You are on page 1of 27

Asuhan Keperawatan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Disusun oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Danil Rachman Jeffry Siswanto Nelly Khasanah Dewi Agus Era Faradila P. Bobby Rachman

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2012
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini di susun oleh penulis guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi II pada semester VII. Penulis berharap dengan di susunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca, terkhusus untuk mahasiswa program studi S1 Keperawtan STIKES ICME JOMBANG mengenai asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR. Tak ada gading yang tak retak penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Jombang, 19 November 2012

Penulis

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang masalah Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature. Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR( Prawirohardjo, 2005 ) Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4. Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis membahas materi tentang asuhan keperawatan bayi dengan bblr dengan harapan dapat menambah pengetahuan para pembaca terkhusus untuk mahasiswa program studi S1 Keperawatan STIKES ICME JOMBANG mengenai konsep dasar penatalaksanaan asuhan keperawatan bayi dengan bblr.

1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah yang di maksud dengan BBLR? 2. Bagaimana etiologi dari BBLR? 3. Apa sajakah manifestasi klinis dari BBLR? 4. Apa saja komplikasi dari BBLR? 5. Bagaimanakah penatalaksanaan bayi dengan BBLR?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat antara 1500 2500 gram (Sarwono Prawirohardjo, 2002) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 250 gram (WHO, 1961), sedangkan bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gr termasuk bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Pada kongres European Prenatal Medicine II (1970) di London diusulkan definisi sebagai berikut: a. Preterin Infant (bayi kurang bulan: masa gestasi kurang dari 269 hari (37mg). b. Term infant (bayi cukup bulan: masa gestasi 259-293 hari (37 41 mg). c. Post term infant (bayi lebih bulan, masa gestasi 254 hari atau lebih (42 mg/lebih). 2.2.Klasifikasi BBLR 2.2.1.Prematur Murni Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamillan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR / SMK. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Persalinan Prematur atau BBLR adalah 1. Faktor Ibu a. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya b. Gizi saat hamil kurang c. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

d. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat e. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok) f. Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion g. Faktor pekerja terlalu berat
3

h. Primigravida i. Ibu muda (<20 tahun) 2. Faktor kehamilan Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil seprti preeklamsia, eklamsi, ketuban pecah dini 3. Faktor janin Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda., anomali kongenital 4. Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan, merokok 5. Faktor yang masih belum diketahui. Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah : 1. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar

kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis Umur kehamilan kurang dari 37 minggu Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis

dahi dan lengan 10. Lemak subkutan kurang 11. Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora 12. Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)

2.2.2 DISMATUR Dismatur (Intra Uterine Growth Retardation) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan. Dismatur juga di sebut KMK yaitu bayi yang kecil untuk masa pertumbuhan Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu 1. Proportionate IUGR Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue 2. Disporpotionate IUGR Trejadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit , kulit kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur 1. Faktor ibu : Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita penyakit diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu, (tinggal didaerah pegunungan ,

hemoglobinopati, penyakit paru kronik ) gizi buruk, Drug abbuse, peminum alkohol 1. Faktor utery dan plasenta : Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat

yang tidak normal, uterus bicornis, infak plasenta, tranfusi dari kembar yang satu kekembar yang lain, sebagian plasenta lepas 3. Faktor janin : Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan, (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpez, sifillis) Penyebab lain :Keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak diketahui

2.3.WOC Semakin kecil dan semakin 6ias6osti bayi, maka akan semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa 6ias6o yang memberikan efek pada masalah gizi; 1.Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. 2.Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan BBLC. 3.Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.

Gambar Pathway

2.4. Pemeriksaan Diagnostik 1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ). 2. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal ). 3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan ). 4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. 5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 4050 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. 6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya. 7. Pemeriksaan Analisa gas darah. 2.5.Penatalaksanaan 1. Pengaturan suhu Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2 2,5 kg adalah 34C. Bila tidak ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botolbotol hangat yang telah dibungkus dengan handuk atau lampu petromak di dekat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin. 2. Pengaturan makanan/nutrisi

Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa glukosa, ASI atau PASI atau mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan. Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 % yang steril untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2 4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 Gr. Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam. 3. Mencegah infeksi Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya tubuh bayi terhadap infeksi kurang antibodi relatif belum terbentuk dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:
a.

Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit sebelum masuk ke ruang rawat bayi.

b.

Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah memegang seorang bayi.

c.

Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang berhubungan dengan bayi.

d. e.

Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan. Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang rawat bayi.

4.Pemberian vitamin K1 : - Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau - Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).

2.6.Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut : 1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi) 2. Hipoglikemi simptomatik, terutama pada laki-laki. 3. Penyakit membrane hialin : disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ sukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernapasan berikutnya. 4. Asfiksia neonatorum 5. Hiperbilirubinemia, bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.

