Professional Documents
Culture Documents
Definisi
Adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
Anak yg sebelumnya pernah mengalami kejang tanpa demam tidak digolongkan sebagai penderita kejang demam
Demam
Infeksi Alergi
Radang
Pirogen
Penyebab Demam
INFEKSI
NON-INFEKSI
Virus Bakteri
Hypothalamus
set point meningkat mhasilkan panas: menggigil mengerutkan pembuluh darah > pucat
Kelirumologi
Demam? dikompres saja pakai air es agar suhunya turun
Fakta:
apabila diberi air dingin, otak kita akan menyangka bahwa suhu diluar tubuh dingin sehingga otak akan memerintahkan tubuh untuk menaikkan suhunya dengan cara menggigil sehingga memproduksi panas. Akibatnya suhu tubuh anak bukannya turun, melainkan tambah panas
Kejang
PERBANDINGAN
Kejang demam Demam Kelainan otak Kejang berulang Penurunan kesadaran
Pencetus (-)
Epilepsi
Tidak ada kaitannya (+)
Meningitis Ensefalitis
Salah satu gejalanya (-)
(-)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
Insidensi Kejang
Usia:
Hirtz & Nelson, 1992: usia rata-rata mulainya KD antara 18-22 bln IDAI : > 1 bulan , terjadi 2-5 % 6 bln-3 thn, tertinggi 18 bln
Jenis kelamin:
Laki-laki > Perempuan Lumbantobing S.M. Millichap
1,25 : 1 1,4 : 1
Penyebab denam
Tonsilitis dan/atau faringitis Otitis media akut Enteritis/gastroenteritis disertai dehidrasi Bronkopneumonia Enteritis/gastroenteritis Bronkitis Morbili Varicella DHF Tidak diketahui
Jumlah penderita
100 91 44 38 22 17 12 1 1 66
Suhu yg dapat mencetuskan serangan kejang ialah suhu sebelum terjadinya kejang
Tinggi Suhu
37,8 - 38,0 38,1 - 38,5 38,6 - 39,0 39,1 - 39,5 39,6 - 40,0 40,1 - 40,5 41,6 - 41,0
Jumlah penderita
22 58 40 27 36 10 7
Presentase
11 29 20 13,5 18 5 3,5
41,1 - 41,5
0,5
Faktor Genetik
20 25 % pederita KD mempunyai keluarga dekat (orang tua dan saudara kandung) yang juga pernah menderita KD Lokus genetik kejang demam :
Kromosom 8 q 13- 21 FEB 1 B Kromosom 19 p 13,3 FEB 2 Kromosom 2 q23-24 FEB 3 Kromosom 5 q 14-15 FEB 4 Kromosom 6 q 22-24 FEB 5
Patofisiologi
Hipoksemia Hipoksemia
Iskemia Iskemia
Hipoglikemia Hipoglikemia
GABA
Pompa Sodium Potasium gagal Hipokalsemia Natrium ke Natrium kedalam dalam sel>> sel>> Hipomagnesemia Depolarisasi Depolarisasi Pelepasan muatan listrik berlebihan.
KEJANG
KARAKTERITIK
SEBERAPA SERING? Terjadi pada suhu > 38.3C 6 bulan 5 tahun; Tersering pada BATITA!! Jarang: < 6 bln atau > 3 thn
Kejang Demam
1
Livingstone
KD Sederhana
1 Kejang bersifat umum
Fukuyama
KD Sedehana
1 Tidak ada riwayat epilepsi dalam keluarga Tidak ada riwayat cidera otak oleh penyebab apapun Serangan KD pertama terjadi antara 6 bln - 6 thn Kejang berlangsung tidak lebih dari 20 mnt Tidak bersifat fokal
Fungsi saraf normal dan setelah kejang tetap normal EEG setelah tidak demam normal
EEG normal
Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas perkembangan Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
KD tidak khas
1 KD yg tidak memenuhi butir KD sederhana diatas
KD Kompleks
1 Bila KD tidak memenuhi kriteria KD sederhana diatas
IDAI (2004)
TIPE KEJANG
1. Kejang Partial 2. Kejang Generalisata Kejang absence ( petit mal ) hilangnya kesadaran secara singkat contoh, mungkin pasien tiba-tiba menghentikan pembicaraan, menatap kosong, atau berkedip-kedip dengan cepat. Kejang tonik-klonik ( grand mal ) Kejang tonik-klonik adalah kejang epilepsi yang klasik. Kejang tonik-klonik diawali oleh hilangnya kesadaran dengan cepat. Pada fase tonik, otot-otot berkontraksi dan posisi tubuh mungkin berubah Kejang tonik-klonik demam, yang sering disebut sebagai kejang demam, paling sering terjadi pada anak berusia kurang dari 5 tahun. Teori menyarankan bahwa kejang ini disebabkan oleh hipernatremia yang muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Kejang ini umumnya berlangsung singkat, dan mungkin terdapat predisposisi familial. Pada beberapa kasus, kejang dapat berlanjut melewati masa anak dan anak mungkin mengalami kejag non demam pada kehidupan selanjutnya. Kejang tonik Peningkatan mendadak tonus otot (menjadi kaku, kontaksi) wajah dan tubuh bagian atas, fleksi lengan dan ekstensi tungkai, mata dan kepala mungkin berputar ke satu sisi, dapat menyebabkan henti nafas. Kejang klonik Gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan tungal atau multipel di lengan, tungkai, atau torso Kejang mioklonik Kontraksi mirip syok mendadak yang terbatas dibeberapa otot atau tungkai, cenderung singkat. Kejang atonik Hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur tubuh.
