You are on page 1of 13

SPEKTROMETRI INFRA MERAH

I.

Pendahuluan Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75 1.000 m atau pada Bilangan Gelombang 13.000 10 cm-1. Sinar infra merah dibagi atas tiga daerah, yaitu: a. Daerah Infra Merah dekat. b. Daerah Infra Merah pertengahan. c. Daerah infra merah jauh.

Daerah panjang gelombang yang digunakan pada alat spektrofotometer infra merah adalah pada daerah infra merah pertengahan, yaitu pada panjang gelombang 2,5 50 m atau pada bilangan gelombang 4.000 200 cm-1. Satuan yang sering digunakan dalam spektrofotometri infra merah adalah Bilangan Gelombang ( sebagai Kaiser (Giwangkara, 2007). ) atau disebut juga

II. Prinsip Radiasi inframerah (2500-50000 nm atau 4000-200 cm-1) dapat menyebabkan terjadinya vibrasi dan atau rotasi suatu gugus fungional dalam molekul sehingga gugus fungsi yang berlainan dalam suatu struktur kimia masing-masing akan menunjukkan spektrum serapan inframerah yang karakteristik. Atom-atom di dalam molekul tidak dalam keadaan diam, tetapi biasanya terjadi peristiwa vibrasi. Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang
1

menghubungkannya. Vibrasi molekul sangat khas untuk suatu molekul tertentu dan biasanya disebut vibrasi finger print. Vibrasi molekul dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu vibrasi regangan (stretching) dan vibrasi bengkokan (bending). Dalam vibrasi regangan, atom bergerak terus sepanjang ikatan yang menghubungkannya

sehingga akan terjadi perubahan jarak antara keduanya, walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi regangan ada dua macam, yaitu Regangan Simetri (unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang datar) dan Regangan Asimetri (unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih dalam satu bidang datar). Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang mempengaruhi osilasi atom atau molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu Vibrasi Goyangan (Rocking - unit struktur bergerak mengayun asimetri tetapi masih dalam bidang datar), Vibrasi Guntingan (Scissoring - unit struktur bergerak mengayun simetri dan masih dalam

bidang datar), Vibrasi Kibasan (Wagging - unit struktur bergerak mengibas keluar dari bidang datar), dan Vibrasi Pelintiran (Twisting - unit struktur berputar mengelilingi ikatan yang

menghubungkan dengan molekul induk dan berada di dalam bidang datar). Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi bengkokan, khususnya goyangan (rocking), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000 400 cm-1. Karena di daerah antara 4000 2000 cm-1 merupakan daerah yang khusus yang berguna untuk identifkasi gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan daerah antara 2000 400 cm-1 seringkali sangat rumit, karena vibrasi regangan maupun bengkokan mengakibatkan absorbsi pada daerah tersebut (Giwangkara, 2007).

III. Instrumen Spektrometri Infra Merah

Komponen-komponen dalam instrumentasi spektroskopi infra merah meliputi: (1) Sumber radiasi; (2) Tempat sampel; (3) Monokromator; (4) Detektor; dan (5) Rekorder. Terdapat dua macam spektroskopi infra merah yaitu spektroskopi infra merah dengan berkas tunggal (single-beam), dan spektroskopi infra merah berkas ganda (double-beam).

1.

Sumber radiasi Radiasi infra merah dihasilkan dari pemanasan suatu sumber radiasi dengan listrik