10

BAB III KONSEP ASKEP

3.1.Pengkajian Anamnesa a. Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD. b. Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat. c. Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi. d. Riwayat penyakit sekarang. e. Riwayat penyakit keluarga. f. Riwayat penyakit dahulu. Riwayat antenatal

Yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu: Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,

kardiovaskuler dan paru. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm). Riwayat natal

Komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji : Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
11

Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan. Riwayat post natal

Yang perlu dikaji antara lain : Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan. Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm). Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.

Pemeriksaan Fisik Kepala Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial. Mata Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya. Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir. Mulut Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak. Telinga Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan Leher Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek Thorax Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
12

Abdomen Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costaae pada garis papila

mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna. Umbilikus Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda tanda infeksi pada tali pusat. Genitalia Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan. Anus Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses. Ekstremitas Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya. Refleks Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.

3.2. Diagnosa Keperawatan 1.Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan 2.Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas. 3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan ingest/digest/absorb

13

4.Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas 5.Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin 3.3. Intervensi Keperawatan Tujuan dan Kriteria No Diagnosa keperawatan Hasil Intervensi Rasional

Pola

nafas

tidak NOC : Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway patency Vital sign Status Kriteria Hasil :

NIC :

efektif berhubungan dengan imaturitas

Airway Management untuk Buka jalan nafas, mencegah guanakan teknik chin adanya lift atau jaw thrust penyempitan jalan nafas. bila perlu Posisikan pasien posisi ini menghasilkan perbaikan oksigenasi, pembrian makan ditoleransi dengan Identifikasi pasien pemasangan jalan nafas buatan Lakukan fisioterapi dada jika perlu Menentukan pentingnya pemasangan jalan perlunya alat lebih

organ pernafasan

Mendemonstrasikan untuk batuk efektif dan memaksimalkan suara bersih, sianosis dyspneu nafas yang ventilasi tidak ada dan (mampu

mengeluarkan sputum, bernafas mampu dengan

baik, dan lebih mengatur pola tidur.

mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten

(klien tidak merasa tercekik, irama


14

Keluarkan sekret alat

nafas, pernafasan rentang tidak

frekuensi dengan batuk dalam suction normal, ada suara

atau nafas buatan

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Berikan bronkodilator perlu Berikan pelembab udara Mengevaluasi bersihan jalan nafas bila Membersihka n jalan nafas Mengeluarkan sekret

nafas abnormal) Tanda Tanda vital dalam normal darah, pernafasan) rentang (tekanan nadi,

Kassa basah NaCl Lembab Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2

Mengencerka n sekret dan sputum Menjaga kelembaban udara pernafasan.

Oxygen Therapy Bersihkan hidung trakea Pertahankan nafas yang paten Atur peralatan jalan Mengevaluasi keadaan pernafasan dan mulut, secret Mengghyindar i dehidrasi

15

oksigenasi

dan oksigenasi pasien

Monitor oksigen

aliran

Pertahankan posisipasien Onservasi tanda hipoventilasi Monitor kecemasan adanya tanda -

Menjaga kebersihan jalan nafas

Memastikan

adanya aliran oksigen pasien Terjangkau dan memudahkan

terhadap oksigenasi

Vital Monitoring

sign

tindakan perawat Menjaga kepatenan pemberian Membantu kepatenan jalan nafas

Monitor TD, nadi, dan RR suhu,

Catat adanyafluktuasi tekanan darah

Monitor

VSMengetahui saat pasien secara dini berbaring, kelainan duduk, berdiri atau pernafasan Mencegah

Auskultasi TD

pada kecemasan kedua lengan pasien

16

dan bandingkan

terhadap tindakan

Monitor TD, nadi, sebelum, selama, setelah aktivitas dan Memonitor keadaan umum pasien dari Mengetahui keadaan tekanan darah RR,

Monitor kualitas nadi

Monitor frekuensi dan irama pernapasan -

dan keadaan Mengetahui perbedaan dan perubahan tekanan darah

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnormal Mengevaluasi kepatenan dan

Monitor suhu, pemeriksaan warna, kelembaban kulit Mengetahui pengaruh aktifitas terhadap vital sign

Monitor sianosis perifer

Mengetahui kemampuan

17

jantung dalam memaompaka n darah Mengetahui keadaan pernafasan pasien Mengetahui kelaianan pada paru Mengetahui gangguan pernafasan pasien Mengevaluasi oksigensai jaringan

Mengevaluasi oksigenasi jaringan perifer

Risiko ketidakseimbangan temperatur berhubungan tubuh

NOC : Hydration Adherence Behavior

NIC : Temperature Regulation

18

dengan BBLR, usia Immune Status kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas Infection status Risk control Risk detection

