acara yang bersifat sosial keagamaan misalnya pada acara
pernikahan, pembangunan masjid dan pelaksanaan pesantren kilat. Rokok
akhirnya menjadi hal yang wajar jika konsumsi bagi para Kyai pengasuh pondok
pesantren beserta santri-santrinya. Wajar jika kemudian rokok yang hukum
awalnya adalah makruh lalu oleh MUI difatwakan haram bagi anak-anak, remaja
dan ibu hamil justru ditolak oleh kalangan Kyai. Hal ini terjadi karena para
Kyai/Ulama banyak yang sudah kecanduan rokok, bukan hanya adiktif secara
personal karena setiap hari menghisap rokok tapi sudah masuk ke ranah
organisasi, fikih dan akidah. Ulama-ulama Indonesia sepertinya tidak belajar dari
MUI-nya milik negara Thailand yang minoritas tapi sudah berani memberikan
fatwa haram pada produk rokok19.
Dukungan serupa ada pada 378 pertunjukan musik rock, jazz, pop,
dangdut hingga produksi dan pemutaran film, misalnya pada film Get Married,
dan Pintu Terlarang ditambah dengan 60 kegiatan seni dan budaya yang didukung
produsen rokok. Beberapa kasus terjadi pembagian rokok secara gratis oleh Sales
Promotion Girl (SPG) kepada anak-anak muda yang menonton pertunjukan
sehingga secara langsung mengajarkan kepada generasi muda untuk merokok.
Akhirnya menjadi lumrah jika kemudian budaya merokok di Indonesia
yang awalnya dilakukan oleh orang dewasa sekarang mulai bergeser pada usia
yang lebih muda (pada usia sekolah). Jika pada tahun 1995 usia merokok dimulai
pada umur 19 tahun saat ini sudah mulai bergeser, sekitar 70% dari perokok di
Indonesia memulai kebiasaannya sebelum berumur 17 tahun20, karena terbiasa
melihat anggota keluarganya yang merokok, guru dan Kyai/ulama-ulamanya.
Padahal anak-anak dan remaja tidak memiliki kemampuan untuk memahami
secara penuh dampak kesehatan produk tembakau dan sifat nikotin yang adiktif.
Upaya pembentukan citra industri rokok dalam pengembangan bisnisnya
juga dilakukan melalui event-event olahraga berskala nasional. Ekspansi
perusahaan rokok dalam mempertahankan eksistensi dan prestasinya dari tahun ke
19
Dr. Phusit Prakongsai, WHO SEARO. Thailand Health Promotion Foundation Experience
(ThaiHealth). Regional Consultation on Financing Health Promotion 2008: Policy Option, Jakarta
Indonesia
20
Data Komnas Perlindungan Anak Tahun 2004
tahun semakin canggih. Industri rokok tidak jarang menjadi sponsor utama dalam
kegiatan olahraga yang disiarkan secara luas melalui stasiun televisi di Indonesia.
Hampir semua event olahraga besar yang ada di tanah air menampilkan
perusahaan rokok sebagai sponsor utamanya padahal tujuan olah raga adalah
untuk menyehatkan tubuh, hal yang sungguh sangat bertentangan. Tabel 4 berikut
ini adalah beberapa event olah raga besar yang disponsori oleh perusahaan rokok.
Tabel 4
Event Olahraga dengan Sponsor Utama Perusahaan Rokok
Tahun 2004-200821
21
Diolah dari berbagai sumber
22
Nuryana, 2005 dalam http://www.ristiuty.edublogs.org
harus dijalankan setiap perusahaan, hanya saja pada sisi lain Program CSR juga
menjadi salah satu media bagi perusahaan tersebut memposisikan dirinya agar
dengan mudah diterima di masyarakat secara luas. Bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan atau CSR bisa direalisasikan melalui pemberian beasiswa kepada
wartawan, mahasiswa dan anak-anak sekolah yang berprestasi, proyek bantuan
lingkungan dan kegiatan lainnya di bawah nama perusahaan atau nama produk
industri rokok tersebut.
Strategi CSR perusahaan rokok melalui jalur pendidikan di Indonesia saat
ini telah dijalankan oleh tiga besar perusahaan rokok, yaitu Djarum, Sampoerna
dan Gudang Garam. Saat ini PT. Djarum sukses menyalurkan beasiswa Djarum
melalui program Bakti Pendidikan. Para penerima beasiswa Djarum ini
selanjutnya disebut Beswan Djarum. Sejak diluncurkan, program beasiswa ini
sudah diberikan kepada lebih dari 5.000 mahasiswa23. PT. HM Sampoerna pun
aktif dengan pemberian beasiswa melalui lembaga bentukannya yaitu Sampoerna
Foundation (SF). SF sebenarnya adalah organisasi filantropis yang pada saat
Sampoerna dibeli oleh Philips Moris International SF tidak ikut dibeli. SF yang
didirikan pada tahun 2001 oleh para pemegang saham PT. HM Sampoerna saat ini
sudah memberikan beasiswa kepada lebih dari 32.000 siswa dan mahasiswa di
Indonesia24. PT. Gudang Garam juga tidak mau ketinggalan meluncurkan program
di universitas-universitas terkemuka dengan pemberian beasiswa Gudang Garam.
Ketiga industri rokok terbesar ini pun aktif mensponsori lomba karya tulis ilmiah
dan terhadap penelitian-penelitian akademisi. Ironisnya para penerima beasiswa
dan peserta lomba tersebut banyak dari mahasiswa Kesehatan Masyarakat dan
kedokteran yang harusnya mereka menyatakan perang terhadap rokok.
Data-data ini menunjukkan besarnya tantangan pemerintah, masyarakat,
lembaga-lembaga anti rokok negeri ini dan MUI yang telah memberikan fatwa
haram pada rokok apakah mampu atau tidak dalam mengatasi epidemi
tembakau/rokok masa kini dan masa mendatang. Sebuah tantangan jangka
panjang menuju masyarakat sehat dan negara sehat. Kita harus yakin bahwa kita
bisa mengatasi epidemi ini demi meningkatkan derajad kesehatan manusia negeri
Indonesia tercinta ini.
23
Direktori Beswan Djarum, Direktori Penerima Beasiswa Djarum 2006.
24
Sejarah Sampoerna Foundation, www.sampoernafoundation.org.
Lampiran
Nama : Andoyo
Tempat tanggal lahir : Blora, 22 Pebruari 1983
Status : Menikah
Nomor Telepon : 085640213107 dan
(021) 4272878
Alamat email : andoyo_andoyo@yahoo.com
andoyoandoyo@gmail.com