You are on page 1of 7

SEJARAH PERBANKAN SYARIAH TENTANG EKONOMI MONETER

DISUSUN OLEH : ANDREYANO SAPUTRA ARIS JANUARI RIKA JULITA

D III PERBAKAN SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI 2012

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah Kebijakan Moneter................................................................................................. 1 BAB I PEMBAHASAN B. Pengertian Uang .................................................................................................................. 2 C. Pernanan dan Fungsi Uang ................................................................................................. 2 D. Nilai Uang ........................................................................................................................... 3 E. Standar Moneter .................................................................................................................. 5 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Sejarah Kebijakan Moneter Sistem moneter sepanjang zaman telah mengalami banyak perkembangan, sistem keuangan inilah yang paling banyak dilakukan studi empiris maupun historis bila dibandingkan dengan disiplin ilmu ekonomi yang lain. Sistem keuangan pada zaman Rasulullah digunakan bimetallic standard, yaitu emas dan perak (dirham dan dinnar) karena keduanya merupakan alat pembayaran yang sah dan beredar di masyarakat.1 Sebuah pertanyaan awal yang mesti dijawab adalah apakah keberadaan fiduciary money dalam ekonomi islam diperbolehkan ? Adakah mekanisme yang memungkinkan untuk mencapai kestabilan nilai tukar fiduciary money dengan menghilangkan penggunaan suku bunga dan instrument lain yang dilarang dalam syariah ? Dalam Al-Quran maupun sunnah tidak ditemukan secara spesifik keharusan untuk menggunakan dinar (emas) dan dirham (perak) sebagai standard nilai tukar uang (full-bodied monometallic standard). Khalifah Umar Bin Khatab (23/644), telah

mencoba untuk memperkenalkan jenis uang dari kulit binatang. Oleh beberapa fuqaha terkemuka keberadaan uang fiducier ini juga mendapat dukungan seperti Ahmad Ibn Taimiyah (505/1328). Merujuk dari pendapat para fuqaha ini tidak diketemukan akan keharusan memakai emas dan perak sebagai alat pembayar, walaupun pada masa itu keberadaan full-bodied money merupakan sebuah kelaziman. Namun disamping membolehkan uang fiducier, Ibn Taimiyah mengingatkan bahwa penggunaan uang ini akan mengakibatkan hilangnya uang dinar dan emas dari peredaran karena adanya hukuman Gresham. Imam Al-Ghazali (1058-111 m)

memperbolehkan penggunaan unag yang tidak dikaitkan dengan emas/perak selama pemerintah mampu menjaga nilainya.

Karim, Adiwarman. 2010. Ekonomi Makro Islami. Jakarta : Rajawali Pers

BAB II PEMBAHASAN EKONOMI MONETER

A. Pengertian Uang Uang adalah segala sesuatu yang dapat dipakai dan diterima umum untuk melakukan berbagai macam transaksi ekonomi/pembayaran seperti pembelian barang dan jasa, pelunasan hutang, investasi, dll. Sedangkan uang dalam ilmu ekonomi modern, didefinisikan beberapa ahli sebagai berikut (Darmawan, 2006): 1. AC Pigou; dalam bukunya The Veil of Money, yang dimaksud uang adalah alat tukar 2. DH Robertson; dalam bukunya Money, ia mengatakan bahwa uang adalah sesuatu yang bisa diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang-barang. 3. RG Thomas; dalam bukunya Our Modern Banking, menjelaskan uang adalah sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang. B. Pernanan dan Fungsi Uang Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran barang dengan barang, juga untuk menghidarkan perdagangan dengan cara barter. Secara lebih rinci, fungsi uang dibedakan menjadi dua: fungsi asli dan fungsi turunan.2 Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan sebagai penyimpannilai. Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat mempermudah pertukaran. Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu menukarkan dengan barang,tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar. Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.
2

Budiono, (1995), Ekonomi Moneter, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi (BPFE), Jogjakarta.

Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account ) karena uang dapat digunakan untuk menunjukan nilai berbagai macam barang/jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman.Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang/jasa (alat penunjuk harga). Sebagai alat satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran. C. Nilai Uang Nilai uang dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut: a. Nilai nominal dan nilai intrinsic Nilai nominal adalah nilai yang tertulis pada setiap mata uang atau nilai yang tertulis pada uang itu sendiri. Nilai intrinsik adalah nilai atau harga bahan yang digunakan untuk membuat mata uang tersebut. b. Nilai internal dan nilai eksternal Nilai internal adalah nilai uang atau daya untuk membeli sejumlah barang atau jasa tertentu. Nilai internal merupakan nilai riil, yaitu nilai yang dapat diukur dengan jumlah benda yang menunjukkan daya beli uang tersebut. Nilai eksternal yaitu nilai suatu mata uang yang diukur dengan mata uang asing (mata uang negara lain), yang dinamakan kurs uang atau nilai tukar uang. Saat ini sebagian besar uang dibuat dari kertas. Uang kertas yang berlaku saat ini hampir tidak mempunyai nilai intrinsik, akan tetapi masyarakat mau menerima uang tersebut karena kepercayaan masyarakat terhadap uang itu sendiri. Karena berlakunya uang kertas atas dasar kepercayaan, maka uang kertas disebut uang kepercayaan atau fiduciary.3 Nilai mata uang suatu negara berbeda dengan nilai mata uang negara yang lainnya, oleh karena itu mata uang suatu negara tidak dapat ditukar dengan mata uang negara lain dengan jumlah yang sama. Untuk melakukan tukar-menukar mata uang
3

Nopirin, (1996), Ekonomi Moneter, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi (BPFE), Jogjakarta.

asing perlu dilakukan kurs mata uang asing. Kurs mata uang asing adalah harga mata uang sendiri atau harga mata uang asing yang dinyatakan dalam rupiah.

D. Standar Moneter

Standar moneter diartikan sebagai system moneter yang didasarkan atas standar nilai uang, termasuk didalamnya peraturan tentang ciri-ciri/sifat-sifat dari uang, pengaturan tentang jumlah uang yang beredar (baik logam ataupun kertas), ekspor-impor logam-logam mulia serta fasilitas bank dalam hubungannya dengan ekspansi demand deposit. Standar Moneter pada hakekatnya bisa dikategorikan menjadi 2 golongan yaitu : 1. Standar barang (Commodity standard) adalah sistem moneter di mana nilai uang dijamin atau didasarkan pada seberat tertentu barang. Contoh : emas dan perak. Diartikan sebagai system moneter dimana nilai/tenaga beli uang dijamin sama dengan seberat tertentu barang (emas, perak, dan seterusnya). Setiap nilai uang yang beredar dijamin dengan seberat tertentu barang yang ditentukan oleh Pemerintah. Standar barang ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. STANDARD TUNGGAL (Mono Methalism Standard) adalah sistem moneter di mana nilai uangnya didasarkan pada sejenis nilai logam. Ex : emas atau perak. b. STANDARD KEMBAR (Bimethalism Standard adalah sistem moneter di mana nilai uangnya di dasarkan atas dua jenis logam. Ex: emas dan perak. 2. Standar Kepercayaan (Fiat Standard) Standar Kepercayaan adalah sistem moneter dimana nilai uangnya tidak dijamin dengan seberat tertentu barang (logam). Diartikan sebagai system moneter nilai/tenaga beli uang tidak dijamin dengan seberat tertentu barang (logam). Hanya atas dasar kepercayaan masyarakat mau menerima uang tersebut sebagai alat pembayaran yang sah serta sebagai alat penukar dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Nopirin, (1996), Ekonomi Moneter, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi (BPFE), Jogjakarta. Budiono, (1995), Ekonomi Moneter, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi (BPFE), Jogjakarta.

You might also like