(pengaturan suhu) Monitor suhu

Untuk memonitor suhu tbuh

minimal tiap 2 jam Monitor TD, nadi, dan RR Monitor warna dan suhu kulit -

Mengetahui keadaan umum pasien

Mengetahui keadaan suhu dengan visual

Monitor tanda-tanda hipertermi hipotermi Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Ajarkan pada pasien cara keletihan panas Beritahukan tentang indikasi keletihan penanganan emergency diperlukan Berikan anti piretik jika perlu yang terjadinya mencegah dan -

kulit Untuk mncegah dehidrasi evaporasi

Membantu

akibat mencegah keletihan pada pasien Memberikan

dan pemahaman kepada pasien

Menurunkan

19

suhu tubuh. 3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan ingest/digest/absorb tubuh NOC : Nutritional Status : Nutritional Status : food Intake Nutritional Status : nutrient Intake Weight control Kriteria Hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Beratbadan ideal Berikan makanan Mensuplai asupan gizi and Fluid NIC : Nutrition Management Berikan gula Mencegah

substansi dan mensuplay kalori

yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) Monitor nutrisi jumlah dan

kandungan kalori Berikan tentang nutrisi

Mengetahui masukan

sesuai dengan tinggi badan

informasi nutrisi pasien kebutuhan Kelaurga mampu kemampuan berperan serta untuk aktif dalam

Mampumengidentifi kasi nutrisi Tidk ada tanda tanda malnutrisi Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan menelan Tidak terjadi dari kebutuhan

Kaji pasien

mendapatkan nutrisi keperawatan yang dibutuhkan Mengevaluasi masukan nutridsi

20

penurunan

berat

badan yang berarti

Ketidakefektifan pola minum bayi berhubungan dengan prematuritas

NOC :

NIC :

Breastfeeding Breastfeeding Estabilshment infant Knowledge breastfeeding Breastfeeding Maintenance kenyamanan privasi Kriteria Hasil : Klien menyusui efektif Memverbalisasikan tehnik mengatasi menyusui menyusui : assistance -

Fasilitasi kontak ibu Mengenalkan : dengan bayi seawal bayi mungkin (maksimal 2 ibunya jam setelah lahir ) Sediakan dan selama Meningkatkan nyaman akan meningkatkan motivasi menyusui kepada

dapat Monitor kemampuan dengan bayi untuk

menggapai putting Dorong ibu untuk untk tidak membatasi bayi

masalah menyusu

Menentukan tindakan

Instruksikan lanjutan putting bayi

bila tidak

Bayi menandakan perawatan kepuasan menyusu Ibu harga positif menyusui menunjukkan diri

untuk mencegah lecet 21ias Diskusikan pompa menyusui Ibu

yang penggunaan dengan ASI kalau

bayi mengetahui kebutuhan bayi menyusui

tidakmampu menyusu

21

Dorong ibu untuk minum jika sudah Meningkatkan kenyamanan bayi dan ibu dalam menyusui Membantu mengeluarkan ASI

merasa haus

Mensuplai masukan cairan untuk

memproduksi susu 5 Hipotermi berhubungan dengan paparan NOC : Thermoregulation Thermoregulation : neonate Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal Nadi dan RR dalam rentang normal NIC : Temperature regulation Monitor suhu Mengevaluasi suhu pasien tubuh

lingkungan dingin

minimal tiap 2 jam Monitor TD, nadi, dan RR -

Monitor tanda-tanda hipertermi hipotermi Tingkatkan intake cairan dan nutrisi dan

Mengetahui keadaan suhu pasien

Mengevaluasi sedini

22

Selimuti untuk hilangnya

pasien mungkin

mencegah adanya kelaianan suhu Mencegah

Ajarkan indikasi dari hipotermi penanganan diperlukan Berikan anti piretik jika perlu dan -

yang kehilangan kehangatan lewat kulit

Menurunkan suhu tubuh

BAB IV PENUTUP

4.1.Kesimpulan

23

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500gr. BBLR dapat dibagi 2 golongan yaitu : 1. prematuritas murni 2. dismaturitas Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sering mengalami masalah sukar bernafas, sukar dalam pemberian munim,ikterus berat dan infeksi.Bayi juga rentan menalami hipotermi jika tidak dalm incubator. Bayi ini memerlukan perawatan khusus. Bila fasilitas tempat bayi dilahirkan tidak memadai untuk perawatan bayi, maka bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas khusus untuk bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Selama perjalanan ke tempat rujukan pastikan bahwa bayi terjaga tetap hangat . Bungkus bayi dengan kain lembut,kering,selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas. Prognosis BBLR akan baik bila ditangani dengan cepat dan perawatan yang intensif. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada bayi dengan BBLR : 1.Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan 2.Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas. 3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan ingest/digest/absorb 4.Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas 5.Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin. 4.1.Saran Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Maka di harapkan mahasiswa keperawatan yang kelak menjadi care provider harus mampu menguasai materi tentang BBLR sebagai dasar pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif.

24

DAFTAR PUSTAKA

- Ramadhan. http://stikeskabmalang.wordpress.com/2011/10/02/asuhan-keperawatan-padabayi-dengan-bblr. diakses tanggal 14 november 2012. - Donna L. Wong,.2004.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.Jakarta:EGC. - Mansjoer, Arif dkk . 2000 . Kapita Selekta kedokteran Jilid I Edisi Ketiga . Jakarta : Media Aesculapius. - Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

25

You might also like