sampai suhu antara 1500 dan 2000 K. Sumber radiasi yang biasa digunakan adalah : a. Nernst Glower merupakan campuran oksida dari zirkom (Zr) dan Yitrium (Y) yaitu berupa senyawa ZrO2 dan Y2O3 atau campuran oksida thorium (Th) dan Cerium (Ce). Nernst Glower ini berupa silinder dilapisi platina untuk melewatkan arus listrik. Nernst Glower mempunyai radiasi maksimum pada panjang gelombang 1,4 mm atau bilangan gelombang 7100 cm-1. b. Globar merupakan sebatang silicon karbida (SiC) dengan ukuran diameter sekitar 5 mm dan panjang 50 mm. Radiasi maksimum Globar pada panjang gelombang 1,8 2,0 mm atau pada bilangan gelombang 5500 5000 cm-1. c. Kawat Nikrom merupakan campuran nikel (Ni) dan khrom (Cr). Kawat nikhrom berbentuk spiral dan mempunyai identitas radiasi yang lebih rendah dari Nernst Glower dan Globar tetapi mempunyai umur yang lebih panjang.
3

2. Tempat sampel Tempat sampel atau sel tergantung dari jenis sampel. a. Untuk sampel berbentuk gas, digunakan sel gas dengan lebar sel atau panjang berkas radiasi 40 mm. Hal ini dimungkinkan untuk menaikkan sensitivitas karena adanya cermin yang dapat memantulkan berkas radiasi berulang kali melalui sampel. b. Tempat sampel untuk sampel yang berbentuk cairan umumnya mempunyai panjang berkas radiasi kurang dari 1 mm biasanya dibuat lapisan tipis (film) diantara dua keeping senyawa yang transparan terhadap radiasi infra merah. Senyawa yang biasa digunakan adalah natrium klorida (NaCl), kalsium fluoride (CaF2), dan kalsium iodide (CaI2). Dapat juga dibuat larutan yang kemudian dimasukkan ke dalam sel larutan. Wadah sampel untuk larutan disebut sel larutan. Sampel dilarutkan ke dalam pelarut organik dengan konsentrasi 1 5%. Pelarut organik yang biasa dipakai adalah karbon tetraklorida (CCl4), karbon disulfide (CS2) dan kloroform (CHCl3). c. Wadah sampel untuk sampel padat mempunyai panjang berkas radiasi kurang dari 1 mm. Pelet KBr dibuat dengan menggerus sampel dan Kristal KBr (0,1 2,0 % berdasarkan berat) sehingga merata, kemudian ditekan (sekitar 8 ton) sampai diperoleh pellet atau pil tipis. Bentuk pasta dibuat dengan mencampur sampel dan setetes bahan pasta sehingga merata kemudian dilapiskan antara dua keeping NaCl yang transparan terhadap radiasi infra merah. Bahan pasta yang biasa digunakan adalah paraffin cair. Lapis tipis dibuat dengan meneteskan larutan dalam pelarut yang mudah menguap pada permukaan kepingan NaCl dan dibiarkan sampai menguap.

3.

Monokromator Pada pemilihan panjang gelombang infra merah dapat digunakan filter, prisma atau grating. Seperti alat spektroskopi pada gambar di atas, berkas radiasi terbagi dua, sebagian melewati sampel dan sebagian melewati blanko (reference). Setelah itu kedua berkas sinar tersebut bergabung kembali dan kemudian dilewatkan ke dalam monokhromator. Filter biasa dgunakan untuk tujuan analisis kuantitatif, sebagai contoh dengan panjang gelombang 9,0 mm untuk penentuan asetaldehida. Filter dengan panjang gelombang 13,4 mm untuk penentuan 0-diklorobenzena, dan filter dengan panjang
4

gelombang 4,5 mm untuk penentuan dinitrogen oksida. Ada juga filter yang mempunyai panjang gelombang pada kisaran antara 2,5 sampai dengan 4,5 mm; 4,5 sampai dengan 8,0 mm, dan 8,0 sampai dengan 14,5 mm. Prisma yang terbuat dari kuasa digunakan untuk daerah infra merah dekat (0,8 sampai dengan 3,0 mm). Prisma yang paling umum digunakan adalah terbuat dari Kristal natrium klorida dengan daerah frekuensi 2000 sampai 670 cm-1 (atau 5 15 mm). Contoh prisma lainnya adalah Kristal kalium bromide dan cesium bromide yang sesuai untuk daerah spectrum infra merah jauh yaitu pada kisaran 15 40 mm. Kristal LiF juga dapat digunakan untuk daerah spectrum infra merah dekat yaitu pada panjang gelombang antara 1 5 mm. Grating umumnya memberikan hasil yang lebih baik daripada prisma. Biasanya grating dibuat dari gelas atau plastic yang dilapisi dengan aluminium.

