You are on page 1of 4

Prosedur pemeriksaan kas dan bank 1.

Pahami dan evaluasi Internal Control kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank. Proses memahami dan mengevalusi Internal Control atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluran kas dan Bank merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu proses pemeriksaan akuntan. Untuk memahami Internal Control yang terdapat di perusahaan, auditor bisa melakukan Tanya jawab dengan klien dengan menggunakan Internal Control Questionnaires. Kemudian dari hasil tanya jawab digambarkan lebih lanjut dengan flowchart dalam bentuk cerita. Berdasarkan jawaban ICQ, flowchart dan pejelasan naratif (jika ada), auditor bisa mengevaluasi Internal Control yang ada secara teoritis dan menarik kesimpulan sementara apakah Internal Control atas kas dan bank serta penerimaan dan pengeluaran kas dan bank adalah baik sedang atau lemah. Jika disimpulkan sementara bahwa Internal Control baik, auditor harus melakukan tes atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank, untuk membuktikan kesimpulan tersebut. Yang diambil sebagai sampel biasanya bukti penerimaan kas dan bank dan bukti pengeluaran kas atau bank atau nomor cek atau nomor giro. Jika disimpulkan sementara bahwa Internal Control lemah, auditor tidak perlu mengadakan tes, tetapi langsung mengadakan substantive test yang diperluas. Karena biasanya jika tetap dilakukan compliance test, kesimpulan akhir tetap menyatakan bahwa Internal Control lemah. Prosedur audit untuk compliance test harus dipisahkan dari prosedur audit untuk substantive test, begitu juga dengan kertas kerja pemeriksaannya. Hasil quetionaires dengan klien akan didokumentasikan oleh auditor dalam bentuk naratif. Langkah berikutnya, auditor harus melakukan compliance test (pengujian ketaatan), namun sebelumnya perlu disusun audit program untuk pengujian ketaatan atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank sebagai berikut : Penerimaan Kas dan bank 1) Ambil sampel bukti penerimaan kas dan bank secara random : misal semua penerimaan kas yang berjumlah > Rp 15 juta ditambah 10 penerimaan kas dan bank yang berjumlah < Rp 15 juta. 2) Periksa apakah bukti penerimaan kas tersebut : Sudah diotorisasi pejabat perusahaan yang berwenang Lengkap bukti pendukungnya (misal kuitansi bernomor urut cetak, deposit slip)

Mencantumkan nomor perkiraan yang kredit dengan benar dan perhitungan matematisnya sudah benar.

3) Periksa apakah posting ke buku kas (untuk penjualan tunai) dan piutang (untuk pelunasan piutang) serta buku besar penjualan sudah dilakukan dengan benar. Begitu juga posting ke sub buku besar piutang . 4) Tarik kesimpulan mengenai hasil compliance test. 2. Buat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca. 3. Lakukan perhitungan kas. Jika klien menggunakan imprest fund system untuk kas kecilnya, perhitungan kas bisa dilakukan kapan saja karena saldo kas selalu tetap. 4. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir bila tidak dilakukan kas opname. 5. Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan. Surat konfirmasi harus tetap dikirim walaupun perusahaan sudah menerima rekening koran dari bank. 6. Minta rekonsiliasi bank dan dilakukan pemeriksa atas rekonsiliasi bank tersebut. Rekonsiliasi bank harus dibuat oleh klien dan tugas auditor adalah memeriksa kebenaran rekonsiliasi tersebut. 7. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki perusahaan. Saldo rekening bank yang penggunaannya lebih dari satu tahun tidak boleh dikelompokkan sebagai harta lancar dan harus dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan. Pembatasan tersebut bisa terjadi karena rekening dibekukan, sinking fund. 8. Periksa interbank transfer 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk mengetahui adanya ketting dengan tujuan untuk window dressing. 9. Periksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent payment dan subsequent collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan. Tujuan adalah untuk mengetahui apakah ada unrecorded liabilities (kewajiban yang belum tercacat) per tanggal neraca yang belum dibayar diperiode berikutnya. Tujuan lain untuk mengetahui apakah hutang per tanggal neraca sudah dulunasi diperiode berikutnya, sehingga auditor lebih yakin mengenai kewajaran saldo utang per neraca. 10. Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal neraca, periksa apakah saldo tersebut sudah dikonfersikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs

tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan. 11. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas merupakan harta lancar, saldo depossito berjangka yang jatuh tempo lebih dari tiga bulan tidak boleh dilaporkan sebagai kas dan bank. 12. Buat kesimpulan di Top Schedule kas dan bank atau di memo tersendiri mengenai kelayakan dari cash on hand and in bank, setelah menjalankan seluruh prosedur audit di atas.

Pengujian Substantif Atas Saldo Kas Dalam merancang pengujian substantif, auditor pertama kali harus menentukan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk masing-masing pernyataan signifikan yang terkait. Prosedur pengujian substantif meliputi: 1. Verifikasi atas ketepatan saldo kas dan skedul kas 2. Penerapan prosedur analitis 3. Perhitungan kas yang disimpan dalam entitas 4. Melaksanakan pengujian pisah batas kas untuk penerimaan dan pengeluaran 5. Konfirmasi saldo simpanan dan pinjaman di bank 6. Konfirmasi perjanjian atau kontrak lain dengan bank 7. Melakukan pemindaian (scanning) penelaahan, atau pembuatan rekonsiliasi bank 8. Menghimpun dan menggunakan Laporan Pisah Batas Bank 9. Melakukan pengujian pisah batas penerimaan kas 10. Mengusut transfer bank 11. Menyiapkan pembuktian kas 12. Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pengujian Untuk Mendeteksi Lapping Lapping merupakan suatu ketidakberesan yang mengakibatkan ketidaktepatan dalam jumlah penerimaan kas. Risiko terjadinya lapping dapat dikurangi dengan cara menerapkan pemisahan tugas yang memadai antara penerima atau pemegang kas dengan pencatat penerimaan kas. Prosedur yang dapat dilakukan untuk mendeteksi lapping antara lain: 1. Melakukan perhitungan kas secara mendadak 2. Membandingkan rincian penjurnalan penerimaan kas dengan rincian setoran harian ke bank. Pemeriksaan Atas Penjumlahan dan Pengurangan Saldo Kas 1. Lakukan perhitungan ulang atas penjumlahan secara vertical terhadap seluruh ayat pendapatan dan pasal belanja pada masing-masing Pos Pendapatan dan Pos Belanja Rutin

serta masing-masing Sektor, Subsektor/Program, dan Proyek/Pasal pada Belanja Pembangunan, baik yang berkaitan dengan anggaran maupun realisasi. 2. Lakukan penghitungan ulang atas perbedaan atau selisih antara anggaran dan realisasi.

You might also like