Professional Documents
Culture Documents
Materi kali ini saya pertajam ke langkah taktis pengembangan dan usaha memotivasi
bapak ibu guru yang hadir untuk mengembangkan multimedia pembelajaran. Success
story para bapak ibu guru yang memenangkan berbagai lomba level nasional dan
internasional juga saya sampaikan, termasuk personnya saya tampilkan. Kebetulan acara
seminar ini bersamaan dengan launching KOMED (Komunitas Multimedia Edukasi)
yang beranggotakan pemenang-pemenang berbagai lomba pengembangan multimedia di
tanah air. Jadi teman-teman pengembang multimedia pembelajaran juga banyak yang ikut
hadir.
Perhatikan dengan benar, yang akan kita buat itu apakah alat bantu kita untuk mengajar
(presentasi) ke siswa atau kita arahkan untuk bisa dibawa pulang siswa alias untuk belajar
mandiri di rumah atau sekolah. Jenis multimedia pembelajaran menurut kegunannya ada
dua:
Ambil tema bahan ajar yang menurut kita sangat membantu meningkatkan pemahaman
ke siswa dan menarik bila kita gunakan multimedia. Ingat bahwa tujuan utama kita
membuat multimedia pembelajaran adalah untuk meningkatkan pemahaman
siswa. Jangan terjebak ke memindahkan buku ke media digital, karena ini malah
mempersulit siswa. Ketika guru biologi ingin menggambarkan sebuah jenis tumbuhan
supaya bisa dipahami siswa, dan itu sulit ternyata dilakukan (karena guru tidak bisa
nggambar di komputer, dsb), maka ya jangan dilakukan Alangkah lebih baik apabila
pohon tersebut dibawa saja langsung ke depan kelas. Ini salah satu contoh bagaimana
media pembelajaran itu sebenarnya tidak harus dengan teknologi informasi. Dalam
sertifikasi guru, pemanfaatan media pembelajaran seperti pohon itu, atau kecoak
dikeringkan, dsb tetap mendapatkan poin penilaian yang signifikan.
memanfaatkan situs howstuffworks.com untuk mencari ide Jangan lupa juga bahwa
banyak pemenang-pemenang lomba pengembangan multimedia pembelajaran yang
hanya bermodal Openoffice Impress atau PowerPoint sudah cukup membuat karya yang
berkualitas tinggi. Gambar disamping saya ambil dari karya pak Teopilus Malatuni, guru
SMAN 1 Kaimana Papua Barat yang dibuat dengan tool sederhana, bisa
mendapatkan skor signifikan di lomba dikmenum tahun 2007. Kuncinya adalah tekun,
sabar dan pantang menyerah. Tidak ada ilmu pengetahuan yang bisa didapat secara
instan, semua melewati proses panjang.
Saya berikan contoh bagaimana perdjoeangan mas Heru Suseno, guru fisika dari SMA
Negeri 2 Madiun. Mas Heru ini dengan seriusnya menerapkan ATM dengan mencoba
meniru tampilan Microsoft Encarta di tahun 2006. Tahun 2007 beliau sudah berhasil
memperbaiki dan memodifikasi karya untuk selevel Encarta, tapi sudah tidak nyontek
Encarta lagi
6. TETAPKAN TARGET
Jaga keseriusan proses belajar dengan membuat target pribadi, misalnya untuk
mengikuti lomba, memenangkan award, menyiapkan produk untuk dijual, atau
deadline jadwal mengajar di kelas. Target perlu supaya proses belajar membuat
multimedia pembelajaran terjaga dan bisa berjalan secara kontinyu alias tidak putus di
tengah jalan. Untuk lomba dan award, paling tidak di Indonesia ada berbagai event
nasional yang bisa kita jadikan target. Balai pengembangan multimedia dan dinas
pendidikan nasional di berbagai daerah saat ini saya lihat mulai marak menyelenggarakan
berbagai event lomba di tingkat lokal.
Dari pengalaman menjadi juri lomba di berbagai event, saya lihat kesuksesan bapak ibu
guru dalam mengembangkan multimedia pembelajaran bukan dari kelengkapan
infrastruktur atau berlimpahnya budget yang dimiliki, tapi justru dari ketiga hal ini:
Saya berikan contoh bagaimana pak Joko Triyono, guru kesenian dari SMA prembun
berdjoeang sampai akhirnya menikmati banyak penghargaan di berbagai event. Saya
ingat benar karya pertama beliau tahun 2005 berformat HTML, masih polos sekali,
bahkan beberapa halaman error karena salah link. Kemudian beliau belajar dari
awal menggunakan software presentasi dan akhirnya tahun 2007 beliau berhasil
menghasilkan produk yang sudah siap jual dalam tema Musik Gamelan.
Beliau rekam satu persatu puluhan peralatan gamelan jawa, dan dimasukkan ke
multimedia pembelajaran yang beliau buat. Dahsyatnya kita bisa nanggap wayang
tanpa gamelan dan gending asli, cukup dengan software itu saja, asal dimainkan
banyak orang dengan masing-masing memilih satu jenis gamelan.
Tentu tidak ada kata mudah dalam berdjoeang, paling tidak 7 hal diatas adalah langkah
yang cukup mudah ditempuh dan pada kenyataannya banyak yang berhasil berkarya
karena tekun dan pantang menyerah mengulang-ulang 7 hal itu.