4. Detektor Setelah radiasi infra merah melewati monokhromator, kemudian berkas radiasi ini dipantulkan oleh cermin dan akhirnya ditangkap oleh detector. Detektor pada spectrometer infra merah merupakan alat yang bisa mengukur atau mendeteksi energi radiasi akibat pengaruh panas. Berbeda dengan jenis detector lainnya (misalnya phototube), pengukuran radiasi infra merah lebih sulit karena intensitas radiasi rendah dan energi foton infra merah juga rendah. Akibatnya signal dari detector infra merah kecil sehingga dalam pengukurannya harus diperkuat. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor : Kepekaan yang tinggi Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi Respon konstan pada berbagai panjang gelombang. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi. Terdapat dua macam detector yaitu thermocouple dan bolometer. Detektor yang paling banyak digunakan dalam spektrofotometer infra merah adalah thermocouple. Detektor thermocouple merupakan alat yang mempunyai impedans tinggi. Detektor thermocouple terdiri dari dua kawat halus yang terbuat dari logam seperti platina (Pt) dan perak (Ag) atau antimony (Sb) dan bismuth (Bi). Energi
5

radiasi infra merah akan menyebabkan terjadinya pemanasan pada salah satu kawat dan panasnya ini sebanding dengan perbedaan gaya gerak listrik yang dihasilkan dari kedua kawat. Bolometer merupakan semacam thermometer resistans yang terbuat dari kawat platina atau nikel. Dalam hal ini akibat pemanasan akan terjadi perubahan tahanan pada bolometer sehingga signal menjadi tidak seimbang. Signal yang tidak seimbang ini kemudian diperkuat sehingga dapat dicatat atau direkam. 5. Rekorder Signal yang dihasilkan dari detector kemudian direkam sebagai spectrum infra merah yang berbentuk puncak-puncak serapan. Spektrum infra merah ini menunjukkan hubungan antara absorban dan frekuensi atau bilangan gelombang atau panjang gelombang. Sebagai absis adalah frekuensi (cm-1) atau panjang gelombang (mm) atau bilangan gelombang (cm-1), dan sebagai ordinat adalah transmitan (%) atau absorban. Cara Penanganan cuplikan tergantung pada wujud cuplikan gas, cair atau padatan. a. Gas Dimasukkan dalam sel gas, yang menghadap langsung ke sumber sinar IR. Wadah (sel gas) tidak menyerap sinar pada gelombang IR. b. Cairan Cairan diteteskan pada pelat NaCl berupa film tipis, dan bila larutannya berair harus cepat-cepat dikeringkan agar pelat NaCl tidak rusak. Namun untuk larutan berair biasanya digunakan pelat CsI dan CaF2. Pelarut organic yang umumnya digunakan adalah yang tidak mengandung gugus fungsi utama agar jangan mengganggu analisa seperti toluene, heksana, kloroform, dll c. Padatan Ada tiga cara untuk menangani cuplikan padatan Pelet Kbr Menumbuk cuplikan (0,1 2,0 %) dengan KBr kemudian ditekan dalam setakan hingga membentuk pellet KBr. Mull atau Pasta Mencampur cuplikan dengan minyak pasta kemudian dilapiskan pada dua keeping NaCl.

Lapisan tipis Padatan dilarutkan dalam pelarut yang volatile kemudian diteteskan pada peleet NaCl. Bila pelarut sudah menguap maka akan diperoleh lapisan tipis pada pelat.