Diagnosis
Anamnesis : Adanya kejang, jenis kejang , kesadaran, lama kejang Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang Penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala infeksi saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK. Otitis media akut/OMA, dll) Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia) Pemeriksaan Fisik : Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran Suhu tubuh: apakah terdapat demam Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Kernique, Lasuque dan pemeriksaan nervus cranial Tanda peningkatan tekanan intrakranial: ubun ubun besar (UUB) membonjol, papil edema Tanda infeksi di luar susunan saraf pusat seperti infeksi saluran pernapasan, faringitis, otitis media, infeksi saluran kemih dan lain sebagainya yang merupakan penyebab demam Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex patologis11
Pemeriksaan Penunjang :
Lab darah tepi, kadar gula darah, elektrolit, dapat dilakukan atas indikasi EEG Radiologis Ro kepala, CT-scan, MRI Kemungkinan kelainan lain maka lakukanlah pemeriksaan cairan serebrospinalis, punksi lumbal
Diagnosa Banding
Penyebab dari kejang itu didalam atau diluar susunan saraf pusat (otak). Oleh sebab itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak. Kelainan didalam otak biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak dan lain-lain. Kejang demam sederhana atau epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Menggigil karena demam ex : malaria
Perjalanan Penyakit
Mortalitas 0,65-0,75 % Perkembangan mental dan neurologi normal bila sebelumnya normal Gejala sisa hemiparesis, diplegia, koreoatetosis, regiditas deserebras, hiperaktifitas Ggn intelektual dan ggn belajar jarang terjadi, IQ lebih rendah pd penderita KD yang lama dan alami komplikasi Kejadian epilepsi pada KD bervariasi sekitar 2,5 % 2-3 kali lebih banyak dari populasi umum KD berulang 2 kali lebih bayak alami epilepsi dibanding tidak berulang. Faktor risiko epilepsi:
Ggn neurologi,riwayat kejang tanpa demam dalam keluarga, kejang fokal/> 15 mnit
Serangan berulang:
Satu episode KD dapat terdiri dari satu, dua, tiga atau lebih serangan kejang. 30 -35% alami kejang berulang ( berulang lebih dari 3, 9-17 %, 75 % berulang dalam 1 tahun) 50 % berulang pada anak < 1 tahun. risiko berulang kejang pada anak > 1 tahun : 28 % Risiko berulang lebih sering pada anak dengan perkembangan abnormal , riwayat epilepsi pada keluarga,
Penatalaksanaan Penderita KD
Terapi pada fase akut Pengobatan profilaksis terhadap kambuhnya KD
Bila masih kejang : 15 mnt kemudian ulangi pemberian diazepam dgn dosis yang sama 4 jam kemudian berikan fenobarbital dengan dosis Hari pertama dan kedua : 8-10 mg/kgBB/hr - 2 dosis Hari berikutnya sampai demam reda : 4-5 mg/kgBB/hr - 2 dosis
APRC 2007
Dosis Antikonvulsif
3 upaya yang dapat dilakukan: 1. Profilaksis intermiten, pada waktu demam 1. Obat antikonvulsan segera diberi begitu diketahui anak demam. 2. Diazepam oral atau rectum. 1. Dosis per oral 0,5 mg/kgBB/hr dibagi 3 dosis 2. Dosis per rectum 5 mg pada usia < 3 thn; 10 mg pada usia > 3 thn 2. Profilaksis terus menerus, dengan obat antikonvulsan tiap hari 1. Pemberian fenobarbital rumatan dapat mengurangi kambuhnya KD 2. Obat lain yg dapat digunakan ialah asam valproat (20-40 mg/kgBB/hr) Asam valproat lebih sedikit mengakibatkan gangguan atau perubahan tingkah laku, namun bersifat hepatotoksik 3. Mengatasi segera bila terjadi kejang
Phenitoin dan karbamazepin tidak efektif
Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan pada kejang demam komplek dengan faktor risiko
Diberikan selama 1 tahun
Rujukan
Perlu rawat inap Kejang demam komplek Hiperpireksia Usia < 6 bulan Kejang demam pertama Dijumpai kelainan neurologis
Edukasi
Beberapa hal yang harus dikerjakan, bila kembali kejang . Tetap tenang dan tidak panik. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukan sesuatu ke dalam mulut. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang. Tetap bersama pasien selama kejang. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.