IV. Prosedur Preparasi Sampel Penyiapan Sampel Pada FTIR a. Sampel padat Padatan dihaluskan sampai kurang dari 2 m. Proses penghalusan dilakukan hatihati agar tidak merusak strukturnya. Partikel kasar perlu dihaluskan karena dapat menghasilkan pemencaran radiasi inframerah. Selanjutnya sampel disiapkan dengan menggunakan salah satu metode berikut: Metode Mull Sampel Disuspensikan ke dalam minyak mineral Nujol (hidrokarbon jenuh berantai panjang). Sampel harus dihaluskan di mortir untuk mengurangi ukuran partikel rata-rata 1 sampai 2 mikron. Sekitar 5 sampai 10 mg sampel ditumbuk halus kemudian ditempatkan ke piring KBr, kemudian setetes minyak mineral ditambahkan dan piring kedua ditempatkan di atasnya. Distribusi campuran antar pelat harus merata. Campuran harus terlihat sedikit transparan dan tidak ada gelembung. Metode Pelet KBr Ditimbang serbuk KBr halus sebanyak 100 mg dan ditimbang sampel padat kering (bebas air) sebanyak 1mg (1% dari berat KBR). Campurkan serbuk KBr dan sampel dalam mortal agate, kemudian gerus sampai halus dan tercampur rata. Siapkan cetakan pelet, cuci bagian sample base dan tablet frame dengan klorofom. Masukkan campuran dalam set cetakan pelet. Untuk meminimalkan kadar air hubungkan dengan pompa vacum. On-kan pompa vacum 5 menit. Cetakan diletakkan pada pompa hidrolik, kemudian diberi tekanan sampai tanda Matikan pompa vacum, kemudian turunkan tekanan dalam cetakan dengan cara membuka kran udara. Lepaskan pelet KBr yang sudah terbentuk. Tempatkan Pelet KBr pada tablet holder, lakukan pengukuran dengan alat FTIR. Metode Lapis Tipis 80.

Sampel disuspensikan dengan cara sonifikasi. Suspensi kemudian dipipet ke dalam sel jendela Irtran-II (kristal ZnS) atau kristal NaCl. Sampel akan mengering setelah didiamkan pada suhu kamar.

b. Sampel Padat Larut Air Sejumlah kecil sampel (2-5 mg) senyawa ditempatan di piring dan ditambahkan satu tetes pelarut, atau sampel dilarutkan dalam tabung kecil dan diteteskan ke piring IR.

c. Sampel Cair Teteskan sedikit cairan sampel (bebas air) yang akan diukur pada satu bagian window KBr, kemudian pasangkan satu bagian window KBr lagi sehingga cairan merata pada permukaan window. Siapkan window KBr pada holder, kemudian lakukan pengukuran dengan alat.

d. Sampel Gas Sampel dimasukkan ke dalam sel inframerah tertentu. (Mudzakir, 2010). Contoh Prosedur Preparasi Sampel dan Analisis Spektrometri IR A. Preparasi Sampel 2 gram sampel jaringan lemak diiris kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam beaker glass. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam dry oven yang sudah diatur suhunya (750C), dan dibiarkan selama 6 jam hingga jaringan lemaknya mencair. Lemak padat yang sudah mencair dipisahkan dan dimasukkan ke dalam corong pisah untuk selanjutnya dimurnikan dengan penambahan pereaksi n-heksan. Lemak yang sudah dimurnikan disaring dalam kertas saring yang sudah ditambahkan natrium sulfat (Na2SO4) untuk mengikat air yang masih ada pada lapisan lemak.

B. Analisa Pola Spectrum Lemak Hewani dengan FTIR Sampel lemak yang telah disaring dan dimurnikan, diteteskan pada salah satu permukaan sel KBR. Diantara kedua sel KBr diberi pembatas berupa

politetrafluoroetilen (PTFE) untuk menghasilkan ketebalan lapisan lemak 0,1 mm. Sel bagian lainnya ditangkupkan hingga terbentuk lapisan tipis lemak. Scanning dilakukan dengan kisaran panjang gelombang 4000 cm-1 sampai 650cm-1 dengan resolusi 4cm-1. Hasil scanning direkam dan dianalisa lebih lanjut.
8

C. Profil Lemak Hewani Hasil Analisa FTIR Analisa spektroskopi FTIR didasarkan pada karakteristik gugus fungsi yang terdapat pada sampel. Berikut adalah data yang dihasilkan berdasarkan hasil scanning sampel lemak (babi, ayam, dan sapi) dengan alat FTIR Spectrum One Perkin Elmer pada penelitian Hermanto (2009), pada daerah IR dengan frekuensi 4000-600 cm-1 dan resolusi 4 cm-1.

Perbandingan Spektrum FTIR untuk Lemak Babi dan Lemak Ayam

Perbandingan Spektrum FTIR untuk Lemak Babi dan Lemak Sapi Sampel lemak secara umum menunjukan perbedaan yang menonjol pada serapan C-H stretching di daerah bilangan gelombang 3050-2800cm-1, serapan gugus karbonil (O=C-H) dari aldehid pada daerah 1746-1744 cm-1, dan pola serapan fingerprint di 1000-900 cm-1. Perbedaan signifikan berada pada penyerapan spectra di daerah 3010-3000, 11201095 dan 968-966 cm-1.

Untuk sampel lemak babi , pola serapan yang muncul pada daerah 3010 cm-1 menunjukan puncak yang relatif tinggi, dan mempresentasikan stretching vibration dari ikatan rangkap C=C cis.

Pada frekuensi 1120-1095 cm-1, sampel lemak babi menunjukan overlapping dari dua peak dengan absorbansi maksimum pada bilangan gelombang 1118 dan 1098 cm-1. Overlapping ini menunjukan adanya perbedaan kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh dari masing-masing sampel.

Titik perbedaan dari ketiga pola spectrum pada sampel muncul pada daerah bilangan gelombang 966-967 cm-1 yang menunjukan keberadaan asam lemak tidak jenuh trans. Menurut AOCS (American Oils Chemistry Standard), rentang frekuensi IR pada daerah 975-965 cm-1 merupakan dasar metode kuantisasi asam lemak trans pada sampel lemak dan minyak. (Hermanto dan Anna, 2009).

V. Interpretasi Data Spektrometri Infra Merah TAHAPAN MENGENALI GUGUS FUNGSI Serapan karakteristik gugus fungsi molekul organik : 1. Senyawa karbonil Mencari ada atau tidaknya gugus karbonil. Pita dalam spektrum infra merah yang disebabkan karena adanya gugus karbonil (C=O) dijumpai puncak yang kuat pada daerah 1820-1640 cm-1 .

2. Apabila terdapat gugus karbonil: A. Asam karboksilat Asam karboksilat menunjukkan serapan C=O yang khas dan juga menunjukkan serapan pita O-H yang sangat khas, yaitu puncak pada sekitar 3330 cm-1 . O-H karboksil mempunyai spectrum yang nampak berbeda dari spectrum O-H alcohol. Asam karboksilat menunjukkan pita sangat lebar, serapan regang yang kuat pada daerah puncak OH yang melebar pada 3300-2500 cm-1. Pita biasanya terpusat dekat 3000 cm-1 . B. Amida

10

Posisi serapan gugus karbonil suatu amida beraneka ragam dan tergantung pada sejauh mana pengikatan hydrogen antara molekul-molekul. Amida menunjukkan puncak NH pada 3500 cm-1, terkadang berupa puncak kembar. C. Ester Ester menunjukkan pita karbonil yang khas dan suatu pita C-O. Pita C-O itu dijumpai dalam daerah sidik jari, menunjukkan puncak yang kuat pada 1300-1110 cm-1. D. Anhidrida asam Anhidrida asam mempunyai dua gugus C=O, umumnya menunjukkan pita karbonil rangkap dalam spectrum infra merahnya yaitu 2 puncak C=O pada 1818-1750 cm-1. E. Aldehid Aldehida mempunyai spektra senyawa karbonil yang sangat mirip dengan spektra keton. Beda yang penting antara aldehida dan suatu keton adalah bahwa aldehida mempunyai H yang terikat pada karbon karbonil. Ikatan C-H istimewa ini menunjukkan dua pita regang karakteristik yaitu puncak pada 2820-2900 cm-1 dan 2700-2780 cm-1, Kedua pita C-H ini runcing tetapi lemah. 3. Apabila tidak terdapat gugus karbonil : A. Alkohol Fenol menunjukkan serapan regang O-H, berupa puncak lebar pada 3700-3000 cm-1 . Alkohol dan fenol juga menunjukkan serapan C-O yang ditegaskan dengan adanya puncak pada 1260-1000 cm-1. B. Amina Pada amina menunjukkan adanya puncak N-H pada 3500 cm-1 serapan regang yang jelas pada sekitar 3700-3000 cm-1. Bila terdapat dua hydrogen pada suatu nitrogen amina (amina primer, -NH2), serapan N-H Nampak sebagai pita kembar. Jika terdapat hanya satu H pada N itu (amina sekunder, -NHR), maka hanya terlihat satu pita saja. Tentu saja bila tak terdapat NH (amina tersier, R3N) tak terdapat serapan regang pada daerah ini. C. Eter Eter mempunyai suatu pita dari serapan gugus C-O yang terletak pada daerah sidik jari pada 1260-1050 cm-1.
11

4. Apabila terdapat ikatan rangkap atau cincin aromatic Ikatan karbon-karbon dan karbon-hidrogen A. Ikatan karbon-karbon Ikatan antara karbon sp2 (C=C) seringkali menunjukkan absorpsi karakteristik pada puncak sekitar 1700-1600 cm-1. Ikatan karbon-karbon aril, yaitu pada gugus aromatic ikatan antara karbon sp2 (C=C) menunjukkan serapan pada frekuensi yang sedikit lebih rendah, yaitu pada puncak 1600-1450 cm-1 yang ditegaskan dengan adanya puncak daerah C-H. B. Ikatan karbon-hidrogen Berbagai jenis ikatan C-H menunjukkan serapan di bagian tertentu dari daerah regang C-H (3300-2700 cm-1) Tabel. Serapan vibrasi regang C-H berbagai gugus fungsi Jenis H Ar H CCH C=CH CH3 CH2 CH Aldehid v (cm-1) 3030 3300 3040-3010 2960 dan 2870 2930 dan 2850 2890 2720 Intensitas pita Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Rendah Rendah

Dari tabel tersebut terlihat bahwa vibrasi regang ikatan ArH , CCH , C=CH contohnya pada gugus aromatic dan vinil mengabsorpsi di atas 3000 cm-1, sedangkan ikatan C-H alifatik dan aldehida mengabsorpsi di bawah 3000 cm-1.

5. Apabila terdapat triple bond (ikatan rangkap 3)


12

A. Ikatan CN Adanya ikatan CN menghasilkan adanya puncak tajam pada 2250 cm-1. B. Ikatan CC Adanya ikatan antara karbon sp (CC) menunjukkan adanya serapan lemah terdapat puncak tajam pada 2150 cm-1 (rentang 2250-2100 cm-1) yang ditegaskan dengan adanya C-H pada 3300 cm-1. 6. Gugus Nitro Terdapat dua puncak kuat pada 16500-1500 cm-1 dan 1390-1300 cm-1. 7. Hidrokarbon a. Adanya puncak C-H pada 3000 cm-1, namun tidak spesifik mengingat hampir semua senyawa organik memiliki gugus C-H. b. Adanya puncak CH2 pada 1450 cm-1 c. Adanya puncak CH3 pada 1375 cm-1

13

You might also like